Anda di halaman 1dari 14

RESUME MATERI PRESENTASI

DIETETIKA INFEKSI DAN DEFISIENSI

Dosen Pengampu: Zana Fitriana Octavia, S. Gz., M. Gizi

Nama : Iiz Roizul Fahmi


NIM : 2107026103
Kelas : 5D-GZK
Kelompok 1

Asuhan Gizi Pada Pasien Penyakit Infeksi (Ascariasis)

Tinjauan umum penyakit:

Askariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing dengan penularan melalui tanah (soil

transmitted helminth). Pada manusia penyakit askariasis ini disebabkan oleh cacing Ascaris

lumbricoides atau cacing gelang. Cacing penyebab askariasis tumbuh secara optimal pada daerah

beriklim lembab dan panas dengan sanitasi yang kurang baik (CDC, 2020). Penyebarannya terutama

melalui tangan ke mulut dapat juga melalui sayuran dan buah yang terkontaminasi.

Pengertian:

Askariasis didefinisikan sebagai infeksi parasit pada usus halus yang disebabkan oleh cacing gelang,

Ascaris lumbricoides. Parasit adalah mahkluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara

menempelkan diri (baik diluar maupun di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya.

Gejala Klinis:

• Timbul karena cacing dewasa ditandai dengan gangguan usus ringan, seperti mual,

nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi.

• Timbul karena larva ditandai dengan perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul

gangguan pada paru yang disertai batuk, demam, dan esoinofilia


Faktor risiko:

• higienitas perseorangan yang buruk

• rendahnya sanitasi rumah

• rendahnya sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan

• Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat lebih tinggi di daerah perkotaan daripada

dipedesaan

Faktor Penyebab:

• makanan yang terkontaminasi oleh telur cacing

• kaki yang langsung berhubungan dengan tanah yang mengandung vektor cacing

• Tidak memakai alas kaki

• kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat

• kebiasaan mencuci tangan

• kebersihan kuku

• kepemilikan jamban

• ketersediaan air bersih

Komplikasi ascariasis

1. Akibat migrasi ascariasis lumbricoides

2. Akibat massa ascaris

• Ikterus obstruktif

• Kolangitis
• Kolesistitis

• Pankreatitis

• Abses hepar piogenik

• Perforasi usus

• Ileus obstruktif

• Volvulus

• Intususepsi

Pengobatan ascariasis:

Pengobatan terhadap Ascariasis dilakukan dengan memberikan anti-parasit kepada

penderita. Albendazole dan Mebendazole merupakan obat pilihan untuk Ascariasis

dan diberikan dalam dosis tunggal. Obat tersebut bekerja dengan membunuh cacing

dewasa.

Beberapa obat cacing yang bisa dipakai :

1. Albendazol

2. Mebendazole

3. Pirantel pamoate

4. Piperazin

5. Levamisol hidroklorida

6. Garam piperazin

Medika metosa:
- Albendasol

kadar albendazol dan albendazol sulfoksida yang lebih tinggi bila diberikan

bersama makanan tinggi lemak dapat menjadi hal yang penting dalam praktik

klinis. bila diberikan bersamaan dengan makanan tinggi lemak, albendazol

meningkatkan penyerapannya sekitar 5 kali lipat dibandingkan pemberian dalam

kondisi puasa

- Mebendazole

bekerja dengan mengikat tubulin parasit, sehingga menghalangi perakitan

mikrotubulus dan mengganggu penyerapan glukosa.

- Obat levamisole

Obat ini tidak boleh digunakan pada saat makan makanan tertentu karena

interaksi obat dengan makanan dapat terjadi. Hindari memakan jeruk bali merah

(grapefruit) atau meminum jus jeruk bali merah saat menggunakan obat kecuali

diizinkan dokter. Jeruk bali merah dan obat-obatan dapat meningkatkan risiko

terjadinya interaksi.

Adapun terdapat buah yang disarankan untuk dikonsumsi yaitu:

Delima : sifat anti bakteri pada buah delima membantu menurunkan resiko infeksi

bakteri, membunuh racun dalam tubuh karena antioksidannya tinggi

Pepaya : memperlancar pergerakan usus dan mengurangi efek samping yang

ditimbulkan karena cacingan

Pisang : sebagai obat pencahar alami, mengurangi komplikasi pencernaan karena

cacingan

Dietary history

Data riwayat makan dapat diketahui dengan :


• Food recall 24 jam

• Semi quantitative food frequency quesioner (SQ-FFQ)

• Comstock
Kelompok 2

Demam Typhoid

Pengertian:

Merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oeleh bakteri usus halus Salmonella typhi

dengan ditandai dengan panas berkepanjangan dan dapat menyebabkan gangguan pada saluran

cerna, kesadaran, yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan dan minuman yang

terkontaminasi.

Gejala:

Ditandai dengan keluhan demam yang terjadi pada sore atau malam hari. Demam yang disertai

dengan rasa menggigil, sakit kepala, anoreksia, mual, rasa tidak nyaman pada perut yang tidak

spesifik, batuk kering, dan myalgia.

Penyebab:

Menurut penelitian Ramaningrum et. Al., 2017 beberapa faktor yang dapat menyebabkan

demam typhoid yaitu:

- Usia

- Status Gizi

- Kebiasaan mencuci tangan dan sanitasi

Faktor risiko:

Menurut Menteri Kesehatan RI Faktor yang berperan dalam kejadian demam ini adalah:

- Higienisasi perorangan yang rendah

- Makanan dengan air yang terkontaminasi

- Sayuran yang ditanam dengan tinja manusia


- Air limbah, kotoran, dan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

- Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.

- Akses air bersih yang terbatas

- Budaya imunisasi typhoid yang rendah

Konsekuensi demam typhoid:

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI tentang pedoman pengendalian demam

typhoid, beberapa konsekuensi atau gejala klinisnya yaitu:

- Demam

- Gangguan Saluran Cerna

- Gangguan kesadaran

- Hepatoslenomegali

- Bradikardia relative

Pengobatan Demam Typhoid

Obat yang digunakan anti mikroba yaitu berupa obat-obat yang digunakan dalam

membunuh bakteri, antara lain:

1. Kloramifenikol

2. Seftriakson ampisilin

3. Amoxicilin

4. Quinolone

5. Cefixisme

6. Tiamfrnikol

Medika Metosa:

Beberapa interaksi obat dengan makanan yang dapat ditemui dalam kasus demam

typhoid antar lain:

▪ Ampicillin
▪ Amoxicillin

▪ Ciprofloxacin

▪ Oflocaxin

Terapi Diet Secara Teori

Beberapa diet dan terapi typhoid hal ini penting dalam proses penyembuhan penyakit

demam typhoid:

- Memberikan bentuk makanan menyesuaikan tingkat kesembuhan pasien

- Tirah baring dan perawatan untuk mencegah komplikasi

- Pemberian Anti mikroba bertujuan untuk menghentikan dan menghambat penyebaran

kuman.

- Disarankan untuk memilih makanan rendah serat

- Memberikan vitamin A dan C yang bagus untuk membantu menurunkan suhu demam.
Kelompok 3

Tatalaksana Diet pada Penyakit Leptospirosis

Latar belakang:

Leptospirosis termasuk penyakit zoonotic yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Leptospira pathogen dan umumnya dari jenis L. Interrogans semua serotipe. Penyakit

Zoonotik adalah penyakit yang secara alami dapat ditularkan dari hewan bertulang belakang

(vertebrata) ke manusia dan/sebaliknya.

Pengertian:

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira

dan ditularkan melalui hewan yang terinfeksi Leptospira. Bakteri Leptospira dapat menginfeksi

manusia melalui luka terbuka pada kulit dan mukosa tubuhnya. Leptospirosis biasanya tersebar

melalui air atau tanah yang terkontaminasi oleh urine hewan yang terinfeksi Leptospira.

Kondisi lingkungan di wilayah tropis sangat mendukung penyebaran bakteri Leptospira,

karena bakteri ini cocok hidup pada lingkungan dengan temperature hangat, pH air dan tanah

netral, kelembaban dan curah hujan yang tinggi.

Gejala:

1. Stadium 1

Demam, menggigil, sakit kepala, bercak merah pada kulit, malaise dan muntah,

kemerahan pada mata, nyeri pada otot betis, tampak 4-9 hari

2. Stadium 2

Gejala-gejala yang tampak pada stadium ini lebih bervariasi dibanding pada

stadium pertama antara lain ikterus (kekuningan), apabila demam dan gejala-gejala lain

timbul lagi, besar kemungkinan akan terjadi meningitis, berlangsung 4-30 hari
3. Stadium 3

Pada ginjal, renal failure pada mata, konjungtiva yang tertutup menggambarkan

fase septisemi pada hati, jaundice (kekuningan) yang terjadi pada hari keempat dan

keenam pada jantung, aritmia, dilatasi jantung dan kegagalan jantung pada paru-paru,

hemorhagic pneumonitis dengan batuk darah, nyeri dada, respiratory distress dan

cyanosis pada kehamilan menyebabkan abortus, lahir mati, premature dan kecacatan

pada bayi.

Pencegahan:

Pada umumnya pencegahan leptospirosis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan minum.

3. Menggunakan air bersih untuk mandi dan mencuci.

4. Sayur dan buah harus dicuci dengan air bersih.

5. Menyimpan makanan dengan baik dan benar agar terhindar dari jangkauan

tikus (ditutup rapat, dimasukkan dalam almari).

6. Menggunakan alas kaki, terutama saat beraktifitas di luar rumah.

7. Menghindari kontak dengan air selokan maupun air genangan, baik di

lingkungan rumah maupun di tempat kerja.

8. Menghindari kontak dengan air luapan banjir.

9. Mandi dan mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh dengan sabun setelah

bekerja, terutama saat disawah/kebun/tempat sampah/tanah/ selokan dan tempat

tercemar lainnya.

10. Melindungi bagian tubuh dengan alat pelindung diri (APD) saat bekerja

pada tempaat berisiko pencemaran.

11. Menutup luka pada kulit dengan penutup luka kedap air.
12. Menghindari adanya tikus di rumah maupun tempat kerja.

13. Menghindari pencemaran dan meningkatkan pengendalian tikus.

14. Memasang perangkap tikus.

15. Mengubur atau membakar bangkai tikus di tempat yang aman.

16. Segera periksa ke fasilitas kesehatan yang tersedia jika mengalami gejala

sakit

Medika Metosa:

Jenis obat

1. Penicillin

2. Ampicillin

3. Doxycyline

4. Cefriaxone

5. Paracetamol

Terapi Diet:

Pasien leptospirosis membutuhkan diet yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh,

mencegah dehidrasi, dan mengurangi beban kerja organ hati dan ginjal yang terinfeksi. Pasien

leptospirosis disarankan untuk mengonsumsi makanan yang seimbang, bergizi, dan mudah

dicerna. Makanan yang baik untuk pasien leptospirosis antara lain sumber protein hewani

(seperti telur, ikan, ayam, atau daging tanpa lemak), sumber karbohidrat kompleks (seperti nasi,

roti, atau kentang), sumber serat (seperti sayur-sayuran dan buahbuahan), dan sumber lemak

sehat (seperti minyak zaitun, alpukat, atau kacangkacangan) Pasien leptospirosis sebaiknya

mengonsumsi makanan yang lunak, tidak terlalu panas atau dingin, dan tidak terlalu asin,

manis, pedas, atau berbumbu.

Kesimpulan:
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp yang

menular melalui perantara hewan tikus liar (termasuk mencit), bajing, landak, kucing, musang,

tupai, sapi, babi, anjing, domba, kuda, dan kerbau. Faktor lingkungan memiliki peranan penting

dalam proses penularan leptospirosis. Faktor lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik,

biologik, dan sosial. Gejala Ringan leptospirosis mungkin hanya menimbulkan gejala ringan,

seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, dan lelah. Namun jika dibiarkan maka

akan menyebabkan penyakit yang lebih serius dan mengancam nyawa. Tatalaksana diet yang

diberikan pada penderita penyakit leptopsirosis bertujuan untuk menambah asupan energy

harian dikarenakan demam , menambah asupan cairan harian dengan memberikan makan

rendah protein, rendah serat dan tinggi zat besi.


Kelompok 4

Tuberculosis

Latar belakang:

Tuberculosis (TB) yang merupakan suatu penyakit menular karena hasil

mycobacterium tuberculosis masih menjadi masalah kesehatan prioritas global. Penyakit ini

menjadikannya salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia.

Definisi:

Tuberculosis merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

yang menyerang jaringan parenkim paru-paru (Dewi, 2019).

BEBERAPA TANDA DAN GEJALA TUBERCULOSIS

GEJALA UTAMA

Merasakan demam yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat

malam kadang disertai influenza yang bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan BB

GEJALA KHUSUS

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus

akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”

suara nafas melemah yang disertai sesak.

Jika ada cairan dirongga pleura dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

• Batuk batuk selama lebih dari 3 minggu (dapt disertai dengan darah) Lemah, dan malaise

(perasaan tidak nyaman)


• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat

dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar

cairan nanah.

• Pada anak anak dapat mengenai otak dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),

gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang – kejang.

FAKTOR RISIKO TUBERCULOSIS

Kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan

tubuh seseorang pada saat itu (Darmawansyah dan Wulandari, 2021) adapun faktor terkait

lainnya diantaranya:

FAKTOR RISIKO TUBERCULOSIS

• Merokok

Merokok meningkatkan risiko terjadinya Tuberkulosis paru sebab mengganggu pembersihan

sekresi mukosa, menurunkan kemampuan fagosit makrofag alveolar, dan menurunkan respon

imun dan atau limfopenia CD4+ akibat kandungan nikotin dalam rokok.

FAKTOR RISIKO TUBERCULOSIS

• Alkohol

Mengonsumsi alkohol menjadi faktor risiko TB paru karena mengganggu sistem imun,

khususnya dalam pensinyalan molekul yang bertanggung jawab untuk produksi sitokin.

Anda mungkin juga menyukai