Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase
Disusun Oleh
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
MALARIA
A. DEFINISI
kelompok plasmodium yang berada didalam sel darah merah, atau sel hati
yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Sampai saat ini telah teridentifikasi
plasmodia yang terdapat pada burung, monyet, kerbau, sapi, binatang melata.
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Raharja, 2000).
B. ETIOLOGI
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, yang selain
4. Plasmodium ovale
Penyebab malaria serebral adalah akibat sumbatan pembuluh darah
kapiler di otak karena menurunnya aliran darah efektif dan adanya hemolisa
sel darah. Hal tersebut dikarenakan oleh infeksi Plasmodium falciparum yang
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan jenis parasit yang menginfeksi, malaria dikelompokkan
terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi
selama dua minggu setelah infeksi). Malaria tropika yaitu malaria yang
tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut
kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari. Jensi malaria ini mirip dengan
malaria tertian.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah
suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia
(lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius.
- berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan
metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang
dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi.
Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.
-Demam
-Menggigil
-Berkeringat
- Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah.
- Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau
pegal-pegal pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada
3. Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas
dengan disertai salah satu gejala di bawah ini:
- Nafas sesak
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan sebelum terjadinya demam : kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit
Periode panas : muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas
seperti rasa terbakar, nyeri kepala, nadi cepat, panas badan tetap
inkubasi (jam)
(Hari)
Falciparum 12 (9-14) 24,36,48 Gejala gastrointestinal :
hemolisis, anemia, ikterus,
hemoglobinuria, syok,
algid maligna, gejala
kelainan retina,
hipoglikemia, kematian
Vivax 13 (12-17) 48 Anemia kronik,
12 bln splenomegali, rupture
limpa
Ovale 17 (16-18) 48 Anemia kronik,
splenomegali, rupture
limpa
Malariae 28 (18-40) 72 Rekrudensi sampai 50
tahun, splenomegali
nefrotik
Sumber : Cook 1988, Sudoyo Aru, hal :2817-2819)
elektrolit
4. Hepoglikemia berat
5. Gagal ginjal
6. Edema paru akut
9. Hipereksia / hyperthermia
10. Hemoglobinuria / balck water fever
11. Ikterus
12. Hiperparasitemia
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum
menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap
tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri
berkeringat
3) Periode
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras
ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa
kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan
gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut.
Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa
iliaca dekstra.
c. Anemia
eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel
merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah
merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua
F. PATOFISIOLOGI
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
a. Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh
betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh
Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal.
409).
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi
Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah
mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100
lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah
merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di
sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis
besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu
b. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah
manusia melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui
G. PATHWAY
H. PENCEGAHAN
1. Pemberian obat anti malaria secara teratur pada anak tiap jadwal vaksinasi
I. KOMPLIKASI
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering
pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh
penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang
fatal.
Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria
a. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau
lebih dari 30 menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan
d. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa
atau 12 ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai
h. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler
J. PROGNOSIS
2. Kegagalan fungsi organ Semakin sedikit bagian vital yang terganggu dan
mengalami kegagalan dalam fungsinya, semakin baik prognosisnya.
4. Kadar laktat pada CSS (cairan serebro-spinal) Pada malaria serebral kadar
laktat pada CSS meningkat, yaitu >2,2 mmol/l. Bila kadar laktat >6 mmol/l
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Happus darah tepi
2. Res serosol
IFA (inderat Flovorescen Antibody)
3. Pemeriksaan GBC
L. PENATALAKSANAAN
tabl hari
2-11 bln 1-4 th 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
1 Artesunat ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ½ 1 2 3 3-4
2 Artesunat ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ½ 1 2 3 3-4
3 Artesunat ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 1/2 1 1 1/2 2
Komposisi obat :
Artesunat : 50 mg/tablet
Dosis pada tabel diatas merupakan perhitungan kasar bila penderita tidak
ditimbang berat badannya. Dosis yang direkomendasikan berdasarkan berat
badan adalah :
Artesunat : 4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/oral, diberikan pada hari I, hari II,
dewasa 3 tablet).
doksisiklin 1x1
Primakuin - - ¾ 1½ 2 2-3
2–7 Kina *) *) 3x½ 3x1 3x1½- 3x2
Tetrasiklin/ - - - - 4 x 1/
doksisiklin 1 x1
Keterangan :
Kina : pada usia < 1 tahun harus berdasarkan berat badan yaitu 30
mg/kgBB/hari f\dibagi 3 dosis.
Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun. Dosis
doksisiklin untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kg BB/hari.
tidak boleh diberikqan pada umur <12 tahun dan ibu hamil.
Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak musia < 1 tahun.
infus yaitu :
Dosis dewasa (termasuk ibu hamil) : Kina HCI 25% dosis 10 mg/kgbb (1
ampul isi 2 ml = 500 mg kina HCI 25%) yang dilarutkan dalam 500ml
dekstrose 5% atau NacI 0,9 % diberikan selama 8 jam terus-menerus
sampai penderita dapat minum obat atau Kina HCI 25% (per infus), dosis
10mg/Kg BB/4 jam diberikan setiap 8 jam sampai penderitadapat minum
obat.
Dosis anak-anak : Kina HCI 25%(per infus), dosis 10 mg/kgBB (bila umur
tunggal).
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Data dasar
1) Identitas Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin,
agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal klien. Selain itu
perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta
sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala. Faktor yang
mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.
5) Data biologis
Pola nutrisi Pola minum
2002).
Pola istirahat dan tidur
Pola kebersihan
Pola aktivitas : Keletihan melakukan aktivitas sehari-
2002).
Gaya komunikasi : kesulitan berbicara dalam kalimat
menyangkal.
7) Data sosial
2002).
8) Data spiritual : keterbatasan melakukan kegiatan spiritual
2002).
Pemeriksaan fisik
- Vital sign
- Pemeriksaan konjungtiva pucat
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan darah tepi
- Pemeriksaan serologis
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek
diaphoresis
d. Resiko syok (hipovolemia) b.d penurunan volume darah ke
3) RENCANA KEPERAWATAN
a. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek
Thermoregulation
Kriteria hasil :
Fever treatment
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
Intervensi :
Fever treatment
31. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
32. Monitor kualitas dari nadi
peningkatan sistolik)
39. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Tujuan :
1. Nutritional Status
Kriteria hasil:
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tinggi badan
a. Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
hli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian
9. Monitor jumlah nutrisi tentang kebutuhan nutrisi
b. Nutrition Monitoring
1) BB pasien dalam batas normal
konjungtiva
14) Monitor kalori dan intake nutrisi
diaphoresis
Tujuan :
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria hasil :
Intervensi :
Pain management
nyeri pasien
43. Kaji kultur yang mempengaruhiu respion nyeri
inter personal)
50. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
55. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan neri tidak berhasil
56. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
Tujuan :
1. Syok prevention
2. Syok management
Kriteria Hasil :
Hidrasi
1. Indicator
4. TD dbn
5. Hematokrit DBN
Intervensi :
Syok prevention
1). Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut
jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill
1. Circulation status
2. Tisuue perfesion : cerebral
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
8. Memproses informasi
9. Membuat keputusan dengan benar
Intervensi :
1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
Tujuan :
1. Fluid balance
2. Hydration
3. Nutritional status : food and fluid
4. intake
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1) Timbang popok / pembalut jika diperlukan
Tujuan :
1. Energy conservation
2. Activity tolerance
3. Self care : ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpatisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
5. Level kelemahan
6. Mampu berpindah : dengan atau tanpa alat bantu
Activity Therapy
1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan
roda,m krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Endang Haryanti Gani . 1992. Penatalaksanaan Malaria Berat Masa Kini. [Online]
Available at: HYPERLINK “www.kalbe.co.id” www.kalbe.co.id [Accessed 18 Mei
2014]
Iskandar Zulkarnain dan Budi Setiawan. 2007. Malaria Berat dalam: Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid III ed IV . Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Lili Irawati ,dkk. 2008. Ekspresi Tumor Necrosis Factor-Alfa (TNF-α ) Dan
Milner, D.A., Montgomery, J., Rogerson, S.J. & Seydel, K.B., n.d. Severe malaria in
Munthe, C.E. 2001. Laporan Kasus: Malaria Serebral , 131. [Online] Available at:
WHO, 2010. Guideline for the treatment of malaria. Publication. Switzerland: WHO
Press World Health Organization.
WHO, UNDP & UNICEF, 2001. Roll Back Malaria. [Online] Roll Back Malaria
Partnership
Availableat:HYPERLINK"http://www.rollbackmalaria.org/cmc_upload/0/000/0
15/367/RBMInfosheet_6.pdf"http://www.rollbackmalaria.org/cmc_upload/0/0
00/015/367/RBMInfosheet_6.pdf [Accessed 18 Mei 2014].