Anda di halaman 1dari 15

Typus

Abdominalis
Tifus (Tipes) atau Demam Tifoid adalah
penyakit yang terjadi karena infeksi
bakteri salmonella typi yang menyebar
melalui makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi. Penyakit ini
banyak terjadi di negara-negara Pengertian
berkembang dan sering terjadi pada
anak-anak. Penyakit ini dapat
membahayakan nyawa bila tidak
ditangani dangan cepat.
Makanan dan air yang
terkontaminasi diduga oleh para
dokter sebagai penyebab utama
berkembangnya penyakit tifus.
Etiologi
Sistem imun yang belum
sempurna pada anak-anak
membuat penyakit ini sering
dialami anak-anak.
Demam tinggi Diare atau
konstipasi

Gejala
Sakit kepala
Sakit perut
Proses infeksi dari penyakit typoid menurut
Rampengan (2001), disebabkan oleh bakteri
salmonella typhi yang masuk ke dalam tubuh
manusia melalui mulut dengan perantara makanan
dan minuman yang tercemar. Sebagian bakteri
dimusnahkan oleh asam lambung dan terjadi
Patofisiologi meningkatkan asam lambung yang menimbulkan
perasaan tidak enak di perut, seperti mual, muntah,
anoreksia, dan mengakibatkan terjadi iritasi mukosa
lambung. Sebagian lagi masuk ke dalam usus halus
sehingga terjadi infeksi yang merangsang peristaltik
usus sehingga menimbulkan diare dan konstipasi.
BAGAN WOC
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Teraupetik
a. Isolasi, disinfeksi.
b. Istirahat saat demam tinggi selama dua minggu.
c. Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak mengandung banyak
serat.
d. Pemberian antibiotik kloramfenikol dengan dosis tinggi.

Penatalaksanaan Keperawatan
Perawat yang melakukan perawatan pada
pasien harus memakai celemek. Masalah
pasien typus abdominalis yang perlu
diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi cairan
dan elektorlit, gangguan suhu tubuh,
gangguan rasa aman dan nyaman, risiko
terjadi komplikasi, kurangnya pengetahuan
orang tau tentang penyakit.
Penatalaksanaan Medis
• Perawatan yang baik untuk menghindari terjadinya komplikasi,
mengingat proses sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-
lain.
• Istirahat selama ± 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi
boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.
• Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, tinggi kalori
dan tinggi protein, tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari.
Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui
sonde lambung.
• Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak
serasi dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol.
Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100
mg/kg/hari (maksimum 2 gram perhari).
• Bila terjadi komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya.
Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara
intravena.
Pengkajian

a. Identitas
b. Keluhan Utama
Perasaan tidak enak badan, pusing, nyeri kepala, lesu, kurang
bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).
c. Data Fokus
 Mata : Konjungtiva anemis
 Mulut : Lidah khas (selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan), nafas
bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah.
 Hidung : Kadang terjadi epistaksis
 Abdomen : Perut kembung (meteorismus), hepatomegali, splenomegali,
nyeri tekan
 Sirkulasi : Bradikardi, gangguan kesadaran
 Kulit : Bintik-bintik kemerahan pada punggung dan ekstremnitas.
Pemerikasaan Penunjang
 Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosit
Dapat menunjukkan : leukopenia/leukositosis/jumlah leukosit normal,
limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya ringan),
anemia.
 Serelogi
i. IgM antigen O9 salmonella typhi (Tubek-X)
- Hanya dapat mendeteksi antobodi IgM salmonella typhi
- Dapat dilakuan pada 4-5 hari pertama demam
i. Ezzyme Immunoassy test (Typhidot)
- Dapat mendeteksi IgM dan IgG salmonella typhi
- Dapat dilakuan pada 4-5 hari pertama demam
 Pengeriksaan sesuai indikasi klinis : SPOGT, SPGT meningkat, leukopenia,
leuokositosis relatf pada fase akut; mungkin terdapat anemia dan
trombositopenia.
DIAGNOSA

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


2. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
5. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
6. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan
Intervensi

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


Manajemen Nyeri
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Indetifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
d. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
e. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
f. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
g. Jelaskan strategi peredam nyeri
Kolaborasi
h. Kolaborasi pemberian analgetik
1. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
Manajemen Hipovolemia
Observasi
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
b. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
c. Hitung kebutuhan cairan
d. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
e. Anjurkan memperbanyak cairan oral
f. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
g. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Manajemen Hipertermia
Observasi
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
d. Berikan cairan oral
e. Lakukan pendinginan eksternal
Edukasi
f. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
g. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
THANKS

Anda mungkin juga menyukai