DIAGNOSA VERTIGO
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
OLEH:
Desy Hariasandi
Nim : 891221014
DISUSUN OLEH:
NIM: 891221014
A. DEFINISI
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan (Black & Hawks, 2014). Vertigo bisa
berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut
meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Lewis, Dirksen, Heitkemper & Bucher,
2014).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh
gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga
(Smeltzer & Bare, 2010). Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin
muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah
keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo
biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan
(Timby & Smith, 2010)
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala
yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya
langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab
vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (Treas & Wilkinson, 2014).
B. KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu (William & Hopper, 2007):
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal
antara lain penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo
(gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan
keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular
neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di
bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).
C. ETIOLOGI VERTIGO
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam
telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya
sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan
tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Timby &
Smith, 2010)
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
Alkohol
Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan
arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multiple
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.
D. PATOFISIOLOGI VERTIGO
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih
lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari
posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala
kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan
tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda
kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu
respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
dari mata disebut nistagnus.
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok:
1. Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau
hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat
muncul lagi.
2. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang.
E. PATWAY VERTIGO
F. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum VERTIGO memiliki gejala perasaan berputar yang kadang-kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala
berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah,
puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah,
mudah tersinggung, gelisah (Lewis, et al, 2014).
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan.
Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian
menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia.
Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung
sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi
vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum)
yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior,
migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur
atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung
beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),
vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya
penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan
dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan
dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki
G. KOMPLIKASI
1. Stroke
2. Obstruksi peredaran darah dilabirin
3. Labirintitis (Viral, Bakterial)
4. Penyakit Meniere
5. Infeksi, Inflamasi
6. Tumor
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (Elektronistagmografi)
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan :
a. Laboratorium
b. Radiologik dan Imaging
c. EEG, EMG, dan EKG.
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika
dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda (Lewis, et al, 2014).
2. Keperawatan
Vertigo posisional Benigna (VPB)
Latihan
latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar
penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan
yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia
merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya.
Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang
kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari,
tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
Obat-obatan
obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai
terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau
serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada
penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika
dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda
sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi
gangguan.
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO
a. Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak.
Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan
dan salisilat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat
penyakit lain baik
5. Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise
Keterbatasan gerak
Ketegangan mata, kesulitan membaca
Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.
6. Sirkulasi
Riwayat hypertensi
Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
Pucat, wajah tampak kemerahan.
7. Integritas Ego
Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
8. Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG (pada migrain).
Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
Penurunan berat badan.
9. Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
Perubahan pada pola bicara/pola pikir
Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
Penurunan refleks tendon dalam
Papiledema.
10. Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
Fokus menyempit
Fokus pada diri sendiri
Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
11. Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi
Demam (sakit kepala)
Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
12. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit.
13. Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone, menopause.
14. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
a. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda
yang diam tampak bergerak maju mundur.
b. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun
dengan alat.
c. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f. Sistem integument
g. Sistem Reproduksi
h. Sistem Perkemihan
15. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan
keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
b. Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi
yangdapat memicu vertigo.
c. Pola nutrisi metabolisme
Adakah nausea dan muntah
d. Pola eliminasi
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
g. Persepsi diri atau konsep diri
h. Pola toleransi dan koping stress
i. Pola sexual reproduksi
j. Pola hubungan dan peran
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang
dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 :
Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi
oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
2. Tanda-tanda vital normal
3. pasien tampak tenang dan rileks.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot
serta mengurangi nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.
Diagnosa Keperawatan 2 :
Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode
koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria Hasil :
1. Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif
2. Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki.
3. Mengkaji situasi saat ini yang akurat
4. Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.
Intervensi :
1. Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.
Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh
dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya
dan menjadi lebih tenang.
3. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang
diharapkan.
Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan
memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.
4. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang
dapat diajarkan.
Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.
Diagnosa Keperawatan 3. :
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat
ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria Hasil :
1. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
2. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya.
Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang
kurangbaik.
6. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan
faktor-faktor yang berhubungan.
d. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan di laksanakan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah di rencanakan. Perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan masih di butuhkan pasien sesuai dengan kondisi
saatini (Doenges, Moorhouse & Murr, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2014). Nursing Care Plans: Guidelines for
Individualizing Client Care Across the Life Span. (9th Ed). Philadelphia: F.A. Davis
Company
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. (Ed 8). (Alih Bahasa: Joko Mulyanto dkk.) Singapore:
Elsevier Inc. (Buku asli terbit tahun 2009)
Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., & Bucher, L. (2014). Medical-Surgical
Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. (9th Ed). St Louis: Mosby
Elsevier
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2010). Brunner and Suddarth’s textbook of medical-surgical
nursing (12th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Timby, B.K.,& Smith, N.E. (2010) Introductory Medical-Surgical Nursing. 1Oth Edition.
China:Wolter Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins
Treas, L.S. & Wilkinson, J.M. (2014). Basic Nursing: Concept, Skills, &
Reasioning.
Philadelphia: F.A. Davis Company
Williams, L.S. & Hopper, P.D. (2007). Understanding Medical Surgical Nursing. (3th
Ed).
Philadelphia: F.A. Davis Compa
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Pontianak
Jl. Panglima Aim No 1 Pontianak Timur Kota Pontianak
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. K
Tempat /tanggal lahir : Pontianak 16 September 1956
Golongan darah :B
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku : Melayu
Status perkawinan : Janda (cerai mati)
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln raya sedau RT 40 rw 07
Diagnose medik : Vertigo
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Umur : 40 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Melayu
Hubungan dengan pasien : Anak
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : jln raya sedau RT 40 rw 07
B. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk rumah sakit / dirawat
Pasien mengatakan 3 hari sebelum di rawat pasien mengeluh nyeri kepala dan
pusing berdenyut. Keluhan disertai dengan mual muntah sertai disertai dengan
telinga berdenging. Pasien merasa tubuhnya sangat lemas dan sebelumnya
juga pasien mencoba untuk mengobati nya dengan membeli obat di warung
tetapi tidak ada perubahan.
b. Factor pencetus
Pasien mengeluh kepalanya pusing dan berputar merasa mual dan pandangan
kabur berbayang.
c. Lama keluhan
Pasien mengatakan keluhan sudah dirasakan lebih kurang 7 hari dan 3 hari
belakangan sakitnya bertambah kuat
d. Timbul keluhan
Timbulnya keluhan bertahap
e. Factor yang memperberat keluhan
Pasien mengatkan mempunyai Riwayat penyakit hipertensi
2. Status Kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang)
Pasien mengatakan pernah mengalami sakit vertigo dan mempunyai penyakit
hipertensi
b. Riwayat kecelakaan
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan
3. Pernah di rawat
a. Penyakit : pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit dengan sakit
vertigo dan hipertensi
b. Waktunya : sekitar 6 bulan yang lalu
c. Riwaya operasi : pasien tidak ada Riwayat di operasi
a. Gejala (Subjektif)
b. Tanda (Objektif)
2) Auskultasi bising usus ADA 115x/ menit tidak ada bunyi abnormal
3) Perkusi abdomen
b) (V) kembung
c) ( ) Bunyi Abnormal
4) Palpitasi Abdomen
5) Pola BAB
6) Pola BAK
8. Neorosensori
a. Gejala (Subjektif)
2) Rasa ingin pingsan/pusing (V) ada nyeri kepala seperti ditusuk tusuk dan berputar
6) Mata keluhan penurunan penglihatan ada pandangan menjadi kabur saat sakit
kepala
b. Tanda (Objektif)
3) Skala koma Glasgow (GCS) respon membuka mata (E) 4 Respon Motorik (M) 6
Respon Verbal (V) 5
5) Pesepsi sensoro
k) Reflek baik
9. Keamanan
c. Gejala (Subjektif)
d. Tanda (Ojektif)
1) Suhu tubuh 37 0C
9) Kekuatan otot ekstremitas atas kanan dan kiri dengan kekuatan penuh
(normal) bernilai 5 dan kekuatan otot ekstremitas bawah kiri bernilai 4
yaitu mampu melakukan gerakan normal
10) Tonus otot baik
e. Gejala (Subjektif)
f. Tanda (Objektif)
g. Gejala (Subjektif)
8) Konsep diri
h. Tanda (Objektif)
b. Tanda (Objektif)
1) Kemampuan berbicara jelas
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologic
Darah rutin
Hemoglobin 14,4 11,7-15,5 g/dl
Hematokrit 43,1 33,0-45,0 %
Leukosit 7,95 2,00 Ribu/ul
Eritrosit 5,2 3,8-5,2 Juta /ul
Trombosit 27,3 150-440 Ribu/ul
Hutungan jenis leukosit
Eosinofil % 1,4 1,0-3.0 %
Basophil % 0,9 0,1 %
Neotrifil % 65,6 50-70 %
Lifosil % 23,5 25-40 %
Monosit % 6,5 2-8 %
16 % 0,3
Netofil limfosit ratio 2,6
Absolut Limposit acoun
MCU 8,4 80,0-100,0 Fl
MCH 27,9 20.0-34,0 Pg
MCHC 33,4 32,0 g/dl
Kimia Klinik
Asam urat 5,3 2,0-5,7 mg/dl
Kolesterol total 231 < 200 mg/dl
Triglesrida 218 < 160 mg/dl
Pengobatan
1. Betahistin misilet 3x2 tab
2. Flunamidin 3x2 tab
3. Demehidrinate 2x1/2 tab
4. Amlodipine 1x1 tab
5. Neosocanbe drip 1x1 IV
6. Flunarizin10 mg 2x1 tab
7. Clipidrogel 1x2mg tab
8. Zink 1x1 tab
9. Piracetam 120mg 3x1 tab
10. Betahibin 3x1 tab
11. Captopril 25mg 2x1 tab
12. Mecobalamin 2x1 tab
13. Piracetam 2x3mg iv
2. Diit
Nasi tim rs
E. Pengelompokan data
Data Subjektif
- Klien mengeluh nyeri pada bagian kepala
- Klien mengatakan nyeri terasa nyut-nyut
- Sifat nyeri :
P : Nyeri saat bergerak
Q : Seperti ditusuk-tusuk dan berputar
R : Di bagian kepala
S : 6 (Nyeri berat)
T : Terus menerus
- Klien mengatakan letih dan pusing jika berpindah tempat
- Klien mengatkan lemah
- Klien mengatakan susah tidur sedah hampir 2-3 hari
- Klien mengatakan kepalanya terasa berputar-putar
- Klien mengatakan kalau siang tidur hanya 1 jam malam hanya 3 jam
- Klien mudah terbangun karena nyeri, perasaan setelah bangun masih mengantuk
DO :
- Klien terlihat Matanya sayuh
- Mata terlihat merah
- Klien Nampak lemas
- Klien terlihat memegang kepalanya
- Klien tampak mengantuk
- Klien tampak hanya berbaring saja
- Wajah klien tampak meringis menahan nyeri
- Tampak lemah dan pucat
- TTV: TD 160/100 mmHg. Nadi 78x/menit, suhu 370C RR 24x/menit
- ADL nilai 4
F. ANALISA DATA
Data Focus Etiologi (E) Masalah (P)
Subyektif (S) & Obyektif (O)
Data Subjektif Agen pencederaan Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri pada fisiologi
bagian kepala
- Klien mengatakan nyeri
terasa nyut-nyut
- Sifat nyeri :
P : nyeri saat bergerak
Q : Seperti ditusuk-tusuk
dan berputar
R : Di bagian kepala
S : 6 (Nyeri berat)
T : Terus menerus
Data Objektif
- Wajah klien tampak
meringis menahan nyeri
- Tampak lemah dan pucat
- TTV:
TD 160/100 mmHg. Nadi
78x/menit, suhu 370C RR
24x/menit
Merangsang sensori
Vertigo
Nyeri akut
2. Fisiologi
Vertigo
Nyeri
I. RENCANA KEPERAWATAN
NO WAKTU TUJUAN DAN PERENCANAAN RASIONAL
DX (TGL/JAM) KRETERIA
HASIL
1 31/10/2022 Observasi
10.00 Setelah dilakukan - Identifikasi nyeri Untuk mengukur
tindakan asuhan yang tingkat nyeri yag
keperawatan komprehensif dirasakan oleh
selama 3 x 24 jam (P,Q,R,S,T) klien
masalah nyeri - obsevasi TTD Untuk
akut dapat teratasi mengetahui
dengan kriteria
hasil : nyeri peningkatan atau
berkurang yang penurunan TTD
ditandai dengan Edukasi
klien mengatakan - Ajarkan teknik Membatu klien
nyeri berkurang non farmakologis dalam
bahkan hilang untuk mengurangi
,klien tampak mengurangi rasa Nyeri tanpa
lebih segar dan nyeri (Teknik obatatau
skala nyeri 2 relaksasi nafas farmakologi
dalam dan
massage utk
mengurangi
nyeri)
Terapeutik
- Kontrol Untuk membatu
lingkungan yang klien mengontrol
memperberat rasa lingkungan agar
nyeri ( Mis. Suhu nyeri yang
ruangan, dirasakan tidak
pencahayaan, bertambah
kebisingan)
Kolaborasi
Kolaborasi Memberikan
pemberian analgetik therapi yang tepat
pada klien
2 31/10/2022 Setelah dilakukan Observasi
- Identifikasi
10.00 tindakan asuhan Agar mengetahui
faktor
keperawatan apa yang
pengganggu tidur menyebabkan
selama 3 x 24 jam
(Fisik/psikologis) gangguan tidur
masalah Gangguan
pola tidur dapat Terapeutik
teratasi dengan - Modifikasi Membantu klien
kriteria hasil : lingkungan (Mis. untuk dapat
Jumlah jam tidur Pencahayaan, membuat suasana
normal kebisingan, suhu lingkungan yang
matras, dan membuat klien
tempat tidur) dapat tidur dgn
Edukasi nyaman
- Jelaskan
pentingnya tidur Menambah
cukup selama pengetahuan klien
sakit tentang
pentingnya tidur
selama sakit
- Anjurkan
menghindari Makanan /
makan/minum minuman yang
yang mengandung
mengganggu kafein dapat
tidur menggagu tidur
- Pengaturan
09.15 - Mengontrol lingkungan cahaya, suhu
yang memperberat rasa ruangan tetap
nyeri( Mis. Suhu dipertahankan, dan
ruangan, pencahayaan, jumlah
kebisingan) pengunjung tetap
dibatasi
- Amlodipine 5mg/8
09.30 - Kolaborasi pemberian
Jam/Oral
analgetic
dihentikan karena
skala nyeri telah
turun dan hanya
diberikan anjuran
terapy nafas dalam
untuk meredahkan
nyeri
2
09.45 Menjelaskan pentingnya mengatakan mengerti
tidur yang adekuat
pentingnya tidur yang
adekuat setelah
dimotivasi
10.00 Menganjurkan klien untuk mengatakan sudah
tidur sebentar saat tidak dapat tidur meskipun 5-
Pusing 6 jam
DX TGL/JAM TANGAN
A. Pengertian :
stimulasi nyeri. Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi
2. Pikiran beristirahat
B. Tujuan
C. Prosedur pelaksanaan :
1. Tahap prainteraksi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap orintasi
3. Tahap kerja
nikmatnya rasanya
(1-2) menit
g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki menuju
anggota tubuh
h. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan dan
merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan
kehangatannya
i. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara
yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan
rasakan kehangatanya
j. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bila rasa nyeri kembali
lagi
mandiri
4. Tahap terminasi
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
Teknik Pijat untuk Meredakan Sakit Kepala Berdenyut dan Pusing ( MASSAGE)
https://youtu.be/fIuQ9oXAmz0