Askariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing dengan penularan melalui tanah (soil
transmitted helminth). Pada manusia penyakit askariasis ini disebabkan oleh cacing Ascaris
lumbricoides atau cacing gelang. Cacing penyebab askariasis tumbuh secara optimal pada daerah
beriklim lembab dan panas dengan sanitasi yang kurang baik (CDC, 2020). Penyebarannya terutama
melalui tangan ke mulut dapat juga melalui sayuran dan buah yang terkontaminasi.
Pengertian:
Askariasis didefinisikan sebagai infeksi parasit pada usus halus yang disebabkan oleh cacing gelang,
Ascaris lumbricoides. Parasit adalah mahkluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara
menempelkan diri (baik diluar maupun di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya.
Gejala Klinis:
• Timbul karena cacing dewasa ditandai dengan gangguan usus ringan, seperti mual,
• Timbul karena larva ditandai dengan perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul
• Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat lebih tinggi di daerah perkotaan daripada
dipedesaan
Faktor Penyebab:
• kaki yang langsung berhubungan dengan tanah yang mengandung vektor cacing
• kebersihan kuku
• kepemilikan jamban
Komplikasi ascariasis
• Ikterus obstruktif
• Kolangitis
• Kolesistitis
• Pankreatitis
• Perforasi usus
• Ileus obstruktif
• Volvulus
• Intususepsi
Pengobatan ascariasis:
dan diberikan dalam dosis tunggal. Obat tersebut bekerja dengan membunuh cacing
dewasa.
1. Albendazol
2. Mebendazole
3. Pirantel pamoate
4. Piperazin
5. Levamisol hidroklorida
6. Garam piperazin
Medika metosa:
- Albendasol
kadar albendazol dan albendazol sulfoksida yang lebih tinggi bila diberikan
bersama makanan tinggi lemak dapat menjadi hal yang penting dalam praktik
kondisi puasa
- Mebendazole
- Obat levamisole
Obat ini tidak boleh digunakan pada saat makan makanan tertentu karena
interaksi obat dengan makanan dapat terjadi. Hindari memakan jeruk bali merah
(grapefruit) atau meminum jus jeruk bali merah saat menggunakan obat kecuali
diizinkan dokter. Jeruk bali merah dan obat-obatan dapat meningkatkan risiko
terjadinya interaksi.
Delima : sifat anti bakteri pada buah delima membantu menurunkan resiko infeksi
cacingan
Dietary history
• Comstock
Kelompok 2
Demam Typhoid
Pengertian:
Merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oeleh bakteri usus halus Salmonella typhi
dengan ditandai dengan panas berkepanjangan dan dapat menyebabkan gangguan pada saluran
cerna, kesadaran, yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Gejala:
Ditandai dengan keluhan demam yang terjadi pada sore atau malam hari. Demam yang disertai
dengan rasa menggigil, sakit kepala, anoreksia, mual, rasa tidak nyaman pada perut yang tidak
Penyebab:
Menurut penelitian Ramaningrum et. Al., 2017 beberapa faktor yang dapat menyebabkan
- Usia
- Status Gizi
Faktor risiko:
Menurut Menteri Kesehatan RI Faktor yang berperan dalam kejadian demam ini adalah:
- Demam
- Gangguan kesadaran
- Hepatoslenomegali
- Bradikardia relative
Obat yang digunakan anti mikroba yaitu berupa obat-obat yang digunakan dalam
1. Kloramifenikol
2. Seftriakson ampisilin
3. Amoxicilin
4. Quinolone
5. Cefixisme
6. Tiamfrnikol
Medika Metosa:
Beberapa interaksi obat dengan makanan yang dapat ditemui dalam kasus demam
▪ Ampicillin
▪ Amoxicillin
▪ Ciprofloxacin
▪ Oflocaxin
Beberapa diet dan terapi typhoid hal ini penting dalam proses penyembuhan penyakit
demam typhoid:
kuman.
- Memberikan vitamin A dan C yang bagus untuk membantu menurunkan suhu demam.
Kelompok 3
Latar belakang:
Leptospira pathogen dan umumnya dari jenis L. Interrogans semua serotipe. Penyakit
Zoonotik adalah penyakit yang secara alami dapat ditularkan dari hewan bertulang belakang
Pengertian:
dan ditularkan melalui hewan yang terinfeksi Leptospira. Bakteri Leptospira dapat menginfeksi
manusia melalui luka terbuka pada kulit dan mukosa tubuhnya. Leptospirosis biasanya tersebar
melalui air atau tanah yang terkontaminasi oleh urine hewan yang terinfeksi Leptospira.
karena bakteri ini cocok hidup pada lingkungan dengan temperature hangat, pH air dan tanah
Gejala:
1. Stadium 1
Demam, menggigil, sakit kepala, bercak merah pada kulit, malaise dan muntah,
kemerahan pada mata, nyeri pada otot betis, tampak 4-9 hari
2. Stadium 2
Gejala-gejala yang tampak pada stadium ini lebih bervariasi dibanding pada
stadium pertama antara lain ikterus (kekuningan), apabila demam dan gejala-gejala lain
timbul lagi, besar kemungkinan akan terjadi meningitis, berlangsung 4-30 hari
3. Stadium 3
Pada ginjal, renal failure pada mata, konjungtiva yang tertutup menggambarkan
fase septisemi pada hati, jaundice (kekuningan) yang terjadi pada hari keempat dan
keenam pada jantung, aritmia, dilatasi jantung dan kegagalan jantung pada paru-paru,
hemorhagic pneumonitis dengan batuk darah, nyeri dada, respiratory distress dan
cyanosis pada kehamilan menyebabkan abortus, lahir mati, premature dan kecacatan
pada bayi.
Pencegahan:
Pada umumnya pencegahan leptospirosis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
5. Menyimpan makanan dengan baik dan benar agar terhindar dari jangkauan
9. Mandi dan mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh dengan sabun setelah
tercemar lainnya.
10. Melindungi bagian tubuh dengan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
11. Menutup luka pada kulit dengan penutup luka kedap air.
12. Menghindari adanya tikus di rumah maupun tempat kerja.
16. Segera periksa ke fasilitas kesehatan yang tersedia jika mengalami gejala
sakit
Medika Metosa:
Jenis obat
1. Penicillin
2. Ampicillin
3. Doxycyline
4. Cefriaxone
5. Paracetamol
Terapi Diet:
Pasien leptospirosis membutuhkan diet yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
mencegah dehidrasi, dan mengurangi beban kerja organ hati dan ginjal yang terinfeksi. Pasien
leptospirosis disarankan untuk mengonsumsi makanan yang seimbang, bergizi, dan mudah
dicerna. Makanan yang baik untuk pasien leptospirosis antara lain sumber protein hewani
(seperti telur, ikan, ayam, atau daging tanpa lemak), sumber karbohidrat kompleks (seperti nasi,
roti, atau kentang), sumber serat (seperti sayur-sayuran dan buahbuahan), dan sumber lemak
sehat (seperti minyak zaitun, alpukat, atau kacangkacangan) Pasien leptospirosis sebaiknya
mengonsumsi makanan yang lunak, tidak terlalu panas atau dingin, dan tidak terlalu asin,
Kesimpulan:
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp yang
menular melalui perantara hewan tikus liar (termasuk mencit), bajing, landak, kucing, musang,
tupai, sapi, babi, anjing, domba, kuda, dan kerbau. Faktor lingkungan memiliki peranan penting
dalam proses penularan leptospirosis. Faktor lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik,
biologik, dan sosial. Gejala Ringan leptospirosis mungkin hanya menimbulkan gejala ringan,
seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, dan lelah. Namun jika dibiarkan maka
akan menyebabkan penyakit yang lebih serius dan mengancam nyawa. Tatalaksana diet yang
diberikan pada penderita penyakit leptopsirosis bertujuan untuk menambah asupan energy
harian dikarenakan demam , menambah asupan cairan harian dengan memberikan makan
Tuberculosis
Latar belakang:
mycobacterium tuberculosis masih menjadi masalah kesehatan prioritas global. Penyakit ini
Definisi:
GEJALA UTAMA
Merasakan demam yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat
GEJALA KHUSUS
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”
Jika ada cairan dirongga pleura dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
• Batuk batuk selama lebih dari 3 minggu (dapt disertai dengan darah) Lemah, dan malaise
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
• Pada anak anak dapat mengenai otak dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang – kejang.
Kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh seseorang pada saat itu (Darmawansyah dan Wulandari, 2021) adapun faktor terkait
lainnya diantaranya:
• Merokok
sekresi mukosa, menurunkan kemampuan fagosit makrofag alveolar, dan menurunkan respon
imun dan atau limfopenia CD4+ akibat kandungan nikotin dalam rokok.
• Alkohol
Mengonsumsi alkohol menjadi faktor risiko TB paru karena mengganggu sistem imun,
khususnya dalam pensinyalan molekul yang bertanggung jawab untuk produksi sitokin.