Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO DI RUANG SARAF

RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

DOSEN PEMBIMBING: NS. JAKA PRADIKA, M. KEP

DI SUSUN OLEH:

ISA HAIRONI

PROGRAM STUDI NERS REGULER B KHUSUS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2021
A. KONSEP TEORI PENYAKIT
1. Pengertian
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan
[ CITATION Lab06 \l 1033 ].
Menurut [ CITATION Dit14 \l 1033 ], pengertian vertigo adalah:
a) Sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya
dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit.
b) Gangguan sensasi Gerakan, penderita biasanya merasa berputar.
c) Sensasi Gerakan saat tiada Gerakan terjadi relative terhadap gravitasi
bumi.

2. Klasifikasi
Menurut [ CITATION Dit14 \l 1033 ], vertigo dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Vertigo Perifer. Ciri-ciri: lebih berat daripada sentral, umumnya disertai
mual dan muntah, kehilangan pendengaran hingga ketulian, tinnitus
(telinga berdenging), berkaitan erat dengan posisi, beronset akut (gejala
berlangsung dalam hitungan menit, harian, mingguan, namun berulang),
tidak disetai gangguan persarafan.
b) Vertigo Sentral. Ciri-ciri: memiliki onset (munculnya penyakit) perlahan
dan kronis (menahun), disertai gangguan persarafan, tidak disertai
tinnitus.

3. Etiologi/ Faktor Risiko


Adanya kerusakan di kanalis semisirkuralis (organ pengatur
keseimbangan di telinga bagian dalam), tersumbatnya pembuluh darah arteri
yang menuju ke telinga bagian tengah, ada cedera atau penyakit di organ
telinga tengah, operasi telinga.
Gangguan psikologis berupa cemas, depresi, panik juga berpontensi
menyebabkan vertigo.
Beberapa penyebab vertigo perifer adalah gangguan, penyakit dan atau
kondisi berikut: BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), cedera
kepala, kolesteatoma (kista pada kulit), fistula perilimfa (abnormalitas yang
terjadi diantara ruang dalam telinga), infeksi pada organ dalam telinga,
iskemia, neuronitis vestibular (peradangan pada saraf di telinga), neuroma
akustik (tumor jinak pada saraf telinga), otosklerosis (pertumbuhan abnormal
tulang di telinga tengah), toksin/racun (misalnya ototoksisitas
aminoglikosida), penyakit meniere, vestibulopati berulang.
Penyebab umum vertigo sentral adalah gangguan penyakit atau kondisi
berikut: demielinasi, neoplasma, migrain vetebrobasiler, multiple sclerosis,
stroke serebral, tumor otak, vertebrobasilar TIA (transient ischemic attacks).
Beberapa obat/ zat penyebab vertigo dan pusing adalah alcohol,
aminoglikosida, antidepresan, antiinflamasi nonsteroid (terutama
indometasin), antikonvulsan/antikejang (misalnya fenitoin), antipsikotik
(baik antipsikotik tipikal maupun atipikal kecuali olanzapine), furosemide,
obat anti Alzheimer (misalnya memantine), golongan anxiolytics atau
anticemas (misalnya diazepam), mood stabilizers (misalnya gabapentin),
sitotoksik (misalnya crisplatin) [ CITATION Dit14 \l 1033 ].

4. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian
reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron
dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa
penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau
sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan
terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping
itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/berjalan dan gejala lainnya [CITATION SAP06 \l 1033 ].

5. Pathway
Tabel 1.5 Pathway
6. Manifestasi Klinik
Pusing berputar, mendadak muncul bila posisi kepala berubah, kepala terasa
ringan, merasa seolah terapung, terayun. Sempoyongan waktu berdiri atau
berjalan. Serangan vertigo berlangsung singkat, biasanya kurang dari 30
detik, dapat kambuh lagi. Bisa disertai mual/muntah, keringat dingin, pucat,
nistagimus (Gerakan ritmik tanpa control pada mata). Serangan vertigo dapat
diketahui dengan pertanyaan sederhana: saat merasakan serangan pusing
apakah anda hanya merasa pening (light headed) atau apakah anda melihat
dunia sekeliling berputar ? [ CITATION Dit14 \l 1033 ].

7. Pemeriksaan Penunjang
a) Romberg test
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
di tutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang Romberg
yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
b) Stepping test
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
c) Post pointing
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
vertical) kemudian kembali kesemula.
d) Maneuver nylen-barany atau maneuver hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri
lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan
abnormal akan terjadi nistagmus.
e) Calori test
Dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
f) Elektronistamografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nystagmus yang timbul
g) Postugrafi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik.

8. Penatalaksanaan Medis
Terapi vertigo meliputi beberapa perlakuan yaitu pemilihan medikamentosa,
rehabilitasi dan operasi. Pilihan terapi vertigo mencakup :
a) Terapi simptomatik, melalui farmakoterapi
b) Terapi kausal mencakup:
(1) Farmakoterapi
(2) Prosedur reposisi partikel pada (BPPV)
(3) Bedah
c) Terapi rehabilitative
d) Hindari factor pencetus dan memperbaiki lifestyle. Pemilihan terapi
vertigo sangat tergantung dari tipe dan kausa vertigo.

9. Komplikasi
a) Cedera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b) Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan
otot.

B. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


1. Konsep Pengkajian
a) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
c) Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit
tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik misalnya antibiotik,
aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain.
e) Aktivitas / Istirahat
(1) letih,lemah maise
(2) keterbatasan gerak
(3) ketegangan mata, kesulitan membaca
(4) insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
(5) sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
f) Sirkulasi
(1) riwayat hipertensi
(2) denyutan vaskuler, misal daerah temporal
(3) pucat, wajah tampak kemerahan

g) Intergritas ego
(1) faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
(2) perubahan ketidak mampuan, keputuasaan, ketidak berdayaan depresi
(3) kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepal
(4) mekanisme refresif/dekensif
h) Makanan dan cairan
(1) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,
keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makanan berlemak, jeruk saus,
hotdog,MSG (pada migrain)
(2) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
(3) Penurunan berat badan
i) Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan umum
(2) Pemeriksaan persistem
j) Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia, yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
k) Sistem persyarafan
Adakah nistagmus bedasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun
dengan alat.
l) Sistem pernafasan
Adakah gangguan pernafasan
m) Sistem kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung

10. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a) Nyeri akut
b) Kurang pengetahuan
c) Koping individu tidak efektif
d) Resiko jatuh
e) Intoleransi aktivitas
f) Gangguan pola tidur
11. Konsep Perencanaan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Diagnosis Nyeri Akut


Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka tingkat nyeri Manajemen Nyeri
1. Agen pencedera fisiologis menurun dengan kriteria hasil: 1. Observasi
(mis. Inflamasi, iskemia, Indikator 1 2 3 4 5  Identifikasi loaksi, karakteristik, durasi, frekuensi,
neoplasma) Keluhan nyeri kualitas, intensitas nyeri
2. Agen pencedera kimiawi Meringis  Identifikasi skala nyeri
(mis. Terbakar, bahan kimia Sikap protektif  Identifikasi respon nyeri non verbal
iritan) Gelisah  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
3. Agen pencedera fisik (mis. Kesulitan tidur nyeri
Abses, amputasi, terbakar, Menarik diri  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
terpotong, mengangkat berat, Berfokus pada diri sendiri  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
prosedur operasi, trauma, Diaphoresis  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
latihan fisik berlebihan) Perasaan depresi (tertekan)  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Perasaan takut mengalami cidera berulang diberikan
Anoreksia  Monitor efek samping penggunaan analgetik
Ketegangan otot 2. Teraupetik
Mual  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
Muntah nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
Keterangan: biofeedback, terapi pijat dll)
1: menurun  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
2: cukup menurun Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3: sedang  Fasilitasi istirahat dan tidur
4: cukup meningkat  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
5: meningkat strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Tabel 2.2 Intevensi Keperawatan Diagnosis Defisit Pengetahuan
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka tingkat Edukasi Perawatan Kulit
berhubungan dengan pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Keterbatasan kognitif Indikator 1 2 3 4 5  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
2. Gangguan fungsi kognitif Perilaku sesuai anjuran informasi
3. Kekeliruan mengikuti anjuran Verbalisasi minat dalam belajar 2. Teraupetik
4. Kurang terpapar informasi Kemampuan menjelaskan pengetahuan  Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
5. Kurang minat dalam belajar tentang suatu topik  Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
6. Kurang mampu mengingat Kemampuan menggambarkan  Berikan kesempatan untuk betanya
7. Ketidaktahuan menemukan pengalaman sebelumnya yang sesuai 3. Edukasi
sumber informasi dengan topik  Anjurkan menggunakan tabir surya saat berada diluar
Perilaku sesuai dengan pengetahuan rumah
Keterangan:  Anjurkan minum cukup cairan
1: menurun  Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
2: cukup menurun  Anjurkan menggunakan pelembab
3: sedang  Anjurkan melapor jika ada lesi kulit yang tidak biasa
4: cukup meningkat  Anjurkan membersihkan dengan air hangat bagian
5: meningkat perianal selama periode diare
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Diagnosis Koping Individu Tidak Efektif
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi
Koping individu tidak efektif Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka status koping Dukunagn Pengambilan Keputusan
berhubungan dengan meningkat dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Ketidakpercayaan terhadap Indikator 1 2 3 4 5  Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi
kemampuan diri mengatasi Kemampuan memenuhi peran sesuai usia yang memicu konflik
masalah Perilaku koping adaptif 2. Teraupetik
2. Ketidakadekuatan system Verbalisasi kemampuan mengatasi  Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang
pendukung masalah membantu membuat pilihan
3. Ketidakadekuatan strategi Verbalisasi pengakuan masalah  Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
koping Verbalisasi kelemahan diri  Fasilitasi melihat situasi secara realistic
4. Ketidakteraturan atau Perilaku asertif  Motivasi mengugkapkan tujun perawatan yang
kekacauan lingkungan Partisipasi sosial diharapkan
5. Ketidakcukupan persiapan Tanggung jawab diri  Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif
untuk menghadapi stressor  Hormati hak pasien untuk menerima atau meonolak
Orientasi realitas
6. Disfungsi system keluarga informasi
Minat mengkiuti perawatan/pengobatan
7. Krisis situasional
Kemampuan membina hubungan  Fasilitasi menjelaskan keputusan kepada orang lain, jika
8. Krisis meturasional
Keterangan: perlu
9. Kerentanan personalitas
1: menurun  Fasilitasi hubungan natara pasien, keluarga, dan tenaga
10. Ketidakpastian
2: cukup menurun kesehatan lainnya
3: sedang 3. Edukasi
4: cukup meningkat  Informasikan alternative solusi secara jelas
5: meningkat  Berikan informasi yang diminta pasien
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
memfasilitasi oengambilan keputusan
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Diagnosis Risiko Jatuh
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi
Risiko jatuh dibuktikan dengan Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka tingkat jatuh Pencegahan Jatuh
1. Usia > 65 tahun (pada menurun dengan kriteria hasil: 1. Observasi
dewasa) atau < 2 tahun (pada Indikator 1 2 3 4 5  Identifikasi fakto risko jatuh
anak) Jatuh dari tempat tidur  Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift
2. Riwayat jatuh Jatuh saat berdiri atau sesuai dengan kebijakan institusi
3. Anggota gerak bawah Jatuh saat duduk  Identifikasi faktor lingkungan yang meningatkan risiko
prosesis (buatan) Jatuh saat berjalan jatuh (mis. Lantai licin, penerangan kurang)
4. Penggunaan alat bantu Jatuh saat dipindahkan  Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis.
berjalan Jatuh saat naik tangga Fall morse scale, Humpty Dumpty Scale), jika perlu
5. Penurunan tingkat kesadaran Jatuh saat dikamar mandi  Monitor kemampuan berpindah tempat dari tempat tidur
6. Perubahan fungsi kognitif Jatuh saat membungkuk ke kursi roda dan sebliknya
7. Lingkungan tidak aman 2. Teraupetik
Keterangan:
8. Kondisi pasca operasi  Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
1: meningkat
9. Hipotensi ortostatik  Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
2: cukup meningkat
10. Perubahan kadar glukosa kondisi terkunci
3: sedang
darah 4: cukup menurun  Pasang handrall tempat tidur
11. Anemia 5: menurun  Atur tempat tidur mekanis pada posisi tertendah
12. Kekuatan otot menurun
13. Gangguan pendengaran  Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan
14. Gangguan keseimbangan pantauan perawat dari nurse station
15. Gangguan penglihatan  Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi roda, walker)
16. Neuropati  Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
17. Efek agen farmakologis (mis. 3. Edukasi
Sedasi, alcohol, anastesi  Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
umum) bantuan untuk berpindah
 Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
 Anjurkan berkonstentrasi untuk menjaga keseimbangan
tubuh
 Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan saat berdiri
 Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk
memanggil perawat
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Diagnosis Intoleransi Aktivitas
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi
Intolerasi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka toleransi aktivitas Manajemen Energi
dengan meningkat dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Ketidakseimbangan antara Indikator 1 2 3 4 5  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
suplai dan kebutuhan oksigen Keluhan lemah kelelahan
2. Tirah baring Dispnea saat aktivitas  Monitor kelelahan fisikdan emosional
3. Kelemahan Dispnea setelah aktivitas  Monitor pola dan jam tidur
4. Imobilitas Perasaan lemah  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
5. Gaya hidup monoton Aritmia saat aktivitas aktivitas
Aritmia setelah aktivitas 2. Teraupetik
Sianosis  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Keterangan: Cahaya, suara, kunjungan)
1: meningkat  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
2: cukup meningkat  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
3: sedang  Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
4: cukup menurun berpindah atau berjalan
5: menurun 3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
 Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatka
asupan makanan
Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan Diagnosis Gangguan Pola Tidur
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi
Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan intervensi selama ….. maka pola tidur Dukungan Tidur
dengan meningkat dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Hambatan lingkunagn (mis. Indikator 1 2 3 4 5  Identifikasi pola aktivitas tidur
Kelembaban lingkungan sekitar, Keluhan sulit tidur  Idntifikasi faktor pengganggu tidur
suhu lingkungan, pencahayaan, Keluhan sering terjaga  Identifikasi makanan dan minuman yang
kebisingan, bau tidak sedap, Keluhan tidak puas tidur mengganggu tidur (mis. Kopi, the, alcohol, makan
jadwal Keluhan pola tidur berubah mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
pemantauan/pemeriksaan/tindakan Keluhan istirahat tidak cukup tidur)
)  Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2. Kurang control tidur Keterangan: 2. Teraupetik
3. Kurang privasi 1: meningkat  Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
4. Restraint fisik 2: cukup meningkat kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
5. Ketiadaan teman tidur 3: sedang  Batasi waktu tidur siang, jika perlu
6. Tidak familiar dengan peralatan 4: cukup menurun  Fasilitasi meghilangkan stress sebelum tidur
tidur 5: menurun  Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus tidur-terjaga
3. Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur cukup Selma sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis. Psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologis lainnya
12. Konsep Implementasi
Menurut [ CITATION Sri16 \l 1033 ], Pelaksanaan atau implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi, ke status
kesehatan yang baik. Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah realisasi dari
perencanaan keperawatan. Tujuan dari tahap ini adalah melakukan aktivitas
keperawatan, untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien.
Intervensi merupakan bentuk penangan yang dilakukan oleh perawat
berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis mencakup perawatan
langsung dan tidak langsung. Perawatan langsung adalah penanganan yang
dilaksanakan setelah berinteraksi dengan klien. Sebagai contoh, seorang
pasien menerima intervensi langsung berupa pemberian obat, pemasangan
infus, atau konseling saat berduka. Sedangkan tidak langsung adalah
penanganaan yang dilakukan tanpa adanya pasien, namun tetap bersifat
representative untuk klien (Bulechek, 2008). Sebagai contoh, menciptakan
lingkungan klien yang kondusif (misalnya control keselamatan dan infeksi)
dan kerja sama multidisplin (Hendarsih, 2016)

13. Konsep Evaluasi


Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya.
Tujuan pemulangan pada vertigo adalah:
a) Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi
b) Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah
kekambuhan
c) Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan
teraupetik.
C. DAFTAR PUSTAKA

Hendarsih, S. (2016). Metodologi keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Labuguen, R. H. (2006). American Family Physician January 15, vol.73 no.2. Initial
Evaluation of Vertigo.

Nugroho, D., & Usman, F. S. (2014). 45 Penyakit dan Gangguan Saraf.


Yogyakarta: Rapha Publishing.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai