Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

STASE KEPERAWATAN ANAK


MINGGU 2

DISUSUN OLEH:
SAUDURMA SIRAIT
NIM. 891232030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES YARSI PONTIANAK
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian
Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran, dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali/hari (Selviana et al., 2017).
Diare merupakan gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah (Hartati et al., 2018).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja dengan
intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari
(Prawati & Haqi, 2019)
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu keadaan dimana
terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.

2. Klasifikasi Diare
a) Diare akut
Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defekasi dengan tinja cair atau
lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari
dan berlangsung kurang dari 14 hari dan frekuensi kurang dari 4 kali per hari.
b) Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlanjut 2 minggu atau lebih dengan kehilangan
berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.

Menurut Jufri et al (2017) diare diklasifikan menjadi 3 yaitu :


a. Diare osmotic terjadi ketika terlalu banyak air ditarik dari tubuh ke usus perut. Jika
seseorang minum cairan dengan gula atau garam berlebihan, ini bisa menarik air dari
tubuh ke dalam usus dan mneyebabkan diare osmotic.
b. Sekretori (noninflammatory) diare terjadi ketika tubuh melepaskan air ke usus saat hal itu
tidak seharusnya. Banyak infeksi, obat-obatan, kondisi lain menyebabkan sekresi diare.
Diare jenis ini terjadi saat racun menstimulasi sekresi klorida dan 6 mengurangi
penyerapan garam dan air (disebabkan oleh V. cholera) atau organisme lainnya yang
menghambat fungsi absorbs dari villus di usus halus.
c. Diare eksudatif terjadi jika ada darah dan nanah dalam tinja. Hal ini terjadi dengan
penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau colitis ulseratif

3. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya diare pada anak menurut Simanjuntak (2020) antara
Lain :
a. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare.
1) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
2) Infeksi Virus : Rotavirus, norovirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
3) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa (Entamoeba
Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur (Candida Albicans ).
b. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis, Encefalitis,
Broncopneumonia.
c. Faktor Malabsorbsi :
1) Karbohidrat.
Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat
menyebabkan Diare.
2) Malabsorbsi Lemak.
Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang disebut dengan triglyserida. Dengan
bantuan kelenjar lipase,triglyserida mengubah lemak menjadi micelles yang
bisa diserap usus.
3) Malabsorbsi Protein.

Diare yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat menyerap protein.

d. Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan tertentu, makanan

kurang matang, makanan tercemar atau beracun.

e. Faktor Psikis : Rasa takut dan cemas.


4. Patofisiologi

Penyebab Diare adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus Enteris, Virus

Norwalk), bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Eschericia Coli, Yersinia,

dan lainnya), parasite (Biardia, Lambia, Cryptoporisdium). Beberapa mikroorganisme

patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau

Cytotoksin dimana merusak sel-sel atau melekat pada dinding usus penderita diare

akut. Penularan diare bisa melalui fekal maupun oral dari satu penderita ke penderita

lain. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen disebabkan oleh makanan dan

minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah

adanya gangguan osmotic. Hal tersebut berrti, makanan yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, kemudian isis rongga usus

berlebihan sehingga timbulah diare. Selain itu, muncul pula gangguan sekresi akibat

toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian

terjadilah diare. Gangguan mortilitas usus mengakibatkan hiperperistaltik dan

hipoperistaltik. Diare dapat menimbulkan gangguan lain seperti kehilangan air dan

elektrolit (dehidrasi). Kondisi ini mengganggu keseimbangan asam basa (asidosis

metabolic dan hipokalemian), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),

hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah. Normalnya, makanan atau feses bergerak

sepanjang usus dengan bantuan gerakan peristaltic dan segmentasi usus, akan tetapi

mikroorganisme (seperti Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio Disentri, dan Virus

Entero) akan masuk ke dalam usus dan berkembang biak yang mana hal tersebut

dapat meningkatkan gerak peristaltic usus. Kemudian, usus akan kehilangan cairan

dan meningkatkan gerak peristaltic usus. Kemudian, usus akan kehilangan cairan dan

elektrolit sehingga terjadilah dehidrasi. Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering

terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk dan keluar
dari tubuh, yang mana cairan yang keluar tersebut disertai oleh elektrolit ((Kelurahan

et al., 2020).

5. Pathway
6. Manifestasi Klinis

Pasien dengan diare akut akibat infeksi mengalami nausea, muntah, nyeri perut,
demam dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan
menyebabkan pasien akan haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,
serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan
menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam (pernapasan kusmaul) (Mahanani,
2020). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit). Tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-
ujung ekstermitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung
perfusi ginjal menruun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera
diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulus akut (Mahanani, 2020).
Menurut Mahanani (2020) secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2
golongan :
1) Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2) Disentriform, pada diare didapatkan lender kental dan kadang-kadang darah
a) Dehidrasi
b) Asidosismetabolik
c) Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak
d) Hipoglikemi
e) Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syok

Manifestasi klinis diare lainnya:


1) Mula-mula anak/ bayi cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2) Sering buang air besar dengan kosistensi tinja cair atau encer
3) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu
4) Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat
5) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6) Perubahn tanda-tanda vital, nadi dan respirasi ceoat tekanan darah menurun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, somnolen, sopora, koma)
sebagai akibat hipovolemik
7) Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
8) Bila terjadi asidosis metabolic klien akan tampak pucat dan pernapasan cepat dan dalam
(kusmaul).

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mahanani, 2020 Pemeriksaan objektif utama pasien penderita diare akut
adalah penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit. Adanya demam
menunjukkan infeksi oleh salmonella, Shigella, atau Campylobacter. Pemeriksaan colok
dubur dan sigmoidoskopi harus dilakukan. Keduanya bertujuan menilai tingkat radang
rectal, jika ada dan mendapatkan feses untuk pemeriksaan. Menurut Anwar (2020)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
 Pemeriksaan Tinja
 Makroskopis dan mikroskopis
 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest
 Bila diperlukan lakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi
 Pemeriksaan Darah
 pH darah dan elektrolit (Natrium, kalium, dan fosfor) dalam serum untuk menentukan
keseimbangan asam dan basa b) Kadar ureum dan kreatin untuk mengetahui faal ginjal
 Intubasi Doudenum ( Doudenal Intubation) Untuk mengetahui jasad atau parasite secara
kuantitatif dan kualitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

8. Komplikasi
Komplikasi diare menurut Kusyani et al (2022) adalah :
a. Dehidrasi.
b. Renyatan Hiporomelik .
c. Kejang.
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia.
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

Dari komplikasi Diare, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan sebagai berikut:


a. Dehidrasi ringan Kehilangan cairan 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan
syok.
b. Dehidrasi sedang Kehilangan 5 – 10% dari BB dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat Kehilangan cairan 10-15% dari BB dengan gambaran klinik seperti

tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,

otot kaku sampai sianosis.

9. Penatalaksanaan

Pada anak-anak, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri dari (Mahanani, 2020):

a. Pada anak yang mengalami diare tanpa diehidrasi (kekurangan cairan)

Tindakan :

a) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya

b) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan hingga makanan diberikan seperti biasanya

c) Bila keadaan anak bettambah berat, segera bawa ke puskesmas terdekat

b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/ sedang Tindakan :

1) Berikan oralit

2) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan

3) Teruskan pemberian makanan

4) Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang

5) Bila tidak ada perubahan segera bawa ke puskesmas terdekat

c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat

Tindakan:

1) Segera bawa ke rumah sakit/ puskesma dengan fasilitas perawat

2) Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum

Takaran pemberian Oralit

1) Di bawah 1 tahun: 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas setiap mencret
2) Dibawah 5 tahun (anak balita): 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali
mencret
3) Anak di atas 5 tahun: 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret
4) Anak diatas 12 tahun dan dewasa: 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap
kali mencret (1 gelas: 200 cc)
5) Dasar pengobatan diare
d. Dasar pengobatan diare

Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan, jumlah pemberian.

a) Cairan peroral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCL dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar natrium 90 mEg/l. pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringansedang kadarnatrium 50-60 mEgl/l. formula lengkap disebut
oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap
karena banyak mengandung NaCL dan sukrosa.
b) Cairan parentral Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
Rincian sebagai berikut
 Untuk anak umur 1bulan sampai 2 tahun berat badan 3-10 kg 1 jam pertama 40
ml/kgBB/menit=3 tetes/ kgBB/ menit (infuse set berukuran 1 ml=15 tetes atau
13 tetes/kgBB/ menit), (set infus 1 ml= 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12ml/kgBB/
menit=3 tetes/kgBB/ menit (infuset 1 ml=15 tetes atau 4 tetes/kgBB/ 12 menit
(set infus 1 ml=20 tetes)). 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB/ oralit.
 Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg 1 jam pertama: 30
ml/kgBB/ jam atau 8 tetes/kgBB/ menit (1 ml=15 tetes atau 10 tetes/ kgBB/
menit (1 ml=20 tetes)).
 Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg: 1 jam pertama:
20 ml/kgBB/ jam atau 5 tetes/kgBB/ menit (1 ml=15 tetes atau 7 tetes/kgBB/
menit(1 ml=20 tetes). 7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/ jam atau 2.5 tetes/kgBB/
menit (1 ml=20 tetes) 16 jam berikut: 105ml/ kgBB oralit per oral.

c) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendag
dan lemak tak jenuh). Maknaan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)).
Susu khusus yang
disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu tidak mengandung laktosa
dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh. Obat-obatan Prinsip pengobatan
menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain.
d) Pemberian Inovasi Madu
Pemberian madu untuk mengatasi diare sangat efektif terlebih kandungan madu
sebagai antibakterial membentuk jaringan granulasi memperbaiki kerusakan
permukaan kripte usus dan adanya efek madu sebagai prebiotik yang dapat
menumbuhkan kuman komensial dalam usus dengan kemampuan melekat pada
enterosit mukosa usus sehingga dapat menghambat kolonisasi sejumlah bakteri
penyebab diare termasuk virus (murine dan rebesus rotavirus) (Wulandari, 2017). Pada
penelitian Rokhaidah R. (2019) yang dilakukan pada bulan mei-juni 2018 diketahui
bahwa perlakuan pemberian terapi madu dengan dosis 5 cc sebanyak 13 kali sehari
pada anak-anak yang menderita diare menghasilkan penurunan frekuensi diare
yang signifikan.

Hasil Penelitian Keperawatan Terkait

NO. NAMA TAHUN JUDUL HASIL


PENELITI
1 Rifka Putri 2020 Madu sebagai Madu diberikan 3 kali
Andayani Terapi sehari sebanyak 5 ml dan
Komplementer ORS diberikan setiap anak
Mengatasi Diare diare menunjukkan fre
pada Anak Balita kuensi diare menurun
setelah diberikan madu.

2 Ari Yunita , Rilyani, 2021 Efektivitas Terapi Pemberian madu pada anak
Lidya Aryanti Pemberian Madu diare sebanyak 5 cc 3 x
untuk Menurunkan sehari terjadi penurunan
Frekuensi Diare di frekuensi diare pada anak
desa Margorejo
Lampung Selatan

3 Nidia Putri 2019 Efek Pemberian madu seca


Meisuri, Roro Suplementasi ra oral sebanyak 20 gram
Rukmi Windi Madu terhadap per hari, terbagi dalam
Perdani, Hanna Penurunan dua kali pemberian
Mutiara, Asep Frekuensi Diare (pukul 07.00 dan 17.00
Sukohar Akut pada WIB) dengan pengen
Anakdi RSUD ceran menggunakan aqua
Dr. H. Abdul dest steril 10 cc pada
tiap pemberian terbukti
Moeloek Bandar
menurunkan frekuensi
Lampung diare akut pada anak di
RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lam
pung

0
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan sistematis

sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan

suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

respon individu ( (Budiarti, 2020).

a. Identitas/Biodata

Identitas pasien Lakukan pengkajian identitas seperti nama, alamat, tempat

tanggal lahir, asal suku bangsa,jenis kelamin, agama Identitas Orangtua/ Penanggung

Jawab, nama ayah atau ibu,pekerjaan orang tua,pendidikan,agama alamat.

b. Keluhan utama
Diare / BAB lebih dari biasanya
c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang.

Mula muntah bayi/anak akan menjadi cengeng,gelisah,suhu badan mungkin

meningkat,nafsu makan berkurang atau tidak ada dan kemungkinan timbul

gastroenteritis.gejala muntah terjadi sebelum atau sesudah Diare.

2) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

 Prenatal : tidak ada kelainan/ penyakit pada saat ibu hamil, usia kehamilan

bulan.

 Natal: bayi lahir spontan dirumah bidan dan di tolong oleh bidanlangsung

menangis, tidak ada kebiruan.

 Post natal: tidak adanya asi eksklusif, sering menggunakan botol yangtidak

higenis, kurang gizi, anak menderita penyakit campak.

3) Riwayat kesehatan lalu.

1
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi. Apakah klien pernah
menderita Diare sebelumnya, apakah klien pernah di rawat sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit Diare.
5) Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi BCG, DPT(I,II,III).
6) Pola nutrisi
Frekuensi makan anak Diare menurun ,jenis makanan dikit,nafsu makan
menurun,porsi makan tidak di habiskan,makanan yang tidak di sukai, kesulitan
menelan, mual/muntah, dan makanan kesukaan.
7) Pola Eliminasi

Akan mengalami perubahaan yaitu BAB lebih dari > 3 kali sehari,BAB encer,

BAK sedikit atau jarang.

8) Pola aktivitas

Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan pasien berfokus pada diri

sendiri.

9) Pola tidur atau istirahat

Kesulitan tidur dan gangguan tidur karena adanya distensi abdomen yang akan

menimbulkan rasa tidak nyaman.

10) Pola Hygiene


Pada pasien anak-anak dengan penyakit diare dalam memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya memperlukan bantuan.
11) Keadaan Umum Klien
Keadaan pasien sadar (tanpa dehidrasi), gelisah dan rewel (dehidrasi ringan-
sedang), lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat).
12) Berat Badan
Anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penuruna berat badan
sebagai berikut.Tingkat dehidrasi ringan, bayi 5% (50ml/kg), anak besar 3%
(30ml/kg), dehidrasi sedang : bayi 5-10% (5-100ml/kg), anak besar 6% (60ml/kg),
dehidrasi berat bayi 10-15% (100-150ml/kg), anak besar 9% (90ml/kg). Presentase
penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak di rawat di rumah
sakit.

2
13) Riwayat perkembangan anak.
 Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial), kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
 Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian- bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
 Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
 Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
14) Pemeriksaan head to toe
 Pemeriksaan wajah : Warna kulit pucat,tampak meringis,gerak muka
simestris kanan dan kiri, kelopak mata cekung, konjungtiva anemis,
reaksi pupil mengecil saat terkena cahaya, palpasi tidak adanya edema
dan nyeri tekan.

 Pemeriksaan mulut dan lidah : Bibir pecah pecah , bau mulut, lidah kotor,
bibir pucat, mukosa kering, gusi kemerahaan, nyeri menelan,merasa asam
di mulut,seing menelen,saliva meningkat.

 Pemeriksaan Abdomen : Abdomen kemungkinan mengalami distensi,


kram dan bising usus meningkat .

 Pemeriksaan Kulit : Pada pemeriksaan turgo kulit crt >2detik.

 Pemeriksaan Ekstremitas : Apakah terdapat oedema, atau paralise


(kelumpuhaan), akral hangat/ dingin, pucat.

 Pemeriksaan Genetalia:Anus ada lesi,warna merah

2. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

b.Diare berhubungan dengan proses fisiologis

c. Defisit nutrisi (D.0019) b.d ketidakmampuan kelurga mengenal

masalah kesehatan

3
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
N Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
No
Defisit 1Setelah dilakukan Observasi
volume 1intervensi keperawatan, 1) Periksa tanda dan gejala defisit
cairan 1 maka status cairan volume cairan (misalnya tekanan
. darah menurun, nadi teraba lemah,
berhubu membaik (L.03028)
ngan dengan dengan kriteria hasil : turgor kulit menurun,
kehilangan 2) Membran mukosa kering, lemah dan
cairan aktif. 1) Frekuensi nadi merasa haus).
membaik 3) Monitor intake dan output cairan.

2) Tekanan darah Terapeutik


membaik 1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan asupan oral
3) Turgor kulit membaik
Edukasi
4) Perasan lemah menurun 1) Jelaskan penyebab kekurangan cairan pada
keluarga (hipovolemia)
5) Keluhan haus menurun 2) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral pada keluarga
6) Berat badan membaik
7) Intake cairan membaik
Kolaborasi
8) Suhu tubuh membaik
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(misalnya NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian obat-obatan antidiare

Diare Setelah dilakukan Observasi :


intervensi keperawatan, a) Identifikasi penyebab gangguan
diharapkan integritas integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi
kulit dan jaringan perubahan status nutrisi)
meningkat (L.14125)
dengan Kriteria hasil : Teraupetik :
a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
a) Elastisitas meningkat b) Bersihkan perineal dengan air hangat,
b) Hidrasi meningkat terutama selama periode diare
c) Gunakan produk berbahan petrolium atau
minyak bada kulit kering
d) Gunakan produk berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada kulit sensitif
e) Hindari produk berbahan dasar alkohol
pada kulit kering

Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
lotion, serum)
b) Anjurkan minum air yang cukup
c) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
e) Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem

4
f) Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal saat berada diluar rumah
g) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Defisit 3Setelah dilakukan Observasi :
nutrisi 3 intervensi keperawatan, a) Identifikasi status nutrisi
(D.0019) b.d b) Identifikasi alergi dan intoleransi
diharapkan
ketidakma makanan
status nutrisi membaik
mpuan c) Identifikasi makanan yang disukai
(L.03030) dengan
kelurga d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Kriteria hasil :
mengenal nutrien
masalah 1. Porsi makan yang e) Monitor asupan makanan
kesehatan dihabiskan f) Monitor berat badan
meningkat g) Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Diare menurun
Teraupetik :
3. Frekuensi makan a) Berikan makanan tinggi serat untuk
membaik mencegah konstipasi
b) Lakukan oral hygiene sebelum makan,
4. Nafsu makan jika perlu
membaik c) Berikan makanan tinggi kalori dan tinngi
protein
5. Tidak terjadi d) Berikan suplemen makanan, jika perlu
penurunan BB

Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antimek jika
perlu
b) Kolaborasi engan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

5
4. Implementasi Keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tindakan yang spesifik.

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di

tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai

data yang baru.

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien diare dengan defisit volume

cairan adalah :

 Cuci tangan dengan sabun, bilas hingga bersih dan keringkan dengan handuk

 Siapkan plester

 Buka alat-alat steril dengan teknik aseptic

 Siapkan cairan infuse, tutup botol didesinfektan dengan kapas alcohol

 Atur putaran klem 2-4 cm dari tabung tetesan dan klem

 Tusukkan infuse ke cairan, alirkan cairan dan gantung pada standar infuse

 Pasang tourniquet 10-20 cm diatas vena yang akan dipungsi dan pasang pengalas

 Gunakan sarung tangan

 Antiseptik daerah yang akan ditusuk dengan alcohol

 Lakukan vena pungsi dengan meregangkan vena, tusukkan jarum 1 cm dibawah titik

yang akan ditusuk dengan sudut 20-30°

 Lihat aliran balik darah di tabung, tarik jarum dan masukkan pipa kedalam

pembuluh vena

 Hubungkan pangkal jarum dengan selang infuse

 Buka klem dan hitung tetesan cairan sesuai advis dokter

 Fiksasi selang infuse dan pangkal jarum dengan plester

 Pasang spalk

 tuliskan tanggal, waktu pemasangan pada plester

6
 Rapikan pasien

 Kembalikan alat pada tempatnya

 Cuci tangan

 Dokumentasikan tanggal dan jam pemasangan, jumlah dan jenis cair

5. Evaluasi Keperawatan

Memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Evaluasi

keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna

apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu

pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu

berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan

fungsi dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah & Ghofur, 2017).

7
DAFTAR PUSTAKA
Selviana, Trisnawati, E., & Munawarah, S. (2017). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 4-6 Tahun. Jurnal
Vokasi Kesehatan, 3(1), 28–34. https://doi.org/10.30602/jvk.v3i1.78
Wulandari, dan erawati 2017. Hubungan Kasus Diare dengan Faktor Sosial
Ekonomi dan Perilaku.Jurnal Kedokteran Kusuma Surabaya.(1)2:1-8.

WHO. (2018). WHO (World Health Organisation) suggested management


of dehydration secondary to diarrhoealillness. https
://gpnotebook.com/simple page.cfm?ID=x201504291701 55509743
(Diakses pada tanggal 12 Juni 2021 pukul 22.10 WIB) .
Safitri (2021). Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan Anak.
Jakarta : Penerbit Buku Kesehatan.
Sakarya & of. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gang
gaun Sistem Pencernaan.

Irianto. (2017). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta;


Ditjen PP & PL: 9.
Budiati, 2020. Fakto Risiko Kejadian Diare Balita di Sekitar TPS Banaran
Kampus UNNES. Unnes Journal of Public Health, Volume 1, Nomor
2.
Olfah ghofur. (2017). Faktor yang mempengaruhi kejadian diare di Tambak
Sari, Kota Surabaya. Jurnal Promkes, 7(1), 34-45.

Debby Daviani Prawati, Dani Nasirul Haqi. (2019). Faktor Yang


Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.
. Ahmad Aniq Noor Mutsaqof, Wiharto S.T M.Kom, Esti Suryani S.Si
M.Kom (2016). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Infeksi
Menggunakan Forward Chaining. Amih Huda Nuraarif, S.Kep., Ns &
Hardhi Kusuma, S.Kep., Ns. (2015).

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-


Noc. Yogyakarta. Andi Fatmawati. 2017. Asuhan Keperawatan Pada
An. R Dengan Kasus Diare Pada Anak Di Ruang Madinah RSI Siti
KhadijahPalembang.(http://repository.stiksitikhadijah.ac.id/241/1/415
05001.pdf )

Anik Maryunani. (2013). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta.


Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien
diare ruang rawat nginap di puskesmas puuwatu tahun.
(https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-SINAGA)

Debby Daviani Prawati, Dani Nasirul Haqi. (2019). Faktor Yang


Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.
Dinar Nur Inten, Andalusia Neneng Permatasari. (2019). Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini Literasi Kesehatan pada Anak Usia Dini
melalui Kegiatan Eating Clean.

8
M. Fadila Arie Novard, Netti Suharti, Roslaili Rasyid. (2019). Gambaran
Bakteri Penyebab Infeksi Pada Anak Berdasarkan Jenis Spesimen dan
Pola Resistensinya di Laboratorium RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2014- 2016. Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis.
(2016). Keperawatan Anak. Jakarta

Di Kelurahan Baler Bale Agung Kabupaten Jembrana Tahun 2021. Journal of


Health and Medical Science, 15-26.
Danquah L., Mensah C.M., Agyemang S., Awuah E., 2015. Risk Factors
Associated with Diarrhea Morbidity Among Children Younger than
Five Years in the Atwima Nwabiagya District, Ghana: A Cross-
Sectional Study. Science Journal of Public Health. 3(3):344-52.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Diagnosis
KeperawatanIndonesia : Definisi dan Indikator diagnostik. Jakarta :
DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil keperawatan. Jakarta : DPP
PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil keperawatan. Jakarta : DPP
PPNI

9
0

Anda mungkin juga menyukai