Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA
RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase
Keperawatan Gawat Darurat & Kritis

Disusun oleh
Nama : Rima Wulandari
Nim : P2003028

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

A. Pengertian

Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini
dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap
lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan
metabolisme, dan sering kali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-
50 tahun (Arif dan Sari, 2011). Dispepsia suatu gejala yang ditandai dengan nyeri
ulu hati, rasa mual, dan kembung. Gejala ini bisa berhubungan / tidak ada
hubungan dengan makanan (Nugroho,2011).

Dispepsia merupakan istilah yang di gunakan untuk suatu sindrom atau


kumpulan gejala / keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa
penuh / begah (Djojoningrat,2009). Gejala-gejala yang timbul disebabkan oleh
berbagai faktor seperti gaya hidup merokok, alkohol, berat badan berlebih, stress,
kecemasan, dan depresi yang relevan dengan terjadinya dispepsia. (Abdullah dan
Gunawan, 2012).

Dispepsia adalah ketidaknyamanan perut bagian atas yang terkait dengan


makan (biasa disebut gangguan pencernaan), adalah gejala yang paling umum dari
pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Biasanya, makanan berlemak
menyebabkan ketidaknyamanan karena membutuhkan proses pencernaan lebih
lama dari pada protein atau karbohidrat. Salad dan sayuran hijau serta makanan
berbumbu tinggi juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan (Kardiyudiani,
2019).
B. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu


dispepsia organik dan dispepsia fungsional.
1. Dispepsia organik

a. Dispepsia tukak. Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada
waktu tidak makan / perut kosong.

b. Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa


pada pasien gastritis, deudenis, tetapi pada pemeriksaan tidak di
temukan tanda-tanda tukak.

c. Rufluks gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan


regurgitasi terutama setelah makan.

d. Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan
atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.

e. Karsinoma. Kanker esofagus, kanker lambung, kanker pankreas, kanker


hepar.

f. Pankreatitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke


punggung, perut terasa makin tegang dan kencang.

g. Sindrom malabsorpsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia,


sering flatus, dan perut kembung.

h. Gangguan metabolisme. Sebagai contoh diabetes dengan


neuropatisering timbul komplikasi pengosongan lambung yang lambat
sehingga menimbulkan nausea, perasaan lekas kenyang. Hipertiroid
menimbulka rasa nyeri di perut, nausea, dan anoreksia.
2. Dispepsia fungsional
a. Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif terhadap kenaikan
produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri.
b. Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan. Stres dan faktor lingkungan
diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan
gangguan sirkulasi, motilitas, klan vaskularisasi.
c. Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dyspepsia mungkin di
pengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di antaranya
pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif, refluks
gastroduodenal.
d. Penyebab lain-lain. Seperti adanya kuman helicobacterpylori,gangguan
motilitas atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak makanan berlemak,
kopi, alkohol, rokok, perubahan pola makan dan pngaruh obat-obatan
yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu lama ( Arif dan Sari,
2011).

C. Manifestasi Klinis

Menurut (Arif dan Sari, 2011) :

1. Adanya gasdi perut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang,
mual, tidak nafsu makan, dan perut terasa panas.

2. Rasa penuh, cepat kenyang, kembung etelah makan, mual, muntah, sering
bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan dadaatau regurgitasi asam
lambung ke mulut.

3. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan meliputi:
a. Rasa sakit dan tidak enak di ulu hati
b. Perih, mual, sering bersendawa, dan regurgitasi
c. Keluhan dirasakan terutama berhubungan dengan timbulnya stres
d. Berlangsung lama dan seringkambuh
e. Sering disertai ansietas dan depresi.
D. Patofisiologi

Dispepsia terbagi menjadi dua kelompok yaitu dyspepsia sturktural (organic)


dan dyspepsia fungsional (nonorganic). Disepsia organic terdapat kelainan yang
nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak ( ulkuspeptikum), gastritis, stomach
cancer, gastroesophageal refluxdisease, hyperacidity. Dispepsia nonorganic
merupkan Dispepsia Non Ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Faktor
penyebab dari dyspepsia antara lain adalah stress,pola hidup seperti minum kopi,
konsumsi alcohol dan merokok menjadi faktor pemicu terjadinya rasa tidak
nyaman pada perut. Hal tersebut dikarenakan adaya peningkatan asam lambung
(HCL) yang mengiritasi mukosa lambung. Sekresi asam lambung Kasus dispepsia
fungsional umumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal
maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata normal. Diduga terdapat
peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa
tidak enak di iperut (Djojoningrat, 2009). Peningkatan sensitivitas imukosa
lambung dapat terjadi akibat polai makan yang tidak teratur. Pola makan yang
tidak teratur iakan membuat lambung sulit untuk iberadaptasi dalam pengeluaran
sekresi asam lambung. Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, produksi
asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung (Rani et al., 2011). Adanya peingkatan asam lambung dapat
menyebabkan respon mual dan muntah sehingga menyebabkan deficit nutrisi dan
risiko ketidakseimbangan cairan pada tubuh. Peningkatan asam lambung (HCL)
yang mengiritasi mukosa lambung memicu nyeri epigastric sehingga terjadi nyeri
akut. Nyeri akut menyebabkan adanya perubahan Kesehatan yang mengakibatkan
pasien cemas karena kurang pengetahuan tentang respon tubuh terhadap penyakit.
E. Pathway
F.

Dispepsia

Structural (Organik) Fungsional


(Nonorganik)

ulkuspeptikum, gastritis, Dispepsia Non


stomach cancer, Ulkus (DNU),
gastroesophageal bila tidak jelas
refluxdisease, hyperacidity penyebabnya

Stress Kopi, rokok, alkohol

Perangsangan Respon mukosa


lambung
saraf parasipatis

Peningkatan Peneglupasan
Vasodilatasi
produksi HCL
mukosa gaster
lambung

HCL kontak
Mual Ansietas
dengan mukosa

Muntah Nyeri epigastrik b.d Perubahan


mukosa lambung kesehatan
Risiko
ketidakseimban Nyeri akut Defisit
gan cairan pengetahuan
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang
lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan leukosit
dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir ataubanyak
mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan menderita mal
absorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia ulkus sebaiknya diperiksa
derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat diperiksa tumor
marker (dugaan karsinoma kolon),dan (dugaan karsinoma pankreas)

2. Barium enema untukmemeriksa saluran cerna pada orang yang mengalami


kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri
yang membaik atau memburuk bila penderita makan

3. Endoskopi bias digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan


lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bawah mikroskop
untuk mengetahui lambung terinfeksi Helicobacter pylori. Endoskopi
merupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai diagnostic sekaligus
terapeutik.

4. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen,serologi


H.pylori,urea breath test,dan lain-lain dilakukan atasdasarindikasi (Ida, 2016).

G. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain,
pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus
(Purnamasari, 2017).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam
perawatan pasien dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien,
hipnoterapi, terapi relaksasi, manajemen nyeri dan terapi perilaku. Farmakologis
Pengobatan dyspepsia mengenal beberapa obat,yaitu: Antasida, Pemberian
antasida tidak dapat dilakukan terus menerus, karena hanya bersifat simtomatis
untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin,
ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan pariental, pemasangan Naso Gastrik
Tube (NGT) jika diperlukan (Amelia, 2018).

I. Pengkajian Keperawatan

Airway 1) Pastikan kepatenan jalan napas


2) Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
3) Jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli
anestesi dan bawa ke ICU

Breathing 1 Kaji respiratory rate


)
2 Kaji saturasi oksigen
)
3 Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan
) saturasi > 92%

4 Auskultasi dada
)
5 Lakukan pemeriksaan rontgent
)
Circulation 1 Kaji denyut jantung
)
2 Monitor tekanan darah
)
3 Kaji lama pengisian kapiller
)
4 Pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
)
5 Periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
)
6 Catat temperature
)
7 Lakukan kultur jika pyreksia
)
8) Lakukan monitoring ketat
9) Berikan cairan per oral
10) Jika ada mual muntah, berikan antiemetik IV
Disability Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU atau
GCS
Pengkajian kesadaran menggunakan AVPU
A : Alert
V : Verbal
P : Pain
U : Unresponsive

Pemeriksaan GCS
Eye (Respon membuka mata)
(4) : Spontan membuka mata
(3) : Membuka mata dengan perintah (suara, sentuhan )
(2) : Membuka mata dengan rangsang nyeri
(1) : Tidak membuka mata dengan rangsang apa pun Verbal
(Respon verbal)
(5) : Berorientasi baik
(4) : Bingung, disorientasi tempat dan waktu
(3) : Berbicara tidak jelas
(2) : Bisa mengeluarkan suara mengerang
(1) : Tidak bersuara
Motor (Respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(4) : (Menghindar/menarik extremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Menjauhi rangsang nyeri
(2) : Extensi spontan
(1) : Tidak ada gerakan
Derajat kesadaran
14-15 Composmentis
12-13 Apatis
10-11 Somnolen
9-7 Delirium
4-6 Stupor
3 Coma

Exposure 1) Kaji riwayat sedetail mungkin


2) Kaji stress dan pola makan, serta gaya hidup pasien
3) Kaji tentang waktu sampai adanya gejala
4) Kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
5) Apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
6) Lakukan pemeriksaan abdomen
7) Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal

J. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen
b. TTV dan Nyeri : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah
c. Kepala : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau
tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah Dada :
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metaboli
d. Abdomen : Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia
e. Ekstremitas : Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill
dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

K. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakseimbangan cairan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi mukosa
lambung)
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kondisi perubahan Kesehatan pasien
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi Kesehatan pasien.
L. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI

1. Risiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... jam


ketidakseimban masalah Risiko ketidakseimbangan cairan membaik
gan cairan deng kriteria hasil :
(D.0036)
Status cairan (L.03028)

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Kekuatan nadi
2 Turgor kulit
3 Output urine
Keter angan :
1 = Menurun
2 = Cukup menurun
3 = Sedang
4 = Cukup meningkat
5 = Meningkat

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Frekuensi nadi
2 Tekanan darah
3 Tekanan nadi
4 Membran mukosa

5 Kadar Hb
6 Kadar Ht
Keterangan :
1 = Memburuk
2 = Cukup memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup membaik
5 = Membaik

2. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... jam


(D.0077) masalah nyeri akut membaik dengan kriteria hasil :

Tingkat Nyeri (L.08066)

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Keluhan nyeri
2 Meringis
3 Gelisah
4 Mual
5 Muntah
Keterangan :
1 = Meningkat
2 = Cukup meningkat
3 = Sedang
4 = Cukup menurun
5 = Menurun

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Frekuensi nadi
2 Tekanan darah
3 Tekanan nadi
4 Nafsu makan
5 Pola tidur
Keter angan :
1 = Memburuk
2 = Cukup memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup membaik
5 = Membaik

3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... jam, Perawatan Integritas Kulit (I.11353) Observasi
(D.0111) masalah defisit pengetahuan dapat teratasi dengan 1) Identifikasi kesiapan dan kmampuan menerima informasi
kriteria hasil: 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik
1) Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
Tingkat Pengetahuan (L.12111) 2) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
No Indikator 1 2 3 4 5 Edukasi
1 Perilaku sesuai  1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempegaruhi Kesehatan
anjuran
2 Kemampuan 
menjelaskan
tentang
pengetahuan
tentang topik

Keterangan :
1 = Menurun
2 = Cukup menurun
3 = Sedang
4 = Cukup meningkat
5 = Meningkat

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Persepsi yang
keliru terhadap
masalah
Keterangan :
1 = Meningkat
2 = Cukup meningkat
3 = Sedang
4 = Cukup menurun
5 = Menurun

4. Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... jam, Reduksi Ansietas (I.09314)
masalah ansietas menurun dengan kriteria hasil: Observasi
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal kondisi, waktu,
Tingkat ansietas (L.09093) stresor)
2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) Terapeutik
No Indikator 1 2 3 4 5 1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
1 Verbalisasi
kebingungan
2 Verbalisasi
khawatir akibat
kondisi yang
dihadapi
3 Perilaku gelisah

4 Perilaku tegang
Keterangan : kecemasan
1 = Meningkat 8) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
2 = Cukup meningkat Edukasi
3 = Sedang 1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
4 = Cukup menurun 2) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
5 = Menurun prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
4) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
8) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, K. (2018). Keperawatan Gawat darurat dan Bencana Sheehy. Jakarta:


ELSEVIER.

Ida, M. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Purnamasari, L. (2017). Faktor risiko, klasifikasi, dan terapi sindrom dispepsia. 870.

Pamela, K. (2011). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran: EGC.

Pamela, K. (2011). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran: EGC.

Purnamasari, L. (2017). Faktor risiko, klasifikasi, dan terapi sindrom dispepsia. 870.

Riani. (2015). Hubungan tidak sarapan pagi, jenis makanan dan minuman yang
memicu asam lambung dengan kejadian dispepsia pada remaja usia 15-19 tahun
di desa tambang . 45.

Ida, M. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai