Oleh :
Aliqul Safik
P17212205051
4. MANIFESTASI KLINIK
Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yang artinya suatu penyakit yang
mempunyaibanyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum
seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik (Muttaqin, 2012).
a. Gejala respiratorik
1. Batuk: Gejala batuk dapat timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan
2. Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tmpak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah ataudarah segar dalam
jumlah banyal. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
3. Sesak nafas: akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya
sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejalaini ditemukan apabila terjadi
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti
efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
4. Nyeri dada: pada Tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritic yang ringan. Gejala
nyeri dada initimbul apabila system persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik
1. Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore hari
mirip dengan demam influenza. Biasanya subfebril menyerupai demam influenza.
Namun kadang-kadang panas bahkan dapat mencapai 40-41ºC. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman
tuberculosis yang masuk. Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore hari dan malam hari mirip dengan deman influenza, hilang timbul
dan semakin lama semakin panjang serangannya sedangkan masa bebas serangan
semakin pendek.
2. Gejala sistemik lain : keringat pada malam hari, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa : tidak nafsu
makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dll). Timbulnya gejala ini biasanya
berangsur-angsur dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia(naga, S , 2012).
5. PATOFISIOLOGI
Menghirup Mycobacterium tuberculosis menyebabkan salah satu dari empat
kemungkinan hasil, yakni pembersihan organisme, infeksi laten, permulaan penyakit aktif
( Penyakit primer), penyakit aktif bertahun-tahun kemudian (reaktivitas penyakit).
Sumber utama penularanpenyakit ini adalah pasien TB BTA positif. Pada saat pasien
batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak.
Sekali batuk, pasien TB BTA positif dapat menghasilkan 3.000 percikan dahak.
Umumnya, penularan terjadi dalam ruangan di mana dahak berada dalam waktu yang
lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan
lembap.Setelah terhirup, droplet infeksius tetesan menular menetap di seluruh saluran
udara. Sebagian besar bakteri terjebak di bagian atas saluran napas di mana sel epitel
mengeluarkan lendir. Lendir yang dihasilkan menangkap zat asing dan silia di permukaan
sel terus-menerus menggerakkan lendir dan partikelnya yang terperangkap untuk dibuang.
Sistem ini memberi tubuh pertahanan fisikawal yang mencegah infeksi tuberculosis. (
Werdhani, 2011).
6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan TB paru dan efek samping dari OAT menurut Somantri, (2013) sebagai berikut :
a. Pengobatan TB paru
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah : Rifampisin, INH, Pirazinamid,
Streptomisin, Etambutol.
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
3. Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari : Empat obat anti tuberkulosis dalam satu
tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan
etambutol 275 mg dan tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin
150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg.
4. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)Kanamisin Kuinolon. Obat lain masih dalam
penelitian : makrolid, amoksilin + asam klavulanat, Derivat rifampisin dan INH.
b. Efek samping obatSebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek
samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtotatik maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan.
1. Isoniazid (INH) Efek samping ringan dapat berupa tanda –tanda keracunan pada
syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi
dengan pemberian pridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin
B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain
ialah menyerupai defisiensi pridoksin (syndrom pellagra). Efek samping berat
dapat berupa hepatitis yang dapat timbul kurang lebih 0,5% penderita. Bila terjadi
hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai
denganpedoman TB pada keadaan khusus.
2. RifampisinEfek samping ringan yag dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simtomatik ialah : Sindrom flu berupa demam, menggigil, dan
nyeri tulang, sindrom perut berupa sakit perut , mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare dan sindrom kulit seperti gatal-gtal kemerahan. Efek samping
yang berat tapi jarang terjadi ialah : Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi
hal tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai dpedoman TB
pada keadaan khusus, purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu darigejala ini, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan
lagi walaupun gejalanya telah menghilang. Sindrom respirasi yang ditandai dengan
sesak nafas. Rifampisin dapat menyebabkan warna merahpada air seni, keringat,
air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan
tidak berbahaya. Hal ini harus diberikan kepada penderita agar dimengerti dan
tidak perlu khawatir.
3. Pirazinamid Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan
sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri
aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal
ini kemungkinan disebabkan berkurangnya eksresi dan penimbunan asam urat.
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya
ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian
keracunan okuler tersebuttergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi
bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3
kali seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu
setelah obat dihentikan. Sebaiknya etembutol tidak diberikan pada anak karena
risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.
5. Streptomisin efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut
akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur
penderita)
7. KOMPLIKASI
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru adalah:
1. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
3. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumothoraks (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan sebagainya.
6. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kultur sputum : Mikrobacterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
2. Tes tuberkulin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam )
3. Foto torak : Infiltrasi pada area paru atas
4. Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.
5. Darah : peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED)f.Spirometri : penurunan fungsi
paru dan dengan kapasitas vital menurun.
9. PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TUBERKULOSIS PARU
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dengan penyakit infeksi tuberkulosis paru menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
1. Identitas pasien : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, status perkawinan,
pekerjaan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua, tgl MRS, no rekam
medis, diagnosa medis.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan utama : Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk, batuk
berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan demam. Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh untuk membuang/mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan
sputum) timbul dalam jangka waktu lama yaitu selama tiga minggu atau lebih.
b. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan yang sering muncul antara lain: Demam: subfebris,
febris (40- 41oC) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk
ini terjadi untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering
sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum). Sesak nafas: bila sudah lanjut
dimana infiltrasi radang sampai setengah paru- paru. Keringat pada malam hari. Nyeri
dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam. Sianosis, sesak nafas, kolaps:
merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan
jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak
bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien
tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Biasanya penderita TB Paru dahulunya pernah
mengalami penyakit yang yang berhubungan dengan penyakit TB seperti ISPA, efusi
pleura, atau pernah mengalami TB sebelumnya dan kambuh.
d. Riwayat penyakit keluarga: Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang penyakit
yang menular atau penyakit menurun yang ada di dalam keluarga.
e. Riwayat Psikososial : merupakan respon klien terhadap penyakit yang diderita serta
pengaruhnya terhadap kehidupan sehari – hari baik dalam keluarganya maupun dalam
masyarakat.
f. Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa obat,
makanan, udara, debu
5 5
5 5
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada pasien dengan tuberkulosis
paru:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, sekresi yang tertahan,
spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler atau
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
3. Pola nafas tidak efektif berhubunhan dengan peningkatan kerja otot pernafasan
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. infeksi), peningkatan laju
metabolisme
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran dan
mukolitik, jika perlu
(D.0005) L.01004 (1.01014)
Pola Napas Tidak Pemantauan Respirasi
Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam maka pola napas membaik, dengan kriteria Observasi
hasil; - Monitor frekuensi,
kedalaman, irama dan upaya
- Kapasitas vital meningkat napas
- Dispenea menurun - Monitor adanya sumbatan
- Penggunaan otot bantu napas menurun jalan napas
- Frekuensi napas membaik
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor hasil x-ray thoraks
Teraupetik
- Atur interval pemantauan
repirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
(D.0003) L.01003 1.01014
Gangguan Pemantauan Respirasi
Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam maka pertukaran gas meningkat, dengan - Monitor frekuensi, irama,
kriteria hasil; kedalaman dan upaya napas
- Monitor adanya produksi
- Tingkat kesadaran meningkat sputum
- Disneu menurun - Monitor nilai AGD
- Suara napas tambahan menurun
- Sianosis membaik
- Pola Napas membaik
Teraupetik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
1.01026
Terapi Oksigen
Observasi
- Monitor kecepatan aliran
oksigen
- Monitor aliran oksigen secara
periodik
- Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor tanda dann gejala
toksisitas oksigen
Teraupetik
- Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu.
- Pertahankan kepatenan jalan
napas
- Gunakan perangkat Oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
ketika dirumah
Kolaborasi
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
ELSIVER
Hidayat A. A (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Soemantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Somantri I. (2007). Keperawatan medikal bedah : Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
LeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Respirasi. Jakarta :
EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018. Standar Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan . Jakarta : PPNI.
TimPokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.