Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A.

M DENGAN SYNDROM DISPSIA DI


RUANGAN FRESIA RS. BHAYANGKARA MANADO

OLEH :
NAMA : VANNESSA PUTRI INJILI KASEGER
NIM : 711430120028

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MANADO


KEMENTRIAN KEKSEHATAN RI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan.
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus
klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regugitasi asam lambug kini tidak lagi termasuk
dispepsia.

Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak menyenangkan sesudah makan, yang
berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati, dan mungkin kram dan begah perut. Sering
kali diperberat oleh makanan yang bertumbuh, berlemak atau makanan berserat tinggi, dan oleh
asupan kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan adanya gangguan
fungsi pencernaan.

Batasan dispepsia
a. Dyspepsia organic, bila diketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya.
Sindrom dyspepsia oganik terdapat keluhan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya
tukak(luka) lambung, usus dua belas jari, radang pancreas, radang empedu, dll.
b. Dyspepsia non-organic atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia non-ulkus (DNU), bila
tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan
stryktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboraturium, radiologi, endoskopi
(teropong saluran pencernaan).

2. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Hal ini
menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang terjadi pada saluran cerna atas akibat
proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006).
Kadar kambung lansia biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Beberapa obat-obatan,
seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan.

Penyebab dispepsia secara rinci adalah;


a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir bali, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolestitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produsinya)
h. Kelainan gerakan usu
i. Stress psikologi, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi helicobacter pylory
k. Perubahan pola makan
l. Pengaruh obat-obatan yang di konsumsi secara berlebihan dalam waktu yang lama.
m. Alkohol dan nikotin rokok
n. Stres
o. Tumor atau kanker saluran pencernaan

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secraa tiba-tiba)
4. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-onatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung menjadi kosong, kekosongan lambung dapat menyebabkan erogi pada
lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan prodiksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake
tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

5. PENATALAKSAAN MEDIK
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1. Menghindari makan yang dapat meningkatkan asam lambung
2. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3. Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti kerena pross patofisiologinya pun
masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70% kasus DF reponsif terhadap placebo.

Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan


antikoglenik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah
terjadnya muntah)

Ppengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:


1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat in udah didapatkan dan murah. Antasid akan menetralisir asam
lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na
bikarbonat, AL (OH)3. Mg(OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini
sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga
berkhasiat sebagai adborsen sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis
besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikoligernik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif
yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan
sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor
H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, fomatidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor=PPI)
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada
stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obatan yang termasuk
golongan PPI adalah omeperazol, lansoparzol, dan apntoparzol.
5. Sitoprotektif
Prostagladin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostalglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta lesi mukosa saluran cerna bagian
atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridom dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki
bersihan asam lambung (acid clearance).

6. DIAGNOSTIK
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu :
a. Pemeriksaan laboraturium
Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah tinja dan
urine. Lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya antara
lain pankreatitis kronis, DM. Pada dyspepsia biasanya hasil laboraturium dalam batas
normal.
b. Barium enema
Untuk pemeriksaan kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukakan pada yang
mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri
yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
c. Endoskopi
Bisa digunakan untuk pemeriksaan kerongkongan, lambung atau usus kecil untuk
mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan lambung. Contoh tersebut
kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi
oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan batu emas, selain sebagai
diagnostik sekaligus terapeutik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:


 CLO (Rapid Urea Test)
 Patologi anatomi (PA)
 Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
 PCR (Polymerase chain reaction), hanya dlam rangka penelitian
d. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi,
e. Kadag dilakukakn pemeriksaan lain
Seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.

7. KOMPLIKASI
Penderita sindrom dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi
yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:
a. Pendarahan
b. Kanke lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum
BAB II
PENGKAJIAN

Klien merupakan rujukan dari RSUD Kota Bitung mengeluh nyeri ulu hati yang timbul
sejak 2 hari SMRS, diraskan terus-menerus, memberat ketika di tekan dan tidak merujuk
dan nafsu makan menurun. Klien juga mengeluh badan yang lemas.
Keluhan lain seperti batuk sesak, demam, muntah, perdarahan gagguan BAB dan BAK
dangkal. Dari hasil pemeriksaan TD : 108/78 mmHg, N: 79x/mnt, RR: 24x/mnt, S: 36,6

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : Kamis, 21 Oktober 2021
Ruangan : FRESIA, RS BHAYANGKARA MANADO

1. Biodata
a. Identittas Pasien
Nama : Tn. A.M
Umur : 19 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Singkil II, Kota Manado.
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Diagnosa Masuk : Syndrom Dyspepsia
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S.H
Umur : 52
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Singkil II, Kota Manado
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Hubungan Dengan Klien : IBU
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri ulu hati
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien merupakan rujukan dari RSUD Kota Bitung mengeluh nyeri ulu hati yang
timbul sejak 2 hari SMRS, diraskan terus-menerus, memberat ketika di tekan dan
tidak merujuk dan nafsu makan menurun. Klien juga mengeluh badan yang lemas.
Keluhan lain seperti batuk sesak, demam, muntah, perdarahan gagguan BAB dan
BAK dangkal.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
DM Tipe II
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa ada riwayat kesehatan DM Tipe II

3. Genogram

Ket:
Pasien :
Laki-laki :
Perempuan :
Meninggal :
4. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan sebelumnya di rawat di RSUD kemudian di rujuk ke RSUP
kandou Manado karena klien merasa tidak ada perubahan selama pengobatan di
RSUD Kota Bitung
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pola nutrisi sebelum sakit klien makan 3 x sehari makan nasi ikan dan sayur
dan air mineral, setelah sakit klien mengalami penurunan BB 5 Kg dalam 6 bulan
terakhir. Klien makan 3x dan selingan 2x. Food recal 24 jam terakhir < 50 % : Bubur
3 sdm, lauk hewani tidak di makan, sayur, sup 2 sdm.
c. Pola Eliminasi
BAB:
Klien BAB sehari 1 x
Kosistensi : Lunak
Warna: Kuning
BAK:
Klien BAK 3x/hari
Warna : Kuning

d. Pola Aktivitas dan Latihan

Kegiatan/Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan Minum * ^
Mandi * ^
Berpakaian * ^
Toileting * ^
Mobilisasi di Tempat Tidur * ^
Berpindah * ^
Berjalan * ^
Menaiki Tangga *
0 : Mandiri 3 : Dibantu Orang Lain dan Peralatan
1 : Dengan Alat Bantu 4 : Ketergantungan/Ketidakmampuan
2 : Dibantu Orang Lain * : SMRS ^ : MRS

e. Pola Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan sebelum MRS klien tidur seperti biasa kurang lebih 8-9 jam dan
setelah masuk rumah sakit klien mengatakan untuk pola tidur tidak terganggu dan
biasanya klien tertidur >8 jam per hari.

f. Pola Kognitif dan Persepsi


Klien mengatakan mengetahui dirinya berada di rumah sakit, klien mampu
memahami hal yang disampaikan, klien tidak menggunakan alat bantu dengar,
pendengaran baik telinga kiri maupun kanan
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh, klien tidak putus asa dengan keadaan
penyakitnya dan selalu optimis.
h. Pola Peran dan Hubungan
Klien mengikuti perawatan yang ada, klien memiliki hubungan yang harmonis
dengan anak-anaknya, klien tinggal serumah dengan anak – anaknya
i. Pola Keyakinan dan Kepercayaan
Keluarga Klien mengatakan klien beragama Islam, sebelum masuk rumah sakit klien
sering beribadah ke Mesjid setiap hari dan percaya bahwa Allah adalah sumber
kekuatan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis GCS : E.4 M.6 V.5 15
Tinggi Badan : 170 Cm Berat Badan : 60 Kg
b. TTV
Tekanan Darah : 109/78 mmHg
Frekuensi Nadi : 79x/mnt
Frekuensi Respirasi : 24x/mnt
Suhu Tubuh : 36,6 ᵒ C
c. Kulit
Warna kulit kuning langsat,kulit lembab, turgor kulit normal
d. Kepala dan Rambut
Rambut hitam, ada ketombe, tidak ada pembengkakan kepala tidak ada perubahan
kontur tengkorak
e. Mata
Penglihatan normal, tidak ada kotoran di mata, klien membuka mata dengan spontan.
f. Telinga
Telinga bersih, simetris kiri dan kanan. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe di
sekitar telinga.
g. Hidung dan Sinus
Tidak terpasang O2 4 lpm non rebreathing mask
h. Mulut dan Tenggorokan
Mulut bersih, gigi lengkap, gigi berwarna putih.
Mukosa bibir : lembab
i. Leher
Inspeksi: Tidak ada pembengkakkan, atau kaku pada leher.
Palpasi: Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe.
j. Thoraks dan Paru
Pernafasan spontan, bentuk dada simetris.
k. Abdomen
Normal, tidak ada pembesaran abdomen.
l. Ekstremitas
Atas : terpasang venflon bagian dextra
Bawah : tidak ada pembekakan
6. Riwayat Pengkajian Nyeri
P : Nyeri ulu hati
Q : Nyeri terasa tajam
R : Rasanya berfokus pada 1 titik, abdomen bagian bawah.
S:3
T : 3-4 jam

Pemeriksan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Hematologi
Rutin:
Leukosit 8.9 4.0 - 10.0 Ribu/µL
Eritrosit 5.78 4.70 - 6.10 Juta/µL
Hemoglobin 16.5 12.0 - 16.0 gr/dL
Hematokrit 50.2 37.0 - 47.0 %
MCH 28.6 27.0 – 35.0 pg
MCHC 33.0 30.0 – 40.0 gr/dL
Trombosit 24 150 - 450 ribu/dL

Kimia Klinik
SGOT 224 < 33 U/L
SGPT 191 < 43 U/L
Ureum Darah 15 10 – 40 mg/dL
Creatinin Darah 0.7 0.5 – 1.5 mg/dL
Gula Darah Sewaktu 251 70 – 140 mg/dL
Chlorida Darah 103.1 98.0 – 109.0 mEq/L
Kalium Darah 4.18 3.50 – 5.30 mEq/L
Natrium Darah 133 135 - 153 mEq/L

Program Terapi selama di RS


Nama Obat/Terapi Cara Pemberian Dosis
Aministrel N-Hepa IV 1000 ml
Curcuma Oral 1 tob
Ranitidine Oral 50 mg
Novomix Subkutan 4 unit
B. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1 DS: Agen pencedera fisiologis Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri
ulu hati.

DO:
Pasien tampak meringis
Klien terpasang IVFD
Skala nyeri 3

2. DS: Ketidakseimbangan antara suplai Intoleransi


Klien mengeluh lemah dan kebutuhan oksigen Aktifitas

DO:
Klien hanya terbaring di
tempat tidur Kelemahan
TD: 109/78 mmHg
N: 79 x/mnt
RR: 24 x/mnt Imobilitas
S: 36,6 ᵒ C

C. Diagnosa keperawatan
1. (D.0077) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d klien megeluh nyeri ulu hati
2. (D.0056) Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen &
kelemahan d.d klien merasa lemah
D. Intervensi keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
keperawatan
1 (D.0077) Setelah dilakukan tindakan (I.08238)
Nyeri akut b.d agen keperawatan selama 2x8 jam Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis maka diharapkan nyerfi Observasi
d.d klien megeluh menurun dengan kriteria  Identifikasi lokasi,
nyeri ulu hati hasil: skala nyeri,
(L.08066) Tingkat Nyeri karakteristik, durasi,
 Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas
 Gelisa menurun dan intensitas nyeri.
 Pola tidur membaik  Identifikasi skala
 Nafsu makan meningkat nyeri
 Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
 Indentifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
2. (D.0056) Setelah dilakukakn tindakan (I.05178)
Intoleransi aktivitas keperawatan selama 2x8 jam Manajemen Energi
b.d imobilitas d.d maka diharapkan keluhan Observasi :
klien merasa lemah menurun dengan kriteria  Identifikasi
hasil: gangguan fungsi
(L.05047) Toleransi tubuh yang
Aktivitas mengakibatkan
 Perasaan lemah menurun kelelahan atau
 Kemudahan dalam kelemasan
melakukakn aktivitas  Monitor lokasi dan
sehari-hari meningkat ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
E. Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
(D.0077) Nyeri Akut Jumat, 22 Oktober Mengidentifikasi lokasi, 12.00
Nyeri akut b.d agen 2021 karakteristik, durasi, frekuensi, S:pasien mengatakan nyeri ulu
pencedera fisiologis 07.00 kualitas, intensitas nyeri. hati, lemah badan
d.d klien megeluh Hasil :
nyeri ulu hati O:Ku: Lemah Kes: CM
Terpasang IVFD
Mengidentifikasi skala nyeri. Skala nyeri : 2
07.30 Hasil : skala nyeri 2
A:Masalah belum teratasi
Mengidentifikasi faktor yang
08.00 memperberat dan memperingan P: Lanjutkan intervensi
nyeri.
Hasil : faktor memperberat jika
pasien melakukan aktivitas yang
harus bergerak dan faktor yang
memperingan jika pasien rileks
dan beristirahat.
2. (D.0056) Intoleransi Jumat, 22 Oktober Mengidentifikasi gangguan fungsi 12.00
Aktivitas 2021 tubuh yang mengakibatkan S:lemah badan
Intoleransi aktivitas 08.30 kelelahan.
b.d imobilitas d.d Hasil: kondisi fisiologis yang O: Ku: Lemah
klien merasa lemah menyebabkan pasien mudah lelah.
A: Masalah belum teratasi
Memonitor lokasi dan
09.00 ketidaknyamanan selama P: Lanjutkan intervensi
melakukakn aktivitas.
Hasil : Thorax

No Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1 (D.0077) Nyeri Akut Sabtu, 23 Oktober Mengidentifikasi lokasi, 12.00
Nyeri akut b.d agen 2021 karakteristik, durasi, frekuensi, S:
pencedera fisiologis 07.00 kualitas, intensitas nyeri.
d.d klien megeluh Hasil : O: Ku: Membaik
nyeri ulu hati
A: Masalah teratasi
Mengidentifikasi skala nyeri.
07.30 Hasil : skala nyeri 3 P: Pasien Pulang
Intervensi di berhentikan
Mengidentifikasi faktor yang
08.00 memperberat dan memperingan
nyeri.
Hasil : faktor memperberat jika
pasien melakukan aktivitas yang
harus bergerak dan faktor yang
memperingan jika pasien rileks
dan beristirahat.
2. (D.0056) Intoleransi Sabtu, 23 Oktober Mengidentifikasi gangguan fungsi 12.00
Aktivitas 2021 tubuh yang mengakibatkan S:
Intoleransi aktivitas 08.30 kelelahan.
b.d imobilitas d.d Hasil: kondisi fisiologis yang O: Ku membaik
klien merasa lemah menyebabkan pasien mudah lelah.
A: Masalah teratasi
Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
09.00 melakukakn aktivitas. P: Pasien pulang masalah
Hasil : Thorax teratasi.

Anda mungkin juga menyukai