DIARE
DISUSUN OLEH:
SAUDURMA SIRAIT
NIM. 891232030
DIARE
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran, dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali/hari (Selviana et al., 2017).
Diare merupakan gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah (Hartati et al., 2018).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja dengan
intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari
(Prawati & Haqi, 2019)
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu keadaan dimana
terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.
2. Klasifikasi Diare
a) Diare akut
Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defekasi dengan tinja cair atau
lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari
dan berlangsung kurang dari 14 hari dan frekuensi kurang dari 4 kali per hari.
b) Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlanjut 2 minggu atau lebih dengan kehilangan
berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.
3. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya diare pada anak menurut Simanjuntak (2020) antara
Lain :
a. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare.
1) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
2) Infeksi Virus : Rotavirus, norovirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
3) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa (Entamoeba
Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur (Candida Albicans ).
b. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis, Encefalitis,
Broncopneumonia.
c. Faktor Malabsorbsi :
1) Karbohidrat.
Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat
menyebabkan Diare.
2) Malabsorbsi Lemak.
Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang disebut dengan triglyserida. Dengan
bantuan kelenjar lipase,triglyserida mengubah lemak menjadi micelles yang
bisa diserap usus.
3) Malabsorbsi Protein.
Diare yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat menyerap protein.
d. Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan tertentu, makanan
Cytotoksin dimana merusak sel-sel atau melekat pada dinding usus penderita diare
akut. Penularan diare bisa melalui fekal maupun oral dari satu penderita ke penderita
lain. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen disebabkan oleh makanan dan
adanya gangguan osmotic. Hal tersebut berrti, makanan yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, kemudian isis rongga usus
berlebihan sehingga timbulah diare. Selain itu, muncul pula gangguan sekresi akibat
toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian
hipoperistaltik. Diare dapat menimbulkan gangguan lain seperti kehilangan air dan
hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah. Normalnya, makanan atau feses bergerak
sepanjang usus dengan bantuan gerakan peristaltic dan segmentasi usus, akan tetapi
Entero) akan masuk ke dalam usus dan berkembang biak yang mana hal tersebut
dapat meningkatkan gerak peristaltic usus. Kemudian, usus akan kehilangan cairan
dan meningkatkan gerak peristaltic usus. Kemudian, usus akan kehilangan cairan dan
terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk dan keluar
dari tubuh, yang mana cairan yang keluar tersebut disertai oleh elektrolit ((Kelurahan
et al., 2020).
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Pasien dengan diare akut akibat infeksi mengalami nausea, muntah, nyeri perut,
demam dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan
menyebabkan pasien akan haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,
serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan
menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam (pernapasan kusmaul) (Mahanani,
2020). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit). Tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-
ujung ekstermitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung
perfusi ginjal menruun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera
diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulus akut (Mahanani, 2020).
Menurut Mahanani (2020) secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2
golongan :
1) Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2) Disentriform, pada diare didapatkan lender kental dan kadang-kadang darah
a) Dehidrasi
b) Asidosismetabolik
c) Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak
d) Hipoglikemi
e) Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syok
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mahanani, 2020 Pemeriksaan objektif utama pasien penderita diare akut
adalah penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit. Adanya demam
menunjukkan infeksi oleh salmonella, Shigella, atau Campylobacter. Pemeriksaan colok
dubur dan sigmoidoskopi harus dilakukan. Keduanya bertujuan menilai tingkat radang
rectal, jika ada dan mendapatkan feses untuk pemeriksaan. Menurut Anwar (2020)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
Pemeriksaan Tinja
Makroskopis dan mikroskopis
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest
Bila diperlukan lakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi
Pemeriksaan Darah
pH darah dan elektrolit (Natrium, kalium, dan fosfor) dalam serum untuk menentukan
keseimbangan asam dan basa b) Kadar ureum dan kreatin untuk mengetahui faal ginjal
Intubasi Doudenum ( Doudenal Intubation) Untuk mengetahui jasad atau parasite secara
kuantitatif dan kualitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
8. Komplikasi
Komplikasi diare menurut Kusyani et al (2022) adalah :
a. Dehidrasi.
b. Renyatan Hiporomelik .
c. Kejang.
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia.
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,
9. Penatalaksanaan
Pada anak-anak, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri dari (Mahanani, 2020):
Tindakan :
a) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya
b) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan hingga makanan diberikan seperti biasanya
b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/ sedang Tindakan :
1) Berikan oralit
Tindakan:
1) Di bawah 1 tahun: 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas setiap mencret
2) Dibawah 5 tahun (anak balita): 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali
mencret
3) Anak di atas 5 tahun: 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret
4) Anak diatas 12 tahun dan dewasa: 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap
kali mencret (1 gelas: 200 cc)
5) Dasar pengobatan diare
d. Dasar pengobatan diare
a) Cairan peroral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCL dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar natrium 90 mEg/l. pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringansedang kadarnatrium 50-60 mEgl/l. formula lengkap disebut
oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap
karena banyak mengandung NaCL dan sukrosa.
b) Cairan parentral Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
Rincian sebagai berikut
Untuk anak umur 1bulan sampai 2 tahun berat badan 3-10 kg 1 jam pertama 40
ml/kgBB/menit=3 tetes/ kgBB/ menit (infuse set berukuran 1 ml=15 tetes atau
13 tetes/kgBB/ menit), (set infus 1 ml= 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12ml/kgBB/
menit=3 tetes/kgBB/ menit (infuset 1 ml=15 tetes atau 4 tetes/kgBB/ 12 menit
(set infus 1 ml=20 tetes)). 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB/ oralit.
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg 1 jam pertama: 30
ml/kgBB/ jam atau 8 tetes/kgBB/ menit (1 ml=15 tetes atau 10 tetes/ kgBB/
menit (1 ml=20 tetes)).
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg: 1 jam pertama:
20 ml/kgBB/ jam atau 5 tetes/kgBB/ menit (1 ml=15 tetes atau 7 tetes/kgBB/
menit(1 ml=20 tetes). 7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/ jam atau 2.5 tetes/kgBB/
menit (1 ml=20 tetes) 16 jam berikut: 105ml/ kgBB oralit per oral.
c) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendag
dan lemak tak jenuh). Maknaan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)).
Susu khusus yang
disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu tidak mengandung laktosa
dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh. Obat-obatan Prinsip pengobatan
menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain.
d) Pemberian Inovasi Madu
Pemberian madu untuk mengatasi diare sangat efektif terlebih kandungan madu
sebagai antibakterial membentuk jaringan granulasi memperbaiki kerusakan
permukaan kripte usus dan adanya efek madu sebagai prebiotik yang dapat
menumbuhkan kuman komensial dalam usus dengan kemampuan melekat pada
enterosit mukosa usus sehingga dapat menghambat kolonisasi sejumlah bakteri
penyebab diare termasuk virus (murine dan rebesus rotavirus) (Wulandari, 2017). Pada
penelitian Rokhaidah R. (2019) yang dilakukan pada bulan mei-juni 2018 diketahui
bahwa perlakuan pemberian terapi madu dengan dosis 5 cc sebanyak 13 kali sehari
pada anak-anak yang menderita diare menghasilkan penurunan frekuensi diare
yang signifikan.
2 Ari Yunita , Rilyani, 2021 Efektivitas Terapi Pemberian madu pada anak
Lidya Aryanti Pemberian Madu diare sebanyak 5 cc 3 x
untuk Menurunkan sehari terjadi penurunan
Frekuensi Diare di frekuensi diare pada anak
desa Margorejo
Lampung Selatan
0
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan sistematis
sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
a. Identitas/Biodata
tanggal lahir, asal suku bangsa,jenis kelamin, agama Identitas Orangtua/ Penanggung
b. Keluhan utama
Diare / BAB lebih dari biasanya
c. Riwayat kesehatan
Prenatal : tidak ada kelainan/ penyakit pada saat ibu hamil, usia kehamilan
bulan.
Natal: bayi lahir spontan dirumah bidan dan di tolong oleh bidanlangsung
Post natal: tidak adanya asi eksklusif, sering menggunakan botol yangtidak
1
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi. Apakah klien pernah
menderita Diare sebelumnya, apakah klien pernah di rawat sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit Diare.
5) Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi BCG, DPT(I,II,III).
6) Pola nutrisi
Frekuensi makan anak Diare menurun ,jenis makanan dikit,nafsu makan
menurun,porsi makan tidak di habiskan,makanan yang tidak di sukai, kesulitan
menelan, mual/muntah, dan makanan kesukaan.
7) Pola Eliminasi
Akan mengalami perubahaan yaitu BAB lebih dari > 3 kali sehari,BAB encer,
8) Pola aktivitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan pasien berfokus pada diri
sendiri.
Kesulitan tidur dan gangguan tidur karena adanya distensi abdomen yang akan
2
13) Riwayat perkembangan anak.
Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial), kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian- bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
14) Pemeriksaan head to toe
Pemeriksaan wajah : Warna kulit pucat,tampak meringis,gerak muka
simestris kanan dan kiri, kelopak mata cekung, konjungtiva anemis,
reaksi pupil mengecil saat terkena cahaya, palpasi tidak adanya edema
dan nyeri tekan.
Pemeriksaan mulut dan lidah : Bibir pecah pecah , bau mulut, lidah kotor,
bibir pucat, mukosa kering, gusi kemerahaan, nyeri menelan,merasa asam
di mulut,seing menelen,saliva meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
masalah kesehatan
3
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
N Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
No
Defisit 1Setelah dilakukan Observasi
volume 1intervensi keperawatan, 1) Periksa tanda dan gejala defisit
cairan 1 maka status cairan volume cairan (misalnya tekanan
. darah menurun, nadi teraba lemah,
berhubu membaik (L.03028)
ngan dengan dengan kriteria hasil : turgor kulit menurun,
kehilangan 2) Membran mukosa kering, lemah dan
cairan aktif. 1) Frekuensi nadi merasa haus).
membaik 3) Monitor intake dan output cairan.
Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
lotion, serum)
b) Anjurkan minum air yang cukup
c) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
e) Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
4
f) Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal saat berada diluar rumah
g) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Defisit 3Setelah dilakukan Observasi :
nutrisi 3 intervensi keperawatan, a) Identifikasi status nutrisi
(D.0019) b.d b) Identifikasi alergi dan intoleransi
diharapkan
ketidakma makanan
status nutrisi membaik
mpuan c) Identifikasi makanan yang disukai
(L.03030) dengan
kelurga d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Kriteria hasil :
mengenal nutrien
masalah 1. Porsi makan yang e) Monitor asupan makanan
kesehatan dihabiskan f) Monitor berat badan
meningkat g) Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Diare menurun
Teraupetik :
3. Frekuensi makan a) Berikan makanan tinggi serat untuk
membaik mencegah konstipasi
b) Lakukan oral hygiene sebelum makan,
4. Nafsu makan jika perlu
membaik c) Berikan makanan tinggi kalori dan tinngi
protein
5. Tidak terjadi d) Berikan suplemen makanan, jika perlu
penurunan BB
Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antimek jika
perlu
b) Kolaborasi engan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
5
4. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tindakan yang spesifik.
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien diare dengan defisit volume
cairan adalah :
Cuci tangan dengan sabun, bilas hingga bersih dan keringkan dengan handuk
Siapkan plester
Tusukkan infuse ke cairan, alirkan cairan dan gantung pada standar infuse
Pasang tourniquet 10-20 cm diatas vena yang akan dipungsi dan pasang pengalas
Lakukan vena pungsi dengan meregangkan vena, tusukkan jarum 1 cm dibawah titik
Lihat aliran balik darah di tabung, tarik jarum dan masukkan pipa kedalam
pembuluh vena
Pasang spalk
6
Rapikan pasien
Cuci tangan
5. Evaluasi Keperawatan
keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna
apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan
fungsi dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah & Ghofur, 2017).
7
DAFTAR PUSTAKA
Selviana, Trisnawati, E., & Munawarah, S. (2017). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 4-6 Tahun. Jurnal
Vokasi Kesehatan, 3(1), 28–34. https://doi.org/10.30602/jvk.v3i1.78
Wulandari, dan erawati 2017. Hubungan Kasus Diare dengan Faktor Sosial
Ekonomi dan Perilaku.Jurnal Kedokteran Kusuma Surabaya.(1)2:1-8.
8
M. Fadila Arie Novard, Netti Suharti, Roslaili Rasyid. (2019). Gambaran
Bakteri Penyebab Infeksi Pada Anak Berdasarkan Jenis Spesimen dan
Pola Resistensinya di Laboratorium RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2014- 2016. Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis.
(2016). Keperawatan Anak. Jakarta
9
0