VERTIGO
Disusun Oleh :
Ceci Indriani
1810105006
Keperawatan Va
Tahun Ajaran
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
VERTIGO
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
(propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau
melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang
dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik
menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing.
S.M, 2003).
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita
merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena
gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002).
2. Etiologi
Depresi
Fobia
Anxietas
Psikosomatis
e. Fisiologik
3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu
makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness),
nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah,
lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu.
Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur,
berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu
yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya
dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan
yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar
secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan
posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala
dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada
pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada
paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh
pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan
didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri
atau lingkungan
4. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N
VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan
gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun
virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan
visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke
VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang
menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang
tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan
keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang
rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat
menyebabkan parese N VIII.
5. Klasipikasi
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa
menitatau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebutdapat
muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.Vertigo jenis ini dibedakan
menjadi :
Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa
cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi
sepintas arteriavertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak
(Vertigode L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :Termasuk di sini adalah :
Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin
DuniaKedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,labirintitis kronis,
Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pascakomosio,
pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainanokuler, intoksikasi
obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainanendokrin.
Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
6. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan khusus
a. ENG
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
b. EEG, EM
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
2. Simpatomimetika
Golongan antihistamin
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi
bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
Terapi kausal
sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga terapi biasanya bersifat
simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
Terapi simtomatik
ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya. Pemilihan obat-
obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, berat ringan vertigo dan fasenya.
Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat penenang untuk menghilangkan rasa cemas,
disamping anti vertigo lainnya.
Terapi Rehabilitasi
Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada
pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah latihan
vestibuler, latihan visual vestibuler atau latihan berjalan.
a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam
kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo
pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat
merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya
sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.
c. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo,
maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum
dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat
dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah
pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan
vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa
kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk
rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut
8. Komplikasi
1. Cidera fisik
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering
untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat
menyebabkan kelemahan otot.
B. konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan, dll
b. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. Biasanya pada pasien
vertigo keluhan utama yang dirasakan yaitu nyeri kepala hebat serta pusing.
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak.
Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan
salisilat
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat
penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak.
f. Riwayat Psikososial
Di kaji emosi klien, body image klien, harga diri, interaksi klien terhadap keluarga dan
data spiritual klien.
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga
mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
Pola eliminasi
Dikaji bagaimana tidur klien nyenyak atau tidak, berapa lama tidur klien, pada pasien
vertigo biasanya pasien mengalami gangguan tidur.
Aktivitas
Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang, klien sering mengalami Letih, lemah,
Keterbatasan gerak, Ketegangan mata, kesulitan membaca, Insomnia, bangun pada pagi hari
dengan disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
Bagaimana klien menghadapi rasa sakit ? apakah mengalami penurunan panca indra?
Dikaji bagaimana hubungan seksual klien dengan pasangannya, apakah ada gangguan
atau tidak
1. Gambaran Umum
Kesadaran
Penampilan
Tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat
TPRS
Sistem integument
Kepala
Leher
Palpasi : ada pembesaran kelenjar getah beting dan kelenjar tyroid atau tidak
Muka
Mata
Inspeksi : Biasanya pada pasien vertigo Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris atau tidak, ada kotoran atau tidak
Thorax
Paru
Jantung
Abdomen
Fungsi penciuman
Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien mencium benda yang baunya mudah
dikenal seperti sabun, tembakau, kopi
Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.
b. Test nervus II ( Optikus)
Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata atas dan
bawah.
Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada
otot temporal dan masseter.
Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam, manis, asin pahit.
Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan, klien tidak boleh
menarik masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat.
Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien untuk : tersenyum,
mengerutkan dahi, menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya
Fungsi sensoris :
Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien, pemeriksa berbisik di satu telinga
lain, atau menggesekkan jari bergantian kanan-kiri.
N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi bagian ini sulit di
test demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N IX mempersarafi
M. Salivarius inferior.
N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum lunak, sensasi
pharynx, tonsil dan palatum lunak.
Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah simetris dan tertarik
keatas.
Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx dengan tong spatel,
akan terlihat klien seperti menelan.
X-foto kepala posisi Stenver dan Towne, foto mastoid, foto vertebra servikal, CT scan,
MRI dsb (atas indikasi).
Pemeriksaan audiologi: tes garpu tala, audiometrik nada murni, audiometrik nada tutur,
SISI tes, Tone Deccay tes, timpanometri, reflek stapedius, dan apabila ada fasilitas dapat
dilakukan BERA (atas indikasi).
Tes kalori, elektronistagmografi, posturografi (atas indikasi).
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
3. Intervensi