Anda di halaman 1dari 4

APPENDISITIS AKUT

No.Dokumen : SOP/158/UKP-NGT
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal terbit : 15 Februari 2018
Halaman : 1/4
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak


pada apendik, merupakan salah satu kasus akut abdomen yang
paling sering ditemui, dan jika tidak ditangani segera dapat
menyebabkan perforasi.
Kode ICD X : K.35.9 (Acute appendicitis)
Tingkat kemampuan 4A
2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi
dan penatalaksanaan appendisitis akut.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 32/KAPUS/I/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang
disesuaikan dengan gejala appendisitis akut, yaitu:
a. Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium
kemudian menjalar ke Mc Burney. Apa bila telah terjadi
inflamasi (>6 jam) penderita dapat menunjukkan letak nyeri,
karena bersifat somatik.
b. Muntah (rangsangan viseral) akibat aktivasi n.vagus.
c. Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam
sesudahnya, merupakan kelanjutan dari rasa nyeri yang
timbul saat permulaan.
d. Disuria juga timbul apabila peradangan apendiks dekat
dengan vesika urinaria.
e. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa
penderita mengalami diare, timbul biasanya pada letak
apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum.
f. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu
suhu antara 37,50C - 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi,
diduga telah terjadi perforasi.
g. Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan
nyeri somatik yang beragam. Sebagai contoh apendiks yang
panjang dengan ujung yang mengalami inflamasi di
kuadran kiri bawah akan menyebabkan nyeri di daerah
tersebut, apendiks retrosekal akan menyebabkan nyeri
flank atau punggung, apendiks pelvikal akan menyebabkan
nyeri pada supra pubik dan apendiks retroileal bisa
menyebabkan nyeri testikuler, mungkin karena iritasi
pada arteri spermatika dan ureter.
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
 Inspeksi: Penderita berjalan membungkuk sambil
memegangi perutnya yang sakit, kembung (+) bila terjadi
perforasi, penonjolan perut kanan bawah terlihat pada
appendikuler abses.
 Palpasi:
- Terdapat nyeri tekan Mc.Burney
- Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
- Adanya defens muscular.
- Rovsing sign positif
- Psoas sign positif
- Obturator Sign positif
 Perkusi: Nyeri ketok (+)
 Auskultasi: Peristaltik normal, peristaltik (-) pada illeus
paralitik karena peritonitis generalisata akibat appendisitis
perforata. Auskultasi tidak banyak membantu dalam
menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi
peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus.
 Rectal Toucher / Colok dubur: Nyeri tekan pada jam 9-12
Tanda Peritonitis umum (perforasi) :
- Nyeri seluruh abdomen
- Pekak hati hilang
- Bising usus hilang
Apendiks yang mengalami gangren atau perforasi lebih sering
terjadi dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36 jam
b. Demam tinggi lebih dari 38,5°C
c. Lekositosis (AL lebih dari 14.000)
d. Dehidrasi dan asidosis
e. Distensi
f. Menghilangnya bising usus
g. Nyeri tekan kuadran kanan bawah
h. Rebound tenderness sign
i. Rovsing sign
j. Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal
Petugas melakukan rujukan internal ke petugas laboratorium
bila diperlukan, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
Laboratorium darah perifer lengkap
 Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90% hasil
laboratorium nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat,
walaupun bukan penanda utama.
 Pada anak dengan keluhan dan pemeriksaan fisik untuk
karakteristik apendisitis akut, akan ditemukan pada
pemeriksaan darah adanya lekositosis 11.000-14.000/mm3,
dengan pemeriksaan hitung jenis menunjukkan pergeseran
kekiri hampir 75%.
 Jika jumlah lekosit lebih dari 18.000/mm3 maka
umumnya sudah terjadi perforasi dan peritonitis.
 Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan sebagai konfirmasi
dan menyingkirkan kelainan urologi yang menyebabkan
nyeri abdomen.
 Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita
usia subur.
6. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Diagnosis banding yaitu Cholecystitis akut, Divertikel Mackelli,
Enteritis regional, Pankreatitis, Batu ureter, Cystitis,
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) dan Salphingitis akut.
7. Pasien yang telahterdiagnosis Appendisitis akut harus segera
dirujuk ke layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito.
Petugas melakukan penatalaksanaan awal sebelum dirujuk,
yaitu:
Non-farmakologis
 Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg)
 Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan
apapun melalui mulut.
 Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada
dehidrasi.
 Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung
dan untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi
anestesi.
 Anak memerlukan perawatan intensif sekurang-kurangnya
4-6 jam sebelum dilakukan pembedahan.
 Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung
agar mengurangi distensi abdomen dan mencegah muntah.
Tata Laksana Farmakologi
 Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat
adalah apendiktomi dan merupakan satu-satunya pilihan
yang terbaik.
 Penundaan apendektomi sambil memberikan antibiotik
dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Insidensi
apendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%.
 Antibiotik spektrum luas
8. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
9. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Ruangan Gawat Darurat
4. Laboratorium
5. Ruang Farmasi
Rekaman historis perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai