Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

VERTIGO

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. ANISA YULIANI (920173048)


2. ANISYA EKA APRILINA (920173049)
3. ARBA’AH ROBBY MANSYUR (920173051)
4. DWI UTAMI (920173063)
5. ILHAM ARIFIYANTO (920173149)
6. ISNA MEY CAHYANI (920173073)
7. NILTA FITRIYANI (920173081)
8. SHEILA FIRDAYANI (920173087)
9. VINA HANDAYANI (920173090)

KELAS : 2B

PROGAM STUDI : S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KUDUS


Jl. Ganesha I Purwosari Kota Kudus
Tahun pelajaran 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan MAKALAH ini dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO” tepat pada waktunya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhu tugas mata kuliah KMB II. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, dalam isi maupun sistematiknya. Hal ini
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata yang kami sampaikan, selamat mempergunakan dan mempelajari makalah ini
sebaik-baiknya, semoga ada guna dan bermanfaat bagi setiap orang yang mempelajarinya.

Kudus, 13 September 2019

Penyusun
Daftar isi

Kata pengantar
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN
· Latar belakang
· Rumusan masalah
· Tujuan yang ingin dicapai

BAB II PEMBAHASAN
· Pengertian Vertigo
· Etiologi Vertigo
· Patofisiologi Vertigo
· Manifestasi klinis Vertigo
· Pengkajian
· Diagnosa Keperawatan
· Intervensi Keperawatan
· Evaluasi Keperawatan
· Pemeriksaan Penunjang
· Penatalaksanaan
· Pencegahan vertigo

BAB III PENUTUP


· Kesimpulan
· Saran

Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit vertigo biasanya dikenal dengan istilah “pusin tujuh keliling” dikarenakan
seseoranga sedang mengalami keadaan yang serasa berputar dan lingkungan terasa berputar pula,
padahal keadaan tubuh seseorang tersebut tidak bergerak. Penyakit vertigo ini disebabkan oleh
gangguan keseimbangan pada perifer. Dan juga penyakit vertigo disebabkan oleh kelainan
telinga.
Vertigo berasal dari bahasa Yunani, yaitu vertere berarti memutar. Pengertian dari
penyakit ini adalah sebuah penyakit yang mengalami gangguan alat keseimbangan tubuh
sehingga tubuh disebabkan adanya sensasi gerakan dan lingkungan sekitar dirasakan bergerak
pula. Hal ini juga ada gejala vertigo lainnya yaitu khususnya pada jaringan otonomik. Penyakit
vertigo merupakan penyait yang menandai adanya gangguan telinga bagian dalam, yang
disebabkan adanya gangguan keseimbangan sehingga seseorang bisa merasa pusing. Para dokter
dapat melakukan diagnosis penyakit vertigo ini dengan cara pemeriksaan ENG yaitu
elektronistamografi yang dapat menentukan penyebab adanya gejala vertigo.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Vertigo ?
2. Apa etiologi dari Vertigo ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Vertigo ?
4. Apa manifestasi klinis dari Vertigo ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari vértigo ?
6. Bagaimana penatalaksanaan vertigo ?
7. Bagaimana pencegahan vertigo ?
8. Bagaimana pengkajian vértigo ?
9. Apa diagnosa Keperawatan vertigo ?
10. Bagaimana intervensi Keperawatan vértigo ?
11. Bagaimana evaluasi Keperawatan vértigo ?

C. Tujuan yang ingin dicapai


Tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Mengetahui pengertian Vertigo
2. Mengetahui etiologi Vertigo
3. Mengetahui patofisiologi Vertigo
4. Mengetahui manifestasi klinis Vertigo
5. Mengetahui pemeriksaan Penunjang
6. Mengetahui penatalaksanaan
7. Mengetahui pencegahan vertigo
8. Mengetahui pengkajian
9. Mengetahui diagnosa Keperawatan
10. Mengetahui intervensi Keperawatan
11. Mengetahui evaluasi Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi disfungsi yang cukup
cepat dan asimetris system vestibuler perifer (telinga dalam) (Smeltzer & Bare, 2009).
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak memutar atau bergerak
naik-turun karena gangguan pada sistem keseimbangan (Sherwood, 2010).
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan ( Labuguen, 2011).

B. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat kecelakaan, stres,
gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah
ke otak, dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam
otaknya sendiri (Mardjono, 2009).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang
posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari
vertigo (Marril KA,2012):
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional.
4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere.
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis
multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau
keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran
darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri vertebral dan
arteri basiler.

C. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan
ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke
pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik,
jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling
besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba
di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan
sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian
otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak
normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/berjalan dan gejala lainnya (Price & Wilson, 2009).

D. Manifestasi Klinis
1. Pusing berputar
2. Kepala terasa ringan
3. Rasa terapung, terayun
4. Pucat, keringat dingin
5. Sempoyongan
6. Mual, muntah
7. Merasa sekelilingnya bergoyang
8. Berkeringat
9. Tinnitus
10. Nistagmus : pergerakan mata yang abnormal

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan tulang atau
tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa diambil contoh cairan dari
telinga atau sinus atau dari tulang belakang.
2. Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan aliran darah ke
otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah
yang menuju ke otak.
3. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.
4. Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.
5. Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik, otologik, pemeriksaan
fisik umum
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis. terapi menurut Kang (2010), terdiri dari :
1. Terapi kausal
2. Terapi simtomatik
3. Terapi rehabilitatif

G. Pencegahan Vertigo
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum mengalami vertigo, hal yang bisa dilakukan
untuk mencegah terjadinya vertigo berupa :
a. Mengindari kelelahan yang sangat pada mata, seperti menatap layar computer
seharian, kebiasaan membaca/menonton TV sambil berbaring.
b. Tidur yang cukup, kepala lebih tinggi dari badan saat duduk maupun berbaring.
Jangan terlalu sejajar atau bahkan lebih tinggi dari badan (menunduk), ggunaka
bantal yang nyaman.
c. Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum berdiri dari tempat
tidur, sehingga gerak badan tidak terlalu drastis
d. Hindari mengambil barang yang terjatuh dengan menunduk, sebaiknya lakukan
dengan berjongkok terlebih dahulu.
e. Tidak mengkonsumsi alcohol.
f. Rajin olah raga dan melakukan olah pernafasan.
g. Terampil mengelola stress.
h. Mengkonsumsi air putih 10 gelas perhari.
i. Diet sehat, diet seimbang
b. Pencegahan Sekunder
Periksakan segera ke pusat pelayanan kesehatan atau tenaga medis terdekat jika
mengalami tanda dan gejala vertigo sehingga dapat ditentukan diagnosa dini dan
mendapatkan penanganan yang tepat sesuai dengan penyebabnya. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi efek samping dan komplikasi lebih lanjut.
Dan pada pencegahan sekunder dapat dilakukan pemeriksaan neurologis:
a. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Berikan pada posisi demikian 20-30 detik. Pada
kelainan vestibular hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita
tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
b. Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki/kanan diletakkan pada ujung kaki
kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalananya akan menyimpang,
dan pada kelainan serebeler penderita akan cendurung jatuh.
c. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan ditempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin sselama satu menit .pada kelainan vestibuler
posisi penderita akan meyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti
orang melempar cakram: kepala dan dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak kearah lesi denagn lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik.
Keadaan ini disertai dengan nistagamus dengan fase lambat kearah lesi.
d. Metode Brand Darrof
Terapi metode Brand Darrof ini termasuk dalam pencegahan sekunder dimana
tujuannya untuk meningkattkan kemampuan serta menanggulangi penyakit vertigo
dengan latihan sebagai berikut:
a. Ambil posisi duduk.
b. Arahkan kepela ke kiri, jatuhkan lalu jatuhkan bada ke sisi kiri. Masing-masing
gerakan lamanya sekira satu menit menit, dapat dilakukan berulang kali.
c. Untuk awal cukup 1-2 kali ke kanan, makin lama makin bertambah.
e. Dengan latihan dan obat yang tepat terhadap penyebabnya, vertigo bisa diatasi
sehingga kualitas hidup penderita pulih. Beberapa golongan yang sering digunakan
:
1) Antihistamin
Contohnya : dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklasin. Obat ini memiliki
fungsi antivertigo, dengan efek samping mengantuk.
2) Betahistin
Fungsinya meningkatkan sirkulasi di telinga dalam dan mengatasi gejala vertigo.
Efek samping : gangguan di lambung.
3) Antagonis kalsium
4) Fenotiazine
Contoh obat : promethazine (phenergan), efektif mengatasi vertigo, efek samping
: mengantuk (sedasi).
c. Pencegahan Tersier
Lakukan kegiatan senam atau latihan yang dapat mengembalikan kebugaran badan,
konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, serta hindari stress dan kelelahan
yang dapat memperburuk kondisi vertigo. Hal ini bertujuan untuk rehabilitasi dan
peningkatan kualitas hidup penderita vertigo.

H. Pengkajian

a. Aktivitas / Istirahat
1. Letih, lemah, malaise
2. Keterbatasan gerak
3. Ketegangan mata, kesulitan membaca
4. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
5. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.

b. Sirkulasi
1. Riwayat hypertensi
2. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
3. Pucat, wajah tampak kemerahan.

c. Integritas Ego
1. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu.
2. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi.
3. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala.
4. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)

d. Makanan dan cairan


1. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
2. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
3. Penurunan berat badan

e. Neurosensoris
1. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
2. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
3. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
4. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
5. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore.
6. Perubahan pada pola bicara/pola pikir
7. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
8. Penurunan refleks tendon dalam
9. Papiledema.

f. Nyeri/ kenyamanan
1. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
2. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
3. Fokus menyempit
4. Fokus pada diri sndiri
5. Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
6. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g. Keamanan
1. Riwayat alergi atau reaksi alergi
2. Demam (sakit kepala)
3. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
4. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)

h. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit.

i. Penyuluhan / pembelajaran

1. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga


2. Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.
3. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d tekanan vasculer cerebral
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi,
metode koping tidak adekuat.
3. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber informasi, kurang kemampuan
mengingat.
J. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC (Tujuan) NIC (Intervensi) Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Mengenal dan
tekanan vasculer tindakan keperawatan dan skala nyeri memudahkan
cerebral selama … x 24 jam, 2. Anjurkan pasien dalam melakukan
diharapkan nyeri pasien istirahat di tindakan
berkurang dengan KH : tempat tidur keperawatan.
1. Klien 3. Ajarkan teknik 2. istirahat untuk
mengungkapkan relaksasi dan mengurangi
rasa nyeri napas dalam intesitas nyeri
berkurang atau 4. Kolaborasi 3. relaksasi
hilang. untuk mengurangi
2. Tanda-tanda vital pemberian ketegangan dan
normal. analgetik membuat perasaan
3. Klien tampak lebih nyaman.
rileks. 4. untuk mengurangi
nyeri sehingga
pasien menjadi
lebih nyaman.

2. Koping individu Setelah dilakukan 1. Kaji kapasitas 1. Mengenal sejauh


tidak efektif tindakan keperawatan fisiologis yang dan
berhubungan selama … x 24 jam, bersifat umum. mengidentifikasi
dengan ketidak- diharapkan koping 2. Sarankan klien penyimpangan
adekuatan individu menjadi lebih untuk fungsi fisiologis
relaksasi, adekuat dengan KH : mengekspresika tubuh dan
metode koping 1. mengungkapkan n perasaannya memudahkan
tidak adekuat. kesadaran tentang 3. Berikan dalam melakukan
kemampuan koping informasi tindakan
yang dimiliki mengenai keperawatan.
2. Menunjukkan penyebab sakit 2. klien akan
perubahan gaya kepala, merasakan
hidup yang penenangan dan kelegaan setelah
diperlukan/situasi hasil yang mengungkapkan
yang tepat diharapkan segala perasaannya
4. Dekati pasien dan menjadi lebih
dengan ramah tenang
dan penuh 3. agar klien
perhatian, ambil mengetahui
keuntungan dari kondisi dan
kegiatan yang pengobatan yang
dapat diajarka diterimanya, dan
memberikan klien
harapan dan
semangat untuk
pulih
4. membuat klien
merasa lebih
berarti dan
dihargai.
3. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. megetahui
pengetahuan tindakan keperawatan pengetahuan seberapa jauh
mengenai selama … x 24 jam, klien dan pengalaman dan
kondisi dan diharapkan dengan KH : keluarga tentang pengetahuan klien
kebutuhan 1. Melakukan penyakitnya. dan keluarga
pengobatan prosedur yang 2. Diskusikan tentang
berhubungan diperlukan dan penyebab penyakitnya
dengan menjelaskan alasan individual dari 2. untuk mengurangi
keterbatasan dari suatu tindakan. sakit kepala bila kecemasan klien
kognitif, tidak 2. Memulai perubahan diketahui serta menambah
mengenal gaya hidup yang 3. Berikan pengetahuan klien
sumber diperlukan dan ikut penjelasan pada tetang penyakitnya
informasi, serta dalam regimen klien tentang 3. dengan mengetahui
kurang perawatan. penyakitnya dan penyakit dan
kemampuan kondisinya kondisinya
mengingat. sekarang. sekarang, klien dan
4. Minta klien dan keluarganya akan
keluarga merasa tenang dan
mengulangi mengurangi rasa
kembali tentang cemas
materi yang 4. mengetahui
telah diberikan seberapa jauh
pemahaman klien
dan keluarga serta
menilai
keberhasilan dari
tindakan yang
dilakukan

K. Evaluasi Keperawatan
1. Nyeri hilang / berkurang
2. Koping individu yang adekuat
3. Mampu mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur, dan proses
pengobatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit vertigo biasanya dikenal dengan istilah “pusing tujuh keliling” dikarenakan
seseoranga sedang mengalami keadaan yang serasa berputar dan lingkungan terasa berputar
pula, padahal keadaan tubuh seseorang tersebut tidak bergerak. Penyakit vertigo ini
disebabkan oleh gangguan keseimbangan pada perifer. Dan juga penyakit vertigo
disebabkan oleh kelainan telinga.
Penyakit vertigo yang dialami oleh siapapun, baik yang hanya sesaat ataupun yang lama
akan sangat mengganggu dan juga akan sangat menyisak penderitanya. Maka dari itu
apabila menderita penyakit vertigo baiknya segera mengatasinya dengan cepat agar tidak
berkelanjutan panjang.

B. Saran
Oleh karena itu kami menyarankan bagi anda agar harus bisa menjaga kondisi kesehatan
tubuh atau badan dengan baik dan benar, aar tidak mudah mengalami vertigo ini. Yang
intinya, vertigo ini dengan bisa berbahaya dan bisa menyebabkan kematian apabila tidak
diatasi atau ditangani dengan tindakan atau penanganan yang tepat dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kang. L. S. 2010. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur. Jakarta : Cermin Dunia


Kedokteran No. 144.
2. Labuguen, R.H. 2011. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician
January 15, Volume 73, Number 2.
3. Mardjono M. & Sidharta P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
4. Price, S. A. & Wilson, L. M. 2009. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.Vol
., Jakarta : EGC.
5. Sherwood, L. 2010. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Edisi. Jakarta : EGC
6. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2009. Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner &
Suddarth vol:3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai