Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO

Tugas Ini Dibuat Sebagai Tugas Kelompok

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengaampuh Kurnia Harli BSN, MSN

Disusun Oleh Kelompok IV

HERI WATI (B0219504)

REKA MAULANA ( B0219336 )

RISKA AMALIA BAHAR ( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
kasih dan rahmatnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Kelompok kami
dengan baik.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima Kasih kepada dosen mata kuliah
yang telaah memberikan kami tugas kelompok ini dengan judul “ Asuhan keperaatan
Vertigo” sehingga kami dapat menggali lebih dalam lagi tentang materi ini. Semoga
hasil diskusi kami ini dapat dipergunakan dengan baik.

Kami juga sadar bahwa hasil diskusi kami ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kritik dan saran dari teman-teman masih sangat kami butuhkan.

Majene, 30 Agustus 2021


DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar medis


a. Pengertian Vertigo
b. Prevalensi
c. Etiologi penyakit
d. Manifestasi klinis
e. Patofisiologi
f. Komplikasi
g. Pencegahan
h. Pemeriksaan penunjang
i. Penatalaksanaan
B. Konsep dasar asuhan keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi keperawatan
d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakaan suatu istilah yang berasal
dari bahasa latin vertere yang berarti memutar. Vertigo seringkali di nyatakan
sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayaang, badan atau dunia
sekelilingnya berputar-putar. Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan,
biasanya berupa sesansi berputar yang meningkat dengan perubahan posisi
kepala.
Gejala vertigo seperti perubahan kulit yang menjadi pucat (pollor) terutama
daerah muka dengan peluh dingin. Gejala ini selalu mendahului mundulnya
gejala mual/muntah dan diduga akibat sistem saraf simpatik (Kusumastuti &
Sutarni, 2018). Vertigo meruppakan kelainan yang sering dijumpai pada usia
lanjut. Hal ini dapat dimaklumi oleh karena uusia lanjut terjadi berbagai
perubahan struktural berupa degenerasi dan atrofi pada sistem vestibular,
visual dan proprioseptif dengan akibat gangguan funsional pada ketiga
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar medis dari Vertigo?
2. Bagaimanaa konsep dasar asuhan keperawatan Vertigo?

C. Tujuan
1. Untuk mengetaui bagaimana konsep dasar medis Vertigo
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan Vertigo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIS


a. Pengertian Vetigo
Vertigo adalah gejala yang menyebabkan seseorrang mengalami
sensasi pusing berputar yang muncul secara tiba-tiba. Pada kondisi yang
parah, gejala vertigo bisa mengganggu aktifitas sehari-hari. Sebab, vertigo
bisa menyebabkan hilang keseimbangan dan disorientasi. Serangan
vertigo bahkan bisa menyebabkan pengidapnya sampai terjatuh. Saat
vertigo menyerang, hal yang dirasakan bisa bervariasi, seperti pusing
ringan dan muncul secara berkala. Serangan vertigo parah biasanya
memiliki durasi yang lama dan bisa berlangsung selama beberapa hari
sehingga pengidapnya tidak dapat beraktivitas secara normal.

b. Prevalensi
Prevalensi vertigo di indonesia pada tahun 2017 adalah 50% dari orang
tua yang berumur 75 tahun. Tiap tahun berkisar antara 20-30% orang
berusia lebih dari 65 tahun sering lebih banyak berada di rumah saja
karena masalah mudah jatuh. Pada tahun 2018 50% dari usia 40-50 tahun
dan merupakan keluahan oleh penderita yang datang ke prraktek umum
setelah nyeri kepala dan stroke (Pulungan,2018). Berdasarkan data
paasien di UPT puskesmas Dawan satu Klungkung tahun 2018 dengan
jumlah kasus 53 kasus terdiri dari 25 orang penderita vertigo dengan
berjenis kelamin perempuan (UPT Puskesmas Dawan 1, 2019).
Berdasarkan data pasien di UPT puskesmas Dawan ii Klungkung tahun
2019 dengan jumlah kasus sebanyak 58 kasus terdiri dari 21 orang laki-
laki, dan 37 orang perempuan (UPT Puskesmas Dawan II, 2019).
Prevalensi vertigo di jerman, usia 18-79 tahun adalah 30,24%
diasumsiakan karena kelainan vestibular. Penelitian prancis menemukan
prevalensi vertiga 48%.

c. Etiologi penyakit
Etiologi dari vertigo berbeda tergantung dengan jenis vertigonya,
yaitu perifer atau sentral.
1. Vertigo perifer
 Barotrauma dibagi menjadi 2 bagian alternorabik dan
atmosferik telinga dalam. Pada trauma alternobarik,
tekanaan didalam telinga lebih besar dibanding
lingkungan dan sering terjadi pada pilot dan penyelam.
Barotrauma atmosferik telinga dalam disebabkan karena
terjadinya perubahan tekanan yang mendadak.
 Trauma mekanis pada telinga. Yaitu adanyaa riwayat
operasi pada telinga yang dapat menyebabkan trauma pada
telinga dalam dan memiliki manifestasi sebagai vertigo
perifer.
 Adanya infeksi contohnya infeksi labirinitis, herpes,
zoster dan vestibular neuritis
 Adanya tumor pada akustik schanomma
2. Vertigo sentral
Penyebab vertigo sentral adalah sebagai berikut
 Trauma mekanis pada trauma tumpul kepala. Trauma
pada leher dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada
arteri vertebrosilar sehingga menyebabkan vertigo sentral.
 Penyakit serebrovaskular baik iskemik maupun
perdarahan pada sistem vestibular ( arteri vertebrosilar)
yang dapat menyebabkan vertigo sentral
 Multiple scelerosis
 Tumor sudut serebelopontin pada glioma batang otak, dan
medulloblaastoma
d. Manifestasi klinis
perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan
dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah rasa kepala berat, nafsu
makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah,
puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,
mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
e. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan Aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan implusnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan adalah sistem optik dan pro-prioseptik. Informasi yang
berguna untuk keseimbangan tubuh akan di tangkap vestibuler, visual,
dan proprioseptik. Reseptor vestibuler memberikan konstribusi paling
besar, yaitu lebih dari 50%disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil konstribusinya adalah proprioseptik.
f. Komplikasi
Komplikasi yang bisa disebabkan vertigo kerusakan otak.
Depresi,kesulitan melakukan tugas sehari hari.menurunnya kualitas hidup
secara keseluruhan .

g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk vertigo adalah
pemeriksaan audiometri dan pencitraan system saraf pusat berupa CT scan
kepala atau MRI otak. Audiometri dilakukan untuk menilai ada tidaknya
gangguan pendengaran pada pasien

h. Pencegahan
1. Menghindari gerakan secara tiba tiba agar tidak terjatuh.
2. Segera duduk ketika vertigo menyerang
3. Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih tinggi
4. Gerakkan kepala secara perlahan lahan
5. Hindari gerakan kepala mendongkak , berjongkok,atau tubuh membungkuk

i. Penatalaksanaan
Obat lain yang dapat digunakan diantaranya adalah metoclopramide,
dimenhydrinate, ondansetron, prometazine atau golongan benzodiazepine
seperti diazepam dan lorazepam. Vertigo terkait migrain dapat ditangani
dengan pemberian metoprolol, flunarizine, asam valporat, dan topiramat.
Pada vertigo yang disebabkan oleh stroke, medikamentosa untuk stroke
juga harus diberikan berupa pemberian alteplase intravena, aspirin, atau
clopidogrel pada stroke iskemia atauaa pemberian antihipertensi pada
stroke hemorhagik. Sedangkan terapi yang dapat di lakukan diantaranya
adalah terapi rehabilitai vestibular dan pembedahan.
Betahistine merupakan obat yang umum digunakan untuk meredakan
gejala vertigo, bekerja dengan caraa menyekat reseptor histamin H3 dan
H2. Betahistine dapat meningkatkan sirkulasi mikro darah ketelinga
dalam (labirin). Efek terapeutik yang optimal tercapai dalam jangka aktu
panjang, sehingga dosisi pemberian betahistine direkomendasikan
sebesar 24 mg, 2 kali sehari, selama 2-3 bulan. Betashistine umum
digunakan pada vertigo dengan penyebab di perifer seperti penyakit
meniere dan benign paroxysmal positional vertigo.
Rehabilitasi vestibular adalah tata laksana untuk vertigo kronis
(gejala yang timbul versistem lebih dari 1 bulan) direkomendasikan untuk
mengurangi gejala vertigo. Rehabilitasi vestibular dapat dilakukan untuk
pasien dengan lesi vestibular stabil, lesi perifer atau campuran dengan
sentral, pasca trauma, psikogenil, da n untuk orang tua dengan vertigo.
Rehabilitasi dan latihan ini dapat dilakukan di rumah sehari-hari dan
memilki prinsip dan tujuan untuk menstabilkan pandangan dan postur,
mengurangi vertigo dan meningkatkan aktivitas sehari-hari.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1. Identifikasi klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, diagnosa medis, suku bangsa, status perkainan.

2. Keluhan utama
Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas atau
karena perubahn cuaca.
Letih, lemah, malaisen(keterbatasan gerak), ketegangan mata,
kesulitan membaca,
Insomnia, bangun pada pagi hari disertai dengan nyeri kepala

3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
yaitu hal yang meliputi keluhan sampai terjadi sakit kepala
yang hebat, lemah, letih, malaise dan insomnia.
b) Riayat penyakit dahulu
Yaitu apakah pernah mengalami penyakit vertigo atau penyakit
lainnya yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
c) Riwayat penyakit keluarga
Yaitu apakah dalam keluarga ada anggota keluarga yang
pernah atau sedang mengalami penyakit yang sama.

4. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/ istirahat
 Letih, lemas, malaisei (keterbatasan gerak)
 Ketegangan mata, sulit membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri
kepala
 Sakit kepalayang hebat saat perubahan postur tubuh,
aktivitas ataau karena perubahan cuaca.

b. Sirkulasi
 Riayat hipertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
 Pucat/ ajah tampak kemerahan

c. Integritas ego
 Faktor-faktor stres emosional/ lingkungan tertentu
 Perubahaan ketidakmampuan, keputusasaan,
ketidakberdayaan, depresi
 Kekhaatiran, ansiets, peka rangsangan selama sakit kepala
 Mekanisme refresif/ dekensif (sakit kepala kronik)
d. Neurosensoris
 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma,
stroke.
 Aura, fasislis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/ suara yang
keras, epitaksis
 Paraatesia, kelemahan progresif/ paralysis satu sisi
tempore
 Perubahan pada pola bicara/ pola pikir
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan
refleks tendon dalam.
 Papiledema

e. Nyeri
 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis dakit kepala,
misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak,
pascatrauma, sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
 Fokus menyempit
 Otot-otot daerah leher menegang, frigiditas vokal

f. Interaksi sosial
 Perubahan dalam tanggung jawab/ peran interaksi sosial
yang berhubungan dengan penyakit.

b. Diagnosa
1. Nyeri b.d stress dan ketegangan d.d mengeluh nyeri
2. Koping tidak efektif b.d tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
3. Manajemen kesehatan tidak efektif d.d kesulitan dalam menjalani
program perawatan/ pengobatan

c. Intervensi
 Diagnosa keperawatan 1 :
Nyeri b.d stress dan ketegangan d.d mengeluh nyeri
Tujuan : tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil : keluhan nyeri menurun, kesulitan tidur menurun,
perasaan depresi menurun, cedera berulang menurun, anoreksia
menurun, mual/ muntah menurun
Intervensi :
- identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- identifikasi skala nyeri
- identifikasi respon nyeri non verbal
- fasilitasi istirahhat tidur
- jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan nyeri
- ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

 diagnosa keperawatan 2 :
Koping tidak efektif b.d tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
Tujuan : status koping membaik
Kriteria hasil : kemampuan memenuhi peran sesuai usia
meningkat,partisipasi sosial meningkat tanggung jawab diri
meningkat, verbalisasi rasional kegagalan menurun, perilaku
permusuhan menurun
Intervensi :
- identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang
memicu konflik
- fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang membantu
membuat pilihan
- motivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang diharapkan
- informasikan alternatif solusi secara jelas
- berikan informasi yang dimintai pasien
- kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan.
 Diagnosa keperawatan 3
Manajemen kesehatan tidak efektif d.d kesulitan dalam menjalani
program perawatan/ pengobatan
Tujuan : manajemen kesehatan meningkat
Kriteria hasil : melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko
meningkat, penerapan program peraatan meningkat
Intervensi :
- Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang
memicu konflik
- Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang membantu
membuat pilihan
- Fasilitasi melihat situasi secara realistik
- Informasikan alternafit solusi secara jelas
- Berikan informasi yang di minta pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memfasilitassi
pengambilan keputusan

d. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan
dari perawatan dalam hal ini untuk mengatasi nyeri pada penderita
vertigo.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya.
Tujuan pengulangan pada vertigo adalah
- Nyeri yang dapat di hilangkan atau di atasi
- Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau
mencegah kekambuhan

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakaan suatu istilah yang berasal
dari bahasa latin vertere yang berarti memutar. Vertigo seringkali di nyatakan
sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayaang, badan atau dunia
sekelilingnya berputar-putar. Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan,
biasanya berupa sesansi berputar yang meningkat dengan perubahan posisi
kepala. Penatalaksanaan vertigo berbeda-beda tergantung dari penyebab
vertigonya. Walau demikian, penanganan gejala vertigo pada umumnya dapat
di tangani menggunakan medikamentosa yang sama. Medikamentosa utama
umtuk vertigo adalah betahistine yang digunakan untuk menangani vertigo
perifer.
B. SARAN
Ketika kita mengalami satu atau beberapa dari tanda-tanda vertigo maka
sebaiknya segera periksakan ke dokter sebelum menyebabkan nyeri yang
kronis.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III (Revisi)


Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi Cetakan II
Buku Standar Intervensi Keperaatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II
Lynda Jual carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperaatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999
Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperaatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999. 3

Anda mungkin juga menyukai