Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

NAMA : Siska Wulandari

NIM : 21101093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL(JIS)
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

1. Konsep Dasar Penyakit


1.1 Definisi gastroentritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen
(Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Sudaryat, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4
kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung
dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair). Diare juga dapat
terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4
kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.

1.2 Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis
sangat beragam , antara lain sebagai berikut :
1. Faktor infeksi :
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,
salmonella, shigella, V.Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan
rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
c. Jamur : candida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
2. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
a. Alergi makanan, misal susu, protein
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d. Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
e. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus

1.3 Klasifikasi
a. Gastroenteritis Akut
inflamasi mukosa dari saluran gastrointestinal akibat infeksi organisme
seperti bakteri, virus, dan parasit ditandai dengan feses yang lebih lembek
atau cair dan muntah dengan onset mendadak yang frekunsinya lebih dari
3 kali sehari dan berlansung kurang dari 14 hari.
b. Disentri
didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa
usus karena bakteri invasif. Penyebab utama disentri akut yaitu Shigella,.
Pada orang deawasa muda, disentri yang serius disebabkan oleh
Entamoeba hislytica, tetapi jarang menjadi penyebab disentri pada anak-
anak.
c. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari, Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan
berat badan yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang banyak
sehingga berisiko mengalami dehidrasi.
1.4 Patofisiologi
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi klinis
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4. Timbul diare
5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir
terlihat kering
9. Berat badan menurun
10. Pucat, lemah
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sudoyo (2009), pemeriksaan penunjang untuk penyakit GEA ada
dua yaitu pemeriksaan darah dan pemeriksaan feses pasien, sebagai berikut :
a. Darah
Pada pemeriksaan darah yang perlu diperiksa adalah dara perifer lengkap,
serum elektrolit berupa Na+, K+, Cl-, analisa gas darah apabila didapatkan
tandatanda gangguan keseimbangan asam basa, immunoassay untuk
mengetahui organisme yang menginfeksi mukosa gastrointestinal seperti
toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen protozoa
(Giardia, E. histolytica).
b. Feses
Pemeriksaan feses yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan feses
lengkap, pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk
mengetahui peningkatan jumlah leukosit di feses pada inflammatory
diarrhea, parasit, amoeba bentuk trpozit, dan hypa pada jamur. Selain
pemeriksaan feses lengkap dilakukan biakan dan resistensi feses atau
colok dubur. Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan
diare akut karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang
terarah akan sampai pada terapi definitif.
1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
rehidrasi, terapi simptomatik, dan terapi definitif
a. Terapi rehidrasi
Langkah pertama adalah dengan rehidrasi, dimana lebih disarankan
dengan rehidrasi oral. Hal yang penting diperhatikan agar dapat
memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan
2) Jumlah Cairan
3) Jalur Pemberian
b. Terapi simtomatik
Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat dipertimbang dalam waktu
pemberian yang singkat dikombinasi dengan pemberian obat antimicrobial
(Sudoyo, 2009).
c. Terapi antibiotic
1.9 Komplikasi
Menurut (Titik Lestari,2016) komplikasi yang dapat terjadi dari diare akut
maupun kronis, yaitu:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktosa.
6. Kejang yang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau kronis
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-
data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali
b. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
f. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,

3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat bernafas
b. Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit
c. Eliminasi
1) BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah sakit
2) BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
Perubahan setelah sakit.
d. Gerak dan Aktivitas
Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS
e. Istirahat dan tidur
Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien
Perubahan setelah sakit
f. Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya pasien.
g. Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C),
hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.
h. Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Observasi
nyeri yang di keluhkan pasien.
i. Rasa Aman
Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan
j. Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji apakan pasien mampu bercanda
dengan keluarganya.
k. Bekerja
Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan keluarganya
a. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien
b. Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan
waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat
depresi.
c. Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai cara pencegahan diare pada
anak. Disinilah peran perawat untuk memberikan HE kepada keluarga pasien
mengenai cara pencegahan diare pada anak.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan
bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah

2.2 Diagnosis Keperawatan


1. Defisit nutrisi
a. Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
b. Batasan karakteristik :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram / nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
b) Objektif :
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membrane mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebih
- Diare
c. Faktor yang berhubungan :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
2. Hipertermia
a. Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b. Batasan karakteristik :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
c. Faktor yang berhubungan :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
3. Risiko hipovolemia
a. Definisi : berisiko mengalami penurunan volume cairan intravascular,
interstisial, dan/atau intraselular
b. Faktor risiko :
1) Kehilangan cairan secara aktif
2) Gangguan absorbsi cairan
3) Usia lanjut
4) Kelebihan berat badan
5) Status hipermetabolik
6) Kegagalan mekanisme regulasi
7) Evaporasi
8) Kekurangan intake cairan
9) Efek agen farmakologis
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
a. Definisi : berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
b. Faktor risiko :
1) Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)
2) Kelebihan volume cairan
3) Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
4) Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
5) Diare
6) Muntah
7) Disfungsi ginjal
8) Disfungsi regulasi endokrin
2.3 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan atau Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
tindakan keperawatan
selama ...... x 24 jam  Identifikasi status nutrisi
diharapkan pemenuhan  Identifikasi alergi dan intoleransi
nutrisi seimbang kembali makanan
dengan kriteria hasil :  Identifikasi kebutuhan kalori dan
Status Nutrisi jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan
 Frekuensi makan selang nasogastric
normal  Monitor asupan makanan
 Nafsu makan  Monitor berat badan
membaik  Monitor hasil pemeriksaan
 Bising usus dalam laboratorium
batas normal  Berikan makanan tinggi serat untuk
 Tidak ada diare mencegah konstipasi
 Meningkatnya  Berikan makanan tinggi kalori dan
verbalisasi keinginan tinggi protein
untuk meningkatkan  Anjurkan posisi duduk
nutrisi  Ajarkan diet yang diprogramkan
 Sikap terhadap  Kolaborasi pemberian medikasi
makanan / minuman sebelum makan (mis. pereda nyeri)
baik sesuai dengan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tujuan kesehatan
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu

2. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermia


tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam  Identifikasi penyebab hipertermia
diharapkan suhu tubuh (mis. dehidrasi, terpapar
kembali normal dengan lingkungan panasm penggunaan
kriteria hasil : incubator)
Termoregulasi  Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Menggigil berkurang  Monitor haluaran urine
 Warna kulit normal  Monitor komplikasi akibat
 Kejang berkurang hipertermia
 Tidak pucat  Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Frekuensi pernapasan  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
normal  Berikan cairan oral
 Denyut nadi dalam  Lakukan pendinginan eksternal
batas normal (mis. selimut hipotermia atau
 Suhu tubuh dalam kompres pada dahi, leher, dada.
batas normal Abdomen, aksila)
 Tekanan darah dalam  Hindari pemberian antopiretik atau
batas normal aspirin
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

3. Risiko Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia


hipovolemia tindakan keperawatan
selama …x 24 jam  Periksa tanda dan gejala
diharapkan pemenuhan hipovolemia (mis. frekuensi nadi
kebutuhan volume cairan meningkat, nadi teraba lemah, dsb)
seimbang dengan kriteria  Monitor intake dan output cairan
hasil :  Hitung kebutuhan cairan
Status cairan  Berikan posisi modified
trendelenburg
 Frekuensi nadi dalam  Berikan asupan cairan oral
batas normal  Anjurkan memperbanyak asupan
 Output urine cairan oral
meningkat  Anjurkan menghindari perubahan
 Membran mukosa posisi mendadak
lembab  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Perasaan lemah isotonis (mis. NaCl, RL)
berkurang  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Tekanan nadi kuat hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
 Turgor kulit baik 0,4%)
 Intake cairan adekuat  Kolaborasi pemberian cairan
 Suhu tubuh dalam koloid (mis. albumin, plasmanate)
batas normal  Kolaborasi pemberian produk
darah

4. Risiko Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit


ketidakseimba tindakan keperawatan
ngan elektrolit selama ...... x 24 jam  Identifikasi kemungkinan penyebab
diharapkan pemenuhan ketidakseimbangan elektrolit
kebutuhan elektrolit  Monitor kadar elektrolit serum
seimbang kembali  Monitor mual, muntah, dan diare
dengan kriteria hasil :  Monitor kehilangan cairan
Keseimbangan cairan  Monitor tanda dan gejala
 Asupan cairan hypokalemia
adekuat  Monitor tanda dan gejala
 Output urin hyperkalemia
meningkat  Monitor tanda dan gejala
 Asupan makanan hiponatremia
adekuat  Monitor tanda dan gejala
 Membran mukosa hypernatremia
lembab
 Tidak ada tanda-tanda  Monitor tanda dan gejala
dehidrasi hipokalsemia
 Frekuensi nadi dalam  Monitor tanda dan gejala
batas normal hiperkalsemia
 Nadi teraba kuat  Monitor tanda dan gejala
 Mata tidak cekung hipomagnesemia
 Turgor kulit membaik  Monitor tanda dan gejala
hipermagnesemia
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba


Medika
Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan
Medikal Bedah. Jakata : Salemba Medika
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Sodikin. 2011.Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika
Sudaryat, 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto
Suriadi dan Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2.
Jakarta : Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai