Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

DIAGNOSA PENYAKIT TYPOID


MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK II
DOSEN PENGAMPU : ERY WARDANEGSIH, S. Kep., Ns., M. M Kep

Oleh :
Kelompok 2

1. ATIMAH 200402001
2. ANDI BESSE UFIAH 200402004
3. JUSTIANI 200402018
4. MIFTHA HULJANNAH 2004020022
5. NURANISA ANGGRENI 200402027

STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS
PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
TAHUN AJARAN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP MEDIS DEMAM TYPOID
1. Definisi
Demam thypoidadalah penyakit infeksi akut yang mengenai
saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih satu minggu,
biasanya terjadi gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran
(Sodikin, 2011).
Demam thypoid merupak anak maupun dewakan penyakit
infeksi menular yang terjadi pada Anak merupakan yang paling
rentan yang biasanya banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun.
Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene perorangan dan
sanitasi lingkungan.kematian demam thypoid pada anak lebih
rendah bila di banding dengan dewasa (Dewi, 2011).
2. Etiologi
Penyebab demam typoid adalah kuman salmonella typhi,
salmonella paratyphii A, dan salmonella parathyphii B, Wujudnya
berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif anaerob pada
suhu 15 – 41oC ( optimun 370C) dan pH pertumbuhan 6-8 (
Ardiansyah, 2012)
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih
ringan, lebih bervariasi bila dibandingkan dengan penderita
dewasa. Bila hanya berpegang pada gejala atau tanda klinis, akan
lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam thypoid pada anak,
terutama pada penderita yang lebih muda, seperti pada thypoid
kongenital ataupun thypoid pada bayi. Masa inkubasi rata-rata
bervariasi antara 7-20 hari, dengan masa inkubasi terpendek 3 hari
dan terpanjang 60 hari.Dikatakan bahwa masa inkubasi
mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan
umum atau status gizi serta status imunologis penderita.Secara
garis besar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan:
a. Demam satu minggu atau lebih
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan kesadaran
4. Patofisilogi
Proses infeksi dia Kuman salmonella thypi dengan
masuknya melalui makanan dan minuman yang sudah tercemar.
Setelah sampai di lambung, sebagian kuman dimusnahkan oleh

asam lambung. Sebagian ய kuman yang masih bertahan hidup

melintasi sawar lambung mencapai usus halus dan mencapai


jaringan limfoid plaque payeri yang mengalami hipertrofi, setelah
mengadakan multiplikasi di usus halus. Salmonella thypiyang
sudah mengadakan multiplikasi mengakibatkan inflamasi pada
daerah setempat yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja usus
dan mengiritasi mukosa usus Peningkatan pristaltik
ususmengakibatkan pergerakan isi usus lebih cepat, sehingga
diruang usus terisi udara yang berakibat pada lambung.Maka dapat
terjadi peningkatan asam lambung dan mengakibatkan mual,
muntah dan anoreksia yang berdampak pada penurunan nafsu
makan sehingga pemasukan nutrisi peroral berkurang (Rampengan,
2008).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih
ringan, lebih bervariasi bila dibandingkan dengan penderita
dewasa. Bila hanya berpegang pada gejala atau tanda klinis, akan
lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam thypoid pada anak,
terutama pada penderita yang lebih muda, seperti pada thypoid
kongenital ataupun thypoid pada bayi. Masa inkubasi rata-rata
bervariasi antara 7-20 hari, dengan masa inkubasi terpendek 3 hari
dan terpanjang 60 hari.Dikatakan bahwa masa inkubasi
mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan
umum atau status gizi serta status imunologis penderita.Secara
garis besar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan:
a. Demam satu minggu atau lebih
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan kesadaran
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah terapi
 Eritrosit : kemungkinan terdapat anemia karena terjadi
gangguan absorpsife di usus halus karena adanya inflamasi,
hambatan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang atau
adanya perforasi usus.
 Leukopenia polimorfonuklear (PMN) dengan jumlah
leukosit antara 30004000/mm3. dan jarang terjadi kadar
leukosit <3000/mm3. Leukopenia terjadi sebagai akibat
penghancuran leukosit oleh endotoksin dan hilangnya
eosinophil dari darah tepi (eosinophilia). Namun dapat juga
terjadi leukositosis, limfositosis relative pada hari ke
sepquh demam, dan peningkatan laju endap darah
 Trombositopenia, biasanya terjadi pada minggu pertama
(depresi fungsi sum-sum tulang dan limpa)
b. Pemeriksaan urin, didapatkan proteinuria ringan (<2 gr/ liter)
dan leukosit dalam urine.
c. Pemeriksaan tinja, kemungkinan terdapat lendir dan darah
karena terjadi perdarahan usus perforasi. Biarkan tinja untuk
menemukan salmonella dilakukan pada minggu kedua dak
ketiga serta biarkan urin pada minggu ketiga dan keempat.
d. Pemeriksaan bakteriologis, diagnosis pasti bila dijumpai kuman
salmonella pada biakan darah tinja, un'ne, cairan empedu atau
sumsum tulang belakang.
e. Pemeriksaan serologis yakni pemeriksaan widal. Test widal
merupakan reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
(agglutinin). Selain itu test wisdal (O dan H aglutinin) mulai
positif pada hari kesepulih dan titer akan semakin meningkat
sampai berakhirnya penyakit.
f. Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan iini untuk mengetahui
apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam typhoid
(Suratun, 2010).
7. Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam 2 bagian menurut
(Rampengan, 2008) yaitu:
1) Komplikasi pada usus halus
a) Perdarahan usus
b) Perforasi usus
c) Peritonitis
2) Komplikasi di luar usus halus
a) Bronkitis
b) Bronkopnemonia
c) Ensefalopati
d) Kolesistitis
e) Meningitis
f) Miokarditis
g) Karier kronik

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu :

1) Pemberian antibiotic

Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab


demam tifoid. Obat yang sering dipergunakan adalah:
a. Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama
14 hari
b. Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
c. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.
d. Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500
mg selam 6 hari; ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari;
ceftriaxone 4 gram/hari selama 3 hari).
2) Istirahat dan perawatan
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Penderita sebaiknya beristirahat total
ditempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan
penderita. Mengingat mekanisme penularan penyakit ini,
kebersihan perorangan perlu dijaga karena ketidakberdayaan
pasien untuk buang air besar dan air kecil.
3) Nonfarmakologi dan Diet

a. Diharuskan untuk Bedrest

b. Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal


penderita diberi makanan berupa bubur saring.
Selanjutnya penderita dapat diberi makanan yang lebih
padat dan akhirnya nasi biasa, sesuai dengan kemampuan
dan kondisinya. Pemberian kadar gizi dan mineral perlu
dipertimbangkan agar dapat menunjang kesembuhan
penderita (Widoyono, 2011).
9. Pathway

Bakteri salmonella thypi

Masuk ke saluran cerna melalui makanan dan


minuman

Peradangan pada saluran cernah


Sebagian
dimusnahkan di lambung
Merangsang pelepasang zat Epilepsi
Peningkatan pirogen dan leukosit

produksi lambung Penurunan


Zat pirogen beredar dalam
darah kapasitas adaptif
Mual, muntah
intrakranial
Hipotalamus
Penurunan nafsu
makan Merespon dengan
meningkat suhu tubuh
Berat badan
menurun Demam thypoid

Defisit Nutrisi
Inflamasi pada kuman pada
usus halus

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermia
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesis
a) identitas klien dan keluarga
b) keluhan utama
keluhan yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah suhu badan
tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
c) riwayat penyakit sekarang
faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui
penyebab. disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang
timbul seperti kapan mulai terjadinya serangan, sembuh atau
bertambah buruk.
d) riwayat penyakit dahulu
pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya
pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
e) riwayat penyakit dahulu
pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya
pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
f) riwayat imunisasi
g) riwayat tumbuh kemba
h) riwayat nutris
i) riwayat psikososial
j) riwayat hospitalisasi
k) riwayat spiritual
b. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien meningitis biasanya
didapatkan kesadaran yang kurang baik atau samnolen dan akan
berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system
saraf pusat.
b) Pemeriksaan fisik
Menurut (Tursinawati et.al 2015) pemeriksaan fisik persistem pada
pasien meningitis meliputi:
 Sistem pernapasan
 Sistem cardiovaskuler
 Sistem persyarafan
 Sistem pencernaan
 Sistem indera
 Sistem muskuloskeletal
 Sistem integuman
 Sistem endokrin
 Sistem perkemihan.
 Sistem reproduksi
 Sistem imun
c) Aktivitas sehari-hari
Meliputi nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat tidur, olah raga,
personal hygiene, aktivitas, dan rekreasi.
2. Diagnosa
Diagnosa yang dapat muncul pada anak dengan penyakit meningitis
adalah:
1) Hipertermia
2) Penurunan kapasitas adptif intrakranial
3) Defisit nutrisi
3. Intervensi
a. Hipertermia
Intervensi : Manajemen Hipertermia ( I.15506)
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia ( mis. dehidrasi,terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Lakukan pendinginan eksternal ( mis. selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi,leher,dada,abdomen,aksila)
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,jika
perlu
b. Peningkatan Tekanan Intrakranial
Intervensi : Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I.06194 )
Obesrvasi
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK ( mis.lesi, gangguan
metabolisme, edema serebral )
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK ( mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola nafas
irreguler, kesadaran menurun
- Monitor ICP ( Intra Cranial Perfusion Pressure ),jika
tersedia
Terapeutik
- Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
c. Defisit Nutrisi
Intervensi : Manajemen Nutrisi ( I.03119 )
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor berat badan
Terapeutik
- Berikan suplemen makanan jika perlu
Edukasi
- Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhkan jika perlu
4. Impleentasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah tindakan, dan menilai data yang baru. Dalam pelaksanaan
membutuhkan keterampilan kognitif. interpersonal, dan psikomotor.
(Rohmah, 2012).
5. Evaluasi
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan. Evaluasi adalah
proses penilaian, pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan (Griffith & Christensen, 1986).Untuk memudahkan perawat
mengevaluasi atau memantau perkembangan klien, digunakan komponen
SOAP.
I. Pengkajian
A. Indentitas klien
Nama : An.A
Temppat Tanggal Lahir : Bone 13 oktober 2015
Umur : 7 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Jalan Vetran
Tanggal masuk : Kamis13 Oktober 2022
Tanggal pengkajian : Kamis 13 Oktober 2022
Diagnosa madik : Demam Thypoid
Rencana Terapi :-
B. Indentitas orang Tua
1. Ayah
Nama : Tn.S
Usia : 25 Tahun
Pendidkan : SMA
Pekerjaan : pengawai Swasta
Agama : Islam
Alamat : Jalan Vetran
2. Ibu
Nama : Ny.I
Usia : 22 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jalan Vetran
C. Indentitas saudara kandung
No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
1. An.P 10 Tahun Saudara Sehat
Kandung

II. Keluhan Utama : Demam


III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Tanggal 13 Oktober 2022 klien tiba di Rumah Sakit dalam
keadaan tidak sadarkan diri. Ibu klien mengatakan anakanya mengeluh
sakit kepala, demam 1 minggu yang lalu di sertai dengan kejang serta
sakit perut dan klien tidak mau makan.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Klien sering mengalami diare,demam dan flu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

-Genogram

G1

 \

2 2
 G2
5 2

G3
1
0
7
Keterangan :
: Laki-laki
: Garis Perkawinan
: Perempuan
: Garis keturunan
: Pasien
: Tinggal serumah

: Meninggal

G1 :Kakek dan nenek klien meninggal karena faktor usia dan selama
hidup tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit
keturunan.
G2 :Ayah dan Ibu klien tidak pernah menderita penyakit menular
maupun keturunan.
G3 :Saudara klien tidak memiliki riwayat penyakit menular dan
penyakit keturunan.klien tidak memiliki penyakit menular maupun
keturunan.
IV. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah
pemberian
1. BCG Umur 6 bulan sekali Demam
2. DPT(I,II,III) Umur 5 bulan inter 5 Demam
mg
3. POLIO(I,II,III,IV) Tidak diketahui Ibu lupa
4. CAMPAK Tidak diketahui Demam
5. HEPATITIS Tidak diketahui Demam
V. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat Badan : 16 kg
2. Tinggi Badan : 120 cm
3. Waktu Tumbuh Gigi : 6 Bulan
B. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkat : lupa
4. Berdiri : 11 bulan
5. Berjalan : 12 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : Lupa
7. Bicara pertama kali : lupa
8. Berpakaian tanpa bantuan : lupa
d. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Sejak lahir
2. Cara pemberian : Disusui secara langsung
3. Lama pemberian : 2 Tahun
B. Pemberian Susu Formula
1. Pemberian susu formula : Tidak
2. Jumlah pemberian : Tidak
3. Cara pemberian : Tidak
C. Pemberian Makanan Tambahan
1. Pertama kali diberikan : 6 bulan
2. Jenis : bubur, pisang, sereal bayi
VI. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Usia Sampai Nutrisi
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
0-6 bulan ASI Sampai 12 bulan
6-12 bahun ASI, bubur, pisang yang Sampai 18 bulan
dihaluskan,bubur
Saat ini Nasi, tempe,daging dan Sampai saat ini
ikan

VII. Riwayat Pasikososial


1. Apakah anak tinggal di : Rumah sendiri
2. Lingkungan berada di : Desa
3. Apakah rumah dekat : Penduduk lainnya
4. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya : Rumah Panggung
5. Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis
6. Pengasuh anak : Orang tua
VIII. Riwayat Hospitilisasi
A. Pengalaman keluarga tentang Sakit Dan Rawat Inap
1. Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : Demam
2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : dokter
mendiagnosa anak typoid
3. Bagaimana perasaan orangtuan tentang anak saat ini: ibu klien
mengatakan perasanya sedih,cemas, takut dan khawatir mengenai
kondisi anaknya
4. Apakah orang tua selalu berkunjung : klien selalu di temani oleh
orang tuanya
5. Siapa yang ingin tinggal dengan anak : orang tua klien
IX. Reaksi Spritual
1. Suport sistem dalam keluarga : orang tua
2. Kegiataan keagamaan : Rajin melakukan beribadah
X. Aktivitas Sahari-hari
A. Nutrisi
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Selera makan Baik Menurun
2. Menu makan Nasi,lauk,sayur, Bubur
susu,telur dan roti
4. Makanan yang Mie ayam dan nasi Tidak ada
disukai goreng
5. Makanan Tidak ada Makanan yang
pantangan keras
6. Pembatasan pola Tidak ada Tidak ada
makan
7. Cara makan Makan sendiri Dibantu
8. Ritual saat makan Berdoa sebelum Tidak ada
makan

B. Cairan
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Air dan juice Air putih
2. Frekuensi minum 10 gelas 3 gelas
3. Kebutuhan cairan 2500 ml 200ml
4. Cara pemenuhan Minum Selang NGT

C. Eliminasi BAB DAN BAK


No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
BAB
1. Tempat pembuangan Toilet Pempers
2. Frekuensi Sekali sehari Sekali sehari
3. Konsistensi Lunak Lunak
5. Obat pencahar Tidak digunakan Tidak
digunakan
BAK
6. Tempat pembuangan Toilet Pempers
7. Frekuensi 7x sehari 3x sehari
8. Konsistensi Jernis Kuning pekat
9. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
10. Obat pencahar Tidag digunakan Tidak
digunakan

D. Istirahat Tidur
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur Siang 13:12-14:06 Rewel
WITA
Malam 21:02-06:05 Rewel
WITA
3. Kebiasaan saat tidur Main hp Rewel
4. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada

E. Olahraga
No Kondisi Saat sakit Sebelum sakit
1. Program olahraga Tidak ada Tidak ada
2. Jenis dan frekuensi Tidak ada Tidak ada
3. Kondisi saat olahraga Tidak ada Tidak ada

F. Personal Hygine
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi
 Cara melakukan Tidak dibantu Di bantu
 Frekuensi 2x sehari 1xsehari
 Alat mandi Sabun,sikat Hanya di basahi
gigi dan odol dengan kain lap
2. Cuci rambut
 Frekuensi
 Cara melakukan 2xsehari Tidak pernah
Tidak dibantu Tidak pernah

G. Aktivitas/Mobilitas Fisik
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Kegiatan sehari-hari Bermain Tidak ada
2. Pengaturan jadwal Terjadwal Tidak ada
harian
3. Penggunaan alat Tidak ada Tidak ada
bantu aktivitas

H. Rekreasi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Perasaan saat sekolah Senang Tidak ada
2. Waktu luang Hari libur Tidak ada
3. Perasaan setelah Senang Tidak ada
rekreasi
4. Waktu senggang Hari minggu Tidak ada
keluarga
5. Kegiatan hari libur berwisata Tidak ada
XI. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Suporous
GCS : E2V1M2
b. Tanda –tanda vital
1) Nadi : 120x/menit
2) Suhu : 39 °C
3) P : 31x/menit
c. Antropometri
1) Tinggi badan : 120 cm
2) Berat badan : 16 kg
3) Lingkar lengan atas :19 cm
4) Lingkar kepala : 51 cm
5) Lingkar dada : 53 cm
6) Lingkar perut : 46 cm
XII. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Inspeksi :Kulit kepala bersih,tidak ada lesi,bentuk kepala
mesosehepal,distribusi rambut merata.
Palpasi :Tidak ada tonjolan patologik.

2. Wajah

Inspeksi :Wajah simestris kiri dan kanan,tidak ada lesi


Palpasi :tidak ada tonjolan.
3. Mata
Inspeksi :Mata simestris kiri dan kanan, konjugtiva tidak
anemis, sklera tidak iterik, respon pupil melambat,
iris berwarna coklat, alis mata tersebar luas.
Palpasi :Tidak adanya benjolan.
4. Hidung

Inspeksi :Hidung simestris kiri dan kanan,tidak adanya secret


atau darah yang keluar,tidak ada tarikan cuping
hidung , terpasang selang NGT,pola napas ireguler
Palpasi :Tidak teraba adanya sinusitis dan polip.
5. Mulut dan Gigi
Inspeksi :Mukosa bibir lembab, kesulitan menelan , terdapat
karang gigi.
Palpasi :Tidak adanya benjolan.
6. Telinga
Inspeksi :Telinga simestris kiri dan kanan,tidak ada
cairan,darah,seruman yang keluar di dalam
telinga,pendengaran baik.
Palpasi :Tidak adanya benjolan.
7. Leher

Inspeksi :Tidak adanya pembengkakan kelenjar tiroid


Palpasi :Tidak adanya benjolan.
8. Dada
Inspeksi :Bentuk dada simestris kiri dan kanan,tidak terdapat
retraksi dinding dada,tida ada oedema pada dada.
Palpasi :Denyut jantung teraba,tidak ada benjolan disekitar
dada.
Auskultasi : Terdapat suara nafas vesikuler menurun pada
thorakx kiri.dan suara ronkhi pada basal sinistra.
9. Payudara

Inspeksi :Tidak ada benjolan dan lesi,warna coklat pada


aerola.
Palpasi : Tidak ada benjolan saat di raba.
10. Abdomen
Inspeksi : Umblikus tampak datar dan masuk ke dalam,tidak
ada lesi.
Palpasi : hepar tidak teraba.

Perkusi :Bunyi tympani


Auskultasi :bising usus normal 12x/menit.
11. Genetalia

Inspeksi :Tidak ada lesi,tidak tampak kemerahan .


Palpasi :Tidak ada benjolan.
12. Rektum dan Anal

Inspeksi :Tidak ada lesi


13. Ekstremistas

Inspeksi :Tidak tampak luka,tidak ada udema.


Palpasi :Tidak ada benjolan.
XIII. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Nilai
Hemoglobin 17,5 g/dL
Leukosit 1,80(10̂3/uL)
Eritrosit 6,34(10^3uL)
HCT 49,8%
Trombosit 318(10^3uL)
MCV 78,5 fL
MCH 27,6 pg
MCHC 35,1 g/dL
Basofil 0
Eosinofil 5
Batang 0
Segmen 38
Limfosit 47
Monosit 10
LED 4
Typhi H antigen 1/320
Typhi O antigen 1/320
Typhi A-O 1/320

XIV. Terapi Obat


Ringer Laktat 500 ml Intravena
Paracetamol 500 gr Intravena
Cefatoxime 3 x 500 mg intravena
XV. Analisa Data

No. Analisa Data Etiologi Masalah

1. Ds : Bakteri salmonella Hipertermia


Ibu Klien Mengatakan ↓
anaknya demam naik Masuk ke saluran cerna
turun 1 minggu yang lalu melalui makanan dan
dan disertai dengan minuman
kejang. ↓
Peradangan pada saluran
Do : cerna
 Suhu tubuh ↓
Meningkat Merangsang pelepasan
 TTV progen oleh leukosit
S : 39°C ↓
N : 120 x/menit
Zat progen beredar dalam
P : 31 x/menit
darah

Hipotalamus

Merespon dengkan
meningkatnya suhu tubuh

Demam thypoid

Peningktan suhu tubuh

Hipertermia
2. Ds : Bakteri salmonella thypi Penurunan
Ibu klien mengatakan ↓ kapasitas
anaknya mengeluh sakit Demam thypoid Adaptif
kepala dan pada saat ↓ Intrakranial
dibawa ke Rumah Sakit Peningktan suhu tubuh
klien dalam keadaan ↓
tidak sadarkan diri Hipertermia

Do : Epilepsi
 Tingkat ↓
kesadaran Penurunan kapasitas
menurun adaptif intrakranial
 Pola napas
ireguler
 Bradikardi
 Respon pupil
melambat.
3. Ds : Bakteri salmonella Defisit Nutrisi
Ibu Klien mengatakan ↓
anaknya sakit Perut dan Masuk ke saluran cerna
tidak mau makan melalui makanan dan
Do : minuman
 Klien tampak ↓
lemas Peradangan pada saluran
 Penurnan berat cerna
badan ; BB ↓
sekrang 16 Kg Sebagian dimusnahkan
dilambung

Peningkatan produksi
asam lambung

Mual,muntah

Penurunan nafsu makan

Berat badan menurun

Defisit Nutrisi

XVI. Diagnosa keperawatan


No. Diagnosa Kode
1. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu D.0130
tubuh meningkat 39°C
2. Penurunan kapasitas Adaptif Intrakranial b.d D.0066
edema serebral d.d tingkat kesadaran menurun
3. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan D.0019
mengabsorbsi nutrien d.d penurunan berat
badan,BB = 16 kg
XVII. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriterial Intervensi Rasional
Hasil
Hipertermia
1 b.d Termoregulasi ( L.14134) Manajemen Hipertermia ( I.15506) 1. Untuk mengetahui
. proses penyakit d.d Setelah dilakukan tindakan Observasi penyebab hipertermia
suhu tubuh meningkat keperawatan 1x 24 jam maka 1. Identifikasi penyebab
2. Untuk memantau suhu
38 C diharapkan termoregulasi hipertermia ( mis.
tubuh
membaik dengan dehidrasi,terpapar lingkungan
kriterial Hasil: panas, penggunaan inkubator) 3. Untuk memantau kadar
1. Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh elektrolit didalam tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
2. Kejang menurun 4. Untuk memantau
4. Monitor komplikasi akibat
komplikasi yang dapat
hipertermia
terjadi akibat
Terapeutik
hipertermia yang dapat
5. Sediakan lingkungan yang
memperburuk keadaan
dingin.
klien
6. Lakukan pendinginan eksternal (
mis. selimut hipotermia atau 5. Untuk memberikan rasa
kompres dingin pada aman dan nyaman klien
dahi,leher,dada,abdomen,aksila)
6. Untuk menurunkan suhu
tubuh dengan teknik
Edukasi non farmakologis
7. Anjurkan tirah baring
7. Untuk meminimalisir
Kolaborasi
pergerakan klien
8. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena,jika perlu 8. Untuk membantu
menurunkan suhu tubuh
dengan teknik
farmakologi

Penurunan
2 kapasitas Kapasitas Adaptif Manajemen Peningkatan Tekanan 1. Untuk mengetahui apa
2. Adaptif Intrakranial Intrakranial ( L.06049 ) Intrakranial ( I.06194 ) penyebab peningkatan
b.d edema serebral d.d Setelah dilakukan tindakan Obesrvasi TIK klien
tingkat kesadaran keperawatan selama 1x 24 1. Identifikasi penyebab peningkatan
2. Untuk memantau
menurun jam maka diharapkan TIK ( mis.lesi, gangguan
tanda dan gejala yang
kapasitas adaptif intrakranial metabolisme, edema serebral )
terjadi pasien terhadap
meningkat dengan 2. Monitor tanda/gejala peningkatan
peningkatan TIK
Kriteria Hasil : TIK ( mis. Tekanan darah
1. Tingkat kesadaran meningkat, tekanan nadi melebar, 3. Untuk memantau
meningkat bradikardia, pola nafas irreguler, tekanan intrakarnial
kesadaran menurun. tetap normal
2. Bradikardia membaik
3. Monitor ICP ( Intra Cranial
4. Untuk memberikan
Perfusion Pressure ),jika tersedia
3. Pola napas membaik Terapeutik kenyamanan kepada
4. Meminimalkan stimulus dengan klien
4. Respon pupil membaik
menyediakan lingkungan yang
5. Untuk
tenang
mengoptimalkan
5. Atur ventilator agar PaCO2
PaCO2 klien
optimal.
6. Pertahankan suhu tubuh normal 6. Untuk mencegah
Kolaborasi peningkatan suhu
7. Kolaborasi pemberian sedasi dan tubuh klien
antikonvulsan, jika perlu
7. Untuk mecegah
terjadinya kejang
dengan teknik
farmakologi

Defisit
3 Nutrisi b.d Status Nutrisi ( L.03030 ) Pemberian Makan Enternal 1. Untuk mengetahui
3. ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan ( I.03126 ) posisi selang.
mengabsorbsi nutrien keperawatan selama 1 x 24 Observasi
2. Untuk mengetahui rasa
d.d penurunan berat jam maka diharapkan status 1. Periksa posisi nasogastric(NGT)
mual dan muntah klien
badan,BB = 16 kg nutrisi membaik dengan dengan memeriksa residu lambung
Kriteria Hasil : atau mengauskultasi hembusan 3. Agar tidak terjadi
1. Berat badan membaik udara. infeksi.
2. Frekuensi makan 2. Monitor rasa penuh mual, da 4. Untuk membantu klien
membaik muntah. memudahkan
Terapeutik pemberian makanan
3. Nafsu makan meningkat
3. Gunakan teknik bersih dalam
5. Untuk mengetahui
pemberian makanan via selang
bagaimana prosedur
4. Tinggikan kepala tempat tidur 30-
pemberian makanan
45 derajat selama pemberian
klien.
makanan.
Edukasi 6. Untuk membantu
5. Jelaskan tujuan dan langkah- proses pemberian
langkah prosedur. makanan klien.
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemilihan jenis dan
jumlah makanan enternal.
XVIII. Implementasi Keperawatan

No Hari /Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Keperawatan

Jumat,
1 14 Oktober 2022 Hipertermia b.d proses penyakit d.d 1. Mengientifikasi penyebab hipertermia ( mis.
1. 08.00 WITA suhu tubuh meningkat 39°C dehidrasi,terpapar lingkungan panas, penggunaan
inkubator)

2. Memonitor suhu tubuh

3. Memonitor kadar elektrolit

4. Memonitor komplikasi akibat hipertermia

5. Menyediakan lingkungan yang dingin

6. Melakukan pendinginan eksternal ( mis. selimut


hipotermia atau kompres dingin pada
dahi,leher,dada,abdomen,aksila)

7. Menganjurkan tirah baring

8. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena,jika perlu.
Jumat
2 14 Oktober 2022 Penurunan kapasitas Adaptif 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK ( mis.lesi,
2 08.20 WITA Intrakranial b.d edema serebral d.d gangguan metabolisme, edema serebral )
tingkat kesadaran menurun
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK ( mis. Tekanan
darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola
nafas irreguler, kesadaran menurun )

3. Memonitor ICP ( Intra Cranial Perfusion Pressure ),jika


tersedia

4. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan


lingkungan yang tenang

5. Mengatur ventilator agar PaCO2 optimal

6. Mempertahankan suhu tubuh normal

7. Berkolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika


perlu.

3. Jumat, 14 Oktober 2022 Defisit Nutrisi b.d 1. Memeriksa posisi nasogastric(NGT) dengan memeriksa
08.35 WITA ketidakmampuan mengabsorbsi residu lambung atau mengauskultasi hembusan udara.
nutrien d.d penurunan berat badan 2. Memonitor rasa penuh mual, da muntah.
16 kg 3. Mengunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via
selang
4. Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama
pemberian makanan.
5. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur.
6. Berkolaborasi pemilihan jenis dan jumlah makanan
enternal.
Sabtu
2 ,15 Oktober 2022 Hipertermia b.d proses penyakit d.d 1. Mengientifikasi penyebab hipertermia ( mis.
4. 08.00 WITA suhu tubuh meningkat 39°C dehidrasi,terpapar lingkungan panas, penggunaan
inkubator )

2. Memonitor suhu tubuh

3. Memonitor kadar elektrolit

4. Memonitor komplikasi akibat hipertermia

5. Menyediakan lingkungan yang dingin

6. Melakukan pendinginan eksternal ( mis. selimut


hipotermia atau kompres dingin pada
dahi,leher,dada,abdomen,aksila)

7. Menganjurkan tirah baring


8. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu

Sabtu
5 ,15 Oktober 2022 Penurunan kapasitas Adaptif 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK ( mis.lesi,
5. 08.18 WITA Intrakranial b.d edema serebral d.d gangguan metabolisme, edema serebral )
tingkat kesadaran menurun.
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK ( mis. Tekanan
darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola
nafas irreguler, kesadaran menurun)

3. Memonitor ICP ( Intra Cranial Perfusion Pressure ),jika


tersedia

4. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan


lingkungan yang tenang

5. Mengatur ventilator agar PaCO2 optimal

6. Mempertahankan suhu tubuh normal

7. Berkolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika


perlu.

Sabtu
6 , 15 Oktober 2022 Defisit Nutrisi b.d 1. Memeriksa posisi nasogastric(NGT) dengan memeriksa
6. 08.30 WITA ketidakmampuan mengabsorbsi residu lambung atau mengauskultasi hembusan udara.
nutrien d.d penurunan berat badan 2. Memonitor rasa penuh mual, da muntah.
16 kg 3. Mengunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via
selang
4. Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama
pemberian makanan.
5. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur.
6. Berkolaborasi pemilihan jenis dan jumlah makanan
enternal.
Minggu
3 ,16 Oktober 2022 Hipertermia b.d proses penyakit d.d 1. Mengientifikasi penyebab hipertermia ( mis.
7. 08.05 WITA suhu tubuh meningkat 39°C dehidrasi,terpapar lingkungan panas, penggunaan
inkubator )

2. Memonitor suhu tubuh

3. Memonitor kadar elektrolit

4. Memonitor komplikasi akibat hipertermia

5. Menyediakan lingkungan yang dingin

6. Melakukan pendinginan eksternal ( mis. selimut


hipotermia atau kompres dingin pada
dahi,leher,dada,abdomen,aksila)
7. Menganjurkan tirah baring

8. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena,jika perlu.

Minggu,
8 16 Oktober 2022 Penurunan kapasitas Adaptif 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK ( mis.lesi,
8 08.20 WITA Intrakranial b.d edema serebral d.d gangguan metabolisme, edema serebral )
tingkat kesadaran menurun.
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK ( mis. Tekanan
darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola
nafas irreguler, kesadaran menurun )

3. Memonitor ICP ( Intra Cranial Perfusion Pressure ),jika


tersedia

4. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan


lingkungan yang tenang

5. Mengatur ventilator agar PaCO2 optimal

6. Mempertahankan suhu tubuh normal

7. Berkolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika


perlu
Minggu
9 ,16 Oktober 2022 Defisit Nutrisi b.d 1. Memeriksa posisi nasogastric(NGT) dengan memeriksa
9. 08.35 WITA ketidakmampuan mengabsorbsi residu lambung atau mengauskultasi hembusan udara.
nutrien d.d penurunan berat badan 2. Memonitor rasa penuh mual, da muntah.
16 kg 3. Mengunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via
selang
4. Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama
pemberian makanan.
5. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur.
6. Berkolaborasi pemilihan jenis dan jumlah makanan
enternal.
XIX. Evaluasi

No. Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi


1. Jumat, 14 Oktober 2022 Hipertermia b.d proses S : Ibu Klien mengatakan suhu tubuh ananknya belum ada penurunan
penyakit d.d suhu tubuh O : Suhu tubuh Meningkat
08.00 WITA TTV
meningkat 39°C
 S : 39,2°C
 N : 121x/menit
 P : 31x/menit
A: Masalah Hipertermia belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2. Jumat 14 Oktober 2022 Penurunan kapasitas Adaptif S : Ibu Klien mengatakan anaknya belum sadarkan diri
Intrakranial b.d edema O : Tingkat kesadaran menurun
08.20 WITA TTV
serebral d.d tingkat kesadaran
menurun.  S : 39,2°C
 N : 121x/menit
 P : 31 x/menit
 GCS : E2V1M2
A: Masalah penurunan kesadaran adaptif intrakranial belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3. Jumat, 14 Oktober 2022 Defisit Nutrisi b.d S : -
ketidakmampuan O : terpasang NGT
08.35 WITA mengabsorbsi nutrien d.d TTV
penurunan berat badan 16 kg  S : 39,2°C
 N : 121x/menit
 P : 31 x/menit
 GCS : E2V1M2
A: Masalah Defisit Nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. Sabtu ,15 Oktober 2022 Hipertermia b.d proses S : Ibu Klien mengatakan suhu tubuh ananknya belum ada penurunan
penyakit d.d suhu tubuh dan belum ada perubahan mengenai kodisi anaknya
08.00 WITA O : Suhu tubuh Meningkat
meningkat 39°C
TTV
 S : 39,4°C
 N : 119x/menit
 P : 32x/menit
A: Masalah Hipertermia belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
5. Sabtu ,15 Oktober 2022 Penurunan kapasitas Adaptif S : Ibu Klien mengatakan anaknya belum sadarkan diri
Intrakranial b.d edema O : Tingkat kesadaran menurun
08.18 WITA TTV
serebral d.d tingkat kesadaran
 S : 39,4°C
menurun.
 N : 119x/menit
 P : 32x/menit
 GCS : E2V1M2
P: Masalah penurunan kapasitas intrakranial belum teratasi

A: Lanjutkan intervensi
6. Sabtu , 15 Oktober 2022 Defisit Nutrisi b.d S : -
ketidakmampuan O : terpasang NGT
08.30 WITA TTV
mengabsorbsi nutrien d.d
penurunan berat badan 16 kg  S : 39,4°C
 N : 119x/menit
 P : 32x/menit
 GCS : E2V1M2
A: Masalah Defisit Nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Minggu,16 Oktober 2022 Hipertermia b.d proses S : Ibu Klien mengatakan suhu tubuh ananknya semakin tinnggi dan
penyakit d.d suhu tubuh belum ada penurunan.
08.05 WITA meningkat 38,9°C O : Suhu tubuh Meningkat
TTV
 S : 40°C
 N : 118x/menit
 P : 34x/menit
A: Masalah Hipertermia belum teratasi
P : Pertahankan Intervensi
8. Minggu, 16 Oktober 2022 Penurunan kapasitas Adaptif S : Ibu Klien mengatakan anaknya belum sadarkan diri
Intrakranial b.d edema O : Tingkat kesadaran menurun
08.20 WITA
serebral d.d tingkat kesadaran TTV

menurun.  S : 40°C
 N : 118x/menit
 P : 34 x/menit
 GCS : E2V1M2
A: Masalah penurunan kesadaran adaptif intrakranial belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
9. Minggu ,16 Oktober 2022 Defisit Nutrisi b.d S : -
ketidakmampuan O : terpasang NGT
08.35 WITA TTV
mengabsorbsi nutrien d.d
penurunan berat badan 16 kg  S : 40°C
 N : 118x/menit
 P : 34 x/menit
 GCS : E2V1M2
A: Masalah Defisit Nutrisi belum teratasi
P : Pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai