Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

A. DEFINISI
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini
dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan
sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme, dan
sering kali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun (Arif dan Sari,
2011).
Dispepsia suatu gejala yang ditandai dengan nyeri ulu hati, rasa mual, dan kembung.
Gejala ini bisa berhubungan / tidak ada hubungan dengan makanan (Nugroho,2011).
Dispepsia merupakan istilah yang di gunakan untuk suatu sindrom atau kumpulan
gejala / keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual,
muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh / begah (Djojoningrat,2009).
Gejala-gejala yang timbul disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya hidup merokok,
alkohol, berat badan berlebih, stress, kecemasan, dan depresi yang relevan dengan
terjadinya dispepsia. (Abdullahdan Gunawan, 2012).
Dispepsia adalah ketidaknyamanan perut bagian atas yang terkait dengan makan
(biasa disebut gangguan pencernaan), adalah gejala yang paling umum dari pasien dengan
disfungsi gastrointestinal. Biasanya, makanan berlemak menyebabkan ketidaknyamanan
karena membutuhkan proses pencernaan lebih lama dari pada protein atau karbohidrat.
Salad dan sayuran hijau serta makanan berbumbu tinggi juga dapat menyebabkan
gangguan pencernaan (Kardiyudiani, 2019). Secara garis besar, penyebab sindrom
dispepsia ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penyakit organik (tukak peptik,
gastritis, batu kandung empedu, dll), dan kelompok dimana sarana penunjangdiagnostik
yang konvensional atau buku (radiologi, endoskopi, laboratorium) tidak dapat
memperlihatkan adanya gangguan patologis struktural biokimiawi, disebut gangguan
fungsional (Djojoningrat, 2009)
B. ETIOLOGI
Etiologi Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu dispepsia
organik dan dispepsia fungsional.
a. Dispepsia organik
1. Dispepsia tukak. Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada waktu tidak
makan / perut kosong.
2. Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa pada pasien
gastritis, deudenis, tetapi pada pemeriksaan tidak di temukan tanda-tanda tukak.
3. Rufluks gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan regurgitasi terutama
setelah makan
4. Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan atas atau
ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.
5. Karsinoma. Kanker esofagus, kanker lambung, kanker pankreas, kanker hepar
6. Pankreatitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke punggung, perut
terasa makin tegang dan kencang.
7. Sindrom malabsorpsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering
flatus, dan perut kembung
8. Gangguan metabolisme. Sebagai contoh diabetes dengan neuropatisering timbul
komplikasi pengosongan lambung yang lambat sehingga menimbulkan nausea,
perasaan lekas kenyang. Hipertiroid menimbulka rasa nyeri di perut, nausea, dan
anoreksia.
b. Dispepsia fungsional
1. Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif terhadap kenaikan produksi
asam lambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri
2. Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan. Stres dan faktor lingkungan diduga
berperan pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan gangguan
sirkulasi, motilitas, klan vaskularisasi.
3. Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dyspepsia mungkin di
pengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di antaranya pengosongan
lambung lambat, abnormalitas kontraktif, refluks gastroduodenal.
4. Penyebab lain-lain, seperti adanya kuman helicobacterpylori,gangguan motilitas
atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak makanan berlemak, kopi, alkohol,
rokok, perubahan pola makan dan pngaruh obat-obatan yang dimakan secara
berlebihan dan dalam waktu lama ( Arif dan Sari, 2011).
C. MANIFESTASI KLINIS
Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang,
mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh, cepat keyang, kembung
setalah makan, mual muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri uluh hati dan
dada atau regurgitas asam lambung kemulut. Gejala dispepsia akut dan kronis
berdasarkan jangka waktu tiga bulan meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih,
mual, berlangsung lama dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan depresi
(Purnamasari, 2017). Indikasi endoskopi bila ada gejala atau tanda alarm seperti gejala
dispepsia yang baru muncul pada usia lebih dari 55 tahun, penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya, anoreksia, muntah persisten, disfagia progresif,
odinofagia, perdarahan, anemia, ikterus, massa abdomen, pembesaran kelenjar limfe,
riwayat keluarga dengan kanker saluran cerna atas, ulkus peptikum, pembedahan
lambung, dan keganasan (Black et al., 2018). Gejala dispepsia antara lain sebagai berikut
(Suzuki, 2017; Rahmayanti, 2016):
1. Epigastric pain merupakan sensasi yang tidak menyenangkan; beberapa pasieni
merasa terjadi kerusakan jaringan
2. Postprandiali fullness merupakan perasaan yang tidak inyaman seperti makanan
berkepanjangan di perut.
3. Early satiation merupakan perasaan bahwa perut sudah terlalu penuh segera
isetelah mulai makan, tidak sesuai idengan ukuran makanan yang dimakan,
sehingga makan tidak dapat diselesaikan. Sebelumnya, kata “cepat kenyang”
digunakan, tapi kekenyangan adalah istilah yang ibenar untuk hilangnya sensasi
nafsu imakan selama proses menelan makanan
4. Epigastrici burning merupakan rasa terbakar adalah perasaan subjektif yang tidak
menyenangkan dari panas.
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat sepert
inikotin, alkohol serta adanya kondisi yang stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada
lambung akibat gesekan antara dinding lambung, kondisi demikian akan mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake
tidak adekuat baik makanan maupun cairan. (Rudi Haryono, 2012)

E. PATHWAY

Dyspepsia organik : Dyspepsia fungsional :


Dispepsia tukak , Penyakit saluran Faktor asam lambung pasien ¸
empedu ¸ Karsinoma ¸Pankreatitis, Kelainan psikis, stres, dan faktor
Gangguan metabolisme. lingkungan , Gangguan motilitas

dispepsia

Stress
Kopi dan
alkohol

Perangsangan saraf
simpatik nervus
Respon mukosa
vagus
lambung

Peningkatan cairan
mukosa lambung
Vasodilatasi
mukosa gaster
Mual
Peningkatan
cairan mukosa
Muntah Anoreksia dalam lambung
waktu lama

Hcl kontak
Defisit nutrisi dengan mukosa
Kelelahan
gaster

Nyeri akut
Intoleransi aktivitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan organik,
pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu :
1. Pemeriksaan labolatorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap
dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan leukosit dosis berarti
tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlndir atau banyak mengandung lemak
pada pemeriksaan tinja kmungkinan menderita malabsorbsi. Seseorang yang
diduga menderita dispepsia ulkus sebaiknya diperiksa derajat kesamaan lambung.
Jika diduga suatu keganasan, dapat diperiksa tumor marker (dugaan arsinoma
kolon), dan (dugaan karsinoma pankreas).
2. Barium eema untuk memerikssa saluran cerna pada orang yang mengalami
kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan dan atau mengalami nyeri
yang membaik atau memburuk bila penderita makan.
3. Endoskopi bisa digunakan untuk mendapatka contoh jaringan dari lapisan
lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bawah mikroskop
untuk mengetahui lambung etrinfeksi Helicobacter pyori. Endoskopi merupakan
pemeriksaan bakuemas, selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik
4. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi H.Pyori, urea
breath test dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi (Ida,2016).
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan non farmakologi tindakan-tindakan keperawataan dalam
perawatan pasien dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien,
hipnoterapi, terapi relaksasi, manajemen nyeri dan terapi perilaku. Farmakologis
pengobatan dispepsia mengenal beberapa obat yaitu : antasida, pemberian antasida tidak
dapat dilakuakn terus menerus, karena hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri.
Obat yang temask golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan femotidie. Pemasangan
cairan ariental, pemasangan naso gastrik tube (NGT) jika diperlukan. (Amelia,2018)
H. KOMPLIKASI
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain, perdarahann,
kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus (Purnamasari,2017).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
DENGAN KASUS DYSPEPSIA SYNDROM

A. PENGKAJIAN
1. Primary Survey
Airway 1. pantikan kepatenan jalan napas
2. siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika
perlu
3. jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli
anestesi dan bawa ke ICU

Breathing 1. kaji respiratory rate

2. kaji saturasi oksigen

3. berikan oksigen jika ada hypoksia untuk


mempertahankan saturasi > 92%
4. auskultasi dada

5. lakukan pemeriksaan rontgent


Circulation 1. kaji denyut jantung

2. monitor tekanan darah

3. kaji lama pengisian kapiller

4. pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi

5. periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit

6. catat temperature

7. lakukan kultur jika pyreksia


8. lakukan monitoring ketat

9. berikan cairan per oral

10. jika ada mual muntah, berikan antiemetik IV


Disability Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS
Pengkajian kesadaran menggunakan
Pemeriksaan GCS
Eye (respon membuka mata)
(4) : spontan membuka mata
(3) : membuka mata dengan perintah (suara, sentuhan)
(2) : membuka mata dengan rangsang nyeri
(1) : tidak membuka mata dengan rangsang apa pun
Verbal (respon verbal)
(5) : berorientasi baik
(4) : bingung, disorientasi tempat dan waktu
(3) : berbicara tidak jelas
(2) : bisa mengeluarkan suara mengerang
(1) : tidak bersuara
Motor (respon motorik)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(4) : (menghindar/menarik extremitas atau
tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : menjauhi rangsang nyeri
(2) : extensi spontan
(1) : tidak ada gerakan
Derajat kesadaran
14-15 Composmentis
12-13 Apatis
10-11 Somnolen
9-7 Delirium
4-6 Stupor
3 coma
Exposure 1. kaji riwayat sedetail mungkin

2. kaji stress dan pola makan, serta gaya hidup pasien

3. kaji tentang waktu sampai adanya gejala

4. kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang


terkena
5. apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?

6. Lakukan pemeriksaan abdomen

7. Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal

4. Secondary survey
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Penyakit yang pernah dialami Alergi (obat, makanan, dll)
Obat-obatan yang digunakan
c. Pengkajian head to toe
1) Keadaan Umum : kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen
2) TTV dan Nyeri : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung
dan pernapasan serta tekanan darah.
3) Kepala : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering atau basah
4) Dada : Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolik Abdomen : Bising usus yang lemah atau tidak ada bila
terdapat hypokalemia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi b.d mual muntah d.d gejala mayor dan gejala minor
Tanda mayor :
Ds : -
Do :
 Berat badan menurun
Tanda minor :
Ds :
 Cepat kenyang setelah makan
 Kram / nyeri perut
 Nafsu makan menurun
Do :
 Bising usus hiperaktif
 Otot pengunyah lemah
 Otot menelan lemah
 Membrane mukosa pucat
Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
12. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15.Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
18.Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
19.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi mukosa


lambung) d.d gejala mayor dan gejala minor
Gejala Tanda Mayor :
DS :
 mengeluh nyeri
DO :
 tampak meringis
 bersikap protektif (misal waspada. Posisi menghindari nyeri)
 gelisah
 frekuensi nadi meningkat
 sulit tidur
Gejala Tanda Minor :
DS :
 (tidak tersedia)
DO :
 Tekanan darah meningkat
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berfikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaforesis
Manajemen Nyeri (I. 08238)
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
11. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor neyri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Gejala dan tanda mayor
DS :
 Pasien mengeluh lelah

DO :

 Frekuensi jantung meningkat

Gejala dan tanda minor :


DS :

 Dispneu saat / setelah aktivitas


 Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
 Merasa lemah

DO

 Tekanan darah berubah


 Sianosis
 Gambaran EKG menunjukan iskemia

Manajemen Energi (I. 05178)


1. Observasi
o Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

o Monitor kelelahan fisik dan emosional


o Monitor pola dan jam tidur

o Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas


2. Terapeutik
o Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
o Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif

o Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan


o Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

3. Edukasi
o Anjurkan tirah baring
o Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

o Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak


berkurang
o Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

4. Kolaborasi
o Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
C. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
mebantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehtan yang lebih
baik yang menggambarkan krireria hasilyang di harapkan.

D. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap penilaian atau perbandingan yang sistematik yang terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakuka dengan cara yang
berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan tenaga kesehatan lainya.
Merupakan tahapan akhir dari proses keperawatan yang berguna apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendkatan lain.

Anda mungkin juga menyukai