Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT

Konsep Medis

I. Konsep Medis
A. Defenisi
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus.
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah
yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. (Smeltzer and Bare C, 2017).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan
suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB
dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan
oleh bakteri virus dan parasit yang patogen.
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan
oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak
normal baik frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

1
B. Etiologi
1. Faktor infeksi
- Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas, dan
sebagainya.
- Infeksi virus
Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dan lain-lain.
- Infeksi parasit
Cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2. Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.
C. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor:
1. Berdasarkan lama waktu:
a. Akut: berlangsung < 5 hari
b. Persisten: berlangsung 15-30 hari
c. Kronik: berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
3. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infeksi
b. Non infeksi

2
D. Pathway Gastroenteritis Akut

3
E. Manifestasi Klinik
1. Diare.
2. Muntah.
3. Nyeri abdomen
4. Membran mukosa mulut dan bibir kering
5. Fontanel cekung
6. Kehilangan berat badan
7. Tidak nafsu makan
8. Badan terasa lemah
F. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat
toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi
diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan
gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

4
G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan darah tepi lengkap


2. Pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma
3. Pemeriksaan urine lengkap
4. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat
dianjurkan
7. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif tentang pada diare kronik.
8. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (gda) & elektrolit (na,
k, ca, dan p serum yang diare disertai kejang)
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1. Kehilangan BB
a. Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %
b. Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%
c. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
d. Dehidrasi berat : menurun BB 10%
2. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama
30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam:
a. 1 detik; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
b. 1-2 detik: turgor kurang (dehidrasi sedang)
c. 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung
lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
tersebut pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan
enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic
amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus, biasanya
memiliki jumlah dan hitung jenis leukost yang normal atau limfositosis. Pasien dengan
infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki
leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada

5
salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan
volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya
leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan
parasit dewasa.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan
1. Penggantian cairan intra vena IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 10- 20ml
2. Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah.
3. Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.
4. Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.
5. Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic
6. Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi
I. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
J. Prognosis
Penyebab diare akut mendadak tersering adalah virus, maka tidak ada pengobatan
yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah
beberapa hari. Diare akut dapat disembuhkan dengan pemberian makanan seperti biasa
dan minuman/cairan yang cukup saja. Mencoba untuk menyembuhkan diare dengan
obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar menyebabkan aliran balik dan
akan memperbanyak salauran tersebut.

6
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, dan pemeriksaan fisik.
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
a. Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat, Anoreksia kemudian timbul diare.
b. Keluhan utama: Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Turgor kulit berkurang, selaput lendir
mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi: Gastroenteritis Akut dan terapi obat antidiare, terapi
intravena, dan antibiotic.
6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien
sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic: diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
c. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
d. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat: akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual: pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri: pasien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan
fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
h. Seksual/reproduksi: mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.
i. Peran hubungan: pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien
pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.

7
C. Diagnosa
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi
usus terhadap zat gizi
3. Nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro enteritis
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap dehidrasi
5. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan sekunder terhadap
kelembapan.
D. Intervensi
Dx.1
Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare
Tujuan:
1. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Tidak terjadi dehidrasi
Intervensi:
1. Monitor output cairan
2. Monitor intake cairan
3. Berikan oralit tiap habis BAB
4. Kaji tanda – tanda dehidrasi
5. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Dx.2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus
terhadap zat gizi
Tujuan:
1. Nutrisi terpenuhi
2. Berat badan sesuai usia
3. Nafsu makan meningkat
Intervensi:
1. Beri diit yang tidak merangsang
2. Motivasi keluarga untuk memberikan makanan yang tidak bertentangan dengan diare dan
sesuai waktu
3. Pertahankan kebersihan mulut
4. Timbang berat badan tiap hari
5. Beri diit tinggi kalori, protein, dan mineral serta rendah zat sisa

8
Dx.3
Nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro enteritis
Tujuan: nyeri dapat berkurang
Intervensi:
1. Beri kompres hangat di perut
2. Ubah posisi klien bila nyeri, arahkan ke posisi yang paling aman.
3. Kaji nyeri
4. Kolaborasi pemberian obat analgesik
Dx.4
Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap dehidrasi
Tujuan: mempertahankan normotermia
Intervensi:
1. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat sedikitnya
2000 ml/ hari kecuali terdapat kontra indikasi penyakit jantung atau ginjal untuk
mencegah dehidrasi.
2. Monitor intake dan output dehidrasi
3. Monitor suhu dan tanda vital
Dx.5
Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan sekunder terhadap
kelembapan
Tujuan: gangguan integritas kulit dapat teratasi dengan ditandai tidak adanya lecet dan
kemerahan di sekitar anal
Intervensi:
1. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut. Bilas dengan air,
keringkan dan taburi talk
2. Beri udara bebas pada daerah anal tiap 10 – 15 menit
3. Beri stik laken di atas perlak klien
4. Gunakan pakaian yang longgar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 2019. Rencana Asuhan


Keperawatan Edisi 9. EGC, Jakarta.
Smeltzer and Bare C, 2017, Buku Ajar Medikal Bedah Brunner and Suddarth, Edisi
7, Volume 2, EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2019. Keperawatan Medikal Bedah volume 5. Jakarta : EGC
Bare & Suzanne, 2020, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8),
EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2015, Rencana Asuhan Keperawatan,
(Edisi III), EGC, Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai