BAB I
PENDAHULUAN
Penilaian diagnostik untuk pasien dengan akut abdomen merupakan salah satu
masalah yang paling menantang dan menarik dalam kedokteran klinik. Kemajuan
teknologi dalam 25 tahun terakhir (USG, CT scan, MRI, diagnostic peritoneal
lavage, dan Laparoscopy) telah meningkatkan kemampuan untuk “melihat” ke
dalam abdomen. Meskipun demikian, abdomen masih menyisakan banyak “black
box” bagi para klinisi di garis depan. Pemeriksaan pasien dengan akut abdomen
harus teliti dan seksama. Suatu akut abdomen mesti dicurigai sekalipun pasien
mengeluhkan gejala yang ringan ataupun tidak khas. Keputusan untuk melakukan
tindakan bedah harus segera diambil, karena setiap keterlambatan akan
menimbulkan penyulit yang akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan
melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
1
AKUT ABDOMEN 2019
1. Defenisi
2. Etiologi
3. Gejala dan Tanda Klinis
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Penatalaksanaan
6. Nyeri yang Terdapat pada Akut Abdomen
BAB II
PEMBAHASAN
2
AKUT ABDOMEN 2019
NYERI PERUT
2.1. Skenario
PERTEMUAN I
PERTEMUAN II
1. Defenisi
3
2. Etiologi
3. Gejala dan Tanda Klinis
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Penatalaksanaan
6. Nyeri yang Terdapat pada Akut Abdomen
AKUT ABDOMEN
1. Defenisi
Kul - Par “Akut Abdomen” Selasa, 26 Juni 2012, Oleh: dr Hardy, Sp.
B
2. Etiologi
Etiologi dari Akut Abdomen adalah sebagai berikut, yaitu:
a. Non – Surgical (Termasuk kelainan diluar abdomen)
b. Peradangan / Infeksi, contoh: Appendicitis Akut, Pankreatitis Akut, dan
Kolesistitis Akut.
c. Penyumbatan (Obstruksi) / Iskemia, contoh: Hernia Incarcerata, Volvulus,
dan Neoplasma.
d. Perdarahan, contoh: Cedera Limfa, Cedera Hati, dan Cedera Pembuluh
Darah
e. Perforasi, contoh: Kebocoran organ berongga yang typoid perforasi, Tukak
Lambung Perforasi dan Tukak Tembus.
f. Urologi - Ginekologi
1. Radiologis
a. Plain chest x-rays
Tidak hanya vital untuk penilaian pre-op tetapi juga dapat
memberikan gambaran supradiafragmatik yang bisa menimbulkan
keadaan akut abdomen. Foto toraks dapat menyingkirkan pneumonia
dan efusi pleura yang dapat menyebabkan nyeri abdomen atas. Foto
toraks tegak dapat menunjukkan adanya udara bebas intraperitoneum
yang pada pasien dengan kondisi tidak dapat berdiri dapat ditunjukkan
melalui foto polos abdomen lateral dekubitus. Udara bebas dalam
cavum peritoneum menunjukkan adanya perforasi saluran cerna.
b. Plain abdominal x-rays
Tegak
Supine
c. Contrast x-rays
Bukan merupakan pemeriksaan rutin. Bahan yang digunakan
biasanya adalah barium sulfat.
d. Ultrasonography
Non invasive dan tidak menimbulkan efek radiasi, walaupun
sangat tergantung pada keahlian operator Ultrasonografy berguna
pada pasien akut abdomen karena pemeriksaannya cepat, aman, non
invasif dan biaya cukup terjangkau. Digunakan untuk melihat
perubahan patologis pada struktur hepatobilier, appendiks, ginjal,
ovarium, adneksa dan uterus.
e. CT-scan
Dengan potongan dan ketebalan tertentu gambaran CT-scan
lebih akurat. CT- scan merupakan pemeriksan yang sangat akurat dan
modalitas terbaik untuk memberikan informasi anatomis pada akut
abdomen.
f. MRI
Dengan gelombang magnetic dan komputerisasi dapat
dihasilkan gambaran yang lebih jelas dibandingkan USG dan relatif
tidak menyebabkan radiasi seperti pada CT scan.
g. Angiography
Dilakukan bila ada dugaan ruptur pembuluh darah.
h. Radionuclide scans
Penggunaannya menjadi berkurang setelah berkembangnya
pemeriksaan CT-scan, dapat mengidentifikasi adanya ektopik gastric
mucosa pada diverticulum Meckel’s dengan menggunakan technetium
99m.
2. Endoscopy
Proctosigmoidoskopi pada suspek obstruksi usus besar, melena
dan adanya massa di rectum. Gastroduodenoskopi dan ERCP pada peptic
ulcer, choledocolithiasis
3. Paracentesis
Merupakan tindakan diagnostik sebelum dilakukan urgent
laparotomy bila ditemukan koleksi cairan intraperitoneal, perdarahan intra
abdomen, didapatkan aspirasi cairan empedu atau isi usus.
5. Penatalaksanaan
c. Referred pain
Referred pain terjadi akibat adanya serabut saraf afferent yang
menginervasi 2 organ yang letaknya berjauhan dan memiliki struktur
berbeda secara anatomis , tetapi memiliki asal embriologik yang sama.
Sebagai contoh : peritoneum parietal diafragma, area di sekitar bahu, dan
rongga supraklavikula ketiganya dipersarafi oleh serabut C4. Nyeri pada
kiri bawah diafragma akan dirasakan juga di bahu kiri (Kehr’s sign), hal
ini terjadi pada ruptur lien atau peradangan pankreas
Sensasi nyeri dirasakan di lokasi yang terletak jauh dari stimulus primer
yang kuat. Hal ini disebabkan oleh pertemuan serabut saraf afferent dari
area yang luas di posterior horn spinal cord.
d. Shifting pain
Lokasi nyeri saat onset harus dibedakan dengan lokasi nyeri yang
sekarang dirasakan. Contoh pada appendicitis, nyeri mula-mula dirasakan
di daerah epigastrik atau periumbilikal (akibat distensi dari appendiks)
kemudian nyeri lebih dirasakan sebagai nyeri yang tajam di kuadran
kanan bawah ketika peritoneum di daerah tersebut telah mengalami
inflamasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran