DI SUSUN OLEH:
ISA HAIRONI
2. Klasifikasi
Menurut [ CITATION Dit14 \l 1033 ], vertigo dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Vertigo Perifer. Ciri-ciri: lebih berat daripada sentral, umumnya disertai
mual dan muntah, kehilangan pendengaran hingga ketulian, tinnitus
(telinga berdenging), berkaitan erat dengan posisi, beronset akut (gejala
berlangsung dalam hitungan menit, harian, mingguan, namun berulang),
tidak disetai gangguan persarafan.
b) Vertigo Sentral. Ciri-ciri: memiliki onset (munculnya penyakit) perlahan
dan kronis (menahun), disertai gangguan persarafan, tidak disertai
tinnitus.
4. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian
reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron
dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa
penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau
sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan
terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping
itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/berjalan dan gejala lainnya [CITATION SAP06 \l 1033 ].
5. Pathway
Tabel 1.5 Pathway
6. Manifestasi Klinik
Pusing berputar, mendadak muncul bila posisi kepala berubah, kepala terasa
ringan, merasa seolah terapung, terayun. Sempoyongan waktu berdiri atau
berjalan. Serangan vertigo berlangsung singkat, biasanya kurang dari 30
detik, dapat kambuh lagi. Bisa disertai mual/muntah, keringat dingin, pucat,
nistagimus (Gerakan ritmik tanpa control pada mata). Serangan vertigo dapat
diketahui dengan pertanyaan sederhana: saat merasakan serangan pusing
apakah anda hanya merasa pening (light headed) atau apakah anda melihat
dunia sekeliling berputar ? [ CITATION Dit14 \l 1033 ].
7. Pemeriksaan Penunjang
a) Romberg test
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
di tutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang Romberg
yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
b) Stepping test
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
c) Post pointing
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
vertical) kemudian kembali kesemula.
d) Maneuver nylen-barany atau maneuver hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri
lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan
abnormal akan terjadi nistagmus.
e) Calori test
Dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
f) Elektronistamografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nystagmus yang timbul
g) Postugrafi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik.
8. Penatalaksanaan Medis
Terapi vertigo meliputi beberapa perlakuan yaitu pemilihan medikamentosa,
rehabilitasi dan operasi. Pilihan terapi vertigo mencakup :
a) Terapi simptomatik, melalui farmakoterapi
b) Terapi kausal mencakup:
(1) Farmakoterapi
(2) Prosedur reposisi partikel pada (BPPV)
(3) Bedah
c) Terapi rehabilitative
d) Hindari factor pencetus dan memperbaiki lifestyle. Pemilihan terapi
vertigo sangat tergantung dari tipe dan kausa vertigo.
9. Komplikasi
a) Cedera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b) Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan
otot.
g) Intergritas ego
(1) faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
(2) perubahan ketidak mampuan, keputuasaan, ketidak berdayaan depresi
(3) kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepal
(4) mekanisme refresif/dekensif
h) Makanan dan cairan
(1) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,
keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makanan berlemak, jeruk saus,
hotdog,MSG (pada migrain)
(2) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
(3) Penurunan berat badan
i) Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan umum
(2) Pemeriksaan persistem
j) Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia, yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
k) Sistem persyarafan
Adakah nistagmus bedasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun
dengan alat.
l) Sistem pernafasan
Adakah gangguan pernafasan
m) Sistem kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung
Labuguen, R. H. (2006). American Family Physician January 15, vol.73 no.2. Initial
Evaluation of Vertigo.