Anda di halaman 1dari 3

ASKARIASIS

No.Dokumen : SOP/161/UKP-NGT
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal terbit : 15 Februari 2018
Halaman : 1/3
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Askariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infestasi


parasit Ascaris lumbricoides. Di Indonesia prevalensi askariasis
tinggi, terutama pada anak.
ICD X : B77.9 Ascariaris unspecified
Tingkat Kemampuan : 4 A
2. Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk menentukan diagnosa dan
penatalaksanaan askariasis
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 32/KAPUS/I/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
02.02 / MENKES / 514 / 2015 tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis mengenai keluhan pasien,
seperti nafsu makan menurun, perut membuncit, lemah,
pucat, berat badan menurun, mual, muntah. Gejala klinis
yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing
dewasa dan migrasi larva.
a. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat larva
berada di paru. Pada orang yang rentan, terjadi perdarahan
kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru
yang disertai dengan batuk, demam, dan eosinofilia.
b. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa tergantung dari
banyaknya cacing yang menginfeksi di usus. Kadang-kadang
penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti
mual, nafsu makan berkurang, diare, atau konstipasi. Pada
infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorpsi
sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Gejala klinis
yang paling menonjol adalah rasa tidak enak di perut, kolik
akut pada daerah epigastrium, gangguan selera makan,
mencret. Ini biasanya terjadi pada saat proses peradangan
pada dinding usus. Pada anak kejadian ini bisa diikuti
demam. Komplikasi yang ditakuti (berbahaya) adalah bila
cacing dewasa menjalar ketempat lain (migrasi) dan
menimbulkan gejala akut. Pada keadaan infeksi yang berat,
paling ditakuti bila terjadi muntah cacing, yang akan dapat
menimbulkan komplikasi penyumbatan saluran nafas oleh
cacing dewasa. Pada keadaan lain dapat terjadi ileus oleh
karena sumbatan pada usus oleh massa cacing, ataupun
apendisitis sebagai akibat masuknya cacing ke dalam lumen
apendiks. Bisa dijumpai penyumbatan ampulla Vateri
ataupun saluran empedu dan terkadang masuk ke jaringan
hati.
c. Gejala lain adalah sewaktu masa inkubasi dan pada saat
cacing menjadi dewasa di dalam usus halus, yang mana
hasil metabolisme cacing dapat menimbulkan fenomena
sensitisasi seperti urtikaria, asma bronkhial, konjungtivitis
akut, fotofobia dan terkadang hematuria. Eosinofilia 10%
atau lebih sering pada infeksi dengan Ascaris lumbricoides,
tetapi hal ini tidak menggambarkan beratnyapenyakit, tetapi
lebih banyak menggambarkan proses sensitisasi dan
eosinofilia ini tidak patognomonis untuk infeksi Ascaris
lumbricoides.
Selain itu, dicari faktor risiko :
1) Kebiasaan tidak mencuci tangan.
2) Kurangnya penggunaan jamban.
3) Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk.
4) Kebiasaan tidak menutup makanan sehingga dihinggapi
lalat yang
5) membawa telur cacing
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan tanda vital
b. Pemeriksaan generalis tubuh: konjungtiva anemis, terdapat
tanda – tanda malnutrisi, nyeri abdomen jika terjadi
obstruksi.
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang, yaitu dengan
melakukan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur
dalam tinja memastikan diagnosis Askariasis.
4. Petugas menegakkan diagnosa dan atau diagnosa banding
berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik dan tidak
memerlukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas memberikan penatalaksanaan sesuai diagnosa, yaitu :
a. Pirantel pamoat 10 mg/kg BB/hari, dosis tunggal, diberikan
selama 3 hari berturut-turut, atau
b. Albendazol, pada anak di atas 2 tahun dapat diberikan 2
tablet (400 mg) atau 20 ml suspensi, dosis tunggal. Tidak
boleh diberikan pada ibu hamil
Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara
masal pada masyarakat. Syarat untuk pengobatan massal
antara lain:
1) Obat mudah diterima dimasyarakat
2) Aturan pemakaian sederhana
3) Mempunyai efek samping yang minimal
4) Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap
beberapa jenis cacing
5) Harga mudah dijangkau
6. Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada pasien
atau keluarganya, yaitu informasi mengenai pentingnya
menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:
a. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga.
Sehingga kotoran manusia tidak menimbulkan pencemaran
pada tanah disekitar lingkungan tempat tinggal kita.
b. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk.
c. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja
manusia.
d. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola
limbah/sampah.
e. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktifitas
dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
f. Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan
tidak lembab.
7. Petugas memberitahukan rencana tindak lanjut (pemeriksaan
kembali untuk memantau perbaikan setelah terapi)
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke
apotek.
9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang telah dilakukan dalam
rekam medis pasien
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke bagian petugas rekam
medis
6. Unit Terkait 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Laboratorium
4. Ruang Farmasi
Rekaman historis perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai