PENYAKIT DIARE
Oleh:
NI LUH JAYANTI
P07120019017
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT DIARE
B. Etiologi
Menurut PPNI (2017) dalam SDKI, penyebab diare adalah sebagai berikut.
Fisiologis
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi
Psikologis
1. Kecemasan
2. Tingkat stres tinggi
Situasional
1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (agen troid, analgesik, pelunak feses, ferosulfat, antasida,
cimetidine, dan antibiotik)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air
Menurut Ngastiyah (2014), etiologi atau penyebab diare adalah sebagai berikut.
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut :
Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-
virus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides)
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (Candida albicans)
b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits
media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsornsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar).
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang sering menyertai diare adalah muntah (77,8%) dan demam
(77,8%), sedangkan kejang jarang terjadi (9,1%). Derajat dehidrasi terbanyak adalah
dehidrasi ringan sedang (71,6%).
Menurut PPNI (2017) dalam SDKI, tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut.
1. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2. Fese lembek atau cair
2. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Urgency
2. Nyeri atau kram abdomen
Objektif
1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Bising usus hiperaktif
Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda dan gejala orang yang mengalami
diare:
1. Suhu meningkat.
2. Gelisah.
3. Nafsu makan menurun.
4. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya. Kelamaan, feses ini
akan berwarna hijau dan asam.
5. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan
darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan
diakhiri dengan syok.
6. Anus lecet.
7. Berat badan menurun.
8. Turgor kulit menurun.
9. Mata dan ubun-ubun cekung.
10. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
D. Patofisiologi
Patofisiologi Diare Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi
sebagai berikut:
1) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik;
2) sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik;
3) malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak;
4) Defek sistem pertukaran anion atau transpot elektrolit aktif di enterosit;
5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal;
6) gangguan permeabilitas usus;
7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik;
8) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi (Setiawan, 2006). Diare osmotik
disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
dikarenakan oleh obat-obatan atau zat kimia yang yang hiperosmotik, malabsorbsi
umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada defisiensi disararidase,
malabsorbsi glukosa atau galaktosa (Sudoyo, 2006). Diare sekretorik disebabkan
karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi.
Yang khas pada diare tipe sekretorik secara klinis ditemukan diare dengan volume
tinja yang banyak sekali. Penyebab dari diare ini antara lain karena efek
enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Eschersia colli (Setiawan, 2006)
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas
dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di
usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes melitus, pasca
vagotomi, hipertiroid (Elain et all., 2008).
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus
halus (Setiawan, 2006).
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus
yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorbsi
air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri
Shigella) atau noninfeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Chron) . (Setiawan, 2006)
Diare infeksi; infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dilihat
dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif (tidak merusak
mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare
karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut diare toksigenik. Contoh diare
toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholera atau
eltor merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu
membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation
natrium dan kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme pompa
natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion bikarbonat,
air, natrium, ion, kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion
natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida. kompensasi ini
dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh
dinding sel usus (Setiawan, 2006).
E. Pathway
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah:
a. Darah perifer lengkap
b. Serum elektrolit: Na+ , K+ , Cl-
c. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa (pernafasan Kusmaull)
d. Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen
protozoa (Giardia, E. histolytica).
2. Pemeriksaan Feses:
a. Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses pada
inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur)
b. Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
c.
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas: rehidrasi
sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi simptomatik, dan memberikan
terapi definitif.
1. Terapi Rehidrasi
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan intravena.
Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang komposisinya berkisar
antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya.
Cairan per oral juga digunakan untuk memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi
inisial.
2. Terapi Simtomatik
3. Terapi Antibiotik
Pertama
Campylobacter Ciprofloxacin 500mg 2 kali Azithromycin 500mg oral
sehari, 3-5 hari 2 kali sehari
Erytromycin 500mg oral 2
sehari, 3 hari
Vibrio Cholera Tetracycline 500mg oral 4 Resisten tetracycline
kali sehari, 3 hari Ciprofloxacin 1gram oral 1
Doxycycline 300mg oral, kali
dosis tunggai Erythromycin 250mg oral
B. Diagnosa Keperawatan
Diagonasa keperawatan yang muncul pada pasien diare menurut SDKI adalah sebagai berikut.
1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan dibuktikan
dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang normal, kram atau nyeri
absomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat, diare.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, merasa lemah, mengeluh haus,
suhu tubuh meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
3. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit dibuktikan dengan diare.
4. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal,
kulit merah, kejang, kulit terasa hangat.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
dibuktikan dengan dispneu, PCO2 meningkat atau menurun, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat atau menurun, bunyi napas tambahan, sianosis, gelisah, pola napas
abnormal, warna kulit abnormal.
C. Rencana Keperawatan
NO Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Intervensi Utama
berhubungan dengan intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan ...x24 jam diharapkan Observasi
mencerna makanan Status Nutrisi (L.03030) 1. Identifikasi status
dibuktikan dengan membaik dengan kriteria nutrisi
berat badan menurun hasil : 2. Identifikasi alergi dan
minimal 10% di 1. Porsi makan yang intoleransi makanan
bawah rentang dihabiskan 3. Identifikasi makanan
normal, kram atau meningkat yang disukai
nyeri absomen, nafsu 2. Verbilisasi 4. Identifikasi kebutuhan
makan menurun, keinginan untuk kalori dan jenis nutrient
bising usus meningkatkan 5. Identifikasi perlunya
hiperaktif, membran nutrisi meningkat penggunaan selang
mukosa pucat, diare. 3. Nyeri abdomen nasogastric
menurun 6. Monitor asupan
4. Diare menurun makanan
5. Berat badan Indeks 7. Monitor berat badan
Massa Tubuh 8. Monitor hasil
(IMT) membaik pemeriksaan
6. Nafsu makan laboratorium
membaik Terapeutik
7. Bising usus 9. Lakukan oral hygiene
membaik sebelum makan, jika
8. Frekuensi makan perlu
membaik 10. Fasilitasi menentukan
9. Bising usus pedoman diet (mis.
membaik Piramida makanan)
Membran mukosa 11. Sajikan makanan secara
membaik menarik dan suhu yang
sesuai
12. Berikanan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
16. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
17. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis, pereda
nyeri, antlemetik), jika
perlu
19. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Edukasi
14. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
Menurut (Taqiyyah Burarah & Mohammad Jauhar, 2013) implementasi keperawatan adalah tahap
pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama
pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah dilakukan validasi, teknik yang
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan
keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang
meliputi intrvensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon dari pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung, sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan.
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan yaitu format SOAP yang terdiri dari :
3. Analisis, yaitu kesimpulan dari subjektif dan objektif (biasanya ditulis dengan bentuk
masalah keperawatan). Ketika menentukan apa tujuan telah tercapai, perawat dapat
menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan, yaitu :Tujuan tercapai, yaitu respon klien