Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang dalam melakukan
aktivitas. Seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan
muskuluskeletal. Ketika kebutuhan energy tidak tercukupi maka akan terjadi penurunan
dalam kapasitas fisologi seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang
diinginkan atau yang dibutuhkan akan mengakibatkan intoleransi aktivitas, terjadi
kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen karena
status penyakit sehingga dilakukan tirah baring untuk mempertahankan atau memenuhi
aktivitas harian yang diperlukan atau diharapkan.
Kita dapat melihat perbedaan orang sehat dengan yang mengalami intoleransi
aktivitas adalah ketika mereka meakukan suatu gerakan. Bagi orang normal, berjalan
dua tiga meter tidak merasa lelah, akan tetapi bagi pasien yang mengalami intoleransi
aktivitas, bergerak atau berjalan sedikit saja nafasnya sudah terengah-engah karena
tubuhnya tidak mampu memproduksi energi yang cukup untuk bergerak. Oleh karena
dalam laporan pendahuluan ini akan membahas tentang gangguan aktivitas.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Memperoleh pemahaman dan gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa intoleransi aktivitas.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnosa
intoleransi aktivitas
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa
intoleransi aktivitas
c. Mampu menyusun rencana keparawatan pada pasien dengan diagnosa intoleransi
aktivitas
d. Mampu melaksanakan tindakan keparawatan pada pasien dengan diagnosa
intoleransi aktivitas
e. Mampu melakukan evaluasi keparawatan pada pasien dengan diagnosa intoleransi
aktivitas

1
1.3 Metode Penulisan
Dalam menyusun laporan kasus ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
memberikan gambaran tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien
dengan teknik pengumpulan data : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan
medis pasien.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematis penulisan laporan makalah keparawatan dasar ini dibagi dalam 5 bab,
antara lain BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, meode penulisan,
dan sistematis penulisan. BAB II Tinjuan Teori dan Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan
terkait gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. BAB III Tinjauan Kasus terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB IV Pembahasan
tentang teori kasus yang terdiri dari kesenjangan kasus intoleransi aktivitas. BAB V
Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori


1. Definisi Intoleransi Aktivitas
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi,
2008). Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.

2. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal terdiri dari muskulus, tendon, ligament, tulang, kartilago,
persendian, dan bursa. Semua struktur ini bekerja bersama-sama untuk
menghasilkan gerakan. Ada tiga jenis otot utama pada manusia, yaitu : otot polos,
otot rangka, dan otot jantung. Dari ketiga otot tersebut, otot yang paling
berpengaruh untuk aktivitas atau pergerakan yaitu otot rangka.
Otot rangka, terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut
fasikel, semakin besar otot semakain banyak serabutnya.
a. Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan tersusun dari
260.000 serabut.
b. Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya terdiri dari 1.500
serabut.

Mekanisme interaksi aktin dan miosin pada sistem muskuloskeletal yaitu :


a. Molekul aktin tersusun dari tiga protein
1. F- aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin
satu sama lain.

3
2. Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi
subunit aktin dan melapisi sisi yang berkaitan dengan crossbridge miosin.
3. Molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan
posisi penghalang pada molekul tropomiosin.
b. Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan dua
pasang rantai ringan.
1. Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua kepala
protein globular atau crossbridge, menonjol di salah satu ujungnya.
2. Crossbridge menghubungkan filamen tebal ke filament tipis. Setiap
crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas
ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas ATP).
3. Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen tebal dengan
ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan kepala globularnya
menghadap ke ujungnya.

Kesimpulannya, kontraksi otot terjadi apabila aktin berikatan dengan kepala miosin.
Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau endosketeleton. Sistem rangka
yang tersusun dari beragam jenis tulang tidak dapat bergerak secara aktif. Akan
tetapi, aktivitas otot yang melekat pada tulang menyebabkan tulang tersebut ikut
bergerak. Oleh sebab itu, rangka (tulang) dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan
otot dikenal sebagai alat gerak aktif. Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot
mengalami pembesaran. tendon merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengaitkan
otot dengan periosteum ( membrane fibrosa yang menutupi tulang ). Tendon
menyebabkan tulang bergerak sewaktu otot-otot skelet berkontraksi. Ligamen
merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang mengikat antara satu
tulang dengan tulang lain, juga membantu tulang untuk bergerak. Tulang
diklasifikasikan menurut bentuk dan lokasinya.

Menurut bentuknya :
 tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia)
 tulang pendek (karpal dan tarsal)
 tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengkorak)
 tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan mandibula)

4
 tulang sesamoid ( patella)

Menurut lokasinya :
 tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, tulang rusuk, dan
sternum)
 tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, radius, ulna, metacarpal,
tulang pelvis, femur, patella, fibula, dan metatarsal)

Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun pada substansi yang kuat dan
berfungsi untuk menyokong pada beberapa bagian tubuh, seperti saluran
pendengaran, dan bagian invertebrata. Persendian merupakan pertemuan antara dua
atau lebih dan setiap persendian mempunyai rentang gerak yang bervaskularisasi.
Bursa merupakan kantong cairan synovial yang terletak pada lokasi gesekan di
sekitar persendian antara tendon, ligament, dan tulang. Fungsinya untuk mengurangi
tekanan pada struktur yang saling bersinggungan.

c. Factor – factor yang mempengaruhi fungsi system musculoskeletal


 Merokok, cenderung mempunyai pola pernafasan yang pendek, dengan
pernafasan yang pendek, gerakpun harus di batasi, dan juga dapat muncul
intoleransi aktivitas.
 Multiple aklerosis / cidera pada saraf tulang belakang
 Klien post operasi, cenderung membatasi gerakannya
 Usia

d. Macam – macam gangguan


 Fraktur
 Gout
 Arthritis oleh bakteri
 Cidera jaringan lunak / keras

4. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
1) Kelainan Postur

5
2) Gangguan Perkembangan Otot
3) Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4) Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5) Kekakuan Otot

5. Manifestasi Klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu tidak
mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki
hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan.

6. Faktor Predisposisi
 Pengobatan
 Terapi pembatasan gerak
 Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
 IMT diatas 75% sesuai dengan usia
 Kerusakan sensori persepsi
 Nyeri, tidak nyaman
 Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
 Depresi mood dan cemas
 Keengganan untuk memulai gerak
 Gaya hidup menetap, tidak fit
 Malnutrisi umum dan spesifik
 Kehilangan integrasi struktur tulang
 Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
 Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
 Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur.

7. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
a. Kerusakan Otot

6
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi
kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot
dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang
merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
b. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada
kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa
penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka
diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
c. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak. Impuls
tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi,
jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dank
e organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan
gangguan mobilisasi.

8. Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan Penunjang Terkait Kebutuhan Dasar Manusia


1. Pemeriksaan Rontgen  
Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.
2. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI 
Memperlihatkan fraktur juga dapatdigunakan untuk mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
3. Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4. Hitung jumlah, komposisi dan volume darah 
Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada
sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah
respon stres normal setelah trauma.
5. Kreatinin        
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, trafusi mutipes, atau cedera hati.

7
9. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1. Penatalaksana Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan
pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan
pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu
pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentikan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik,
isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet.

2. Tatalaksana Khusus
a) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
b) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
c) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter
spesialis yang kompeten.

8
d) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasien–pasien yang
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk mobilitas
yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas permanen.

b. Penatalaksanaan lain
1. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-
posisi tersebut, yaitu :
a) Posisi semi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4. Latihan isotonik dan isometric
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot
dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif,
sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
5. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.

9
Latihan-latihan itu, yaitu :
a) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
b) Fleksi dan ekstensi siku
c) Pronasi dan supinasi lengan bawah
d) Pronasi fleksi bahu
e) Abduksi dan adduksi
f) Rotasi bahu
g) Fleksi dan ekstensi jari-jari
h) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
i) Fleksi dan ekstensi lutut
j) Rotasi pangkal paha
k) Abduksi dan adduksi pangkal paha
6. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak
terjadinya imobilitas.
7. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara
berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.

2.2 Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Terkait Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Dasar
a. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan imobilitas,
seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan
imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya
gangguan mobilitas.
2. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system neurologis
(kecelakaan cerebrovascular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial,

10
miastenia, gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dan lain-lain),
riwayat penyakit system kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung
kongestif), riwayat penyakit system musculoskeletal (osteoporosis, fraktur,
artritis), riwayat penyakit system pernapasan (penyakit paru obstruksi
menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa,
hipnotik, depresan system saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau
spastis.
4. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :

Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilitas

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain.

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan


Tingkat 3
peralatan.

Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau


Tingkat 4
berpartisipasi dalam perawatan

5. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti
bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal

Bahu 180
Adduksi : Gerakan lengan kelateral dari posisi

11
samping ke atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh.

Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke arah depan 30
dan ke arah atas menuju bahu.

Pergelangan Tangan 80-90


Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam
lengan bawah.
Ekstensi : Luruskan pergelangan tangan dari 80-90
posisi fleksi.
Hiperekstensi:Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang
sejauh mungkin. 70-90
Abduksi : Tekuk pergelangan tanganke sisi ibu
jari ketika telapak tangan menghadap
ke atas. 0-20
Adduksi : Tekuk pergelangan tangan ke arah
kelingking, telapak tangan menghadap
ke atas. 30-50

Tangan dan Jari


Fleksi : Buat kepalan tangan 90
Ekstensi : Luruskan jari 90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang 30
sejauh mungkin.
Abduksi : kembangkan jari tangan. 20
Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan dari posisi 20
abduksi.

6. Perubahan Intoleransi Aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada
system pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan
dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri

12
saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan system
kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau
perubahan posisi.
7. Kekuatan Otot dan Gangguan Kordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :

Persentase Kekuatan
Skala Karakteristik
Normal

0 0 Paralisis sempurna

Tidak ada gerakan, kontraksi otot


1 10
dapat di palpasi atau dilihat

Gerakan otot penuh melawan


2 25
gravitasi dengan topangan

Gerakan yang normal melawan


3 50
gravitasi

Gerakan penuh yang normal


4 75 melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal

Kekuatan normal, gerakan penuh


5 100 yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh

8. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

b. Daftar Masalah Keperawatan


1. Intoleransi aktivitas

13
c. Intervensi Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas

No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan

(SDKI)

Setelah dilakukan
Asuhan keperawatan
 Tentukan  Dengan
selama ...x 24 jam
penyebab mengetahui
Intoleransi diharapkan klien dapat
keletihan, nyeri, penyebab,
aktivitas menoleransi aktivitas
aktifitas, dapat
yang biasa dilakukan,
perawatan , ditentukan
yang dibuktikan oleh:
pengobatan asuhan
- Toleransi keperawatan
aktivitas yang sesuai.

- Ketahanan
 Monitor asupan
- Penghematan  Asupan nutrisi
nutrisi untuk
energi penting untuk
memastikan ke
mempertahank
- Kebugaran fisik adekuatan
an energy
sumber energi.
untuk aktivitas
- Energi
psikomotorik

 Evaluasi motivasi
 Mengetahui
dan keinginan
apakah klien
pasien untuk
memang ingin
meningkatkan
melakukan
aktifitas
aktivitas atau
tidak

14
 Rencanakan  Dengan
jadwal antara dijadwal maka
aktifitas dan aktivitas dan
istirahat. kebutuhan
istirahat klien
dapat diberikan
secara tepat

 Bantu dengan
aktifitas fisik
 Aktivitas fisik
teratur : misal:
yang teratur
ambulasi,
dapat
berubah posisi,
memberikan
perawatan
kenyamanan
personal sesuai
bagi klien dan
kebutuhan
menghindari
kekakuan sendi
dan otot

 Terapi medis
 Kolaborasi penting untuk
dengan medis menunjang
untuk pemberian proses
terapi, sesuai penyembuhan
indikasi

d. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer

15
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang
khidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada system musculoskeletal,
kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan
primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul
akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
- Hambatan terhadap latihan
- Pengembangan program latihan
- Keamanan
2. Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas
dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasian
intervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai factor yang
menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006)

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, meskipun evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral
pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk
menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan
apakah prilaku yang diobservasi telah sesuai. Diagnosa juga perlu di evaluasi
dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi dievaluasi adalah
untuk menentukan apakah tujuan tersebut dicapai secara efektif (Nursalam,2001).
Evaluasi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses)
Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kwalitas palayanan asuhan keperawatan . evaluasi
proses harus dilaksan akan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses

16
terdiri atasan alisis rencana asuhan keparawatan, pertemuan kelompok,
wawancara, observasi klien, dan menggunakan form evaluasi. Ditulis pada
catatan perawatan.

b. Evaluasi sumatif (hasil)


Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan.
Focus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini
dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
Dalam proses evaluasi, kriteria hasil yang diharapkan ialah:
1) Mampu mebolak balikan posisi tubuh
2) Meningkatkan waktu reaksi
3) Tidak dispnea saat beraktifitas
4) Cara berjalan normal
5) Mampu melakukan gerakan motorik halus dan kasar
6) Pergerakan sendi bebas
7) Tidak terjadinya tremor yang diinduksi oleh pergerakan
8) Postur tubuh stabil
9) Gerakan teratur dan terkoordinasi

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 16 januari pukul di Ruang Arjuna RSU
SANJIWANI GIANYAR dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi (rekam medis)

1. PENGUMPULAN DATA

17
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(suami)
Nama : Ny. S Tn. M
Umur : 58 th 49 th
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-Laki
Status Perkawinan: Kawin Kawin
Suku /Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SD SMP
Pekerjaan : Petani Petani
Alamat : Br. Keladian Karangasem Br. Keladian Karangasem
Alamat Terdekat : - -
Nomor Telepon :- -
Nomor Register : 638129 -
Tanggal MRS : 08 januari 2019 -

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien MRS dengan keluhan nyeri perut
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pada saat pengkajian pada tangggal 16 Januari 2019 pasien mengatakan perut
membesar sejak lama, mual dan muntah, lemas sulit untuk melakukan aktivitas
secara mandiri, seperti melakukan perawatan pada dirinya membutuhkan
bantuan keluarga.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan perut membesar dan sudah sakit sejak 5 bulan yang lalu,
sebelumnyan sudah di bawa ke Rs ke 3 kali , sudah berobat dan tidak kunjung
sembuh, lalu pasien mengatakan sempat ke lombok selama satu bulan berobat
dengan pengobatan non medis dan tak kunjung sembuh juga setelah itu
kembali ke bali berobat ke rumah sakit sanjiwani gianyar dengan diagnose
sirosis hepatis. Di UGD Rs sanjiwani gianyar pasien mengeluh nyeri perut
,mual –mual dan muntah sebanyak tiga kali, mata berwarna kuning , dengan
hasil pemeriksaan TD : 120/70 Mmhg, N: 80 x/mnit , S : 36oC , RR : 20.

18
Terapi yang diberikan diruangan :
1. IVFD D5% 20 tpm ( infuse terpasang : metacarpal dextra)
2. Ranitidine 50 mg tiap 12 jam (intravena) : untuk mengurangi produksi
asam lambung
3. Furosemid 10 mg tiap 8 jam (intravena) : untuk mengurangi cairan
berlebihan dalam tubuh atau edema yang disebabkan oleh penyakit hati.
4. Spironolactone (tablet,oral) dengan dosis 200mg : untuk mengobati
pembengkakan akibat penumpukan cairan di salah satu bagian tubuh.
5. Ketorolac amp 2x1 tiap 12 jam (intravena) : mengatasi nyeri sedang hingga
nyeri berat untuk sementarabekerja dengan memblok produksi substansi
alami tubuh yang menyebabkan inflamasi. Efek ini membantu mengurangi
bengkak, nyeri, atau demam.
6. Topazol 2x1 vial tiap 12 jam (intravena) : untuk perawatan Usus ulkus
kecil, Bisul perut, Cedera mukosa esofagus, Gastrin tumor yang
mensekresi dan kondisi lainnya.
7. VIP Albumin 3x ii tab : untuk meningkatkan kadar albumin dalam tubuh,
meningkatkan daya tahan tubuh serta menaikkan kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah.
8. Sucralfat 3xc1 (syrup) : obat untuk mengobati tukak pada usus halus.
Sucralfate akan membentuk lapisan pelindung pada tukak untuk
melindunginya dari infeksi lanjutan. Lapisan pelindung ini akan membantu
mempercepat proses penyembuhan tukak.
9. Antascid 3xc1 : obat maag yang digunakan untuk menetralkan asam
lambung atau mengikat cairan asam lambung
10. Cefoperazone 2x1 gr tiap 12 jam : untuk menangani infeksi karena bakteri,
bekerja dengan cara membunuh bakteri dan menekan laju
perkembangannya di dalam tubuh.
11. Laxadine 3xc1 (syrup) : obat pencahar atau laksatif yang bekerja dengan
cara merangsang gerak peristaltik pada usus besar serta menghambat
penyerapan air berlebih dari feses dan melicinkan jalan keluar feses

4) Riwayat penyakit sebelumnya


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain selain ini

19
5) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular dan berbahaya dari
keluarga, seperti TBC, HIV/AIDS, Kencing Manis, Hipertensi, Hepatitis
maupun penyakit jantung.

6) Genogram

Keterangan :

20
c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian :pasien mengatakan sebelumnya tidak mengalami
gangguan dalam bernafas
Saat Pengkajian :pasien mengatakan sekarang mengalamai gangguan
dalam bernafas seperti nyeri di hulu hati sewaktu
bernafas, baik saat menarik nafas maupun
menghembuskan nafas
2) Makan dan minum
Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan sebelumnya makan 3x sehari dengan
jenis makanan nasi, lauk, sayur, porsi sedang. Pasien
mengatakan sebelumnya bisa minum kurang lebih 8 gelas
aqua/hari (1 gelas = 250 cc), dan tidak menkonsumsi
minuman beralcohol , the , kopi.
Saat Pengkajian : pasien mengtakan sekarang makan 3x sehari 1/3 porsi
dengan porsi yang diberikan dirumah sakit. Keluarga
pasien mengatakan pasien menghabiskan sedikit makanan
yang disediakan dirumah sakit.
Pasien mengatakan bisa minum kurang lebih 5 gelas
aqua/hari ( 1 gelas = 250 cc)
Input cairan : - infus Dx5% 2000 cc
- VIP Albumin 250 cc
- Obat Injeksi 15 cc
- Air putih 1.250 cc
3.515 cc

3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan bisa BAB 1x sehari pada pagi hari
dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas feses,
tidak ada lendir dan darah.

21
pasien mengatakan BAK 5x sehari dengan jumlah urine
kurang lebih 250 cc, tidak ada nyeri saat BAK.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan hari ini sudah 5x BAB dengan
konsistensi cair, warna kuning, berlendir, bau khas feses.
Pasien menggunakan kateter dengan jumlah urine 1500 cc
dengan warna kuning kecoklatan.
Output cairan : - urine 3.000 cc
- IWL : 15 x BB / 24 jam = 25 cc/jam
- Dalam 24 jam : 25 x 24 = 600 cc
- Hasil IWL = 600 cc ( 15cc x 40kg)
= 3.100 cc

4) Gerak dan aktivitas


Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan sebelumnya beraktivitas dengan
baik dan tanpa diabntu keluarga.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan aktivitasnya terganggu karena
nyeri yang dirasakan sehingga aktivitasnya di bantu
oleh keluarga.

5) Istirahat dan tidur


Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan 1 jam tidur pada siang hari dan
pada malam hari tidur dengan nyenyak selama 7 jam.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan sering terjaga dan susah tidur karena
pasien merasa gelisah, tidur kurang lebih kurang lebih 5
jam perhari.
Tidur siang bisa 1 jam/hari tetapi tidak nyenyak

6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan sebelumnya mandi bisa 2x sehari,
mencuci rambut 2 hari sekali, menggosok gigi 2x sehari,
memotong kuku 1 minggu sekali dan ganti baju 2x sehari

22
Saat Pengkajian : pasien mengatakan hanya bisa dilap oleh keluarganya
2x sehari, pasien belum pernah mandi secara bersih,
mencuci rambut, memotong kuku dan sikat gigi jarang
sejak masuk rumah sakit.

7) Pengaturan suhu tubuh


Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan sebelumnya suhu tubuhnya hangat

Saat Pengkajian : suhu tubuh pasien normal 36oC tidak mengalami


kenaikan suhu.

8) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian: pasien mnegatakan mengalami gangguan rasa nyaman
karena merasakan nyeri pada bagian perut kanan atas.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan nyeri pada bagian perut kanan
bagian atas.
P : sirosis hepatis
Q : seperti di tusuk tusuk dan terasa panas
R : pada perut kanan bagian atas
S : dengan skala nyer 5
T : nyeri timbul pada pasien duduk

9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan sebelumnya dirinya merasa aman
dan tidak pernah cemas.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan merasa cemas karena merasakan
nyeri pada bagian perut kanan atas. Merasa takut karena
melihat bagian perutnya membesar sehingga pasien
merasa tidak aman dengan keadaanya.

10) Data sosial

23
Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan dirinya tinggal bersama suami dan
anaknya. Pasien mengatakan hubungannya dengan
keluarga baik, dengan tetangga baik dan dengan teman
juga baik-baik saja.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan hubungannya dengan keluarganya
baik, pasien mengatakan hubungannya dengan perawat
diruangan baik dan pasien lainnya baik. Pasien
mnegatakan sering dikunjungi oleh sanak keluarganya
dan teman-temannya.

11) Prestasi dan produktivitas


Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan tidak pernah mempunyai prestasi,
pasien mengtaakan produktivitasnya normal, pasien bisa bekerja dan
melakukan kegiatannya seperti biasa.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan prestasi yang pernah dicapai tidak
ada, pengaruh pekerjaan terhadap penyakitnya sangat
berpengaruh, produktivitasnya terganggu dan
terhambat.

12) Rekreasi
Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan jarang berrekreasi karena jarang
memiliki waktu luang
Saat Pengkajian : pasien mengtakan tidak pernah melakukan rekreasi
setelah masuk rumah sakit

13) Belajar
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan belum terlalu memahami dengan
proses pengobatan untuk penyakitnya.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan masih belum paham dengan
penyakitnya. Hal-hal yang perlu dipelajari berhubungan
dengan penyakitnya, pasien perlu mempelajarinya

24
dengan hati-hati agar lebih paham dan sangat perlu
diberikan edukasi.

14) Ibadah
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan dapat beribadah dengan baik, aktif
dalam kegiatan agama dan rajin melakukan
persembahyangan di pura.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan tidak dapat melakukan ibadah seperti
biasanya dan hanya bisa berdoa diatas tempat tidur.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : E : 4/ V : 4/ M : 3 ( Apatis )
b) Bangun Tubuh : kurus
c) Postur Tubuh : sedang
d) Cara Berjalan : terganggu karena nyeri
e) Gerak Motorik : normal
f) Keadaan Kulit
Warna : ikterus
Turgor : elastis
Kebersihan: bersih
Luka : tidak ada,
Gambar :
Depan Belakang

25
g) Gejala Kardinal : TD : 110/60 mmhg
N : 36 x/mnt
S : 80oC
RR : 20x/mnt
h) Ukuran lain : BB : 40 kg
TB : 155 cm
LL : 24 cm

2) Kepala
a) Kulit kepala : bersih , simetris
b) Rambut : sedikit rontok dan beruban
c) Nyeri tekan, lokasi pada bagian abdomen
d) Luka : tidak ada
Gambar

3) Mata
a) Konjungtiva : merah muda
b) Sklera : ikterus
c) Kelopak mata : lingkaran hitam
d) Pupil : pupil isokor

4) Hidung
a) Keadaan : Bersih, simetris
b) Penciuman : Baik
c) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

26
d) Luka : tidak ada

5) Telinga
a) Keadaan : bersih
b) Nyeri : tidak ada nyeri tekan
c) Pendengaran : normal, tidak ada gangguan

6) Mulut
a) Mukosa bibir : bersih, simetris, lembab
b) Gusi : tidak berdarah
c) Gigi : gigi lengkap dan tidak ada karang gigi
d) Lidah : bersih
e) Tonsil : normal tidak ada peradangan

7) Leher
a) Inspeksi
Keadaan : normal, tidak ada pembengkakan kelenjar limfa, kelenjar
karotis, maupun kelenjar tiroid
b) Palpasi
Keadaan : tidak ada pembesaran kelenjar limfa, kelenjar karotis, maupun
kelenjar tiroid.

8) Thorax
a) Inspeksi
- Bentuk : simetris
- Gerakan dada: bebas
- Payudara : simetris
□ Nyeri : tidak ada
□ Bengkak : tidak ada
□ Luka : tidak ada
b) Palpasi
- Pengembangan dada : simetris

27
- Vibrasi tactile premitus : simetris
- Nyeri tekan: tidak ada
c) Perkusi
- Suara paru : Sonor/resonan
d) Auskultasi
- Suara paru : vesikuler/normal
- Suara jantung: Regular

9) Abdomen
a) Inspeksi
- Pemeriksaan : ascites, tegang pada bagian perut kanan atas, peingkatan
lingkar abdomen
- Luka : tidak ada
b) Auskultasi
- Peristaltic usus 12 x/mnt
c) Palpasi : nyeri tekan pada bgaian perut kanan atas, pada bagian hati teraba
keras
d) Perkusi : bunyi dullness/pekak

10) Genetalia
Tidak terkaji
11) Anus
Tidak terkaji

12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
Pergerakan bebas tidak terganggu, tidak terjadi sianosis, tidak ada nyeri
tekan, terpasang infus pada tangan kiri. CRT <2 detik
Luka : tidak ada

b) Ektremitas Bawah
Pergerakan terbatas, tidak ada luka, CRT <2 detik dan tidak ada nyeri tekan
Luka : tidak ada

28
c) Kekuatan Otot
333 333

222 222

Nilai kekuatan otot


0 : sama sekali tidak mampu bergerak
1 : tampak sedikit kontraksi sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh
2 : hanya mampu melawan gaya gravitasi saja,tpi dengan sentuhan akan jatuh
3 : mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tapi tidak mampu
melawan tekanan
4 : kekuatan otot berkurang dibandingan dengan sisi yang lain
5 : kekuatan otot penuh

e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
No Hari/Tanggal/ Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Jam Lab Pemeriksaan

29
1 08 Januari WBC 6,7 4,0 - 10,0
2019 HGB 11,7 11,0 - 16,0
HCT 34,4 37,0 - 50,0
MCV 101,8 82,0 - 95,0
MCH 34,8 27,0 - 31,0
MCHC 34,0 32,0 - 36,0
RDW-CV 18,9 11,5 – 14,5
RDW-SD 65,5 35,0 – 56,0
PLT 104 150 - 450
PDW 16,5 9,0 – 17,0

2. Pemeriksaan Radiologi
Tidak ada

3. Pemeriksaan lain-lain
Tidak ada

4. Therapi
Terapi yang diberikan diruangan :
1) IVFD D5% 20 tpm ( infuse terpasang : metacarpal dextra)
2) Ranitidine 50 mg tiap 12 jam (intravena) : untuk mengurangi produksi
asam lambung
3) Furosemid 10 mg tiap 8 jam (intravena) : untuk mengurangi cairan
berlebihan dalam tubuh atau edema yang disebabkan oleh penyakit
hati.
4) Spironolactone (tablet,oral) dengan dosis 200mg : untuk mengobati
pembengkakan akibat penumpukan cairan di salah satu bagian tubuh.
5) Ketorolac amp 2x1 tiap 12 jam (intravena) : mengatasi nyeri sedang
hingga nyeri berat untuk sementarabekerja dengan memblok produksi
substansi alami tubuh yang menyebabkan inflamasi. Efek ini
membantu mengurangi bengkak, nyeri, atau demam.

30
6) Topazol 2x1 vial tiap 12 jam (intravena) : untuk perawatan Usus ulkus
kecil, Bisul perut, Cedera mukosa esofagus, Gastrin tumor yang
mensekresi dan kondisi lainnya.
7) VIP Albumin 3x ii tab : untuk meningkatkan kadar albumin dalam
tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh serta menaikkan kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah.
8) Sucralfat 3xc1 : obat untuk mengobati tukak pada usus halus.
Sucralfate akan membentuk lapisan pelindung pada tukak untuk
melindunginya dari infeksi lanjutan. Lapisan pelindung ini akan
membantu mempercepat proses penyembuhan tukak.
9) Antascid 3xc1 : obat maag yang digunakan untuk menetralkan asam
lambung atau mengikat cairan asam lambung
10) Cefoperazone 2x1 gr tiap 12 jam : untuk menangani infeksi karena
bakteri, bekerja dengan cara membunuh bakteri dan menekan laju
perkembangannya di dalam tubuh.
11) Laxadine 3xc1 : obat pencahar atau laksatif yang bekerja dengan cara
merangsang gerak peristaltik pada usus besar serta menghambat
penyerapan air berlebih dari feses dan melicinkan jalan keluar feses

31
2. DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


 Pasien mengatakan nyeri pada  Pasien Nampak lemas
perut bagian kanan atas.  Immobilisasi pasien terganggu
 Pasien mengatakan nyeri timbul  Kelemahan otot
saat duduk  Kebutuhan ADLs di bantu total
 Pasien mengatakan mual oleh keluarga
 Pasien mengaeluh badannya  Pasien nampak meringis
lemas lemas kesakitan
 Pasien mengatakan pusing  Pasien Nampak gelisah
 Pasien mengatakan aktivitas di  Wajah pasien tampak pucat
bantu keluarga  Konjungtiva anemis
 Pasien mengatakan merasa tidak  Pasien terlihat menggunakan
nyaman dengan kondisinya ini selang kateter
 Pasien mengatakan sulit buang  Tanda-tanda vital pasien :
air besar S : 36OC
 Pasien mengatakan sulit buang TD : 110/60 mmHg
air kecil N : 80 x/menit
 Pasien mengatakan diare 5 kali RR : 22 x/menit
sejak semalam dengan BAB
berlendir

3. ANALISA DATA

32
Analisa Data Pasien Ny. S dengan intoleransi aktivitas
di Ruang arjuna RSU sanjiwani gianyar
Tanggal 16 Januari 2019

Subyektif Obyektif Masalah


- Pasien - Pasien tampak Intoleransi aktivitas
mengeluh lemah
badannya lemas - Mobilisasi pasien
- Pasien terganggu
mengatakan - Kebutuhan ADLs
pusing di bantu total oleh
- Pasien keluarga
mengatakan
aktivitas di
bantu keluarga
- Pasien - Pasien nampak Gangguan rasa
mengatakan meringis nyaman : Nyeri
nyeri pada kesakitan kronis
perut bagian - Pasien tampak
kanan atas lemas
- Pasien Nampak
- Pasien gelisah
mengatakan - P : sirosis hepatis
nyeri timbul - Q : seperti di
saat duduk tusuk tusuk dan
terasa panas
- Pasien - R : pada perut
mengatakan kanan bagian atas
merasa tidak - S : dengan skala
nyaman dengan nyeri 7
kondisinya ini. - T : nyeri timbul
pada pasien
duduk

33
- Pasien - Pasien tampak Gangguan pola tidur
mengatakan gelisah
susah tidur - Pasien tampak
- Pasien lemas
mengatakan - Wajah pasien
sering terjaga tampak pucat
dari tiga hari - Konjungtiva
yang lalu pada anemis
malam hari

- Pasien - Pasien tampak Gangguan rasa


mengatakan cemas aman
merasa cemas
karena
merasakan
nyeri pada
bagian perut
kanan atas dan
merasa takut
karena melihat
bagian perutnya
- Pasien - Pasien terlihat Gangguan
mengatakan menggunakan kebutuhan eliminasi
sulit buang air selang kateter
besar
- Pasien
mengatakan
sulit buang air
kecil
- Pasien
mengatakan
diare 5 kali
sejak semalam

34
dengan BAB
berlendir

4. Rumusan Masalah Keperawatan


a. Intoleransi Aktivitas

5. Analisa Masalah
P : intoleransi aktivitas
E : Nyeri
S : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan atas, pasien mengatakan mual ,
pasien mengatakan, kebutuhan ADL pasien dibantu keluarga.

Proses Terjadinya :
Gangguan intoleransi aktivitas terjadi akibat adanya nyeri pada bagian perut kanan
atas sehingga terjadinya keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri.

Akibat jika tidak ditanggulangi :


1. Kekakuan pada sendi dan otot
2. Terjadinya luka seperti decubitus jika hanya berbaring di tempat tidur
3. Terjadinya atrofi pada otot

6. Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien : Ny. S No. RM : 638129
Umur : 58 th Ruang Rawat : Arjuna

35
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medis: Sirosis Hepatis
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Paraf/Nama
Ditemukan Teratasi
1 Intoleransi aktivitas berhubungan 16 Januari Belum
dengan kelemahan umum ditandai 2019 teratasi
dengan pasien mengatakan lemas,
nyeri pada perut bagian kanan
atas, pasien mengatakan mual

36
B. PERENCANAAN
1. Prioritas Masalah Keperawatan (berdasarkan NANDA, NIC , NOC, SDKI)
a. Intoleransi Aktivitas
2. Rencana Keperawatan / Nursing Care Plan

Rencana Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Intoleransi Aktivitas


Di Ruang Arjuna RSU Sanjiwani Gianyar Tanggal 16 Januari s/d 18 Januari 2018

No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf


Keperawatan
1. Kamis, 16 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri
Januari 2019 dengan kelemahan umum keperawatan 3x24 jam 1. Observasi tindakan 1. manifestasi kardio
18.00 yang ditandai dengan: pasien akan meningkatkan pengukuran tanda- pulmonal dr upaya
DS : toleransi aktivitas selama tanda vital jantung dan paru untuk
- Pasien mengatakan nyeri pada dalam perawatan membawa jumlah
2. Mengkaji kekuatan
perut bagian kanan atas. NOC : oksigen adekuat ke
otot pasien
- Pasien mengatakan mual - Energy conservation jaringan.
- Pasien mengatakan lemas - Activity tolerance 3. Melatih ROM aktif 2. meningkatkan aktivitas
- Self care : ADLs dan pasif pasien secara bertahap sampai
dengan kriteria hasil normal dan
4. Biarkan pasien
DO : 1. Berpartisipasi dalam memperbaiki tonus
mempraktikan
- Pasien Nampak lemas aktivitas fisik tanpa otot.

37
- Immobilisasi pasien terganggu disertai peningkatan kembali yang sudah 3. Untuk menilai respon
- Kelemahan otot tekanan darah, nadi diajarkan tapi tubuh pasien
- Kebutuhan ADLs pasien dan RR dengan pengawasan 4. Untuk mengetahui
dibantu total oleh keluarga 2. Mampu melakukan perawat respon tubuh pasien
aktivitas sehari-hari 5. anjurkan klien 5. meningkatkan istirahat
(ADLs) secara mandiri istirahat bila terjadi untuk menurunkan
3. Tanda-tanda vital kelelahan dan kebutuhan oksigen
normal kelemahan, tubuh dan menurunkan
4. Energy psikomotor anjurkan pasien regangan jantung dan
5. Level kelemahan melakukan aktivitas paru.
6. Mampu berpindah : semampunya
dengan atau tanpa Kolaborasi
bantuan alat. 6. Kolaborasikan
7. Sirkulasi status baik dengan tenaga
8. Status respirasi : rehabilitasi medic
pertukaran gas dan dalam
ventilasi adekuat merencanakan
program terapi
pemberian obat
analgesic
(intravena)

38
C. PELAKSANAAN
Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Intoleransi Aktivitas
Di Ruang Arjuna RSU Sanjiwani Gianyar Tanggal 16 Januari s/d 18 Januari 2019

No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat


Keperawatan / Paraf
1. Rabu/16/01/2019 Intoleransi aktivitas 1 Melakukan tindakan pengukuran DS:
08.00 berhubungan dengan tanda-tanda vital - pasien mengatakan lemas
kelemahan umum - pasien mengatakan mual
ditandai dengan pasien
mengatakan lemas, nyeri DO:
pada perut bagian kanan - Pasien Nampak lemas
atas, pasien mengatakan - S : 36OC
mual - TD : 110/60 mmHg
- N : 80 x/menit
- RR : 22 x/menit

08.30 2. Mengkaji kekuatan otot DS:


2.
- pasien mengatakan lemas

39
- pasien mengatakan tidak
mampu beraktivitas
- pasien mengatakan aktivitas
dibantu oleh keluarga
DO:
- pasien nampak lemah
- ADLs pasien dibantu total oleh
keluarga
- skala kekuatan otot 3 : bisa
melawan gravitasi tetapi tidak
dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa

3. 10.00 3. Melatih ROM aktif dan Pasif DS:


- pasien mengatakan lemas
- pasien mengatakan tubuh sakit
saat digerakkan

DO:
- pasien tampak lemah

40
- pergerakan pasien masih
terbatas

4. Biarkan pasien mempraktikan DS :


kembali yang sudah diajarkan tapi - pasien mengatakan badannya
4 14.00 dengan pengawasan perawat lemas
- pasien mengatakan sulit
menggerakkan tubuhnya
DO :
- pasien belum mampu
mempraktikkan ROM yang
perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak
bergerak dan pemenuhan
kebutuhannya dibantu oleh
keluarga

5. Membantu klien dalam memilih DS :

5 17.00 posisi yang nyaman untuk istirahat - Klien mengatakan apabila


dan tidur., anjurkan pasien miring merasa nyaman dan
melakukan aktivitas semampunya tidak berani bergerak tanpa

41
bantuan keluarga

- Pasien mengatakan aktivitas


dibantu oleh keluarga
DO :
- Pasien merasa nyaman jika
posisi tidur miring.
- Pasien tidak mampu melakukan
aktivitasnya sendiri, seperti
makan dan minum dibantu oleh
keluarga

6. Berkolaborasi dengan tim menis


DS : -
lain dalam pemberian analgetik IV
DO :
sesuai indikasi.
6. 20.00 - Obat sudah diberikan
- IV ketorolac 1 amp/12 jam

42
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat
Keperawatan / Paraf

7. Kamis/17/2019 Intoleransi aktivitas 1. Melakukan tindakan pengukuran DS:


08.00 berhubungan dengan tanda-tanda vital - pasien mengatakan lemas
kelemahan umum ditandai - pasien mengatakan mual
dengan pasien
mengatakan lemas, nyeri DO:
pada perut bagian kanan - pasien nampak lemas
atas, pasien mengatakan - S : 36OC
mual - TD : 120/80mmHg
- N : 80x/menit
- RR : 21x/menit

8. 10.00 2. Mengkaji kekuatan otot pasien DS:


- pasien mengatakan lemas

DO:
- skala kekuatan otot 3 : bisa
melawan gravitasi tetapi tidak
dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa

43
- pasien tampak lemah

9. 14.00 3. Melatih ROM aktif dan Pasif DS:


- pasien mengatakan lemas
- pasien mengatakan mual
DO:
- pasien tampak lemah
- pergerakan pasien masih terbatas

10. 16.00 4. Biarkan pasien mempraktikan DS :


kembali yang sudah diajarkan tapi - pasien mengatakan badannya
dengan pengawasan perawat lemas
- pasien mengatakan sulit
menggerakkan tubuhnya
DO :
- pasien belum mampu
mempraktikkan ROM yang
perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak
bergerak dan pemenuhan
kebutuhannya dibantu oleh
keluarga

44
11. 18.00 5. Membantu klien dalam memilih DS :
posisi yang nyaman untuk istirahat - Klien mengatakan apabila
dan tidur., anjurkan pasien miring merasa nyaman dan tidak
melakukan aktivitas semampunya berani bergerak tanpa bantuan
keluarga

- Pasien mengatakan aktivitas


dibantu oleh keluarga
DO :
- Pasien merasa nyaman jika
posisi tidur miring.
- Pasien tidak mampu melakukan
aktivitasnya sendiri, seperti
makan dan minum dibantu oleh
keluarga

12. 19.00 6. Berkolaborasi dengan tim menis


lain dalam pemberian analgetik IV
DS : -
sesuai indikasi.
DO : obat sudah diberikan
- IV ketorolac 1 amp/12 jam

45
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon
Keperawatan
1 Jumat , 18 Januari Intoleransi aktivitas 1. Melakukan tindakan pengukuran tanda- DS :
2019 berhubungan dengan tanda vital - pasien mengatakan lemas
kelemahan umum ditandai - pasien mengatakan kemarin malam tidak
08.00
dengan pasien mengatakan bisa tidur karena gelisah
lemas, nyeri pada perut - pasien mengatakan panas dibagian abdomen
bagian kanan atas, pasien DO :
mengatakan mual - S : 36,5OC
- TD : 100/60mmHg
- N : 7x/menit
- RR : 20x/menit

DS :
2. Mengkaji kekuatan otot - Pasien mengatakan lemas
2 11.00
DO :
- Pasien tampak lemah
- Mobilasasi pasien terganggu

46
- Kekuatan otot dengan hasil di skala 3
yaitu bisa melawan gravitasi tetpi
tidak dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa

DS:
3. Melatih ROM aktif dan Pasif - pasien mengatakan lemas
3 14.00 - pasien mengatakan mual
DO:
- pasien tampak lemah
- pergerakan pasien masih terbatas

DS :
4. Biarkan pasien mempraktikan kembali - pasien mengatakan badannya lemas
yang sudah diajarkan tapi dengan - pasien mengatakan sudah menggerak-

47
4 16.00 pengawasan perawat gerakkan bagian jari-jari kaki dan
pergelangan kaki
DO :
- pasien sudah mampu mempraktikkan
sedikit ROM yang perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak bergerak
dan pemenuhan kebutuhannya
dibantu oleh keluarga

DS :
5. Membantu klien dalam memilih posisi - Klien mengatakan apabila miring
yang nyaman untuk istirahat dan tidur., merasa nyaman dan tidak berani
5 19.00
anjurkan pasien melakukan aktivitas banyak bergerak jika tanpa bantuan
semampunya keluarga

- Pasien mengatakan aktivitas dibantu


oleh keluarga
DO :
- Pasien merasa nyaman jika posisi
tidur miring.

48
- Pasien tidak mampu melakukan
aktivitasnya sendiri, seperti makan
dan minum dibantu oleh keluarga

6. Berkolaborasi dengan tim menis lain


dalam pemberian analgetik IV sesuai DS : -
indikasi. DO :obat sudah diberikan
- IV ketorolac 1 amp/12 jam
6 20.00

49
D. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (yang dilakukan setiap hari)

Catatan Perkembangan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Intoleransi Aktivitas


Di Ruang Arjuna RSU Sanjiwani Gianyar Tanggal 16 Januari s/d 18 Januari 2019

No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Respon Nama


Perawat/Paraf
1. Rabu 16 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan S:
Januari 2019 umum ditandai dengan pasien mengatakan lemas, nyeri - pasien mengatakan badannya lemas
pada perut bagian kanan atas, pasien mengatakan mual - pasien mengatakan mual
09.00 - pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas
- pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh
keluarga
- pasien mengatakan tubuh sakit saat digerakkan
- pasien mengatakan sulit menggerakkan
tubuhnya
- Klien mengatakan apabila miring merasa
nyaman dan tidak berani bergerak tanpa
bantuan keluarga

50
O:
- Keadaan pasien tampak lemah
- ADLs pasien dibantu total oleh keluarga
- skala kekuatan otot 3 : bisa melawan gravitasi
tetapi tidak dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
- pergerakan pasien masih terbatas
- pasien belum mampu mempraktikkan ROM
yang perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak bergerak dan
pemenuhan kebutuhannya dibantu oleh
keluarga
- Pasien merasa nyaman jika posisi tidur miring.
- Pasien tidak mampu melakukan aktivitasnya
sendiri, seperti makan dan minum dibantu oleh
keluarga
- Obat masuk melalui injeksi IV perset
- Tanda – tanda vital :
S : 36OC
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/menit

51
RR : 22 x/menit
-
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi

2. Kamis 17
Januari 2019 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan S:
09.00 umum ditandai dengan pasien mengatakan lemas, nyeri - pasien mengatakan mual
pada perut bagian kanan atas, pasien mengatakan mual - pasien mengatakan badannya lemas
- pasien mengatakan sulit menggerakkan
tubuhnya
- Klien mengatakan apabila miring merasa
nyaman dan tidak berani bergerak tanpa
bantuan keluarga

- Pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh

52
keluarga

O:
- Keadaan pasien tampak lemah
- skala kekuatan otot 3 : bisa melawan gravitasi
tetapi tidak dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
- pergerakan pasien masih terbatas
- pasien belum mampu mempraktikkan ROM
yang perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak bergerak dan
pemenuhan kebutuhannya dibantu oleh
keluarga
- Pasien merasa nyaman jika posisi tidur miring.
- Pasien tidak mampu melakukan aktivitasnya
sendiri, seperti makan dan minum dibantu oleh
keluarga
- Tanda – tanda vital
S : 36OC
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit

53
- Obat masuk melalui injeksi IV perset
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
3. Jumat 18
Januari 2019 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
09.00 umum ditandai dengan pasien mengatakan lemas, nyeri S:
pada perut bagian kanan atas, pasien mengatakan mual - pasien mengatakan kemarin malam tidak bisa
tidur karena gelisah
- pasien mengatakan panas dibagian abdomen
- pasien mengatakan mual
- pasien mengatakan badannya lemas
- pasien mengatakan sudah mampu menggerak-
gerakkan bagian jari-jari kaki dan pergelangan
kaki
- Klien mengatakan apabila miring merasa
nyaman dan tidak berani banyak bergerak jika
tanpa bantuan keluarga

- Pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh


keluarga

54
O:
- Keadaan pasien tampak lemah
- Mobilasasi pasien terganggu
- Kekuatan otot dengan hasil di skala 3 yaitu bisa
melawan gravitasi tetpi tidak dapat menahan
atau melawan tahanan pemeriksa
- pergerakan pasien masih terbatas
- pasien sudah mampu mempraktikkan sedikit
ROM yang perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak bergerak dan
pemenuhan kebutuhannya dibantu oleh
keluarga
- Pasien merasa nyaman jika posisi tidur miring.
- Pasien tidak mampu melakukan aktivitasnya
sendiri, seperti makan dan minum dibantu oleh
keluarga
- Tanda – tanda vital
S : 36,5OC
TD : 100/60mmHg
N : 7x/menit
RR : 20x/menit

55
- Obat masuk melalui injeksi IV perset
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi

2. Evaluasi Sumatif (berdasarkan tujuan dan kriteria hasil)

Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Intoleransi Aktivitas


Di Ruang Arjuna RSU Sanjiwani Gianyar Tanggal 16 Januari s/d 18 Januari 2019

No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Respon Nama


Perawat/Paraf
1 Jumat 18 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan S:
Januari 2019 umum ditandai dengan pasien mengatakan lemas, nyeri - Pasien mengeluh masih lemas
pada perut bagian kanan atas, pasien mengatakan mual - Pasien mengatakan tidak nyaman dengan
keadaannya
- Pasienn mengatakan aktivitas dibantu oleh
keluarga

O:

56
- Pasien Nampak lemas
- ADLs pasien dibantu total oleh keluarga
- Pergerakan pasien terbatas
- Pasien sudah mampu menggerakkan jari-jari
dan pergelangan kakinya
- Tanda-tanda vital pasien
TD : 110/60 mmHg
S : 36oC
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan

57
58
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama asuhan keperawatan tim penulis menemukan beberapa kesenjangan antara konsep
teoritis dan kasus yang ditemukan. Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai
dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang
berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien
sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang dilakukan. Dalam
pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara dengan keluarga
atau kien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan
studi dokumentasi pada status pasien.
Pada pemeriksaan fisik, tim penulis meneukan beberapa gejala khas yang sesuai
dengan toritis yaitu : intoleransi aktivitas
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka (Nanda NIC NIC) tim menemukan diagnosa
yang muncul adalah : intoleransi aktivitas
3. Intervensi keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keparawatan untuk mencapi tujuan sesuai
dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada
tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan dibuat dalam 3 hari
perawatan. Dan diagnosa tersebut didapatkan intervensi dapat diterapkan pada kasus
karena berkat kerjasama baik antara perawat, keluarga dan klien. Dalam penyusun
tindakan yang akan dilakukan ini sesuai dengan diagnosa yang ditemukan sehingga
mendapatkan tujuan yang diinginkan.
4. Pelaksanaan
Tahap ini adalah tahapan untuk melakukan tindakn-tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya. Semua tindakan bisa dilakukan. Tetapi tim penulis tidak
dapat memberikan perawatan dalam 24 jam karena adanya pergatian dinas yang telah
diatur
5. Evaluasi
Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari dan 1 diagnosa yang
ditegakkan masalah teratasi karena pasien sudah terlihat bersih dan nyaman.

59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008).
Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Asuhan keperawatan pada intoleransi aktivitas terdiri dari :


1. Pengakjian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
4. Pelaksanaan (Implementasi) Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

5.2 Saran
1. Institusi rumah sakit
Diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan mampu memberi pelayanan kesehatan
semaksimal mungkin dan meningkatkan kualitas perawat yang lebih bermutu.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan dengan laporan asuhan keperawatan ini dapat membantu dalam
membuat laporan asuhan keperawatan tentang intoleransi aktivitas dan
memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi lainnya.
3. Bagi institusi
Diharapkan bagi institusi/pendidikan dapat meningkatkan keefektifan dalam
belajar, pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan mahasiswa dalam menerapkan
atau mengaplikasikan study yang telah didapatkan serta untuk melengkapi
sumber-sumber dan refrensi penting dalam membuat asuhan keperawatan.

60
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence Based


Guide to Planning Care, 10th edition. Mosby: Elsevier Inc..

Barber B Robertson D, (2012). Essential of Pharmacolog for Nurses, 2nd edition, Belland
Bain Ltd, Glasgow.

Black J. M., Hawks J. H (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore; Elsevier (S)
Pte Ltd.

Bolechek, G. M & Butcher, H. K McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012).


Nursing interventions Classification (NIC), 6e. Mosby: Elsevier Inc.

Dudek, S. G. (2013). Nutrition Essential for Nursing Practice, 7th. Lippincot:William Wilkins

Grodner M., Escott-Stump S., Dorner S (2016) Nutritional Foundation and Clinical
Applications: A Nursing Approach. 6th edition. St. Louis: Mosby Elsevier.

Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M.L. & Swanson, S.
(2012). NOC and Nic Linkages to NANDA-I and Clinical Condition: Supporting
Critical Reasoning and Quality Care, 3rd edition. Mosby: Elsevier Inc.

Huether S.E. and McCance K.L (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby:
Elsevier Inc.

Kozier, B, Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Findamental of Nursing : concepts,
process & practice. New Jersey : Practice Health.

Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Butcher L. (2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.

Lynn P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skill, China: Wolter Kluwer Health

Madara B, Denino VP, (2008). Pathophysiology; Quick Look Nursing, 2nd ed.Jones and
Barklet Publisher, Sudbury.

McCance, K.L & Huether, S,.E (2013). Pathophysiology: The Biological Basic for Disease
in Adults and Children, 7th edition. Mosby: Elsevier Inc.

61
McCuistion L.E., Kee, J.L. and Hayes, E.R. (2014). Pharmacology: A Patient Canter
Nursing process approach. 8th ed. Sauders:Elsevier Inc.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes
Classification (NOC): Measurment of Health Outcomes. 5 th edition. Mosby:Elsevier
Inc.

Mosby. (2014). Mosby’s Nursing Video Skills DVD Package : Basic Intermediate and
advanced. 4th Edition. Mosby : Elsevier Inc.

Nanda International. (2014) Nursing Diagnoses 2015-17: Definition and Classificatin


(Nanda International). Philladelphia: Wiley Blackwel.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3-vol set). Edisi Bahasa
Indonesia 7. Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.

Rebeiro., G, Jack L.,Scully N.,Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015). Keperawatan
Dasar : Manual Keterampilan Klinis. Edisi Indonesia. Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.

Silverthorn, D.U. (2012). Human Physiology: An Integrated Approach (6th Edition).

Skidmore-Roth, Linda (2009). Mosby’s 2009 nursing drug reference Toronto : Mosby.

Waugh A., Grant A., Nurachman E., Angriani R. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan
Fisiologi Ross dan Wilson. Edisi Indonesia 10. Elsevier (Singapore) Pte Ltd.

Waugh A., Grant A. (2014). Buku Kerja Anatomi dan Fisiologi Ross and Wilson Edisi
Bahasa Indonesia 3. Churchill Livingstone:Elsevier (Singapore) Pte Ltd

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba medika
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa
aksara

62
Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktek. Jakarta: EGC
NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta: Mediaction Publishing
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4 volume 1. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

63

Anda mungkin juga menyukai