Anda di halaman 1dari 125

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST OPERASI


SECTIO CAESAREA DI RUANG MAWAR RSUD A.W
SJAHRANIE SAMARINDA

Oleh :
POPY FREYTISIA RAMANDANTY
P07220116026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST OPERASI
SECTIO CAESAREA DI RUANG MAWAR RSUD A.W
SJAHRANIE SAMARINDA

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Jurusan


Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :
POPY FREYTISIA RAMANDANTY
P07220116026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN

2019

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARN A I I LIS ILMIAH HN I TELAH DISETUJUI
I \N Tt tK DII!.IIKAN
Tanggal 13 Juni 2019

O1e!i

Peinbiir.bir.g

Ns. .Iasoias'ati S.KeSI.Kes NIDA :14026401

. ernbimbing• Pendampinyu

Dr. Hj. Endah Wah.vulri, S.Pd., M.Kes


A IDN : 4028016501

Riengetaliui.

Ketua Program Snidi D III Keperawatan Samarinda


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timiir

hs.Andi Lis VG.,.Vt.Kep


NP.196603291994022911
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TI US IU I. II INI TELAH DISETFJU1
I N TICK DII..IIKAN
Tanggal 13 Juni 2019

O!eli

PeNlb:ir.bing

Ns. .Iasman'a•i 4.Ke Sf.Kes


NIDN : 14026401

.*embimbing Pendampiny

Dr. Hi. Endah Wa tri. S.Pd.


NIDN : 4028016501

klengetahui,

Ketua Pro''ram Studi D III Keperaivatan Samarinda


Jurusan Keperawatan Poltekkes Keinenkes Kalimanlan
Timur

Ns..Anfii Lis AG. M.Ke


UP.l96803291994022tllI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas
Nama : Popy Freytisia Ramandanty
Tempat Tanggal Lahir : Samarinda, 04 Januari 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln Al-Mubasirot RT.30 Kec. Loa Janan

2. Pendidikan
a. Tamat Taman kanak-kanak Putra 1 Samarinda Seberang 2004
b.Tamat Sekolah Dasar Negeri 029 Samarinda Seberang 2010
c. Tamat Sekolah Menengah Pertama 15 Samarinda Seberang 2013
d.Tamat Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi Samarinda Seberang 2016
e. Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan samarinda Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur 2016-2019

vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post

Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Mawar Nifas RSUD. A.W. Sjahranie

Samarinda ”. terselesaikan tepat pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dalam rangka sebagai rangkaian ujian akhir

program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur, serta penulis sebagai mahasiswa yang memiliki kewajiban

terhadap pentingnya sebuah penelitian yang harus dan terus dikembangkan

mengingat kemajuan teknologi yang semakin tinggi, perlu pula di tunjang oleh

minat dan bakat mahasiswa melalui studi kasus seperti ini. Dalam upaya

menyelesaikan karya tulis ini, penulis banyak dapat mendapat bimbingan,

bantuan dan motivasi dari berbagai pihak.

Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan ini tersusun atas bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak H. Supriadi, S. Kp., M. Kep. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Ibu Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M. Kes. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

vii
3. Ibu Ns. Andi Lis AG, S. Kep., M. Kep. Selaku Ketua Program Studi D-III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan

Timur.

4. Ibu Ns. Nilam Noorma, S. Kep., M. Kes. Selaku dosen penguji utama yang

memberikan masukan ilmu serta bantuan dan arahannya.

5. Ibu Ns. Jasmawati, S. Kep., M. Kes. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan masukan ilmu dalam penyusunan proposal serta arahan

dan bimbingan hingga selesai

6. Ibu Dr. Hj. Endah Wahyutri, S. Pd., M. Kes. Selaku Dosen Pembimbing

Pendamping yang telah memberikan masukan ilmu dan arahan penulisan

dalam menyusun proposal hingga selesai

7. Para Dosen dan Staf Pendidikan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan.

8. Kedua orang tua saya yang tercinta dan tersayang yang telah memberikan

dukungan dan segalanya dalam proses baik doa, semangat, motivasi, maupun

berupa materi yang tidak henti-hentinya diberikan kepada saya sehingga

dapat menyelesaikan proposal ini.

9. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan doa maupun semangat dalam

setiap langkah perjuangan saya selama ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim Jurusan

Keperawatan Prodi D III Keperawatan angkatan 2016 khususnya tingkat IIIa

yang telah memberi dukungan, masukan, juga kritik untuk laporan ini.

viii
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu, semoga asuhan keperawatan
ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu.

Samarinda, 13 Juni 2019

Popy Freytisia

Ramandanty

NIM : P07220116026

ix
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RUANG MAWAR NIFAS RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA

Popy Freytisia Ramandanty1), Jasmawati2) , Endah Wahyutri3)


1)
Mahasiswa Prodi Diploma Keperawatan, Poltekkes Kaltim
2)
Dosen Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kaltim
3)
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim

ABSTRAK

Pendahuluan : Persalinan sectio caesarea merupakan persalinan buatan dengan


membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut setra berat janin
diatas 500 gram. Data WHO angka kejadian sectio caesarea meningkat 10-15%
di negara-negara berkembang. Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia pada
tahun 2018 terdapat 15,3% dilakukan persalinan operasi sectio caesarea.
Tujuan : Penulis dapat memberikan gambaran asuhan keperawatan pada ibu
post operasi sectio caesarea di ruang mawar Nifas RSUD. A.W Sjahranie
Samarinda. Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara
khomperensif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Instrument penelitian menggunakan format pengkajian asuhan
keperawatan pada ibu nifas dan lembar observasi, serta peneliti menggunakan
lembar SOP untuk melakukan tindakan keperawatan.
Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 hari, masalah yang di temukan pada subjek 1 yaitu nyeri akut, gangguan
mobilitas fisik, defisit pengetahuan dan resiko infeksi sedangkan subjek 2
ditemukan masalah gangguan mobilitas fisik, nyeri akut, menyusui tidak efektif,
defisit pengetahuan , resiko infeksi. Dari hasil study kasus yang di temukan maka
penulis menyimpulkan terdapat masalah yang teratasi, teratasi sebagian, dan tidak
terjadi. Untuk implementaasi sebagaian besar telah di lakukan sesuai dengan
rencana yang sudah di tentukan sesuai dengan kebutuhan asuhan keperawatan.
Kesimpulan dan Saran : Tindakan keperawatan secara komperensif
ini menunjukkan bahwa tindakan ini sangat di perlukan untuk proses pemulihan
pasien pada ibu post operasi sectio caesarea dengan adanya kerjasama tim
kesehatan dan pasien/keluarga. Diharapkan dapat menjadi acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada ibu post operasi sectio caesarea.
Kata Kunci : Asuhan keperawatan, sectio caesarea.

x
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan................................................................................. i


Halaman Sampul Dalam dan Prasyarat................................................................ii
Halaman Pernyataan............................................................................................iii
Halaman Persetujuan...........................................................................................iv
Halaman Pengesahan............................................................................................v
Daftar riwayat hidup............................................................................................vi
Kata Pengantar....................................................................................................vii
Abstrak.................................................................................................................x
Daftar Isi..............................................................................................................xi
Daftar Tabel........................................................................................................xiv
Daftar Lampiran..................................................................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................1
Rumusan Masalah....................................................................................................4
Tujuan Penulisan......................................................................................................4
Tujuan Umum..........................................................................................................4
Tujuan Khusus..........................................................................................................5
Manfaat Penulisan....................................................................................................5
Bagi Penulis..............................................................................................................5
Bagi Tempat Penulisan.............................................................................................5
Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan...................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Konsep Dasar Medis................................................................................................7
Definisi 7
Etiologi 7
Patofisiologi.............................................................................................................8
Pahatway 9
xi
Klasifikasi 10
Komplikasi 11
Penatalaksanaan......................................................................................................12
Teori Nifas.....................................................................................................14
Definisi Masa Nifa..................................................................................................14
Periode Masa Nifas.................................................................................................15
Perubahan Fisiokogis Masa Nifas...........................................................................16
Perubahan Pisiokogis Masa Nifas...........................................................................21
Kebutuhan dasar Ibu Nifas......................................................................................21
Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................25
Pengkajian Keperawatan.........................................................................................28
Diagnosa Keperawatan............................................................................................34
Intervensi Keperawatan.......................................................................35
Implementasi Keperawatan.................................................................40
Evaluasi Keperawatan.............................................................................................40

BAB 3 METODE PENULISAN


Desain Penulisan.....................................................................................................42
Subjek Studi Kasus..................................................................................................42
Batasan Istilah.........................................................................................................43
Lokasi dan Waktu Studi Kasus......................................................................43
Prosedur Studi Kasus..............................................................................................43
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.............................................................44
Teknik Pengumpulan Data......................................................................................44
Instrumen Pengumpulan Data.............................................................45
Keabsahan Data.......................................................................................................46
Data Primer 46
Data Skunder...........................................................................................................46
Analisis Data dan Prihal..........................................................................................46

xii
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penulisan..............................................................................................49
Gambaran Lokasi Studi Kasus................................................................................49
Gambaran Subyek Studi Kasus...............................................................................50
Data Asuhan Keperawatan......................................................................................50
Pembahasan...................................................................................................86
Pengkajian Asuhan Keperawatan...........................................................................86
Diagnosa Keperawatan...........................................................................................90
Intervensi Keperawatan.........................................................................95
Implementasi Keperawatan...................................................................97
Evaluasi Keperawatan.............................................................................................102
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................................105
Saran..............................................................................................................107
Bagi Peneliti..............................................................................................107
Bagi Perawat Ruangan...............................................................................107
Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan................................................107

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan Tinggi Uterus Masa Nifas ....................................... 16


Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan............................................................. 36
Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................. 43
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pasien ............................................................ 51
Tabel 4.2 Hasil Anamnesis Riwayat Kesehatan........................................ 52
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien................................................. 54
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Diagnostik .................................................. 60
Tabel 4.5 Diagnosis Keperawatan ............................................................ 61
Table 4.6 Perencanaan Keperawatan ........................................................ 63
Table 4.7 Pelaksanaan Keperawatan ......................................................... 67
Table 4.9 Evaluasi Keperawatan ............................................................... 76

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent Pasien 1


Lampiran 2 Informed Consent Pasien 2
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Bimbingan
Lampiran 4 Lembar Operasional Prosedur
Lampiran 5 Lifleat
Lampiran 6 Lembar SAP
Lampiran 7 Surat Ijin Peneliti

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) disertai dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin (Nurul Jannah, 2017) Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat

vagina yang disebut dengan persalinan normal dan persalinan dengan cara operasi

sectio caesar. Persalinan sectio caesarea merupakan persalinan buatan dimana

janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan

saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2013).

Dalam meningkatkakn kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat perlu

dikembangkan, Salah satunya adalah pelayanan keperawatan pada ibu post

partum. Umumnya pada beberapa Negara berkembang seperti Indonesia, angka

kematiaan ibu yang mengalami persalinan masih tinggi. Penyebab terbesar

kematian ibu pada persalinan adalah kerena komplikasi dan perawatan pasca

persalinan yang tidak baik. Oleh karena itu, pelayanan keperawatan pada ibu post

partum sangat diperlukan dan perlu mendapatkan perhatian yang utama untuk

menurunkan angka kematian ibu post partum akibat komplikasi. Untuk menekan

angka kematian pada ibu dan janin salah satu cara bisa dilakukan dengan

tindakan operasi. Tindakan operasi yang biasa dilakukan adalah bedah Caesar

(Sectio Caesarea) (Wiknjosastro,2005).

1
2

Menurut WHO (Word Health Organization) angka kejadian sectio Caesar

meningkat di negara-negara berkembang. WHO menetapkan indikator persalinan

sectio caesarea 10-15% untuk setiap negara, jika tidak sesuai indikasi operasi

sectio caesarea dapat meningkatkan resiko morbilitas dan mortalitas pada ibu dan

bayi (World Health Organization, 2015).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menyatakan terdapat 15,3% persalinan

dilakukan melalui operasi. Provinsi tertinggi dengan persalinan melalui Sectio

Caesarea adalah DKI Jakarta (27,2%), Kepulauan Riau (24,7%), dan Sumatera

Barat (23,1%) (Depkes RI, 2018).

Dari hasil laporan rekam medik RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

tercatat bahwa angka persalinan dengan sectio caesarea pada tahun 2017

sebanyak 34,28% (Rekam medik RSUD. AWS, 2017).

Angka kematian Ibu (AKI) di kota Samarinda pada tahun 2016 yakni 40 per

100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian di Samarinda karena kehamilan

beresiko yakni kehamilan pada usia diatas 35 tahun dan pengelolaannya. Guna

untuk menurunkan AKI di kota Samarinda Dinas Kesehatan kota lebih

meningkatkan program-program kesehatan yang sudah dijalankan baik secara

promotif maupun preventif (Profil Kesehatan Kota Samarinda 2016).

Salah satunya Antenatal Care (ANC) yang berguna untuk mendeteksi

komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan

memberikan pendidikan kesehatan dan juga dapat menurunkan angka kematian

ibu dan memantau keadaan janin.


Persalinan Sectio Caesarea memiliki resiko lima kali lebih besar terjadi

komplikasi dibanding persalinan normal. Penyebab atau masalah yang paling

banyak mempengaruhi adalah pengeluaran darah atau perdarahan dan infeksi

yang dialami ibu. Adapun penyebab dari perdarahan karena dilakukannya

tindakan pembedahan jika cabang Arteria Uterine ikut terbuka dan dapat terjadi

karena Atonia Uteri. Infeksi pada ibu Post Op Sectio Caesarea dapat dilihat

dengan tanda lochea yang keluar banyak seperti nanah dan berbau busuk, uterus

lebih besar dan lembek dari seharusnya dan fundus masih tinggi.

Masa nifas adalah masa sejak bayi lahir dan plasenta keluar dari rahim,

sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ

kandungan (Suherni dkk,2009).

Perawatan utama yang dapat dilakukan Pada pasien Post Sectio Caesarea

adalah balance cairan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Balance cairan harus

selalu dimonitor karena pada pasien Post Sectio Caesarea banyak kehilangan

cairan darah sehingga intake dan outputnya diharapkan tetap seimbang untuk

menghindari dehidrasi dan mengurangi resiko terjadinya infeksi pada pasien.

Sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar dan Activity Dialy Living(ADL)

juga sangat perlu diperhatikan oleh perawat karena pada pasien Post Sectio

Caesarea masih dalam kondisi immobilisasi.

Sehingga untuk meningkatkan kesehatan klien dapat dilakukan pendekatan

Asuhan Keperawatan yang propesional. Dalam memberikan pelayanan atau

asuhan sebagai tenaga kesehatan harus harus selalu memperhatikan bahwa


manusia ialah makhluk yang holistik sehingga dapat melakukan pendekatan

pemecahan masalah yang komperhensif dimulai dengan pengkajian, menetapkan

diagnosa, menentukan perencanaan, melakukan tindakan keperawatan dan

mengevaluasi hasil tindakan.

Berdasarkan latar belakang dari uraian diatas penulis ingin mengetahui

lebih dalam tentang “Asuhan Keperawatan Padaa Ibu Post Operasi Sectio

Caesaria di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, Rumusan masalah dalam

studi kasus ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Ibu Post Operasi Sectio

Caesaria ?

Tujuan Penulisan

Penulis mampu menerapkan dan melakukan Asuhan Keperawtan Ibu Post

Operasi Sectio Caesaria Di Ruang Mawar Nifas.

Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk

mengetahui bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan Ibu Post Operasi

sectio caesaria Di Ruang Mawar Nifas .


Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian ibu post operasi sectio caesaria di ruang

mawar nifas.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan ibu post operasi sectio

caesaria di ruang mawar nifas.

3. Menyusun perencanaan keperawatan ibu post operasi sectio

caesaria di ruang mawar nifas.

4. Melaksanakan implementasi sesuai dengan masalah keperawatan

pada ibu post sectio sesaria di ruang mawar nifas.

5. Mengevaluasi Asuhan Keperawatn yang telah diberikan pada ibu

post sectio caesarea di ruang mawar nifas.

Manfaat Penulisan

Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

mempersiapkan, mengumpulkan, dan menginformasikan data hasil

Asuhan Keperawatan pada ibu post operasi sectio caesaria

Bagi Tempat Penulisan

Dapat dijadikan sebagai acuan dan dapat diterapkan dalam

Melaksanakan asuhan keperawatan serta meningkatkan kemampuan

dalam merawat pasien post operasi sectio caesaria


Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Menambah ilmu dan keterampilan dalam kegiatan proses

belajar mengajar khususnya mengenai Asuhan Keperawatan pada

pasien post sectio caesaria.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Medis

Pengertian Sectio Caesarea

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat

rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).

Etiologi

Menurut NANDA NIC-NOC (2015) sectio caesarea dilakukan atas indikasi

1) Etiologi berasal dari Ibu

Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai

kelainan letak, disproporsi cepalo pelvik (disproporsi janin/panggul), ada

sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,

plasenta previa terutama pada primigravida, komplikasi kehamilan yaitu

preeklampsia-eklampsia, atas permintaan kehamilan yang disertai penyakit

(Jantung, Diabetes Mellitus), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium,

mioma uteri dan sebagainya).

2) Etiologi berasal dari janin

Etiologi yang berasal dari janin seperti Fetal distress/gawat janin, mal

presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapses tali pusat dengan

pembukan kecil, kegangalan persalinan vakum atau ferseps ekstraksi.

7
Patofisiologi Sectio caesarea

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena

ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan

yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti

sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta

yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu

yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,

ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan

sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan

pembedahan yaitu Sectio Caesarea.


E.Pathway
Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi dari Ibu : Indikasi dari Bayi :

Riwayat SC Fetal Distress

Kelainan letak bayi


Anemia
Kelainan tali pusat

Tindakan Sectio Caesarea

Adaptasi Post Anestesi Pembatasan Insisi


partum Cairan peroral

Resiko Ketidak Luka


Psikologis Fisioloigis Bedres seimbangan
Cairan
Nyeri Resiko
Taking in, Penurunan Akut Infeksi

taking hold, Laktasi Involusi saraf


letting go Gangguan
Prolaktin Pelepasan Kondisi diri Pola Tidur
menurun Desidula menurun

Perubahan
Peran Produksi Kontraksi Resti Ketidak Gangguan
ASI Uterus
Cidera mampuan Elimanasi
menurun
Miksi Urine
Hisapan Lochea Penurunan Obstipasi
menurun Peristaltik usus

Menyusui Tidak
Ganggua
Efektif
n Konstipasi
Mobilitas
Sumber : Nurarif dan Hardhi
Fisik
Klasifikasi

Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012, meliputi :

(1). Sectio Caesarea Klasik

Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.

Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirra-

kira sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya

melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan

pembedahan ini.

(2). Sectio Caesarea Transperitonel Profunda

Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical

yaitu sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini

dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis

untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan

vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.

(3). Sectio Caesarea Histerektomi

Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah

janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan

rahim.

(4). Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada

seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya

dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan
insisi dinding dan faisa abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah

kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat

dibuka secara ekstraperitoneum.

2.1.6. Komplikasi

Menurut NANDA NIC-NOC (2015) sectio caesarea komplikasi pada pasien

sectio caesarea adalah :

(1). Komplikasi pada ibu

Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama

beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti peritonitis, sepsis

dan sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahan

sudah ada gejala-gejala yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu

(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal

sebelumnya). Perdarahan, bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang

cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri. Komplikasi-

komplikasi lain seperti luka kandung kencing dan embolisme paru. suatu

komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kuatnya perut pada dinding

uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa ruptur uteri. Kemungkinan

hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea.

(2). Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme

paru.
(3). Komplikasi baru

Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada

dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur

uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio

Caesarea Klasik.

Penatalaksanaan sectio caesarea

1) Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka

pemberian cairan per intavena harus cukup banyak dan mengandung

elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada

organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,

garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung

kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai

kebutuhan.

2) Diet

Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita

flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral.

Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh

dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air

teh.
3) Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan

kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan

pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini

mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi, penderita dapat

didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu

menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah

menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama

berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama

sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3

sampai hari ke-5 pasca operasi.

4) Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa

tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam /

lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

5) Pemberian obat-obatan

Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat

berbeda-beda sesuai indikasi.

6) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang

diberikan ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat
diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi

ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.

7) Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat

diberikan caboransia seperti neurobian I vit C.

8) Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah

dan berdarah harus dibuka dan diganti.

9) Pemeriksaan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,

tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

10) Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu

memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang

mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,

biasanya mengurangi rasa nyeri.

Dasar Teori Nifas

Pengertian Nifas
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani &

Purwoastuti, 2015).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,

lama masa nifa yaitu 6-8 minggu (Amru, 2012). Jadi postpartum atau masa nifas

(puerperium) adalah masa dimana kondisi pemulihan sesudah persalinan selesai

hingga kembali ke kondisi sebelum hamil yang terjadi kurang lebih 6-8 minggu.

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat dengan tidur telentang

selama 8 jam pasca persalinan. Setelah itu, ibu boleh miring ke kanan dan ke kiri

untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, hari kedua ibu

diperbolehkan duduk. Pada hari ke tiga ibu dianjurkan berjalan-jalan dan pada

hari keempat atau hari kelima diperbolehkan pulang. Makanan yang dikonsumsi

sebaiknya mengandung protein, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Mochtar,

2013).

Periode Masa Nifas

Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti

(2015) menjadi 3, yaitu :

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri atau

berjalan, serta beraktivitas layaknya wanita normal.


2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya sekitar 6-8 minggu.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutaa bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi.

Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan

kondisi postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah

melahirkan antara lain :

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Uterus Involusi

merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum

hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).

Tabel 2.1 Perubahan tinggi uterus masa nifas

Involusi uterus TFU

Hari ke-1 Setinggi pusat

Hari ke-2 1-2 jari dibawah pusat

Hari ke-3 Pertengahan simpisis

Hari ke-7 3 jari diatas simpisis

Hari ke-9 1 jari diatas simpisis


Hari ke-10 atau ke-12
Tidak teraba dari luar

Sumber : Sarwono, 2009

b) Lokhea

Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

berbau amis atau anyir dengaan volume yang berbeda-beda pada setiap

wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.

Pengeluaran lokhea dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai

berikut :

(1) Lokhea Rubra

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo

(rambut bayi), dan mekonium.

(2) Lokhea Sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta

berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.

(3) Lokhea Serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari

ke-7 sampai hari ke-14

(4) Lokhea Alba


Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput

lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati, berupa cairan putih.

Lokhea alba dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum

(5) Lokhea Purulenta

Lokhea ini disebabkan karena terjadinya infeksi, cairan yang keluar

seperti nanah yang berbau busuk.

(6) Lochiostatis Pengeluaran lokhea yang tidak lancar.

c) Perubahan Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami pebekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama

setelah partus keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3 minggu

secara perlahan akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

d) Perubahan Perineum

Perineum akan menjadi kendur karena sebeumnya teregang oleh tekanan

kepala bayi dan tapak terdapat robekan jika dilakukan episiotomi yang

akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.

e) Perubahan Serviks

Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium

eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tenagh, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.

f) Perubahan pada Payudara

Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan

vaskular sementara, air susu saat diproduksi diispan di alveoli dan harus
dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk

pengadaan dan keberlangsungan laktasi.

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi Sectio Caesarea biasanya

membutuhkan waktu sekitar 103 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu

makan dapat kembali normal. Dibandingkan ibu yang melahirkan secara

spontan baisanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkn energi yang

begitu banyak pada proses persalinan.

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Buang air kecil sulit selama 24 jam, urine dalam jumlah besar akan

dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Keadaan ini

meyebabkan dieresis, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam

tempo 6 minggu. Maka hal ini baisanya di perlukan katerisasi pada ibu

karena kondisi organ reproduksi ibu belum berfungsi secara optimal pasca

operasi.

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang

berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan

menghentikan perdarahan. Ambulasi dini sangat membantu untuk

mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi. Pada umumnya

ambulasi dimulai 4-8 jam postpartum.

5) Perubahan Sistem Hematologi


Pada minggu-minggu terakhir kehailan, kadar fibrogen dan plasma serta

faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum,

kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih

mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan fakktor

pembekuan darah.

6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Kardiak output meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala

III ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada

beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir

minggu ke 3 postpartum.

7) Perubahan Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum,

progesteron turun pada hari ke 3 postpartum, kadar prolaktin dalam darah

berangsur-angsur hilang.

8) Perubahan Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital yang sering digunakan sebagai indikator bagi tubuh yang

mengalami gangguan atau masalah kesehatan adalah nadi, pernafasan, suhu

dan tekanan darah. Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali permenit.

Pada proses persalinan biasanya akan mengalami peningkatan, tetapi pada

masa nifas denyut nadi akan kemabli normal. Frekuensi pernafasan normal

berisar antara 18-24 kali permenit. Setelah persalinan, frekuensi pernafasan


akan kembali normal, keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan

suhu dan denyut nadi. Suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5o C dari

keadaan normal 36o - 37,5o C, hal ini disebabkan karena meningkatnya

metabolisme tubuh pada saat proses persalinan. Tekanan darah normal

untuk sistol berkisar antara 110-140 mmHg dan untuk diastol antara 60-80

mmHg, setelah persalinan tekanan darah sedikit menurun karena terjadinya

perdarahan pada saat proses persalinan.

Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti

(2015), yaitu :

(1). Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus

terutama pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan proses

persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.

(2). Fase taking hold

Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

(3). Fase letting go


Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya sebagai orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Kebutuhan dasar Ibu Nifas

Dalam masa nifas, alat-alat reproduksi khususnya post sectio caesarea

belum bisa berangsur pulih di bandingkan dengan ibu nifas yang melahirkan

normal.

Untuk membantu proses penyembuhan makan diperlukan beberapa

kebutuhan dasar ibu saat nifas, diantaranya :

(1). Nutrisi dan Cairan

Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan

meningkat sekitar 25%, pada masa nifas masalah diit perlu mendapat perhatian

yang serius, karena dengan nutrisi yang baik mempercepat penyembuhan ibu dan

untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Diit yang

diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak

mengandung cairan. Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas perhari. Minum

sedikitnya 3 liter tiap hari.

(2). Ambulasi Dini (Early Ambulation)


Pada pasien post sectio caesarea biasanya mulai ambulasi 24-36 jam

sesudah melahirkan, jika pasien menjalani analgesia epidural pemulihan

sensibilitas yang total harus dibuktikan dahulu sebelum ambulasi dimulai.

Adapun manfaat ambulasi dini pada ibu post sectio caesarea, yaitu :

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

c. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli dengan mobilisasi

sirkulasi darah normal sehingga resiko terjadinya trombosis dan

tromboemboli dapat dihindari.

(3). Istirahat

Istirahat merupakan salah satu kebutuhan dasar masa nifas yaitu dengan

menganjurkan ibu untuk :

a. Istirahat yang cukup untuk mengurangi rasa lelah

b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan

d. Menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam, dan malam 7-

8 jam.

(4). Kebutuhan Eliminasi

Buang Air Kecil (BAK). Kebanyakan pada pasien postpartum normal dapat

melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Ibu diminta

untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum
belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100cc, maka

dilakukan katerisasi. Tetapi apabila kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu

8 jam untuk katerisasi (Saleha, 2013).

Buang Air Besar(BAB). Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air

besar. Jika pasien belum juga BAB pada hari ketiga maka perlu diberi obat

pencahar per oral atau per rectal.

(5). Aktivitas Seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus memenuhi

syarat sebagai berikut :

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukan satu-satu dua jarinya kedalam vagina

tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk melakukan hubungan suami istri.

b. Berbagai budaya mempunyai tradisi menunda hubunga suami istri sampai

waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.

Keputusan ini bergantung pada keputusan pasangan yang bersangkutan

(Saleha, 2013).

(6) Personal Hygiene

Pada ibu pada masa postpartum sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena

itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Beberapa

hal yang perlu diperhatikan pada ibu nifas dalam personal hygiene adalah sebagai

berikut :
a. Perawatan Perineum

Apabila setelah buang air kecil atau besar perineum dibersihkan secara rutin,

dengan lembut dari sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang,

kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Untuk cara mengganti

pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontamitasi dengan tangan.

Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari.

b. Perawatan Payudara

Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya

puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk

menyusui bayinya.

(7). Senam Nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik,

kegiatan seperti ini akan meningkatkan paru-paru, meningkatkan otot kandung

kemih dan usus besar yang agak lamban kerjanya akibat pembiusan pada saat

menjalani sectio caesarea. Sebelum luka dinyatakan sembuh oleh dokter, ibu

cukup melakukan gerakan ringan seperti menggerakan ujung jari dan tumit

sedikit demi sedikit, latihan ini cukup dilakukan di minggu-minggu pertama

setelah persalinan. Lalu miringkan tubuh kekanan tekuk kaki kiri serta letakkan

tangan kiri ketempat tidur bangun secara perlahan dengan kedua tangan sebagai

penyangga. Turunkan kaki perlahan dari tempat tidur, untuk membantu ibu
mengurangi rasa sakit, peganglah bantal kecil yang ditempelkan dibagian yang

dioperasi.

(8). Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah salah satu usaha membantu keluarga/individu

merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik, sehingga dapat mencapai

keluarga berkualitas.

Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien sebagai tatanan

pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu

pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan

dokumentasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan

ketergantungan satu sama lain (Budiono, 2015).

Tahap pertama yaitu Pengkajian, ialah langkah pertama dalam proses

keperawatan. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan data dasar tentang

kesehatan klien baik secara fisik, psikologis, maupun emosional. Data dasar ini

digunakan untuk menetapkan status kesehatan klien, menemukan masalah aktual

atau potensial, serta sebagai acuan dalam memberi edukasi pada klien. Ada dua

jenis data yang bisa didapatkan oleh perawat yaitu Data Subjektif dan Data

Objektif. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu melalui,

Observasi, Wawancara, Pemeriksaan Fisik yang meliputi IPPA (Inspeksi, Palpasi,


Perkusi, auskultasi), Riwayat Kesehatan, dan pemeriksaan diagnostik lainnya

(Hutahean, 2010).

Tahap kedua yaitu menentukan Diagnosa, ialah proses menganalisis data

subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk

menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses

berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam

medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain (Hutahean, 2010). Diagnosa

keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat untuk menjelaskan

masalah kesehatan, tingkat kesehatan, respons klien terhadap penyakit, atau

kondisi klien (actual/potensial) sebagai akibat dari penyakit yang diderita.

Menurut potter & perry (2013), ada 3 jenis diagnosa keperawatan yaitu

Diagnosis Aktual, yaitu menggambarkan respons klien terhadap kondisi

kesehatan atau proses kehidupannya klien mengalami masalah kesehatan.

Diagnosis Risiko, yaitu menggambarkan respons klien terhadap kondisi

kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko

mengalami masalah kesehatan. Diagnosis Promosi kesehatan, yaitu

menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk meningkatkan

kondisi kesehatannya ketingkat yang lebih baik atau optimal. Diagnosis

keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu masalah (Problem) dan

Indikator diagnostik meliputi penyebab (Etiology), tanda (Sign) dan Gejala

(Symptom).

Tahap ketiga masuk ke dalam tahap perencanaan (Intervensi), Intervensi

adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atau tindakan
yang harus dilakukan perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien

mencapai hasil yang diharapkan. Ada tiga komponen utama yang harus ada

dalam sebuah rencana asuhan keperawatan, yaitu diagnosa keperawatan atau

masalah yang diprioritaskan, tujuan dan kriteria hasil yaitu menuliskan tujuan

yang akan dicapai dan hal-hal yang menjadi kriteria dalam keberhasilan

pemberian asuhan keperawatan, intervensi yaitu apa yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan atau kriteria hasil. Dalam penulisan tujuan perawatan harus

berdasarkan SMART, yaitu secara Spesific (tidak menimbullkan arti ganda),

Measureable (dapat di ukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan, atau dibau),

Achievable (dapat dicapai), Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah), dan Time (memiliki batas waktu yang jelas) (Budiono, 2015).

Tahap keempat yaitu melakukan penatalaksanaan (Implementasi), tahap ini

muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tindakan yang

dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat

pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan kepada pasien akan berbeda,

disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan

oleh klien (Debora, 2012).

Tahap yang kelima yaitu evaluasi, pada tahap ini kita membandingkan hasil

tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta

menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian,

atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan

pada SOAP, yaitu S untuk data subjektif ialah data yang diutarakan klien dan

pandangannya tehadap data tersebut, O untuk data objektif ialah data yang
didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang

berhubungan dengan penyakit klien, A untuk analisis ialah analisa ataupun

kesimpulan dari data subjektif dan objektif, P untuk perencanaan ialah

pengembangan rencana segera atau yang akan dating untuk mencapai status

kesehatan klien yang optimal (Debora, 2012).

Setelah itu masuk pada tahap terakhir yaitu tahap dokumentasi, dimana kita

menulis catatan tentang penyusunan kegiatan-kegiatan yang telah diberikan

kepada klien dalam menyelesaikan masalah yang didapatkan (Hutahean, 2010).

Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien baik secara bio, pisiko, sosial dan spiritual (Dermawan 2012).

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan,

pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.

kemampuan menidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini

akan menentukan diagnosis keperawatan oleh karena itu pengkajian harus

dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan perwatan pada

klien dapat diidentifikasi.

1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, tanggal

MRS, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Pada uumumnya pasien post sectio caesar mengeluh nyeri pada daerah

luka bekas operasi. Nyeri biasanya bertambah parah jika pasien bergerak.

3) Riwayat kesehatan

Pada pengkajian riwayat kesehatan, data yang dikaji adalah riwayat

kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan keluarga.

Dalam mengkaji riwayat kesehatan dahulu hal yang perlu dikaji adalah

penyakit yang pernah diderita pasien khususnya penyakit kronis, menular, dan

menahun seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan

penyakit kelamin.

Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang

dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakuakannya operasi sectio caesarea

seperti kelainan letak bayi (letak sungsang dan letak lintang), faktor plasenta

(plasenta previa, solution plasenta, plasenta accrete, vasa previa), kelainan tali

pusat (prolapses tali pusat, telilit tali pusat), bayi kembar (multiple pregnancy),

pre eklampsia, dan ketuban pecah dini yang nantinya akan membantu

membuat rencana tindakan terhadap pasien.

Riwayat kesehatan keluarga berisi tentang pengkajian apakah keluarga

pasien memiliki riwayat penyakit kronis, menular, dan menahun seperti

penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin


yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia dan

giant baby, seperti diabetes dan hipertensi yang sering terjadi pada beberapa

keturunan.

4) Riwayat perkawinan

Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak usia

berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan saat ini.

5) Riwayat obsterti

Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan, persalinan

dan nifas yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu

bersalin, cara bersalin, jumlah anak, apakah pernah abortus, dan keadaan nifas

yang lalu.

6) Riwayat persalinan sekarang

Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis

kelamin anak, keadaan anak.

7) Riwayat KB

Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah

ikut program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan dan maalah

dalam penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas ini akan

menggunakan alat kontrasepsi apa.

8) Pola-pola fungsi kesehatan


Setiap pola fungsi kesehatan pasien terbentuk atas interaksi antara pasien

dan lingkungan kemudian menjadi suatu rangkaian perilaku membantu

perawat untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memilah-milah data.

Pengkajian pola fungsi kesehatan terdiri dari pola nutrisi dan metabolisme

biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena adanya kebutuhan untuk

menyusui bayinya. Pola aktifitas biasanya pada pasien post sectio caesarea

mobilisasi dilakuakn secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri pada 6-8

jam pertama, kemudian latihan duduk dan latihan berjalan. Pada hari ketiga

optimalnya pasien sudah dapat dipulangkan. Pra eliminasi biasanya terjadi

konstipasi karena pasien post sectio caesarea takut untuk melakukan BAB.

Pola istirahat dan tidur biasasnya terjadi perubahan yang disebabkan oleh

kehadiran sang bayi dan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat luka pembedahan.

Pola reproduksi biasanya terjadi disfungsi seksual yang diakibatkan oleh

proses persalinan dan masa nifas.

9). Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari

ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari

suatu penyakit. (Dermawan,2012).

Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada

lesi atau benjolan, dan kesan wajah, biasanya terdapat chloasma gravidarum pada

ibu post partum. Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan

mata,kelompok mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada ibu post


sectio caesarea biasanya terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh

kondisi anemia atau dikarenakan proses persalinan yang mengalami perdarahan.

Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,

pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret, sumbatan

jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak, apakah ada polip dan purulent.

Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang telinga,

kebersihan dan ketajaman pendengaran.

Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan

vena jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi pemebesaran kelenjar tiroid

yang disebabkan proses meneran yang salah. Pada pemeriksaan mulut dan

orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan gigi, lidah, palatum, orofaring, ukuran

tonsil, warna tonsil.

Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi (bentuk dada, penggunaan otot

bantu nafas, pola nafas), palpasi (penilaian voval fremitus), perkusi (melakukan

perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas klavikula kebawah pada setiap

spasiem intercostalis), auskultasi (bunyi nafas, suara nafas, suara tambahan).

Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI

meliputi bentuk simetris, kedua payudara tegang, ada nyeri tekan, kedua puting

susu menonjol, areola hitam, warna kulit tidak kemerahan, ASI belum keluar atau

ASI hanya keluar sedikit. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi

(amati ada atau tidak pulsasi, amati peningkatan kerja jantung atau pembesaran,

amati ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui

ukuranjantung), auskultasi (bunyi jantung).


Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (lihat luka bekas operasi

apakah ada tanda-tanda infksi dan tanda perdarahan, apakah terdapat striae dan

linea), auskultasi (peristaltic usus normal 5-35 kali permenit), palpasi (kontraksi

uterus baik atau tidak).

Pada pemeriksaan genetalia eksterna meliputi inspeksi (apakah ada

hematoma, oedema,tanda-tanda infeksi,periksa lokhea meliputi warna, jumlah,

dan konsistensinya). Pada pemeriksaan kandung kemih diperiksa apakah kandung

kemih ibu penuh atau tidak, jika penuh minta ibu untuk berkemih, jika ibu tidak

mampu lakukan kateterisasi.

Pada pemeriksaan anus diperiksa apakah ada hemoroid atau tidak. Pada

pemeriksaan integument meliputi warna, turgor, kerataan warna, kelembaban,

temperatur kulit, tekstur, hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan ekstermitas meliputi

ada atau tidaknya varises, oedema, reflek patella, reflek Babinski, nyeri tekan

atau panas pada betis, pemeriksaan human sign.

Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi, orientasi klien,

proses berpikir, kemauan atau motivasi serta persepsi klien.

Diagnosa Keperawatan

Adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat,

sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau

potensial (NANDA 2015). Masalah keperawatan yang muncul pada pasien sectio

caesarea adalah ;

1. Nyeri Akut bd Agen pencedera fisik (D.0077)

Kategori : Relasional
Subkategori : Interaksi Sosial

2. Gangguan mobilitas fisik bd nyeri (D.0054)

Kategori : Fisilogis

Subkategori : Aktivitas/istirahat

3. Konstipasi bd penurunan tonus otot (D.0049)

Kategori : Fisiologi

Subkategori : Eliminasi

4. Menyusui tidak efektif bd ketidakadekuatan reflek oksitosin (D.0029)

Kategori : Fisiologi

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

5. Defisit pengetahuan tentang teknik menyusui (D.0111)

Kategori : Prilaku

Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran

6. Defisit pengetahuan tentang perawatan diri pasca operasi sectio caesar

(D.0111).

Kategori : Prilaku

Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran

7. Ganggaun proses keluarga bd krisis situasional (D.012)

Kategori : Psikologis

Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan

8. Ansietas bd krisis situasional (D.0080)

Kategori : Psikologis

Subkategori : Integritas Ego


9. Resiko infeksi bd adanya luka insisi (0142)

Kategori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan dan Proteksi

Intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilkaukan untuk mengatasi masalah sesuai dengan

diagnos keperawtan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan

klien (iqbal dkk,2011)

Table 2.2 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri Akut bd Agen Setelah dilakukan tindakan Identifikasi
pencedera fisik (D.0077) keperawatan 3x8 jam lokasi,karaktristik,durasi
diharapkan nyeri berkuran frekuensi,kualitas,intens itas
dengan Kriteria Hasil : nyeri
- Mampu mengontrol nyeri Identifikasi respon
(tahu penyebab, mampu nonverbal
menggunakan teknik Kaji jenis dan sumber
nonfarmakologi untuk nyeri
mengurangi nyeri) Berikan teknik
- Melaporkan bahwa nyeri nonfarmakologi untuk
berkurang mengurangi rasa nyeri
- Mampu mengenali nyeri (relaksasi nafas dalam)
(skala, intensitas, frekuensi Fasilitasi istirahat dan
dan tanda nyeri) tidur
- Menyatakan rasa nyaman Kolaborasi pemberian
setelah nyeri berkurang obat
- Mampu tidur atau istirahar
dengan tepat

2 Gangguan mobilitas fisik setelah dilakukan tindakan


bd nyeri Monitor TTV
asuhan keperawatan selama Identifikasi adanya
Kode Diagnosa (D.0054) 3x8 jam diharapkan klien nyeri atau keluhan
meningkat dalam aktivitas
lainnya
fisik dengan kriteria hasil :
Identifikasi toleransi
- mengerti tujuan dari
fisik melakukan pergerakan
peningkatan
mobilitas Ajarkan mobilisasi
- memverbalisasikan sederhana
perasaan dalam Fasilitasi
meningkatkan kekuatan kemandirian,bantu jika
dan kemampuan berpindah tidak mampu
- Vital Sign dalam batas melakukan ADLs
normal
3 Auskultasi terhadap
Konstipasi bd penurunan
tonus otot (D.0049) Setelah dilakukan tindakan adanya bising usus pada
keperawatan 3x8 jam keempat kuadran setiap 4
diharapkan konstipasi dapat jam setelah kelahiran
diatasi dengan Kriteria Hasil Palpasi abdomen,
: perhatikan distensi atau
- Bebas dari ketidaknyamanan
ketidaknyamanan Identifikasi aktivitas-
konstipasi aktivitas dimana klien dapat
- Mengidentifikasi indikator menggunakannya dirumah
untuk mencegah konstipasi untuk
- Fases lunak dan berbentuk

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


3.4 merangsang kerja usus
Anjurkan cairan oral
yang adekuat, bila
masukan oral sudah
mulai kembali.
4 Menyusui tidak efektif
bd ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan Identifikasi tujuan atau
suplai ASI (D.0029) keperawatan selama 3x8 jam keinginan menyusui
diharapkan menyusui efektif Identifikasi adanya
dengan kriteria hasil : keluhan nyeri,rasa tidak
- kemantapan pemberian nyaman, pengeluaran,
ASI:IBU: kemantaban perubahan bentuk payudara
ibu untuk membuat bayi dan putting
melekat dengan tepat dan Monitor kemampuan
menyusu dari payudara
ibu untuk memperoleh bayi menyusu
nutrisi selama 3 minggu Dampingi ibu selama
pertama pemberian ASI kegiatan menyusui
berlangsung
Anjurkan ibu
mengonsumsi sayur dan
buah-buahan
Ajarkan perawatan
payudara postpartum ( pijat
payudara, pijat oksitisin,
memerah ASI)
5 setelah dilakukan tindakan
Defisit keperawatan selama 3x8 jam Identifikasi kesiapan
Pengetahuan diharapkan kklien mampu dan kemampuan
tentang teknik menyusui memahami teknik menyusuii
menerima informasi
(D.0111) yang benar dengan kriteria
hasil : Sediakan materi dan
- pasien dan keluarga media pendidikan
memehami teknik kesehatan
menyusui sesuai dengan Kaji tingkat pengetahuan
prosedur yang pasien dan keluarga
diijelaskakn secara Jelaskan informasi
benar
mengenai teknik menyusui
- pasien dan keluarga
mampu menjelaskan yang benar
kembali apa yang Berikan kesempatan
dijelaskan oleh perawat pasien atau keluarga
untuk bertanya
Tanyakan kembali
tentang pengetahuan dan
prosedur yang telah
dijelaskan oleh perawat

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


6 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan kaji kesiapan dan
tentang perawatan diri keperawatn 3x8 diharapkan motivasi klien untuk belajar.
pasca operasi sectio pasien dapat mengetahui Bantu klien atau pasangan
caesar (D.0111). informasi dengan Kriteria dalam mengidentifiksi
Hasil: kebutuha
- Pasien dan kelaurga Identifikasi tanda/gejala
menyatakan pemahaman yang memerluukan perhatian
tentang perawatan dari pemberi layanan
melahirkan Caesarea kesehatan berikan informasi
- Pasien dan keluarga yang brhubungan dengan
mampu melaksanakan perubahan fisiologis dan
prosedur yang dijelaskan psikologis yang normal
secara benar berkenaan dengan
- Pasien dan kelaurga
mampu menjelaskan
kembali apa yang kelahiran sesrea dan
dijelaskan perawat/ tim kebutuhan-kebutuhan
kesehatan lainnya berkenaan dengan
periode pascapartum
6.3 diskusikan program
latihan yang tepat, sesuai
ketentuan

7 Ganggaun proses Setelah dilakukan tindakan Observasi dan catat


keluarga bd krisis keperawatan 3x8 jam interaksi keluarga bayi,
situasional (D.012) diharapkan dapat perhatikan perilaku
mengungkapkan masalah Berikan kesempatan
atau kesulitan koping untuk ayah/pasangan untuk
terhadap situasi dan dapat menyentuh dan
berinteraksi dengan bayi. menggendong bayi dan
dengan Kriteria Hasil: bantu dalam perawatan bayi
- Menggendong bayi bila sesuai kemungkinan situasi
kondisi ibu dan neonatus Berikan kesempatan
memungkinkan pada orang tua untuk
- Mendemonstrasikan mengungkapkan perasaan
prilaku kedekatan dan yang negative diri mereka
ikatan yang tepat dan bayi
- Aktif mengikuti tugas Anjurkan klien untuk
perawatan bayi baru lahir menggendong, menyentuh
dengan cepat dan memeriksa bayi
tergantung pada kondisi klien
dan bayi baru lahir
Anjurkan dan bantu
dalam menyusui
Berikan informasi,
sesuai kebutuhan, tentang
keamanan dan kondisi
bayi.dukungg pasangan
sesuai kebutuhan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
8 Ansietas bd krisis Setelah dilakukan tindakan Tentukan tingkat
situasional (D.0080) keperawatan 3x8 jam ansietas klien dan sumber
diharapkan ansietasdapat masalah. mendorong klien
teratasi dengan Kriteria Hasil :
untuk mengungkapkan
- Pasien mampu
mengidentifikasi dan kebutuhan dan harapan yang
mengungkapkan gejala tidak terpenuhi. Berikan
cemas informasi sehubungan
- Mengidentifikasi, dengan normalnya perasaan
mengungkapkan dan tersebut
menunjukkan teknik Dorong keberadaan/
mengontrol cemas
- Vital sign dalam batas
normal
- Postur tubuh, ekspresi partisipasi dari
wajah, bahasa tubuh dan pasangan
tingkat aktivitas 8.3 Bantu klien/ pasangan
menunjukkan berkurangnya
dalam mengidentifikasi
kecemasan
mekanisme koping yang
lazim dan
perkembangan strategi
koping baru jika
dibutuhkan
8.4 Mulai kontak antara
klien/ pasangan dengan
bayi segera mungkin..
8.5 Berikan informasi yang
akurat tentang keadaan
klien/ bayi.

Resiko infeksi bd Setelah dilakukan tindakan


Monitor tanda dan
adanya luka Keperawatan 3x8 jam
9 Diharapkan tidak ada tanda gejala infeksi
insisi (0142)
tanda infeksi dengan Kriteria Monitor keadaan lokia
Hasil : (warna,jumlah dan bau)
- Pasien terbebas dari tanda Cuci tangan sebelum
gejala infeksi dan sesudah kontak
- Menunjukkan kemampuan dengan pasien dan
untuk mencegah timbulnya
lingkungan pasien
infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas Jelaskan tanda dan
normal gejala infeksi
- Menunjukkan prilaku Kaji suhu, nadi dan
hidup sehat jumlah sel darah putih
9.6 Inspeksi balutan luka
terhadap perdarahan
berlebihan.
9.7 Kolaborasi pemberian
antibiotik

Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawa untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (potter & pretty, 2011).

Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang terdiri dari evaluasi

proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif).

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah perawat

melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai

tujuan.

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua

tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan evaluasi sumatif terdiri dari

SOAP (Subjek, Objek, Analisis, Planning). Subjek berisi respon yang

diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien respon-

respon tersebut didapat setelah perawat melakuukan tindakan keperawatan.

Analisis merupakan kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah

keperawatan dilihat dari keteria hasil apakah teratasi, tertasi sebagian atau belum

teratasi. Sedangkan pleaning berisi perencanaan tindakan keperawatan yang harus

dilakukan selanjutnya.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan

tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan

sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagaian apabila jika

klien menunjukkan perubahan pada sebagaian kriteria hasil yang telah ditetapkan,

tujuan tidak tercapai jika klien menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada

kemajuan sama sekali. (Suprajitno dalam Wardani,2013)


BAB III

METODE PENELITIAN

Pendekatan (Desain Penulisan)

Jenis peneltian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada Ibu Post Operasi Sectio

Caesarea Di RSUD A.W, Sjahranie Samarinda.

Pendekatan yang digunakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Subyek Studi Kasus

Subyek penulisan yang digunakan pada studi kasus asuhan keperawatan ini

menggunakan dua responden yang berada di ruang rawat Mawar Nifas RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, dengan kriteria subjek :

1. Ibu dirawat di RSUD Abdul Wahab Sjahranie diruang Mawar dengan

diagnosa medis post operasi Sectio Caesarea.

2. Ibu dirawat di RSUD Abdul Wahab Sjahranie diruang Mawar dengan

diagnosa medis post operasi Sectio Caesarea.

3. Ibu dirawat di RSUD Abdul Wahab Sjahranie diruang Mawar dengan

diagnosa medis post operasi Sectio Caesarea.

4. Ibu dirawat di RSUD Abdul Wahab Sjahranie diruang Mawar dengan

diagnosa medis post operasi Sectio Caesarea dengan kondisi bayi sehat dan

rawat gabung dengan ibunya.

42
43

5. Ibu mampu berkomunikasi dengan baik.

6. Bersedia menjadi responden dan telah menandatangani surat persetujuan

(informed consent) sebagai bukti persetujuan.

Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Definisi operasional merupakan nilai berupa konsep objek penelitian

yang dapat di ukur dan di amati (Sugiyono, 2015).

Table 3.1 : Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

1 Ibu post partum - Ibu yang dirawat di - Format pengkajian


Sectio Caesarea ruangan mawar nifas asuhan keperawatn
RSUD. A.W. Sjahranie - Lembar observasi
dengan sectio caesar - Lembar SOP
pada hari ke-1 yang (standard
dirawat selama 3-6 hari operasional
prosedur)

Lokasi dan Waktu Penulisan

Studi kasus akan dilaksanakan selama 6 hari, dengan perawatan minimal 3

hari. Penulisan akan dilakukan di RSUD. A.W. Sjahranie Samarinda pada bulan

Januari 2019.

Prosedur Studi Kasus

Tahap awal prosedur penulisan ini diawali dengan penyesuaian proposal

oleh mahasiswa dengan menggunakan metode studi kasus yang setelah di

konsultasikan dan mendapat persetujuan pembimbing maka akan dilanjutkan


dengan kegiatan pemilihan responden yang terdiri dari dua responden yang

merupakan ibu post operasi sectio caesarea kemudian dilakukan pengkajian dan

pengumpulan dengan menggunakan instrument pengkajian lembar observasi dan

lembar SOP. Setelah diperoleh data selanjutnya penulis melakukan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,

membuat rencana tindakan, melakukan pelaksanakan (implementasi), evaluasi,

dan pendokumentasian terhadap kasus yang dijadikan subjek penulisan.

Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Wawancara adalah suatu pola dalam memulai komunikasi dengan

tujuan yang spesifik dan terarah dalam area tertentu. Dalam keperawatan

tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui riwayat

kesehatan/keperawatan mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, faktor-

faktor resiko, dan faktor-faktor spesifik dari perubahan status kesehatan

dan pola kehidupan klien, serta untuk menjalin hubungan perawat klien.

Wawancara dapat dilakukan dengan klien langsung atau dengan orang

lainyang terdekat dari kita.

Pengamatan (Observasi) adalah Metode Observasi dan memberikan

tindakan keperawatan yang memantau kondisi klien sebelum, saat dan

setelah diberikan asuhan keperawatan. Pengamatan adalah mengamati

perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah


keperawatan, data yang diamati saat memberikan asuhan keperawatan

pada klien menyangkut aspek bio-psiko-sosial-spiritual yang klien miliki.

Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran

lainnya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan

teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Sepanjang pemeriksaan fisik,

data diukur terhadap standard, yang merupakan peraturan yang telah di

tetapkan atau dasar pembandingan dalam pengukuran atau penilaian

kapasitas, kuantitas, kandungan dan nilai dari objek dalam kategori yang

sama. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perawat menyiapkan klien

dengan keluarga tentang proses pemeriksaan fisik, secara spesifik tentang

tujuan peran perawat, peran klien dan keluarga, serta perkiraan waktu

yang dibutuhkan.

Dokumentasi adalah berupa bukti tindakan yang telah kita lakukan

selama melakukan tindakan asuhan keperawatan. (Sugiyono 2013).

Instrumen Pengumpulan Data

Pada studi kasus ini, penulis menggunakan alat atau instrument

pengumpulan data dengan menggunakan format pengkajian asuhan

keperawatan pada ibu post secio caesarea dan lembar observasi. Selain itu

penulis juga menggunakan lembar SOP untuk melakukan tindakan

keperawatan.
Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data berupa data yang

valid dan aktual. Pada studi kasus ini data diperoleh dari :

Data primer

Sumber data yang dikumpulkan dari klien yang dapat memberikan

informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang

dihadapinya.

Data skunder

Sumber data yang dikumpulkan dari orang terdekat klien (Keluarga),

seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan

klien, catatan kesehatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang

merupakan riwayat penyakit dan perawatan klien dimasa lalu.

Analisis Data dan Prihal

Pengolahan dan menggunakan analisis deskriptis. Analisis dekriptif adalah

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan data yang

terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan (Notoatmojo,2010). Analisis data

dalam karya tulis ilmiah ini digunakan untuk melakukan asuhan keperawatan

pada pasien post sectio caesarea. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakakan fakta, selanjutnya membandingkan teori yang ada dan

dituangkan dalam opini pembahasan serta hasil dari melakukan asuhan

keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan tindakan,

melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan


melihat perbedaan antara partisipan 1 dan partisipan 2. Teknik analisis digunakan

dengan cara observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang menghasilkan

data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan, teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil studi kasus beserta pembahasannya yang

meliputi penjabaran data umum dan data khusus tentang Asuhan Keperawatan

pada ibu post operasi sectio caesaria di ruang mawar RSUD A.W. Sjahranie

Samarinda.

Hasil Penulisan

Gambaran Lokasi Studi Kasus

Penulisan ini dilakukan di RSUD A.W. Sjahranie Samarinda yang terletak

di Jalan Palang Merah No.1 Sidodadi, Samarinda Ulu, Kota Samarinda

Kalimantan Timur. Diresmikan sebagai Rumah Sakit dengan nama RSUD A.W.

Sjahranie pada tanggal 22 Februari 1986. Rumah Sakit A.W Sjahranie adalah

Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan

Rumah Sakit Rujukan tertinggi di Kalimantan Timur. Fasilitas yang tersedia

antara lain: instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, laboratorium PA,

laboratorium PK, instalasi kedokteran nuklir, radiologi, radioterapi, instalasi

penunjang mediK, farmasi, hemodialisis, rehabilitasi medik, intensif care unit dan

kamar operasi.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan Ruang Mawar Nifas dari

tanggal 04 april- 10 april 2019. Ruang Mawar Nifas yaitu ruang rawat inap yang

digunakan bagi pasien setelah melahirkan normal maupun sectio caesarea dan

49
50

wanita yang mengalami gangguan sistem reproduksi yang diterima dari ruag

Verlos Kamer (VK) atau yang diterima langsung setelah pasien datang dari UGD.

Bangunan Ruang Mawar Nifas terdiri dari 10 kamar tidur pasien dengan

kapasitas 50 tempat tidur, 10 kamar mandi pasien, 1 kamar mandi perawat, 1

ruang kepala ruangan, 1 ruang perawat, 1 ruang untuk mahasiswa, 1 ruang

administrasi, 1 ruang tindakan, 1 ruang bayi, dan 1 ruang penyimpanan alat.

Gambaran Subjek Studi Kasus

Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subjek kasus yang sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan, yaitu klien Ny R, usia 35 tahun, dirawat di

Ruang Mawar Nifas sejak tanggal 04-07 April 2019 dan Ny I usia 22 tahun

dirawat di Ruang Mawar Nifas sejak tanggal 07 -10 April 2019 dengan sectio

caesarea.

Data Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Hasil pengkajian yang didapatkan menunjukkan bahwa Ny. R berumur 35

tahun dan Ny I berumur 22 tahun dirawat di ruang Mawar Nifas dengan diagnosa

Sectio caesarea. Pengkajian ini terdiri dari hasil identitas pasien, riwayat

kesehatan, pola aktivitas sehari-hari, pemeriksaan fisik, status mental,

pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan terapi.


Table 4.1 Hasil Anamnesis Identitas klien dengan Sectio caesarea di ruang
mawar RSUD A.W Sjahranie Samarinda
Identitas klien Klien 1 Klien 2
Nama Ny R Ny I
Umur 35 tahun 22 tahun
Pendidikan SMA SMK
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Swasta
Status pernikahan Menikah Menikah
Pernikahan ke 1 1
Agama Islam Islam
Suku Banjar Jawa
Alamat Jln pelita 06 Rt 18 Jln sidomulyo Rt 16
Diagnosa medis G3P2A0 G1P0A0
Sumber informasi Klien dan keluarga Klien dan Keluarga
Tanggal pengkajian 05 april 2019 08 april 2019

Penjelasannya :

Pada table 4.1 ditemukan data berdasarkan pengkajian pada klien 1

dilakukan pada tanggal 05 april 2019 dengan umur 35 tahun pekerjaan ibu rumah

tangga dan bersuku banjar. Sedangkan pada klien 2 dilakukan pengkajian pada

tanggal 08 april 2019, dengan umur 22 tahun pekerjaan swasta dan bersuku jawa.

Diagnosa medis pada klien 1 G3P2A0 dan klien 2 adalah G1P0A0.


Tabel 4.2 Hasil anamnesis riwayat kesehatan klien dengan Sectio caesarea di

ruang Mawar RSUD A.W Sjahranie Samarinda

Riwayat kesehatan Klien 1 Klien 2


Keluhan utama Pasien mengatakan nyeri di Pasien mengatakan takut untuk
perut bekas operasi sectio bergerak dan nyeri bertambah
caesarea saat bergerak karena luka di
perut bekas operasi sectio
caesarea
Riwayat kesehatan Ny R masuk ke rumah sakit Ny I masuk ke rumah sakit pada
sekarang pada tanggal 04 april 2019 tanggal 07 april 2019 jam 19.00
jam 16.53 di IGD RSUD di IGD RSUD Abdul Wahab
Abdul Wahab Sjahranie Sjahranie dengan keluhan keluar
dengan keluhan perut terasa air dari jalan lahir disertai perut
kencang dan keluar lendir terasa kencang. Ny I di lakukan
disertai bercak darah lalu Ny operasi sectio caesarea jam
R di lakukan operasi sectio 20.57 . Pada saaat di kaji
caesarea pada jam 23. 37. tanggal 08 april 2019 jam 08.00
Pada saat dikaji tanggal 05 Ny I mengatakan hanya dapat
april 2019 jam 16.10 Ny R berbaring diatas tempat tidur
mengatakan nyeri pada luka karena takut untuk bergerak dan
bekas operasi di sekitar perut nyeri bertambah saat bergerak,
rasanya seperti tertusuk-tusuk aktivitasnyaa dibantu
dengan sklala nyeri 6 nyeri keluarga,Ny I mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul dan pada luka bakas operasi di
Ny R mengatakan aktivitasnya sekitar perut terasa seperti
perlu dibantu oleh suami klien terusuk tusuk dengan skala
nyeri 5, nyeri dirasakan hilang
timbul dan Ny I mengatakan
ASI nya belum keluar
Riwayat kesehatan Dahulu Ny R mengatakan tidak ada Ny I mengatakan tidak ada
riwayat kesehatan yang lalu riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan Ny R mengatakan tidak ada Ny I mengatakan keluarganya
Keluarga riwayat penyakit keluarga memiliki penyakit hipertensi

Penjelasannya :

Pada table 4.2 ditemukan bahwa pada klien 1 mengeluhkan nyeri di perut

bekas operasi sectio caesarea. Dan pada klien 2 mengatakan takut untuk bergerak
dan nyeri bertambah saat bergerak karena luka di perut bekas operasi sectio

caesarea .

Untuk hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu didapatkan data pada

klien 1 dan klien 2 memiliki kesamaan yaitu keduannya tidak memiliki riwayat

penyakit kesehatan yang lalu. Untuk riwayat kesehatan keluarga pada klien 1

tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus,

jantung dan lain-lain sedangkan keluarga klien 2 memiliki riwayat penyakit

keturunan yaitu hipertensi.

A. Riwayat Obsterti
Riwayat Kesehatan Sekarang Klien 1 Klien 2
PA P3A0 P1A0
Umur Kehamilan 39 minggu 4 hari 38 minggu 3 hari
Taksiran Persalinan 05 April 2019 17 April 2019
ANC/ Ante Natal Care 5x 8x
Masalah Kesehatan Tidak ada Tidak ada

Riwayat Kehamilan Persalinan


PA Umur kehamilan Tgl/th partus Penolong Jenis
persalinan Persalinan
Klien 1 P1 Aterm 15.02.2009 Bidan Spontan
P2 Aterm 04.06.2014 Bidan Spontan
P3 Aterm 04.05.2019 Doker SC

Klien 2 P1 Aterm 07.04.2019 Dokter SC

Riwayat Anak dan Keadaan Nifas


Anak Nifas
JK BB PB Keadaan Umur Laktasi Perdarahan Infeksi
Lahir sekarang
Klien 1 P 2900 57 Hidup 10 tahun Ada Tidak ada Tidak
L 3200 58 Hidup 5 tahun Ada Tidak ada Tidak
P 2800 47 Hidup 0 hari Tidak 300 cc Tidak
ada
Klien 2 P 3600 50 Hidup 0 hari Tidak 400 cc Tidak
ada

B. Riwayat Persalinan Sekarang


Klien 1 Klien 2
Tanggal persalinan dan 04 april 2019 jam 23.37 07 april 2019 jam 20.57
jam
Tipe persalinan Sectio caesarea Sectio caesarea
Lama persalinan Kala I,II,III tidak dilakukan Kala I,II,III tidak dilakukan
Jumlah perdarahan 300 cc 400 cc
Penyulit persalinan Tidak ada Tidak ada
Keadaan bayi - Jenis kelamin : perempuan - Jenis kelamin : perempuan
- Berat badan lahir : 2800 gr - Berat badan lahir : 3650 gr
- Panjang badan : 47 cm - Panjang badan : 50 cm
- APGAR SCORE : 6/8 - APGAR SCORE : 7/9

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Klien Dengan Sectio Caesarea di ruang
Mawar RSUD A.W. Sjahranie
Pemeriksaaan Fisik
Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2
A. Keadaan umum Klien sadar penuh, tanda-tanda Klien sadar penuh, tanda-tanda
1. Kesadaran vital : vital :
2. Tanda-tanda TD: 110/90 mmHg TD : 120/70 mmHg
vital N : 86x/menit N : 82x/menit
3. Berat badan T : 37,7oC T : 36,8oC
4. Kenyamanan Rr : 20x/menit Rr : 19x/menit
nyeri Berat badan Sebelum hamil : 59 kg, Berat badan sebelum hamil : 62
5. Status Sekarang : 68 kg kg, Sekarang : 70 kg
fungsional Tinggi badan 140 cm, Tinggi badan 160 cm,
kenyamanan nyeri : kenyamanan nyeri :
P : Saat bergerak P : Saat bergerak
Q : seperti ditusuk-tusuk Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Abdomen R : Abdomen
S:6 S:5
T : Hilang timbul T : Hilang timbul
Aktifitas klien Ketergantungan Aktifitas klien Ketergantungan
sedang sedang

B. Pemeriksaan Kulit kepala bersih tidak ada Kulit kepala bersih tidak ada
kepala dan leher ketombe dan tidak ada benjolan, ketombe dan tidak ada benjolan,
1. Kepala dan penyebaran rambut merata penyebaran rambut merata
rambut berwarna hitam, rambut tidak berwarna hitam, rambut tidak
mudah patah, tidak bercabang dan mudah patah, tidak bercabang
tidak ada kelainnan dan tidak ada kelainnan

2. Mata Mata lengkap,sclera putih, Mata lengkap,sclera putih,


konjungtiva anemis, palpebral tidak konjungtiva anemis, palpebral
ada edema, kornea jernih, ada tidak ada edema, kornea jernih,
reflek cahaya pada pupil dan ada reflek cahaya pada pupil
bentuk isokor kanan dan kiri, dan dan bentuk isokor kanan dan
tidak ada kelainan kiri, dan tidak ada kelainan

3. Hidung Tidak ada pernafasan cuping Tidak ada pernafasan cuping


hidung, posisi septum nasal hidung, posisi septum nasal
ditengah, lubang hidung bersih, ditengah, lubang hidung bersih,
tidak ada secret dan polip, tidak ada secret dan polip,
ketajaman penciuman klien dapat ketajaman penciuman klien
membedakan bau dapat membedakan bau

4. Rongga mulut Mukosa bibir lembab dan Mukosa bibir lembab dan
dan lidah pucat,ukuran tonsil normal, letak pucat,ukuran tonsil normal,
uvula simetris ditengah letak uvula simetris ditengah

5. Telinga Bentuk telinga sedang, Simetris Bentuk telinga sedang, Simetris


kanan dan kiri, kanalis telinga tidak kanan dan kiri, kanalis telinga
ada perdarahan timpani dan tidak tidak ada perdarahan timpani
ada serumen, ketajaman dan tidak ada serumen,
pendengaran klien berfungsi ketajaman pendengaran klien
dengan baik berfungsi dengan baik

6. Leher Kelenjar getah bening tidak teraba, Kelenjar getah bening tidak
kelenjar tiroid tidak teraba, posisi teraba, kelenjar tiroid tidak
trakea letak ditengah dan tidak ada teraba, posisi trakea letak
kelainan ditengah dan tidak ada kelainan

C. Pemeriksaan Tidak ada keluhan sesak, bentuk Tidak ada keluhan sesak, bentuk
torax system dada simetris kanan dan kiri tidak dada simetris kanan dan kiri
pernafasan ada benjolan/massa, frekuensi tidak ada
1. Inspeksi pernafasan 20x/menit, payudara benjolan/massa,frekuensi
simetris, putting susu menonjol ada pernafasan 19x/menit, payudara
pengeuaran ASI,konsistensi lunak, simetris, putting susu menonjol,
ada pengeluaran kolustrum, tidak ada pengeuaran
terdapat hiperpigmentasi pada ASI,konsistensi lunak, ada
aerola dan putting susu pengeluaran kolustrum, terdapat
hiperpigmentasi pada aerola dan
putting susu

2. Palpasi Vocal premitus getaran sama kanan Vocal premitus getaran sama
dan kiri, ekspansi paru kanan dan kiri, ekspansi paru
pengembangan dada sama kanan pengembangan dada sama
dan kiri, tidak ada kelainan kanan dan kiri, tidak ada
kelainan

3. Perkusi Perkusi sonor, auskultasi supaara Perkusi sonor, auskultasi suara


4. Auskultasi nafas vestikuler dan tidak nafas vestikuler dan tidak
menggunaka alat bantu nafas menggunakan alat bantu nafas

D. Pemeriksaan Klien tidak ada keluhan nyeri dada, Klien tidak ada keluhan nyeri
jantung pada pemeriksaan inspeksi CRT < 2 dada, pada pemeriksaan inspeksi
1. Inspeksi dan detik tidak ada sianosis. Pada CRT < 2 detik tidak ada
palpasi pemeriksaan palpasi iktus kordis sianosis. Pada pemeriksaan
2. Perkusi batas teraba hangat. Perkusi batas palpasi iktus kordis teraba
jantung jantung: basic jantung berada di hangat. Perkusi batas jantung:
3. auskultasi ICS II dari lateral ke media linea, basic jantung berada di ICS II
pinggang jantung di ICS III dari dari lateral ke media linea,
linea para sinistra kiri, apeks pinggang jantung di ICS III dari
jantung berada di ICS V dari linea linea para sinistra kiri, apeks
midclavicula sinistra. Pemeriksaan jantung berada di ICS V dari
auskultasi : bunyi jantung I saat linea midclavicula sinistra.
auskultasi terdengar normal dan Pemeriksaan auskultasi : bunyi
regular, bunyi jantung II : saat jantung I saat auskultasi
auskultasi terdengar bunyi jantung terdengar normal dan regular,
normal dan regular, bunyi jantung bunyi jantung II : saat auskultasi
tambahan : tidak ada bunyi jantung terdengar bunyi jantung normal
tambahan dan tidak ada kelainan dan regular, bunyi jantung
tambahan : tidak ada bunyi
jantung tambahan dan tidak ada
kelainan

E. Pemeriksaan Berat badan klien 68kg, tingggi Berat badan klien 70kg, tingggi
system badan 140cm, IMT 29,3 kg m2 badan 160cm, IMT 27,3 kg m2
pencernaan dan kategori berat badan berlebih, klien kategori berat badan berlebih,
status nutrisi BAB 1x sehari, konsistensi keras, klien belum ada BAB ,diet
diet lunak, jenis diet BTKTP, nafsu lunak, jenis diet susu cair, nafsu
mkan baik, frekuensi 3x/hari, porsi mkan baik, frekuensi 3x/hari,
makan habis, porsi makan habis,

F. Pemeriksaan Inspeksi : Bentuk abdomen bulat Bentuk abdomen bulat tidak ada
abdomen tidak ada bayangan vena dan tidak bayangan vena dan tidak ada
1. Inspeksi ada benjolan, terdapat luka operasi, benjolan, terdapat luka operasi,
2. Auskultasi jenis operasi sectio caesarea, lokasi jenis operasi sectio caesarea,
3. Palpasi di perut, terdapat linea nigra, lokasi di perut,terdapat linea
4. Perkusi terdapat striae gravidarum, diastasis nigra, terdapat striae
G. Pemeriksaan fisik rektus abdomenalis 18x3, TFU 1 gravidarum, diastasis rektus
ibu nifas jari dibawah pusat, kosistensi keras, abdomenalis 20x3, TFU
kontraksi uterus baik, tanggal sepusat, kosistensi keras,
operasi 04.04.2019. kontraksi uterus baik, tanggal
Auskultasi : peristaltik usus operasi 07.04.2019
5x/menit Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : perut tegang, ada nyeri 2x/menit
tekan, tidak ada massa/benjolan, Palpasi : perut tegang, ada nyeri
tidak teraba pembesaran hepar, tekan, tidak ada massa/benjolan,
tidak ada pembesaran lien tidak teraba pembesaran hepar,
Perkusi : tidak ada nyeri ketuk tidak ada pembesaran lien
Perkusi : tidak ada nyeri ketuk

H. System Di dapatkan hasil pemeriksaan Di dapatkan hasil pemeriksaan


persarafan Memori Panjang, Perhatian dapat Memori Panjang, Perhatian
mengulang. Bahasa baik klien dapat dapat mengulang. Bahasa baik
menggunakan bahasa Indonesia. klien dapat menggunakan
Kognisi baik. Orientasi bahasa Indonesia. Kognisi baik.
Orang, tempat,dan waktu. Saraf Orientasi orang, tempat,dan
sensori nyeri tusuk, suhu, sentuhan. waktu. Saraf sensori nyeri tusuk,
Reflex patologi tidak ada. Tidak suhu, sentuhan.
ada keluhan pusing, pupil isokor. Reflex patologi tidak ada. Tidak
Reflex fisiologis normal. ada keluhan pusing, pupil
Konjungtiva anemis. Tidak ada isokor. Reflex fisiologis
gangguan pandangan, gangguan normal. Konjungtiva anemis.
pendengaran dan penciuman. Tidak ada gangguan pandangan,
Istirahan tidur 5-7 jam/hari gangguan pendengaran dan
penciuman. Istirahan tidur 4-6
jam/hari
I. System Tidak ada keluhan kencing. Tidak ada keluhan kencing.
perkemihan Kemamupuan berkemih klien Kemamupuan berkemih klien
menggunakan alat bantu berkemih menggunakan alat bantu
jenis foly kateter ukuran 16 hari ke berkemih jenis foly kateter
1. Produksi urine 1000 ml/hari, ukuran 16 hari ke 1. Produksi
warna kuning pekat, bau khas urine. urine 1000 ml/hari, warna
Kandung kemih tidak membesar kuning pekat, bau khas urine.
dan tidak ada nyeri tekan Kandung kemih tidak membesar
dan tidak ada nyeri tekan

J. Pemeiksaan Pemeriksaan vulva : Tidak terjadi Pemeriksaan vulva : Tidak


Genetalia oedema dan tidak ada varises. terjadi oedema dan tidak ada
1. Vulva Pemeriksaan perineum : perineum varises.
2. Perineum utuh tidak dilakukan episiotomy, Pemeriksaan perineum :
3. Lokia tidak ada jahitan dan tidak ada perineum utuh tidak dilakukan
4. Anus tanda-tanda reeda episiotomy, tidak ada jahitan
Pemeriksaan lokia : klien 2x ganti dan tidak ada tanda-tanda reeda
pembalut dalam 1 hari, jenis/warna Pemeriksaan lokia : klien 2x
rubra/merah terang, konsistensi ganti pembalut dalam 1 hari,
cair, bau khas jenis/warna rubra/merah terang,
Pemeriksaan anus : Tidak ada iritasi konsistensi cair dan terdapat
dan tidak ada haemoroid gumpalan darah, bau khas
Pemeriksaan anus : Tidak ada
iritasi dan tidak ada haemoroid

K. Pemeriksaan Pergerakan sendi terbatas, Pergerakan sendi terbatas,


System Kekuatan otot 5 5 Kekuatan otot 5 5
musculoskeletal 5 5 5 5
dan Integumen Tidak ada kelainan ekstremitas, Tidak ada kelainan ekstremitas,
1. Ekstremitas Tidak ada kelainan tulang Tidak ada kelainan tulang
tangan dan belakang,tidak ada kelainan pada belakang,tidak ada kelainan
kaki kulit, tugor kulit baik dan tidak ada pada kulit, tugor kulit baik dan
luka. tidak ada luka.
Pada pemeriksaan tangan tidak ada Pada pemeriksaan tangan tidak
odema dan tidak ada varises ada odema dan tidak ada varises
Pada pemeriksaan kaki tidak ada Pada pemeriksaan kaki tidak ada
odema. Human sign hasil odema. Human sign hasil
pemeriksaan (-), dan tidak ada pemeriksaan (-), dan tidak ada
maslah khusus maslah khusus

L. Pemeriksaan Tidak ada pembesaran kelenjar Tidak ada pembesaran kelenjar


system endrokin tyroid, tidak ada pembesaran tyroid, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, tidak ada kelenjar getah bening, tidak ada
trias DM, tidak ada luka gangrene, trias DM, tidak ada luka
tidak ada riwayat luka sebelumnya gangrene, tidak ada riwayat luka
dan tidak ada riwayat amputasi sebelumnya dan tidak ada
riwayat amputasi
M. Seksualitas dan Pada payudara (benjolan) :Tidak Pada payudara (benjolan) :Tidak
reproduksi ada benjolan, ada benjolan,
1. Payudara Genetalia : Tidak ada flour albus, Genetalia : Tidak ada flour
2. Genetalia tidak ada prolapse uteri, dan tidak albus, tidak ada prolapse uteri,
3. Masalah ada haemoroid dan tidak ada haemoroid
seksual Masalah seksual : saat dikaji ada Masalah seksual : saat dikaji ada
perubahan pola seksual, jenis perubahan pola seksual, jenis
perubahan tidak melakukan perubahan tidak melakukan
hubungan seksual saat masa nifas, hubungan seksual saat masa
cara mengatasi melakukan nifas, cara mengatasi melakukan
hubungan seksual setelah masa hubungan seksual setelah masa
nifas berakhir (Setelah 40 hari nifas berakhir (Setelah 40 hari
melahirkan) melahirkan)

Pola Aktivitas
Sehari-Hari

A. Nutrisi Nafsu makan baik, pola Nafsu makan baik, pola


makan3x/hari, tidak ada gangguan makan3x/hari, tidak ada
makan, tidak ada pantangan, dan gangguan makan, tidak ada
tidak ada masalah khusus pantangan, dan tidak ada
masalah khusus

B. Eliminasi BAK : Frekuensi klien terpasang BAK : Frekuensi klien


1. BAK kateter,warna kuning pekat ,bau terpasang kateter,warna kuning
2. BAB khas urine dan tidak ada masalah pekat ,bau khas urine dan tidak
khusus ada masalah khusus
BAB : Frekuensi 1x/hari, BAB : klien belum ada BAB
Konsistensi keras, warna coklat, terkahir BAB tanggal 5.04.2019
bau khas feses, konstipasi, tidak ada
masalah khusus

C. Istirahat dan tidur Jumlah jam tidur 5-7 jam/hari, Jumlah jam tidur 4-6 jam/hari,
Gangguan tidur tidak ada, yang Gangguan tidur tidak ada, yang
mempermudah tidur suasana yang mempermudah tidur suasana
tenang, yang mempermudah yang tenang, yang
bangun nyeri pada luka post mempermudah bangun nyeri
operasi dan suasana yang tidak pada luka post operasi dan saat
tenang bayi menangis

D. Personal hygine Mandi 1x/hari, gosok gigi 2x/hari, Mandi 1x/hari, gosok gigi
belum ada cuci rambut selama di 1x/hari, belum ada cuci rambut
RS, klien potong kuku setaip kuku selama di RS, klien potong kuku
panjang, perawatan payudara klien setaip kuku panjang, perawatan
dilakukan perawatan setiap hari, payudara klien dilakukan
perawatan perineum klien perawatan setiap hari, perawatan
dilakukan perawatan setiap hari. perineum klien dilakukan
perawatan setiap hari.

Data Pisikologis
1. Hubunan dengan Hubungan dengan bayi sangat baik Hubungan dengan bayi sangat
bayi dan gembira. baik dan gembira.
2. Hunbungan Hubungan dengan keluarga tidak Hubungan dengan keluarga
dengan ada masalah, masalah yang tidak ada masalah, masalah
keluarga dipikirkan ingin cepat pulang. yang dipikirkan ingin cepat
sembuh.

Pengkajian
pisikososial
1. Persepsi klien Persepsi klien terhadap penyakitnya Persepsi klien terhadap
terhadap : cobaan tuhan, reaksi saat interaksi penyakitnya : cobaan tuhan,
penyakitnya kooperatif, ekspresi klien terhadap reaksi saat interaksi kooperatif,
2. Status penyakitnya diam dan tidak ada ekspresi klien terhadap
perkawinan gangguan konsep diri penyakitnya diam dan tidak ada
3. Prilaku verbal Status perkawinan : Usia gangguan konsep diri
4. Perilaku perkawinan 24 tahun, Perkawinan Status perkawinan : Usia
nonverbal ke 1, Lama perkawinan10 tahun perkawinan 1 tahun, Perkawinan
5. Orang yang Perilaku verbal : Cara menjawab ke 1, Lama perkawinan 1 tahun
berharga dengan pertanyaan klien dapat menjawab Perilaku verbal : Cara menjawab
klien pertanyaan dengan baik, Klien pertanyaan klien dapat
bertanya jika tidak mengerti. menjawab pertanyaan dengan
Perilaku nonverbal : Klien terlihat baik, Klien bertanya jika tidak
meringis menahan nyeri post mengerti.
operasi. Perilaku nonverbal : Klien
Orang yang berharga dengan klien terlihat meringis menahan nyeri
Keluarga, hubungan dengan orang post operasi.
lain sangat baik Orang yang berharga dengan
klien
Keluarga, hubungan dengan
orang lain sangat baik

Personal Hygine Mandi 1x/hari, belum ada keramas Mandi 1x/hari, belum ada
dan Kebiasaan selama di RS, klien memotong keramas selama di RS, klien
kuku saat kuku panjang, klien tidak memotong kuku saat kuku
merokok dan tdak mengonsumsi panjang, klien tidak merokok
alkohol dan tidak mengonsumsi alcohol

Pengkajian
Spiritual
1. Sebelum sakit Sebelum masuk RS klien Sebelum masuk RS klien
2. Selama sakit melakukan ibadah setiap hari melakukan ibadah setiap hari
Selama masuk rumah sakit klien Selama masuk rumah sakit klien
tidak pernah beribadah tidak pernah beribadah
Table 4.4 Hasil Pemeriksaan diagnostik klien Dengan Sectio Caesarea pada
Ny R dan Ny I di ruang Mawar RSUD A.W. Sjahranie
Pemeriksaan Hasil Hasil normal
Laborotorium Klien 1 Klien 2
Hb 12.4 g/Dl 14.8 g/Dl (12-16 g/dL)
Ht 37.7 % 39.2 % (37-54%)
Lecocyt 20.57 103/uL 21.40 103/uL (4.800-10.800/uL)
Trombosit 284.000 /uL 278.000 /uL (150.000-450.000/dL)
Ureum 20.0 mg/dL 22 mg/dL (19,3-49,2 mg/dL)
Creatinin 0,5 mg/dL 0.5 mg/dL (0,5-1,1 mg/dL)
Foto Rontgen Tidak ada foto rontgen
USG / EKG
DJJ 140x/menit 120x/menit
Tapsiran Persalinan 05 April 2019 17 April 2019
Persentasi Bokong Bokong
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Panjang Badan 47 cm 50 cm
Berat Badan 2800 gram 3600 gram

Penatalaksanaan/Terapi (Obat Yang Diterima)


Nama obat Kandungan Kekuatan Dosis Sediaan/Bentuk cairan/Rute
obat pemberian
Antrain Metomizole 500 mg 3x1 Ampul Iv
Klien 1 Kalnex Tranexsamat 50 mg 2x1 Ampul Iv
Ranitidine Antihistamin 50 mg 2x1 Ampul Iv
Cefriaxsone Antibiotik 1 gr 2x1 Vial Iv
sefalospirin

Klien 2 Antarin Metomizole 500 mg 3x1 Ampul Iv


Ceftriaxsone Antibiotik 1 gr 2x1 Vial Iv
sefalospirin
Ranitidine Antihistamin 50 mg 2x1 Ampul Iv
Diagnosa Keperawatan
Table 4.5 Daftar Diagnosa keperawatan klien Berdasarkan Prioritas Dengan
Sectio Caesarea di ruang Mawar RSUD A.W. Sjahranie
No Klien 1 Klien 2
Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Hari/tanggal Diagnosa keperawatan
ditemukan (Kode Diagnosa) ditemukan (Kode Diagnosa)
1 Hari ke-0 Nyeri akut b/d agen Hari ke-0 Nyeri akut b/d agen
05/04/ 2019 pencedera fisk (D.0077) 08/04/2019 pencedera fisk
Ds : - Pasien mengatakan (D.0077)
nyeri di perut bekas Ds : -Pasien mengatakan
operasi sectio nyeri di perut bekas
caesarea operasi sectio
- Pasien mengatakan caesarea
nyeri bertambah saat - Pasien mengatakan
digerakkan nyeri bertambah saat
digerakkan
Do : - Pasien terlihat
meringis menahan Do: - Pasien terlihat
nyeri meringis menahan
P: Saat bergerak nyeri
Q: Seperti tertusuk- P :Saat bergerak
tusuk Q: Seperti tertusuk-
R: Abdomen tusuk
S: 6 R :Abdomen
T: Hilang timbul S :5
T : Hilang timbul
-
2 Hari ke-0 Hambatan mobilitas fisik Hari ke-0 Hambatan mobilitas fisik
05/04/ 2019 b/d nyeri 08/04/ 2019 b/d kurang terpapar
Ds: -Pasien mengatakan informasi tentang aktivitas
nyeri saat bergerak fisik
- Pasien mengatakan Ds :- Pasien mengatkan
aktivitasnya perlu di takut untuk bergerak
bantu - Pasien mengatakan
aktivitasnya perlu
Do : -ADL di bantu dibantu keluarga
- Gerakan terbatas - Pasien mengatakan
- Pasien sudah dapat nyeri bertambah saat
miring kanan dan kiri bergerak
- Skala nyeri 6 - Pasien mengatakan
- Td : 110/90 belum berani miring
- N : 86x/menit kanan dan kiri
- Rr : 20x/menit
- T : 37,70 C Do :-ADL dibantu
- Gerakan terbatas
- Pasien hanya
berbaring di atas
tempat tidur
- Skala nyeri 5
- Td : 120/80mmHg
- N: 82x/menit
- Rr : 20x/menit

No Klien 1 Klien 2
Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Hari/tanggal Diagnosa keperawatan
ditemukan (Kode Diagnosa) ditemukan (Kode Diagnosa)
3 Hari ke-0 Defisit pengetahuan Hari ke-0 Menyusui tidak efektif b/d
05/04/ 2019 tentang cara menyusui 08/04/ 2019 ketidakadekuatan suplai
yang benar b/d kurang ASI (D.0029)
terpapar informasi Ds :- Pasien mengatakan
(D.0111) ASI belum keluar
Ds: -Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
tidak tau cara teknik takut dengan lukanya
menyusui yang benar karena baru pertama
- Pasien mengatakan kali di operasi
sebelumnya tidak
pernah diberikan Do: - Bayi menghisap tidak
pendidikan kesehatan terus menerus
tentang teknik - ASI tidak
menyusui yang benar memancar/menetes

Do :-Pasien diam saat


ditanya
- Pasien menyusui
bayinya dengan
putting ibu tidak
menempel secara
benar

4 Hari ke-0 Resiko Infeksi bd efek Hari ke-0 Defisit pengetahuan tentang
05/04/ 2019 prosedur invasif (0142) 08/04/ 2019 cara menyusui yang benar
Ds :- b/d kurang terpapar
Do: -Terdapat luka post informasi (D.0111)
operasi sectio Ds :- Pasien mengatakan
caesarea kurang paham cara
- Balutan luka kering teknik menyusui yang
dan bersih benar
- Pasien mendapatkan - Pasien mengatakan
obat cefotaxsime kurang mengetahui
- T : 37,7oC teknik menyusui
- Leokosit : 26,57 karena persalinan
pertama
- Pasien mengatakan
sebelumnya tidak
pernah diberikan
pendidikan kesehatan
tentang teknik
menyusui yang benar

Do :-Pasien terlihat
bingung saat ditanya
- Pasien menyusui
bayinya dengan
putting ibu tidak
menempel secara
benar

No Klien 1 Klien 2
Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Hari/tanggal Diagnosa keperawatan
ditemukan (Kode Diagnosa) ditemukan (Kode Diagnosa)
5 Hari ke-0 Resiko Infeksi bd efek
08/04/ 2019 prosedur invasif (0142)
Ds :-
Do: -Terdapat luka post
operasi sectio
caesarea
- Pasien mendapatkan
obat ceftiaxsone
- Balutan luka bersih
dan kering
- T : 36,8 oC
- Leokosit : 21,40
Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.6 Perencanaan klien Dengan Sectio Caesarea di ruang Mawar RSUD
A.W. Sjahranie

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan


1 Klien 1 NOC :
Nyeri akut bd agen Setelah dilakukan tindakan Identifikasi
pencedera fisik asuhan keperawatan lokasi,karaktristik,durasi,
Kode diagnosa (D.0077) diharapkan nyeri berkurang frekuensi,kualitas,
dengan Kriteria Hasil : intensitas nyeri
- Mampu mengontrol Identifikasi respon
nyeri (tahu penyebab, nonverbal
mampu menggunakan Kaji jenis dan sumber
teknik nonfarmakologi nyeri
untuk mengurangi nyeri) Berikan teknik
- Melaporkan bahwa nyeri nonfarmakologi untuk
berkurang (skala nyeri 1- mengurangi rasa nyeri
3) (relaksasi nafas dalam)
- Mampu mengenali nyeri Fasilitasi istirahat dan
(skala, intensitas, tidur
frekuensi dan tanda nyeri) Kolaborasi pemberian
- Menyatakan rasa nyaman obat
setelah nyeri berkurang

2 Hambatan mobilitas fisik NOC : Monitor TTV


bd nyeri Setelah dilakukan tindakan Identifikasi adanya nyeri
asuhan keperawatan atau keluhan lainnya
diharapkan klien meningkat Identifikasi kemampuan
dalam aktivitas fisik dengan mobilisasi
kriteria hasil : Ajarkan mobilisasi
- Klien meningkat dalam sederhana
aktifitas fisik Fasilitasi
- Mengerti tujuan dari kemandirian,bantu jika
peningkatan tidak mampu melakukan
mobilitas ADLs
- Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
- Vital sign dalam batas
normal
3 Defisit pengetahuan NOC : Identifikasi kesiapan dan
tentang cara menyusui Setelah dilakukan tindakan kemampuan menerima
yang benar bd kurang asuhan keperawatan informasi
terpapar informasi diharapkan klien mampu Sediakan materi dan
Kode Diagnosa (D.0111) memahami teknik menyusui media pendidikan
yang benar dengan kriteria kesehatan
hasil : Kaji tingkat pengetahuan
- Pasien dan keluarga pasien dan keluarga
memahami teknik Jelaskan informasi
menyusui sesuai dengan mengenai teknik menyusui
prosedur yang diijelaskan yang benar

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan


- secara benar Berikan kesempatan pasien
- pasien dan keluarga atau keluarga untuk bertanya
mampu menjelaskan Tanyakan kembali tentang
kembali apa yang pengetahuan dan prosedur yang
dijelaskan oleh telah dijelaskan oleh perawat
perawat

4 Resiko Infeksi bd efek NOC : Monitor tanda dan gejala


prosedur invasif Setelah dilakukan tindakan infeksi
Kode Diagnosa (0142) Keperawatan 3x8 jam Monitor keadaan lokia
diharapkan klien bebeas dari (warna,jumlah dan bau)
tanda dan gejala infeksi Cuci tangan sebelum dan
dengan Kriteria hasil : sesudah kontak dengan pasien
- Pasien terbebas dari tanda dan lingkungan pasien
gejala infeksi Jelaskan tanda dan gejala
- Menunjukkan kemampuan infeksi
untuk mencegah Kaji suhu, nadi dan
timbulnya infeksi jumlah sel darah putih
- Jumlah leukosit dalam Inspeksi balutan luka
batas normal terhadap perdarahan
- Menunjukkan prilaku berlebihan.
hidup sehat Kolaborasi pemberian
antibiotik
1 klien 2 NOC :
Nyeri akut bd agen Setelah dilakukan tindakan Identifikasi
pencedera fisik asuhan keperawatan lokasi,karaktristik,durasi,
Kode diagnosa (D.0077) diharapkan nyeri berkurang frekuensi,kualitas,
dengan Kriteria Hasil : intensitas nyeri
- Mampu mengontrol Identifikasi respon
nyeri (tahu penyebab, nonverbal
mampu menggunakan Kaji jenis dan sumber
teknik nonfarmakologi nyeri
untuk mengurangi nyeri) Berikan teknik
- Melaporkan bahwa nyeri nonfarmakologi untuk
berkurang (skala nyeri 1- mengurangi rasa nyeri
3) (relaksasi nafas dalam)
- Mampu mengenali nyeri Fasilitasi istirahat dan
(skala, intensitas, tidur
frekuensi dan tanda nyeri) Kolaborasi pemberian
- Menyatakan rasa nyaman obat analgetik
setelah nyeri berkurang
- Mampu tidur atau
istirahar dengan tepat

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan


2 Hambatan mobilitas fisik NOC : Monitor TTV
bd kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan Identifikasi adanya nyeri
informasi tentang asuhan keperawatan atau keluhan lainnya
aktivitas fisik diharapkan klien memahami Identifikasi kemampuan
dalam meningkatkan mobilisasi
aktivitas fisik dengan Menjelaskan mengenai
kriteria hasil : pentingnya ambulasi dini
- Klien meningkat dalam Ajarkan mobilisasi
aktifitas fisik sederhana
- Mengerti tujuan dari Fasilitasi
peningkatan kemandirian,bantu jika
mobilitas tidak mampu melakukan
- Memverbalisasikan ADLs
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
- Vital sign dalam batas
normal

3 Menyusui tidak efektif NOC : Identifikasi tujuan atau


bd ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan keinginan menyusui
suplai ASI keperawatan selama 3x8 jam Identifikasi adanya
Kode Diagnosa (D.0029) diharapkan suplai ASI keluhan nyeri,rasa tidak
adekuat dengan kriteria hasil nyaman, pengeluaran,
- Kemantapan pemberian perubahan bentuk
ASI:IBU: kemantaban payudara dan putting
ibu untuk membuat Monitor kemampuan bayi
bayi melekat dengan menyusui
tepat dan menyusu dari Dampingi ibu selama
payudara ibu untuk kegiatan menyusui
memperoleh nutrisi berlangsung
selama 3 minggu Anjurkan ibu
- pertama pemberian ASI mengonsumsi sayur dan
buah-buahan
Ajarkan perawatan
payudara postpartum (pijat
payudara, pijat
oksitisin,perawatan payudara)

4 Defisit pengetahuan NOC :


tentang cara menyusui Setelah dilakukan tindakan Identifikasi kesiapan dan
yang benar bd kurang asuhan keperawatan kemampuan menerima
terpapar informasi diharapkan klien mampu informasi
Kode Diagnosa (D.0111) memahami teknik menyusui Sediakan materi dan
yang benar dengan kriteria media pendidikan
hasil : kesehatan
- pasien dan keluarga Kaji tingkat pengetahuan
memehami teknik pasien dan keluarga
menyusui sesuai dengan Jelaskan informasi
prosedur yang diijelaskakn mengenai teknik menyusui
secara benar yang benar
- pasien dan keluarga Berikan kesempatan
mampu untuk bertanya
menjelaskan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan
secara benar 4.6 Tanyakan kembali tentang
- pasien dan keluarga pengetahuan dan prosedur
mampu menjelaskan yang telah dijelaskan oleh
kembali apa yang perawat
dijelaskan oleh perawat

5 Resiko infeksi bd efek NOC : Monitor tanda dan gejala


prosedur invasif Setelah dilakukan tindakan infeksi
Kode Diagnosa (0142) Keperawatan 3x8 jam Monitor keadaan lokia
diharapkan klien bebeas dari (warna,jumlah dan bau)
tanda dan gejala infeksi Cuci tangan sebelum dan
dengan Kriteria hasil : sesudah kontak dengan pasien
- Pasien terbebas dari tanda dan lingkungan pasien
gejala infeksi Jelaskan tanda dan gejala
- Menunjukkan kemampuan infeksi
untuk mencegah Kaji suhu, nadi dan
timbulnya infeksi jumlah sel darah putih
- Jumlah leukosit dalam Inspeksi balutan luka
batas normal terhadap perdarahan
- Menunjukkan prilaku berlebihan.
hidup sehat Kolaborasi pemberian
antibiotik
Pelaksanaan Keperawatan

Tabel 4.7 Implementasi rencana tindakan keperawatan klien 1 Dengan Sectio


Caesarea di ruang Mawar RSUD A.W. Sjahranie
Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi
pelaksanaan
Hari ke-0 1.1 Melakukan pengkajian nyeri 1.1 Klien mengatakan nyeri di perut
05/04/2019 secara khomperensif termasuk bekas operasi sectio caesarea
16.00 lokasi, karaktristik, durasi, -Pasien mengatakan nyeri bertambah
frekuensi, kualitas saat bergerak
P : Saat bergerak
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Abdomen
S:6
T : Hilang timbul

16.25 2.2 Menanyakan adanya keluhan 2.2 Pasien mengatakan aktivitasnya di


seperti nyeri bantu suami dan pasien mengatakan
nyeri bertambah saat bergerak

17.00 1.2 Melihat nonverbal dari 1.2 Pasien terlihat meringis menahan
ketidaknyamanan nyer saat bergerak

17.10 4.3 Memberitau dan memperaktikan 4.3 Pasien dan keluarga pasien mengerti
cuci tangan 7 langkah kepada dan mau mencobanya
keluarga pasien dan pasien untuk
mencuci tangan setiap sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
17.30 4.4 Menjelaskan tanda dan gejala 4.4 Pasien dan keluarga mengerti tanda
infeksi dan gejala infeksi

18.05 4.2 Melihat karakter dan jumlah 4.2 Warna lochia merah konsistensi
aliran lochia seperti warna, bau encer, bau amis, pasien mengganti
pembalut 2x sehari

18.20 4.6 Melihat balutan luka 4.6 Balutan luka terlihat kering dan
bersih

18.45 4.5 Mengukur suhu, menghitung nadi 4.5 T : 37,7oC


dan melihat hasil jumlah sel N : 86x/menit
darah putih Leocosit : 20.57

19.00 2.1 Menghitung dan mengukur TTV 2.1 Td : 110/90mmHg


N : 86x/menit
T : 37,70 C
Rr : 20x/menit

19.10 1.3 Menayakan kemampuan 1.3 Pasien mengatakan hanya dapat


mobilisasi pasien miring kanan dan kiri diatas tempat
tidur

19.15 2.4 Mengajarkan mobilisasi dini 2.4 Pasien mengatakan mau melakukan
Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi
pelaksanaan

19.40 2.5 Pasien melakukan personal 2.5 Mengatakan aktivitasnya masih


hygine (mengganti pempes) perlu dibantu

20.00 1.4 Mengajarkan teknik relaksasi 1.4 Pasien dapat melakukan relaksasi
nafas dalam nafas dalam dan merasa lebih
nyaman

20.10 1.3 Menanyakan sumber nyeri dan 1.3 Pasien mengatakan nyeri di perut
jenis nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk saat
bergerak

20.30 1.6 Memberikan obat antrain 500 mg 1.6 Pasien terlihat kesakitan saat obat di
via IV masukkan

21.10 1.5 Menganjurkan pasien untuk 1.5 Pasien mengerti dan mau
berdoa sebelum tidur dan tidur melakukannya
lebih awal

Hari ke-1
06 /04/2019 4.3 Mencuci tangan setiap sebelum 4.3 Tangan terlihat bersih
07.05 dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
07.20
2.1 Menghitung dan mengukur tanda 2.1 TD : 110/90mmHg
tanda vital N: 86x/menit
Rr : 20x/menit
T: 37,7oC

07.45 4.1 Melihat tanda dan gejala infeksi 4.1 Tidak ada tanda gejala infeksi

08.10 2.5 Membantu memenuhi kebutuhan 2.5 -Pasien mengatakan aktivitasnya


ADLs pasien (menyeka) perlu di bantu
-Pasien terlihat rapi dan nyaman

08.35 4.2 Melihat karakter dan jumlah 4.2 Warna lochia merah konsistensi
aliran lochia seperti warna, bau encer, bau amis, pasien mengganti
pembalut 3x sehari

08.45 2.2 Pasien mengatakan masih terasa


Menayakan adanya nyeri saat
nyeri saat bergerak di perut bekas
bergerak
operasi

09.00 2.3 Pasien mengatakan hanya dapat


Menayakan kemampuan miring kanan dan kiri
mobilisasi pasien
09.10 2.4 Pasien dapat duduk di tepi tempat
Mengajarkan mobilisasi pasien tidur
sesuai kemampuan
09.15 4.6 Balutan luka terlihat bersih dan
4.6 Melihat balutan luka adanya kering
perdarahan berlebihan
Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi
pelaksanaan
09.30 1.6 Memberikan obat antrain 500 mg 1.6 Pasien terlihat kesakitan saat obat di
via IV masukkan

09.30 4.7 Memberikan obat ceftriaxsone 4.7 Pasien terlihat kesakitan saat obat di
1gr via IV masukkan

09.40 1.2 Melihat nonverbal dari 1.2 Pasien terlihat meringis menahan
ketidaknyamanan nyeri saat bergerak

09.45 1.4 Mengajarkan teknik 1.4 Pasien dapat melakuaknnya dan


relaksasi nafas dalam merasa lebih nyaman

10.10 3.3 Menayakan tingkat pengetahuan 3.3- Pasien diam saat ditanya dan
pasien dan keluarga tentang mengatakan tidak tau cara teknik
teknik menyusui yang benar menyusui yang benar
-Pasien terlihat menyusui bayinya
dengan putting susu ibu tidak
menempal secara benar

10.20 3.1 Menanyakan kesiapan dan 3.1 Pasien mengatakan mau untuk
kemampuan untuk memperoleh diberikan informasi tentang teknik
informasi menusui yang benar

10.35 3.2 Menyiapkan materi 3.2 Materi sudah di siapkan


mengggunakan media lembar
balik dan lifleat

10.45 3.4 Menjelaskan informasi dan teknik 3.4 Pasien mengatakan sudah dapat
menyusui yang baik dan benar memahami tentang teknik menyusui
menggunakan lembar balik dan yang benar
lifleat

11.00 3.5 Memberikan kesempatan pasien 3.5 Pasien dapat memahami informasi
atau keluarga untuk bertanya yang di berikan

11.20 3.6 Menanyakan kembali pada pasien 3.6 Pasien mengatakan sudah dapat
tentang pengetahuan dan memahami tentang teknik menyusui
prosedur menyusui yang benar yang benar dan mau mencobanya
yang telah dijelaskan oleh
perawat
4.5 Leocosit : 20.57
14.20 4.5 Mengukur suhu, menghitung nadi T : 36.8OC
dan melihat hasil jumlah sel
darah putih
1.1 Pasien mengatakan nyeri masih
14.30 1.1 Melakukan pengkajian nyeri terasa
secara khomperensif termasuk P : saat bergerak
lokasi, karaktristik, durasi, Q : Tertusuk-tusuk
frekuensi, kualitas R : Abdomen
S:6
T: Hilang timbu

Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
Hari ke-2
07 /04/ 2019 2.3 Melihat kemampuan mobilisasi 2.3 Pasien dapat duduk dan berdiri
07:30 pasien

07.40 4.3 Mencuci tangan setiap sebelum 4.3 Tangan terlihat bersih
dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
08.00
2.2 Menanyakan adanya nyeri 2.2 Pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang di perut bekas operasi
08.20
2.4 Mengajarkan mobilisasi pasien 2.4 -Pasien dapat berdiri dan berjalan di
sesuai kemampuan sekitar tempat tidur
08.35
2.5 Memfasilitasi kemandirian sesuai 2.5 Pasien mengatakan sudah dapat
kemampuan dan Membantu melakukan aktivitasnya secara
memenuhi ADLs pasien jika mandiri sesuai kemampuan
perlu
09.05
4.1 Melihat tanda dan gejala infeksi 4.1 Tidak ada anda gejala infeksi
09.15
4.6 Melihat balutan adanya 4.6 Balutan terlihat bersih dan kering
perdarahan berlebihan
09.30
1.6 Memberikan obat antrain 500 mg 1.6 Pasien terlihat nyaman
3x1 via IV
09.30
4.7 Memberikan obat ceftriaxsone 4.7 Pasien terlihat nyaman
1gr 2x1 via IV
09.45
1.2 Melihat nonverbal dari ketidak 1.2 Pasien terlihat lebih tenang
nyamnan
10.30
1.1 Melakukan pengkajian nyeri 1.1 Pasien mengatakan nyeri sudah
secara khomperensif termasuk berkurang dari sebelumnya
lokasi, karaktristik, durasi, P : Saat bergerak
frekuensi, kualitas Q : Seperti di tekan
R : Abdomen
S:5
T: Hilang timbul
11.40
2.1 Menghitung dan mengukur tanda 2.1 Td : 120/80 mmHg
tanda vital N : 82x/menit
Rr : 19x/menit
T : 36,60c
14.00
4.5 Mengukur suhu, menghitung nadi 4.5 Leocosit : 20.57
dan melihat hasil jumlah sel T : 36.80 C
darah putih
16.20 4.2 Lokea berwarna merah encer, bau
4.2 Melihat karaktristik lokea seperti amis dan pasien mengganti pembalut
warna, jumlah, bau. 2x sehari

Tabel 4.8 Implementasi rencana tindakan keperawatan klien 2 Dengan Sectio


Caesarea di ruang Mawar RSUD A.W. Sjahranie
Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi
pelaksanaan
Hari ke-0 1.1 Melakukan pengkajian nyeri 1.1 - Pasien mengatakan
08/04/2019 secara khomperensif termasuk nyeri di perut bekas operasi
07.05 lokasi, karaktristik, durasi, - Pasien mengatakan nyeri bertambah
frekuensi, kualitas saat bergerak
P : Saat bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : Abdomen
S:5
T: Hilang timbul

07.20 1.3 Menanyakan jenis dan sumber 1.3 Klien mengtakan nyeri di perut
nyeri bekas operasi seperti tertusuk-tusuk
saat digerakkan

07.45 2.2 Menanyakan adanya nyeri saat 2.2 -Pasien mengatakan


bergerak takut untuk bergerak
- Pasien mengatakan nyeri bertambah
saat bergerak

08.00 2.4 Menjelaskan pentingnya ambulasi 2.4 Pasien dapat mengerti dan memahami
dini pentingnya ambulasi dini

08.20 2.3 Melihat kemampuan mobilisasi 2.3 Pasien mengatakan belum berani
miring kanan kiri

08.30 2.6 Membantu memenuhi kebutuhan 2.6 Klien mengtakan aktivitasnya perlu
ADLs klien (mengganti dibantu dan klien terlihat rapi
pembalut)

08.55 5.1 Melihat tanda gejala infeksi 5.1 Tidak ada tanda gejala infeksi

09.05 3.2 Melihat adanya keluhan 3.2 Pasien mengatakan tidak nyeri pada
nyeri,rasa tidak nyaman, payudara,putting susu menonjol dan
pengeluaran, perubahan bentuk tidak ada perubahan bentuk pada
payudara dan putting payudara kanan dan kiri, ASI pasien
belum keluar

09.30 5.5 Mengukur suhu, menghitung nadi 5.5 T : 36,8oC


dan melihat hasil jumlah sel Leokosit 21.40
darah putih

09.50 5.6 Melihat balutan luka adanya 5.6 Balutan luka terlihat bersih dan
perdarahan berlebihan kering

10.10 3.1 Menentukan keinginan dan 3.1 Pasien ingin menyusui bayinya
motivasi pasien untuk menyusui

11.30 3.3 Melihat kempuan menghisap 3.3 Bayi menghisap tidak terus menerus
secara efektif

Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
12.00 3.6 Mengajarkan pijat oksitosin, pijat 3.6 Pasien dan keluarga
payudara dan perawatan Mengerti dan mau melakukannya
payudara

14.00 3.5 Menganjurkan pasien untuk 3.5 Pasien mengerti dan mau
mengonsumsi buah dan sayur mengonsumsi buah dan sayuran

14.30 5.2 Melihat karaktristik lokea seperti 5.2 Warna lochia merah dan encer, bau
bau,warna,jumlah khas amis, klien menganti pembalut
2x sehari

16.05 5.3 Memberitau dan memperaktikan 5.3 Keluarga klien dan klien dapat
cuci tangan 7 langkah kepada memahami dan dapat
keluarga pasien dan pasien untuk mempraktikkannya
mencucui tangan setiap sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien

16.20 5.7 Memberikan obat ceftriaxsone 1 5.7 Pasien terlihat kasakitan saat obat
gr via IV dimasukkan

16.25 1.6 Memberikan obat antrain 500 mg 1.6 Pasien terlihat kasakitan saat obat
via IV dimasukkan

17.00 2.5 Mengajarkan pasien tentang 2.5 Klien dapat miring kanan dan kiri
teknik ambulasi dini

17.20 1.2 Melihat nonverbal dari 1.2 Pasien terlihat meringis menahan
ketidaknyamanan nyeri

17.30 1.4 Mengajarkan teknik relaksasi 1.4 Pasien mengerti dan bisa
nafas dalam melakukannya

17.40 2.1 Menghitung dan mengukur tanda 2.1 TD : 120/70 mmHg


tanda vital N : 82x/menit
T : 36,8oC
Rr : 20x/menit
18.05 5.4 Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi 5.4 Pasien dapat mengerti dan mampu
mengulangi informasi yang
diberikan

18.20 1.5 Menganjurkan pasien tidur lebih 1.5 Pasien mengatakan mau
awal dan membaca doa sebelum melakukannya
tidur

Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
Hari ke-1 1.1 Melakukan pengkajian nyeri 1.1 Pasien mengatakan masih terasa
09/04/2019 secara khomperensif termasuk nyeri
07.05 lokasi, karaktristik, durasi, P : Saat bergerak
frekuensi, kualitas dan faktor Q : Seperti di tekan
presipitasi R : Abdomen
S:5
T: Hilang timbul

07.25 2.3 Melihat kemampuan mobilisasi 2.3 Pasien dapat miring kanan dan kiri
pasien

07.40 1.2 Melihat reaksi nonverbal 1.2 Pasien meringis menahan nyeri saat
dariketidak nyamanan bergerak

08.00 1.4 Menganjukan klien untuk 1.4 Pasien merasa lebih nyaman
relaksasi nafas dalam

08.00 5.3 Mencuci tangan setiap sebelum 5.3 Tangan terlihat bersih
dan sesudah kontak dengan
pasien

08.10 2.6 Membantu memenuhi ADLs 2.6 Pasien mengatakan aktivitasnya


pasien (menyeka) perlu dibantu dan Pasien terlihat
nyaman

08.15 5.1 Melihat tanda dan gejala infeksi 5.1 Tidak ada tanda dan gejala infeksi

08.20 5.2 Melihat karakter dan jumlah 5.2 Warna lochia merah dan encer, bau
aliran lochia dan konsistensi khas amis, klien menganti pembalut
fundus 3x sehari

09.10 4.3 Menanyakan tingkat pengetahuan 4.3 Pasien mengatakan kurang


pasien dan keluarga tentang memahami tentang teknik menyusui
teknik menyusui yang benar yang benar

09.20 4.1 Menayakan kesiapan dan 4.1 Pasien mau untuk menerima
keinginan untuk menerima informassi yang akan di berikan
informasi

09.25 4.2 Menyediakan materi 4.2 Materi sudah disiapkan


menggunakan media lembar balik
dan limfleat

09.30 4.4 Memberikan informasi dan 4.4 Pasien dapat memahami dan mau
teknik menyusui yang baik dan memperagakan cara menyusui yang
benar menggunakan lembar balik benar
dan lifleat

10.00 4.5 Memberikan kesempatan pasien 4.5 Pasien mengatakan sudah dapat
atau keluarga untuk bertanya memahami apa yang sudah di
sampaikan perawat

Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
10.20 4.6 Menanyakan kembali pada pasien 4.6 Pasien dapat mengulang kembali
tentang pengetahuan dan tentang teknik menyusui yang benar
prosedur menyusui yang benar

12.10 5.6 Melihat balutan luka adanya 5.5 Balutan luka terlihat bersih dan
perdarahan berlebihan kering
12.30 2.5 Mengajarkan dan Membantu 2.5 Pasien dapat duduk
mobilisasi

15.00 3.2 Melihat adanya keluhan 3.2 Pasien mengatakan tidak nyeri pada
nyeri,rasa tidak nyaman, payudara,putting susu menonjol dan
pengeluaran, perubahan bentuk
tidak ada perubahan bentuk pada
payudara dan putting
payudara kanan dan kiri, ASI pasien
menetes
15.20 3.1 Menentukan keinginan dan
3.1 Pasien ingin menyusui bayinya
motivasi pasien untuk menyusui

15.20 3.3 Melihat kempuan menghisap


secara efektif 3.3 Bayi menghisap terus meneru

15.30 3.6 Melakukan pijat oksitosin, pijat


payudara dan perawatan 3.6 Pasien terlihat nyaman dan ASI
payudara menetes keluar

3.4 Mendampingi ibu saat menyusui


3.4 Ibu menyusui bayinya dengan benar
16.30 1.6 Memberikan obat antrain 500mg
3x1 via IV 1.6 Pasien kesakitan saat obat
dimasukkan
16.30 5.7 Memberikan obat ceftrainxsone
1gr via IV 5.7 Pasien kesakitan saat obat
dimasukkan
16.45 2.1 Menghitung dan mengukur tanda
tanda vital 2.1 Td : 130/80mmHg
N : 80x/menit
Rr : 19x/menit
T : 37,1oC
16.45 5.5 Mengukur suhu, menghitung nadi
dan melihat hasil jumlah sel 5.5 T : 37,1 0C
darah putih Leokosit 21.40

Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
Hari ke-2 2.3 Melihat kemampuan mobilisasi 2.3 Pasien dapat berdiri
10/04/2019 pasien
07.10
5.3 Mencuci tangan setiap sebelum 5.3 Tangan terlihat bersih
07.30 dan sesudah kontak dengan
pasien

07.30 5.6 Melihat balutan luka adanya 5.6 Balutan terlihat bersih dan kering
perdarahan berlebihan

07.45 5.1 Melihat tanda dan gejala infeksi 5.1 Tidak ada tanda gejala infeksi

08.10 5.2 Melihat karakter jumlah lochea 5.2 Warna lochia merah dan encer, bau
seperti bau,konsistensi,warna khas amis, klien menganti pembalut
3x sehari

08.20 3.1 Menentukan keinginan dan 3.1 Pasien ingin menyusui bayinya
motivasi pasien untuk menyusui

09.00 3.6 Melakukan pijat oksitosin dan 3.6 ASI menetes keluar dan pasien
pijat payudara merasa nyaman

09.25 3.4 Mendampingi ibu saat menyusui 3.4 Bayi terlihat tenang

09.26 1.6 Memberikan obat antrain 500mg 1.6 Pasien terlihat nyaman
via IV

10.00 5.7 Memberikan obat ceftiaxsone 1gr 5.7 Pasien terlihat nyaman
via IV

10.40 2.6 Memberikan fasilitas dan 2.6 Klien mengatakan aktivitasnya


Membantu klien memenuhi masih perlu dibantu karena masih
kebutuhan ADLs sesuai nyeri di perut bekas operasi
kemampuan

11.30 1.1 Melakukan pengkajian nyeri 1.1 Klien mengatakan nyeri berkurang
secara khomperensif termasuk dari sebelumnya
lokasi, karaktristik, durasi, P : Saat bergerak
frekuensi, kualitas dan faktor Q : Seperti di tekan
presipitasi R : Abdomen
S:4
T: Hilang timbul

12.00 2.1 Menghitung dan mengukur tanda 2.1 Td : 120/80mmHg


tanda vital N : 80x/menit
Rr : 21 x/menit
12.10 5.5 Mengukur suhu, menghitung T : 36,6oC
nadi dan melihat hasil jumlah sel
darah putih 5.5 T : 36,6 0 C
Leokosit 21.40
12.20 1.2 Melihat reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan 1.2 Pasien terlihat lebih nyaman

4.1.5 Evaluasi Keperawatan


Table 4.9 Evaluasi asuhan keperawatan klien 1 dengan sectio caesarea di ruang
Mawar RSUD A.W. Sjahranie
No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 Hari ke-0 Nyeri akut bd agen S: -Pasien mengatakan nyeri di perut bekas
05/04/2019 pencedera fisik operasi
- Pasien mengatakan nyeri bertambah saat
di bergerak
O: Pasien terlihat meringis menahan nyeri
- P : Saat bergerak
- Q : Seperti di tusuk-tusuk
- R : Abdomen
- S:6
- T : Hilang timbul
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.1 Identifikasi lokasi,karaktristik,durasi,
frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
1.2 Identifikasi respon nonverbal
1.4 Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas
dalam)
1.6 Kolaborasi pemberian obat

2 Hari ke-0 Hambatan mobilitas fisik S: - Pasien mengatakn aktifitasnya di bantu


05/04/2019 bd nyeri suami
- Pasien mengatakan mau melakukan
ambulasi secara bertahap
- Pasien mengatakan takut untuk bergerak
O: ADLs di bantu
- Gerakan terbatas
- Pasien dapat miring kanan kiri
TD : 110/90mmHg
N:86x/menit
Rr :20x/menit
T:37,7oC
- Skala nyeri 6
A: Masalah ganguan mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Monitor TTV
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
lainnya
Identifikasi kemampuan mobilisasi
Ajarkan mobilisasi sederhana
Fasilitasi kemandirian,bantu jika tidak
mampu melakukan ADLs

No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)


3 Hari ke-0 Resiko Infeksi bd efek S: -
05/04/2019 prosedur invasif O: Terdapat luka bekasi operasi sectio
caesarea
- Pasien diberikan obat antibiotik
ceftriaxsone 1gr via IV
- Lokea berwarna merah encer bau khas
(amis) pasien menganti pembalut 2x
sehari
- Balutan terlihat bersih dan kering
- T : 37,7oc
- N : 86x/menit
- Leocosit : 20.57
A: Masalah resiko infeksti belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Monitor tanda dan gejala infeksi
Monitor keadaan lokia (warna,jumlah dan
bau)
Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah
putih
Inspeksi balutan luka terhadap
perdarahan berlebihan.
Kolaborasi pemberian antibiotik

1 Hari ke-1 Nyeri akut bd agen S: Pasien mengatakan masih terasa nyeri
06/04/2019 pencedera fisik O: Pasien terlihat meringis menahan nyeri
- P : Saat bergerak
- Q :Seperti di tusuk-tusuk
- R : Abdomen
- S:6
- T : Hilang timbul
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Identifikasi lokasi,karaktristik,durasi,
frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
Identifikasi respon nonverbal
1.6 Kolaborasi pemberian obat

2 Hari ke-1 Hambatan mobilitas fisik S: - Pasien mengatakan aktivitasnya masih


06/04/2019 bd nyeri perlu dibantu
- Pasien mengatakan nyeri saat bergerak
O:- Pasien sudah dapat duduk di atas tepi
tempat tidur
- Gerakan terbatas
- ADLs dibantu
- Pasien terlihat nyaman dan rapi
Td : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
Rr : 20x/menit
T : 36,80c
- Skala nyeri 6
No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)
A: Masalah ganguan mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2.1 Monitor TTV
Identifikasi kemampuan mobilisasi
Ajarkan mobilisasi sederhana
Fasilitasi kemandirian,bantu jika tidak
mampu melakukan ADLs

3 Hari ke-1 Defisit pengetahuan S: Pasien mengatakan sudah dapat memahami


06/04/2019 tentang cara menyusui tentang teknik menyusui yang benar
yang benar bd kurang O: -Pasien dapat mengulang dan
terpapar informasi memperagakan tentang teknik menyusui
yang benar,
- Ibu sudah dapat menempelkan putting
payudara pada bayi dengan benar
A: Masalah defisit pengetahuan teratasi
P: Hentikan intervensi

4 Hari ke-1 Resiko Infeksi bd efek S: -


06/04/2019 prosedur invasif O: - Terdapat luka bekasi operasi sectio
caesarea
- Pasien diberikan obat antibiotik
ceftriaxsone 1gr via IV
- Balutan terlihat bersih dan kering
- Lokea berwarna merah encer bau khas
(amis) pasien menganti pembalut 3x
sehari
- T : 37,8oC
- N : 80x/menit
- Leocosit : 20.57
A: Masalah resiko infeksti belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Monitor tanda dan gejala infeksi
Monitor keadaan lokia (warna,jumlah dan
bau)
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah
putih
Inspeksi balutan luka terhadap
perdarahan berlebihan.
Kolaborasi pemberian antibiotik

No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)


1 Hari ke-2 Nyeri akut bd agen S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
07/04/2019 pencedera fisik dari sebelumnya
O: - pasien terlihat lebih tenang
- P : Saat bergerak
- Q : Seperti di tekan
- R : Abdomen
- S:5
- T : Hilang timbul
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi dirumah
1.1 Identifikasi lokasi,karaktristik,durasi,
frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
1.6 Kolaborasi pemberian obat

2 Hari ke- 2 Hambatan mobilitas fisik S: - Pasien mengatakan sudah dapat


07/04/2019 bd nyeri melakukan aktivitasnya secara mandiri
sesuai kemampuan
- Pasien mengatakan nyeri masih terasa saat
beraktivitas
O:- Pasien sudah bisa berdiri dan berjalan
- Pasien terlihat nyaman dan rapi
Td : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
Rr : 19x/menit
T : 36,50c
- Skala nyeri 5
A: Masalah ganguan mobilitas teratasi
P: Hentikan intervensi

S: -
3 Hari ke- 2 Resiko Infeksi bd efek O: Terdapat luka bekasi operasi sectio
07/04/2019 prosedur invasif caesarea
- Pasien diberikan obat antibiotik
ceftriaxsone
- Balutan terlihat bersih dan kering
- T : 38,6oc
N : 82x/menit
Leocosit : 26.57
A: masalah resiko infeksti belum teratasi
P: lanjutkan intervensi dirumah
Monitor tanda dan gejala infeksi
Monitor keadaan lokia (warna,jumlah dan
bau)
Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas
Inspeksi balutan luka terhadap
perdarahan berlebihan.
Kolaborasi pemberian antibiotik

Table 4.10 Evaluasi asuhan keperawatan klien 2 dengan sectio caesarea di ruang
Mawar RSUD A.W. Sjahranie
No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 Hari ke-0 Nyeri akut bd agen S: - Pasien mengatakan nyeri di perut bekas
08/04/2019 pencedera fisik operasi
- Pasien mnegatakan nyeri bertambah saat
bergerak
O: Pasien terlihat meringis menahan nyeri saat
bergerak
P : Saat bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : Abdomen
S:5
T: Hilang timbul
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Identifikasi lokasi,karaktristik,durasi,
frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
Identifikasi respon nonverbal
1.4 Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (relaksasi
nafas dalam)
1.6 Kolaborasi pemberian obat
Analgetik

Hari ke-0 Hambatan mobilitas fisik S: Pasien mengatakan aktifitasnya di bantu


2 bd kurang terpapar
08/04/2019 keluarga
informasi tentang aktivitas - Pasien mengatakan sudah mengerti
fisik pentingnya ambulsi dini
- Pasien mengatakan mau melakukan
ambulasi secara bertahap
O: ADLs di bantu
- Pasien hanya berbaring di atas tempat
tidur
- Pasen dapat miring kanan dan kiri
- Gerakan terbatas
- TD : 120/70 mmHg
N : 82x/menit
T : 36,80 C
Rr : 20x/menit
- Skala nyeri 6
A: Masalah ganguan mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Monitor TTV
Identifikasi kemampuan mobilisasi
Menjelaskan mengenai pentingnya
ambulasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana
Fasilitasi kemandirian,bantu jika
tidak mampu melakukan ADLs

No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)


3 Hari ke-0 Menyusui tidak efektif bd S: Pasien mengatakan ASI belum keluar
08/04/2019 ketidakadekuatan suplai - Pasien mengatakan ingin menyusui
ASI bayinya
- Pasien mengatakan takut dengan lukanya
karena baru pertama kali operasi sectio
caesarea
O : Bayi menyusui tidak terus menerus
- Pasien di lakukan pijat oksitosin
A : Masalah menyusui tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Identifikasi tujuan atau keinginan
menyusui
Identifikasi adanya keluhan
nyeri,rasa tidak nyaman,
pengeluaran, perubahan bentuk
payudara dan putting
Monitor kemampuan bayi menyusu
3.6 Ajarkan perawatan payudara
postpartum ( pijat payudara, pijat
oksitisin, memerah ASI)

4 Hari ke-0 Resiko Infeksi bd efek S: -


08/04/2019 prosedur invasif O: Terdapat luka bekasi operasi sectio
caesarea
- Pasien diberikan obat antibiotik
ceftriaxsone 1gr via IV
- Balutan luka terlihat kering dan bersih
- T : 39,80c
- N : 82x/menit
- Leocosit : 21.40
A: Masalah resiko infeksti belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Monitor tanda dan gejala infeksi
Monitor keadaan lokia
(warna,jumlah dan bau)
Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih
Inspeksi balutan luka terhadap
perdarahan berlebihan.
Kolaborasi pemberian antibiotik

No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)


1 Hari ke-1 Nyeri akut bd agen S: Pasien mengatakan nyeri masih terasa di
09/04/2019 pencedera fisik perut bekas operasi
O: Pasien terlihat meringis menahan nyeri saat
bergerak
P : Saat bergerak
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Abdomen
S:5
T: Hilang timbul
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Identifikasi lokasi,karaktristik,durasi,
frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
Identifikasi respon nonverbal
1.6 Kolaborasi pemberian obat
analgetik

2 Hari ke-1 Hambatan mobilitas fisik S: Pasien mengatakan aktifitasnya perlu


09/04/2019 bd kurang terpapar dibantu
informasi tentang aktivitas - Pasien mengatakan sudah tidak takut
fisik untuk bergerak
O: ADLs di bantu
- Pasien mampu duduk
- Gerakan terbatas
- Pasien terlihat rapi dan nyaman
- TD : 130/80 mmHg
N : 80x/menit
T : 37,1oC
Rr : 19x/menit
- Skala nyeri 5
A: Masalah ganguan mobilitas fisik teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
2.1 Monitir TTV
2.3 Identifikasi kemampuan
2.6 Fasilitasi kemandirian,bantu jika
tidak mampu melakukan ADLs

3 Hari ke-1 Menyusui tidak efektif bd S: Pasien mengatakan ingin menyusui bayinya
09/04/2019 ketidakadekuatan suplai O : -Bayi menghisap terus menerus
ASI - Pasien di lakukan pijat oksitosin dan
pijat payudara
- ASI pasien hanya keluar menetes
A : Masalah menyusui tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Identifikasi tujuan atau keinginan
menyusui
3.3 Monitor kemampuan bayi menyusu
3.6 Ajarkan perawatan payudara
postpartum ( pijat payudara, pijat
oksitisin, perawatan payudara)

No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)


4 Hari ke-1 Defisit pengetahuan S: Pasien mengatakan sudah dapat memahami
09/04/2019 tentang cara menyusui tentang teknik menyusui yang benar
yang benar bd kurang O: Pasien dapat mengulang dan
terpapar informasi memperagakan tentang teknik menyusui
yang benar
A: Masalah defisit pengetahuan teratasi
P: Hentikan intervensi

5 Hari ke-1 Resiko Infeksi bd efek S: -


09/04/2019 prosedur invasif O: Terdapat luka bekasi operasi sectio
caesarea
- Balutan luka terlihat bersih dan kering
- Pasien diberikan obat antibitik
ceftriaxsone
- T : 37,1oC
N : 80x/menit
Leocosit : 21.40
A: Masalah resiko infeksti belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Monitor tanda dan gejala infeksi
Monitor keadaan lokia
(warna,jumlah dan bau)
Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih
Inspeksi balutan luka terhadap
perdarahan berlebihan.
Kolaborasi pemberian antibiotik

1 Hari ke-2 Nyeri akut bd agen S: Pasien mengatakan nyeri bekas operasi
10/04/2019 pencedera fisik sectio caesarea sudah berkurang
O: Pasien terlihat lebih tenang
P : Saat bergerak
Q : Seperti di tekan
R : Abdomen
S:4
T: Hilang timbul
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi di rumah
2.1 Identifikasi lokasi,karaktristik,durasi,
frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
2.6 Kolaborasi pemberian obat
analgetik

No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)


2 Hari ke-2 Hambatan mobilitas fisik S :Pasien mengatakan aktivitasnya masih
10/04/2019 bd kurang terpapar perlu di bantu
informasi tentang aktivitas - Pasien mengatakan sudah tidak takut lagi
fisik untuk bergerak
O: Pasien sudah mampu berdiri dan berjalan
- Td : 130/80mmHg
N : 82x/menit
Rr : 21 x/menit
T : 36,6oC
- Skala nyeri 4
A: Masalah ganguan mobilitas fisik teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi dirumah
1.3 Identifikasi kemampuan
1.5 Fasilitasi kemandirian,bantu jika
tidak mampu melakukan ADLs

3 Hari ke-2 Menyusui tidak efektif bd S: Pasien mengatakan ingin menyusui bayinya
10/04/2019 ketidakadekuatan suplai - Pasien mengatakan sudah tidak kahwatir
ASI dengan kondisi lukanya saat ini
O: -Pasien di lakukan pijat oksitosin
- ASI pasien sudah keluar menetes
- Bayi menghisap terus menerus
A : Masalah menyusui tidak efektif teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi dirumah
3.1 Identifikasi tujuan atau keinginan
menyusui
3.3 Monitor kemampuan bayi menyusu
3.6 Ajarkan perawatan payudara
postpartum ( pijat payudara, pijat
oksitisin, perawatan payudara)

S: -
4 Hari ke-2 Resiko Infeksi bd efek O: Terdapat luka bekasi operasi sectio
10/04/2019 prosedur invasif caesarea
- Balutan luka terlihat bersih dan kering
- Pasien di berikan obat antibiotik
ceftriaxsone 1gr via IV
- Tidak ada tanda gejala infeksi
- T : 37,6 0 C
Leokosit 21.40
A: Masalah resiko infeksti belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi dirumah
5.1 Monitor tanda dan gejala infeksi
5.3 Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas
Inspeksi balutan luka terhadap
perdarahan berlebihan.
Kolaborasi pemberian antibiotik

Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya

kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawaan

pada klien 1 dan klien 2 dengan post sectio caesarea yang di lakukan sejak

tanggal 05-07 april 2019 pada klien 1 dan di lakukan pada tanggal 08-10

april 2019 pada klien 2 di ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

Pengkajian

Di dapatkan nyeri pada pengkajian klien satu keluhan subjektifnya yaitu

klien mengeluh nyeri post operasi sectio caesarea didaerah abdomen dan

nyeri bertambah parah jika bergerak, keluhan objektif provoktif saat

bergerak, qualitas seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, timing hilang timbul,

dan klien terlihat meringis menahan nyeri. Pada klien kedua keluhan

subjektif klien mengeluh nyeri post operasi sectio caesarea didaerah

abdomen keluhan objektif provoktif saat bergerak, qualitas seperti di tusuk

tusuk, skala nyeri 5, timing hilang timbul, dan klien terlihat meringis

menahan nyeri

Menurut (Nugroho, 2010) Hal ini sesuai dengan teori nyeri yang

dirasakan klien merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi sectio

caesarea yang dilakukan. Pada umumnya pasien post sectio caesarea

mengeluh nyeri pada daerah luka bekas operasi. Sekitar 60% klien menderita

nyeri hebat, 25% nyeri sedang dan 15% nyeri ringan. Pendapat penulis
mengenai nyeri terjadi setelah proses pembedahan (sectio caesarea) dan

akibatnya terjadinya luka hal ini sesuai antara teori dan fakta. Namun yang

membedakan adalah skala dalam menghadapi nyeri.

Keluhan subjektif klien satu dengan diagnosa mobilitas fisik yaitu klien

mengatakan nyeri saat bergerak, serta klien mengatakan aktivitasnya di

bantu suami keluhan objektif gerakan klien terbatas, aktivitas klien dibantu

dan klien sudah dapat miring kanan dan kiri. Pada klien dua keluhan

subjektif klien mengatakan takut untuk bergerak, aktivitasnya dibantu

keluarga, keluhan objektif gerakan terbatas, aktifitas dibantu dan klien hanya

berbaring diatas tempat tidur.

Menurut Riyadi & Widuri, (2015) Imobilitas merupakan keadaan ketika

seseorang tidak dapat bergerak bebas karena kondisi yang mengganggu

pergerakan, Imobilitas dapat terjadi karena berbagai hal misalnya nyeri pada

luka dan lain lain. Menurut penulis seseorang yang mengalami luka serta

nyeri enggan melakukan pergerakan maka untuk aktivitas sehari hari

terhambat sesuai dengan fakta dan teori yang dikemukakan.

Pengkajian diagnosa defisit pengetahuan klien satu keluhan subjektifnya

yaitu klien mengatakan tidak tau cara teknik menyusui yang benar, dan klien

mengatakan sebelumnya tidak pernah diberikan pendidikan kesehatan

tentang cara teknik menyusui yang benar keluhan objektif klien diam saat

ditanya, klien menyusui bayinya dengan putting ibu tidak menempel secara

benar . Pada klien dua keluhan subjektif yaitu klien kurang paham tentang

cara teknik menyusui yang benardan klien mengatakan sebelumnya tidak


pernah di berikan pendidikan kesehatan tentang cara teknik menyusui yang

benar, data objektif klien terlihat bingung saat di tanya, klien menyusui

bayinya dengan putting ibu tidak menempel secara benar. Pada klien dua

kurang memahami tentang cara teknik menyusui yang benar karena

persalinan ini merupakan persalinan pertama .

Menurut Prahest Treistiana (2018) menyusui merupakan pengalaman

baru bagi ibu yang baru menyusui sehingga dapat menjadi tekanan yang

akhirnya menimbulkan krisis. Keunggulan ASI perlu ditunjang oleh cara

pemberian yang benar, misalnya Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui

yang benar, dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adat atau

kepercayaan, pengalaman menyusui sebelumnya atau pengalaman menyusui

dalam keluarga atau kerabat,dan kurang informasi dan pengetahuan.

Maka kesimpulan penulis mengenai keluhan subjektif serta objektif yang

terjadi pada klien post operasi sectio caesarea dengan kurang pengetahuan

sesuai antara teori dan fakta.

Di dapatkan diagnosa menyusui tidak efektif pada klien dua keluhan

subjektifnya yaitu klien mengatakan ASI belum keluar dan klien mengatakan

takut dengan lukanya karena baru pertama kali di operasi keluhan objektif

bayi menghisap tidak terus menerus, ASI tidak memancar.

Menurut Dewi & Sunarsih, (2011) Produksi ASI dapat meningkat atau

menurun tergantung dari stimulasi pada kelenjar payudara. Faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi ASI yaitu faktor makanan ibu, hisapan bayi,

faktor pisikologis dan perawatan payudara. Pada persalinan tindakan sectio


ceasarea seringkali sulit menyusui bayinya segera setelah lahir, Ibu relatif

tidak dapat menyusui bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka

operasi di bagian perut membuat proses menyusui sedikit terhambat.

(Prawirohardjo 2012). Maka kesimpulan penulis mengenai keluhan subjektif

serta objektif yang terjadi pada klien post operasi sectio caesarea dengan

menyusui tidak efektif sesuai antara teori dan fakta.

Diagnosa terakhir resiko infeksi pada klien satu keluhan objektifnya

yaitu terdapat luka post operasi , balutan terlihat bersih dan kering, tidak ada

tanda gejala infeksi, Warna lochia merah dan encer, bau khas amis dan hasil

pemeriksaan nadi 86x/menit, suhu 38,70C Leocosit : 20.57. pada klien dua

keluhan objektifnya yaitu terdapat luka post operasi , balutan terlihat bersih

dan kering,tidak ada tanda gejala infeksi, Warna lochia merah dan encer,

bau khas amis dan hasil pemeriksaan nadi 82x/menit, suhu 37,90C, Leocosit :

21.40. Resiko infeksi di tandai dengan kenaikan suhu tubuh, dan adanya

kemerahan pada area luka serta kondisi luka yang tidak kujung sembuh.

Menurut (Tietjen, 2004) infeksi merupakan kondisi saat mikroorganisme

masuk dan berkembang dalam tubuh pejamu, sehingga dapat menyebabkan

sakit yang disertai gejala klinis lokal atau sistemik. Luka di tubuh

memberikan peluang sebagai tempat masuknya bakteri, dan meningkatkan

risiko terjadinya infeksi yang di tandai dengan kenaikan suhu

tubuh,kemerahan pada area luka, terasa panas, bengkak dan adanya nanah

(Potter dan Perry, 2005). Menurut penulis Maka kesimpulan mengenai


keluhan objektif yang terjadi pada klien dengan resiko infeksi sesuai antara

teori dan fakta.

Diagnosa Keperawatan

Menurut asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dalam SDKI

(2017) terdapat 10 diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post sectio

caesarea yaitu nyeri akut, gangguan pola tidur , gangguan mobilitas fisik,

konstipasi, menyusui tidak efektif, defisit pengetahuan tentang teknik

menyusui, defisit pengetahuan tentang perawatan diri, ganggaun proses

keluarga, ansietas, resiko infeksi.

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat diagnosa

keperawatan yang ditegakkan pada klien 1 yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisik, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri, defisit pengetahuan tentang teknik menyusui berhubungan dengan

kurang terpapar informasi, resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur

invasif dan pada klien 2 terdapat 5 diagnosa yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisik ,hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik , menyusui tidak efektif

berhubungan dengan ketidakadekutan suplai ASI, defisit pengetahuan

tentang teknik menyusui berhubungan dengan kuraang terpapar informasi,

resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, Kesiapan

peningkatan menjadi orang tua anggota keluarga.


Didapatkan diagnosa yang sama sesuai dengan teori dan ditemukan pada

kedua pasien yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik,

kurang pengetahuan teknik menyusui berhubungan dengan kurang terpapar

informasi, resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif. Adapun

diagnosa yang berbeda pada pasien 1 hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri dan 2, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang

kurang terpapar informasi, menyusui tidak efektif berhubungan dengan

ketidakadekuatan suplai ASI, dan Kesiapan peningkatan menjadi orang tua

anggota keluarga.

Berikut pembahasan diagnosa yang muncul sesuai teori pada kasus klien

1 dan 2 :

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Nyeri pada klien 1 terletak di daerah luka operasi sectio caesarea

dan nyeri bertambah parah jika bergerak, keluhan objektif provoktif saat

bergerak, qualitas seperti ditusuk-tusuk, region abdomen, skala nyeri 6,

timing hilang timbul, klien terlihat meringis menahan nyeri. Pada klien 2

keluhan subjektif klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi sectio

caesarea keluhan objektif provoktif saat bergerak, qualitas seperti di

tusuk tusuk, regio abdomen, skala nyeri 5, timing hilang timbul, klien

terlihat meringis menahan nyeri.

Nyeri yang dirasakan ibu post partum dengan Sectio Caesarea

berasal dari luka yang terdapat dari perut. (Maryunani 2010) mengatakan

bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika


jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi

untuk menghilangkan rangsangan nyeri. Nyeri biasanya terjadi pada 12

sampai 36 jam setelah pembedahan, dan menurun pada hari ketiga

(Kozier, 2004). Menurut penulis setelah dilakukan pembedahan

mengakibatkan luka dan rusaknya bagian saraf serta pembuluh darah

pada organ tersebut sehingga mucul nyeri sedang hingga berat, maka

dapat di berikan teknik nonfarmakologi maupun farmakologi untuk

mengurangi nyeri pada klien post sectio caesarea.

Hambatan mobilitas fisik

Adanya luka post opersai sectio caesarea yang menebabkan rasa

nyeri timbul saat bergerak sehingga penderita merasa takut untuk

melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, dan ADL perlu

dibantu. Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan

dan kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan

pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini

mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi, penderita dapat

didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu

menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah

menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama

berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama

sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3

sampai hari ke-5 pasca operasi.


Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan

fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas.

Suatu kondisi dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan

bergeraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas.

(Potter, 2005). Dalam kasus, diagnosa ditegakkan oleh penulis karena

pada saat pengkajian ditemukan data klien mengatakan nyeri saat

bergerak,gerakan terbatas dan ADL dibantu. Menurut penulis ketika

terjadinya luka akan sulit untuk melakukan aktivitas baik aktivitas berat

maupun ringan, sehingga diperlukan bantuan pada pasien.

Defisit pengetahuan tentang cara menyusui yang benar bd kurang

terpapar informasi

Diagnosa ini muncul karena kurang paham tentang cara teknik

menyusui yang benar dan klien mengatakan sebelumnya tidak pernah di

berikan pendidikan kesehatan tentang cara teknik menyusui yang benar

dan Pada klien dua kurang memahami tentang cara teknik menyusui

yang benar karena persalinan ini merupakan persalinan pertama .

Faktor yang mempengaruhi dalam pemberian ASI diantaranya

usia ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu dan paritas ibu

(Septia,2012). Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi produksi ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar

dapat menyebabkan puting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui

dan bayi jarang menyusu karena bayi enggan menyusu akan berakibat

kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan


produksi ASI selanjutnya, namun sering kali ibu-ibu kurang

mendapatkan informasi tentang manfaat Asi dan tentang teknik

menyusui yang benar (Roesli, 2011). Menurut penulis tingkat

pengetahuan pasien dilihat dari kurangnya informasi yang di dapat

mengenai cara menyusui yang baik dan benar sehingga dapat dilakukan

pendidikan kesehatan tentang teknik cara menyusui yang baik dan benar.

Menyusui tidak efektif bd ketidakadekuatan suplai ASI

Pengeluaran ASI tidak efektif Pada klien dua dapat dilihat dari

keluhan subjektif klien mengatakan ASI belum keluar dan klien merasa

takut dengan lukanya karena baru pertama kali di operasi, keluhan

objektif yaitu ASI yang tidak keluar memancar serta bayi yang tidak

menyusui secara terus menerus. Penurunan produksi dan pengeluaran

ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh

kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat

berperan dalam kelancaran produksi dan pengeluaran ASI. Ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran

ASI yaitu perawatan payudara frekuensi penyusuan, paritas, stress,

penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi rokok atau alkohol, pil

kontrasepsi,asupan nutrisi (Bobak, 2005). Menurut penulis penyebab

ASI tidak lancar salah satunya adalah faktor fisikologis, perawatan

payudara dan nutrisi ibu, sehingga dapat dilakukan pijat oksitosin,

perawatan payudara dan menganjurkan untuk mengonsumsi sayuran

serta buah-buahan.
Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

Pada klien pertama dan klien dua memiliki kesamaan adanya

luka post operasi sectio caesarea yang dapat menyebabkan terjadinya

resiko infeksi serta ditandai dengan tingginya hasil leokosit. Infeksi

merupakan kondisi saat mikroorganisme masuk dan berkembang dalam

tubuh pejamu, sehingga dapat menyebabkan sakit yang disertai gejala

klinis lokal atau sistemik (Tietjen, 2004). Luka di tubuh memberikan

peluang sebagai tempat masuknya bakteri, dan meningkatkan risiko

terjadinya infeksi (Potter dan Perry, 2005).Menurut penulis resiko infeksi

dapat terjadi akibat adanya luka post sectioo caesarea sehingga dapat di

lakukan pemberian antibiotik dan menjaga perilaku hidup sehat.

Intervensi Keperawatan

Intervensi yang di lakukan pada pasien 1 dan 2 sesuai dengan

diagnosa yang di tegakan. Untuk intervensi yang sama pada kedua pasien

yaitu nyeri akut, defisit pengetahuan, resiko infeksi. Intervensi yang

berbeda di sesuaikan dengan diagnosa yang ada yaitu pada pasien 2

menyusui tidak efektf berhubungan dengan ketidakefektifan suplai ASI.

Berikut pembahasan intervensi pada kedua klien :

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua

klien dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan agen

pencedera fisik berdasarkan kiteria hasil yaitu Setelah dilakukan tindakan

asuhan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan nyeri berkurang dengan

Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab, mampu


menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang (skala nyeri 1-3), Mampu mengenali

nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), Menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri berkurang,

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan kedua klien

dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri berdasarkan kiteria hasil yaitu setelah di lakukan tindakan

asuhan keperawatan selam 3x8 jam diharapkan klien meningkat dalam

aktivitas fisik dengan kriteria hasil : mengerti tujuan dari peningkatan

mobilitas, memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah, vital sign dalam batas normal.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan kedua klien

dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang cara menyusui

yang benar berhubungan dengan kurang terpapar informasi berdasarkan

kiteria hasil yaitu setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama

3x8 jam diharapkan mampu memahami teknik menyusui yang benar

dengan kriteria hasil :pasien dan keluarga memehami teknik menyusui

sesuai dengan prosedur yang diijelaskakn secara benar, pasien dan

keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh perawat.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien

dua dengan masalah keperawatan Menyusui tidak efektif berhubungan

dengan ketidakadekuatan supali ASI berdasarkan kiteria hasil yaitu

setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selam 3x8 jam


diharapkan suplai ASI adekuat dengan kriteria hasil kemantapan

pemberian ASI:IBU: kemantaban ibu untuk membuat bayi melekat

dengan tepat dan menyusu dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi

selama 3 minggu pertama pemberian ASI.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien

kedua dengan masalah keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan

efek prosedur infasif berdasarkan kiteria hasil yaitu setelah di lakukan

tindakan asuhan keperawatan selam 3x8 jam diharapkan klien bebeas dari

tanda dan gejala infeksi dengan Kriteria hasil : Pasien terbebas dari tanda

gejala infeksi, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya

infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan prilaku hidup

sehat.

Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada klien satu dan dua selama 3

hari perawatan pada klien satu pada tanggal 05 April 2019 jam 16.00

yaitu tindakan mengkaji nyeri, evaluasi adanya nyeri timbul saat bergerak

qualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada abdomen, skala nyeri 6

waktunya hilang timbul. Melihat nonverbal dari ketidak nyamanan,

evaluasi klien terlihat meringis menahan nyeri. Memperagakan cara

mencuci tangan yang benar, evaluasi klien dan keluarga klien dapat

mengikuti cara mencuci tangan. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi ,

evaluasi klien dan keluarga mengerti tanda gejala infeksi. Observasi


karaktristik lokea, evaluasi warna lokea merah konsistensi encer, bau

amis. Melihat balutan luka adanya tanda infeksi, evaluasi balutan bersih

dan kering panjang luka 12cm. Menghitung TTV, evaluasi TD:

110/90mmHg, N: 86x/menit, Rr: 20x/menit, T: 37,700C. Membatu

mobilisasi klien, evaluasi klien mau melakukan mobilisasi secara bertahap

dengan bantuan. Membantu memenuhi ADLs (mengganti baju), evaluasi

pasien terlihat nyaman. Melakukan relaksai nafas dalam, evaluasi klien

dapat melakukannya dan merasa lebih baik. Memberikan obat antrain

3x1,kalnex 2x1,ranitidine 2x1, ceftriaxsone 2x1.

Tanggal 06 april 2019 Tindakan yang dilakukan pada klien satu

jam 07.05 yaitu observasi TTV, evaluasi TD: 110/90mmHg, N:

86x/menit, Rr: 20x/menit, T: 37,70C. Melihat anda gejala infeksi luka,

evaluasi tidak ada tanda gejala infeksi . Melihat karakter lokea, evaluasi

warna lokea merah, konsistensi encer, bau khas amis, klien mengganti

pembalut 2x/hari. Menayakan kempuan mobilisasi, evaluasi klien hanya

dapat miring kanan dan kiri. Membantu mobilisasi pasien sesuai dengan

kemampuan, evaluasi klien dapat duduk di atas tempat tidur. Memberikan

obat antrain 3x1,kalnex 2x1,ranitidine 2x1, cefotriaxsone 2x1. Melakukan

penkes tentang teknik menyusui yang benar, evaluasi media lembar balik

dan lifleat klien dapat memahami dan mengulang kembali informasi yang

sudah di berikan dan dapat memperagakannya dengan benar. Melakukan

pengkajian nyeri evaluasi klien mengatakna nyeri masih terasa adanya

nyeri timbul saat bergerak qualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada
abdomen, skala nyeri 6 waktunya hilang timbul. Melihat nonverbal dari

ketidaknyamanan, evaluasi klien terlihat meringis menahan nyeri

Tanggal 07 april 2019 tindakan yang dilakukan pada klien satu

jam 07.30 yaitu Melihat kemampuan mobilisasi, evaluasi klien dapat

duduk di tepi tempat tidur. Menayakan adanya nyeri, evaluasi klien

mengatakan nyeri sudah berkurang dari sebelumnya. Membantu

melakukan mobilisasi, evaluasi klien dapat berdiri dan berjalan. Obesvasi

adanya tanda gejala infeksi pada luka, evaluasi tidak ada tanda gejala

infeksi seperti kemerahan pada area luka. Memberikan obat antrain

3x1,kalnex 2x1,ranitidine 2x1, ceftriaxsone 2x1. Mengkaji nyeri, evaluasi

klien mengatakna nyeri sudah berkurang adanya nyeri timbul saat

bergerak qualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada abdomen, skala

nyeri 5 waktunya hilang timbul. Observasi TTV, evaluasi TD:

120/80mmHg, N: 82x/menit, Rr: 20x/menit, T: 37,7 0C. Melihat hasil

jumlah sel darah putih,evaluasi leokosit 20.57. melihat karaktristik lokea,

evaluasi lokea berwarna merah, konsistensi encer, bau khas amis. Klien

mengganti pembalut 2x/hari.

Pada klien dua tanggal 08 april 2019 jam 07.05 tindakan yang

dilakukan yaitu tindakan mengkaji nyeri evaluasi adanya nyeri timbul

saat bergerak qualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada abdomen,

skala nyeri 5 waktunya hilang timbul, melihat kemampuan mobilisasi

evaluasi Pasien mengatakan takut untuk bergerak dan Pasien mengatakan

aktivitasnya di bantu keluarganya, pasien hanya berbaring di atas tempat


tidur. Melakukan personal hygine( menyeka), evaluasi klien mengatakan

aktivitasnya perlu dibantu dan klien terlihat rapi dan bersih. Melihat tanda

den gejala infeksi, evaluasi tidak ada tanda dan gejala infeksi. Melihat

adanya keluhan nyeri pada payudara, evaluasi tidak ada nyeri pada

payudara, putting susu menonjol, tidak ada perubahan bentuk, ASI belum

keluar. Melihat kemampuan menghisap bayi, evaluasi bayi menghisap

tidak terus-menerus. Melakukan pijat oksitosin, evaluasi klien dan

keluarga dapat mengerti dan mau melakukannya. Menganjurkan untuk

mengonsumsi buah dan sayur, melihat tanda dan gejala infeksi pada area

luka, evaluasi tidak ada tanda da gejala seperti kemerahan pda area luka.

Memperagakan cara mencuci tangan 7 langkah kepada klien dan

keluaurga klien, evaluasi klien dan keluarga dapat memahami dan

memperagakannya. Memberikan obat antrain 3x1, ceftriaxsone 2x1,

ranitidine 2x1. Menganjurkan klien untuk melaukan mobilisasi dini,

evaluasi klien mau melakukan mobilisai dini secara bertahap. Melihat

reaksi nonverbal, evaluasi klien terlihat meringis menahan nyeri.

Melakukan relaksasi nafas dalam, evalasi klien dapat melakukannya dan

merasa lebih baik. Observasi TTV, evaluasi tekanan darah 120/70 mmHg,

nadi 82x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,80c. menganjurkan klien

untuk tidur lebih awal dan membaca doa sebelum tidur, evaluasi klien

mau mencobanya.

Pada klien dua tanggal 09 april 2019 jam 07.05 tindakan yang

dilakukan yaitu mengkaji nyeri, evaluasi klien mengatakan masih nyeri di


perut adanya nyeri timbul saat bergerak qualitas nyeri seperti ditusuk-

tusuk, nyeri pada abdomen, skala nyeri 5 waktunya hilang timbul. Melihat

kemampuan mobilisasi, evaluasi klien hanya dapat miring kanan dan kiri

di atas tempat tidur. Membantu memenuhi ADLs klien (menyeka),

evaluasi klien mengatakan aktivitasnya perlu dibantu dan klien terlihat

bersih. Melihat tanda gejala infeksi pada area luka, evaluasi tidak ada

tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan pada area luka. Melihat

karaktristik lokea, evaluasi warna lokea merah, konsistensi encer, bau

khas amis, klien mengganti pembalut 2x/hari. Memberikan informasi

tentang teknik menyusui yang benar, evaluasi media yang di gunakan

lembar balik dan lifleat klien dan keluarga dapat memahami dan

mengulang kembali informasi yang sudah diberikakan. Melakukan pijat

oksitosin, evaluasi klien merasa nyaman. Menyakan adanya nyeri pada

payudara, evaluasi klien mengatakan tidak ada nyeri di payudara, putingg

susu menojol tidak ada perubahan bentuk pada payudara, ASI klien

menetes keluar. Melihat kemampuan menghisap bayu, evaluasi bayi

menghisap terus menerus. Memberikan obat antrain 3x1, ceftriaxsone

2x1, ranitidine 2x1.

Tanggal 10 april 2019 jam 07.00 tindakan yang dilakukan pada

klien dua yaitu melihat kemapuan mobilisasi klien, evaluasi klien dapat

berdiri dan berjalan. Melihat tanda gejala infeksi pada area luka, evaluasi

tidak ada tanda gejala infeksi seperti kemerahan pada area luka. Observasi

balutan luka adanya perdarahan berlebih, evaluasi balutan terlihat kerin


dan bersih. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.

Melakaukan pijat oksitosin evaluasi ASI menetes keluar. Memberikan

obat antrain 3x1, ceftriaxsone 2x1, ranitidine 2x. membatu ADLs klien,

evaluasi klien mengatakan aktivitasnya masih perlu dibantu karena masih

nyeri di perut bekas operasi. Mengkaji nyeri evaluasi klien mengatakan

nyeri sudah berkurang adanya nyeri timbul saat bergerak qualitas nyeri

seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada abdomen, skala nyeri 4 waktunya hilang

timbul. Melihat hasil jumlah sel darah merah, evaluasi leokosit 21.40.

Evaluasi Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari

pada klien satu keluhan subjektif pasien mengatakan nyeri pada luka

bekasi operasi sectio caesarea sudah berkurang dan keluhan objektif nyeri

saat bergerak qualitas seperti ditekan , nyeri pada abdomen, skala nyeri 5,

terjadi hilang timbul, Masalah tertasi sebagian sesuai dengan kritera hasil

ada masalah yang belum maksimal teratasi seperti klien masih merasa

nyeri .

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari

pada klien dua keluhan subjektif klien mengatakan nyeri pada luka bekasi

operasi sectio caesarea sudah berkurang dan keluhan objektif nyeri saat

bergerak qualitas seperti ditekan , nyeri pada abdomen, skala nyeri 4,

terjadi hilang timbul, Masalah masih tertasi sebagian sesuai dengan

kriteria hasil ada masalah yang belum teratasi seperti klien masih merasa
nyeri.

Hambatan mobilitas fisik

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari

pada klien satu keluhan subjektif klien mengatakan sudah dapat

melakukan aktivitasnya sendiri sesuai kemampuan,klien mengatakan

masih terasa saat beraktivitas, keluhan objetif klien dapat berdiri dan

berjalan , tekana darah 120/80 mmHg nadi 82x/menit

pernafasan19x/menit suhu 36,50c. Masalah teratasi sesuai kritera hasil

yang diinginkan.

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama tiga

hari pada klien dua keluhan subjektif klien mengatakan aktivitasnya

masih perlu di bantu objektif pasien dapat berjalan, adl klien dibantu

keluarga,tekanan darah 130/80mmHg nadi 82x/menit pernafasan

21x/menit suhu 36,6oC. Masalah teratasi sebagian sesuai dengan kritera

hasil ada masalah yang belum terpenuhi seperti ADLs dibantu oleh

keluarga.

Defisit pengetahuan tentang cara menyusui yang benar berhubungan

dengan kurang terpapar informasi

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari

pada klien satu keluhan subjektif klien mengatakan sudah paham tentang

teknik menyusui yang benar keluhan objektif klien dapat mengulangi

beberapa informasi, memperagakan teknik meyusui yang benar dan ibu


menempelkan putting payudara pada bayi dengan benar. Masalah teratasi

sesuai dengan kritera hasil yang diinginkan.

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari

pada klien dua keluhan subjektif klien mengatakan sudah mengerti

tentang teknik menyusui yang benar keluhan objektif klien dapat

mengulangi beberapa informasi, memperagakan teknik meyusui yang

benar Masalah teratasi sesuai dengan kritera hasil yang diinginkan.

Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari

pada klien dua keluhan subjektif klien mngatakan mau menyusui bayinya

dan klien mengatakan sudah tidak khawatir dengan kondisi lukanya saat

ini, keluhan objektif ASI pasien sudah keluar menetes, bayi menghisap

terus menerus. Masalah teratasi sebagian sesuai dengan kritera hasil ada

masalah yang belum terpenuhi yaitu ASI belum keluar secara maksimal.

Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari

pada klien satu keluhan objektif Terdapat luka bekasi operasi sectio

caesarea,balutan terlihat bersih dan kering suhu : 37,6oC nadi 82x/menit

Leocosit : 26.57. masalah tidak terjadi karena sesuai dengan kriteria hasil.

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari pada

klien dua keluhan objektif Terdapat luka bekasi operasi sectio

caesarea,balutan terlihat bersih dan kering suhu : 38,6oC Leocosit : 21.40


. masalah tidak terjadi sesuai dengan kriteria hasil.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada klien 1

dan klien 2 dengan post Sectio Caesarea di Ruang Mawar Nifas RSUD.

A.W. Sjahranie Samarinda maka dapat ditarik kesimpulan :

Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan

keperawatan dapat ditentukan. pada klien post Sectio Caesarea. Perawat

dalam melakukan pengkajian dituntut harus teliti dan kompherensif,

sehingga mudah dalam menegakkan diagnosa.

Diagnosa Keperawatan

Seperti yang dikemukakan beberapa ahli sebelumnya daftar

diagnosa keperawatan pada bab dua di temukan kesenjangan dengan kasus

nyata yang didapat pada kedua klien dengan Post Sectio Caesarea.

Kesenjangan tersebut yaitu dari sepuluh diagnosa keperawatan berdasarkan

teori yang dikemukakan oleh para ahli pada klien 1 ada 4 diagnosa yang

tidak muncul yaitu konstipasi, menyusui tidak efektif, defisit pengetahuan

perawatan diri, gangguan proses keluarga dan pada klien 2 ada 4 diagnosa

yang tidak muncul yaitu konstipasi, defisit pengetahuan perawatan diri,

ansietas, gangguan proses keluarga.

105
106

Perencanaan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua klien di

sesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kriteria

tanda dan gejala mayor, minor dan kondisi klien saat ini.

Pelaksanaan tindakan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang

telah peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien 1

dan klien 2 sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan

teori yang ada dan sesuai dengan kebutuhan klien Post Sectio Caesarea.

Evaluasi

Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang di berikan. Pada evaluasi yang peneliti lakukan pada klien

1 berdasarkan kriteria yang peneliti susun terhadap 4 diagnosa. Diagnosa

yang teratasi yaitu deficit pengetahuan dan gangguan mobilitas fisik, 1

diagnosa teratasi sebagian yaitu nyeri akut dan diagnosa keperawatan tidak

terjadi yaitu resiko infeksi.

Sedangkan pada klien 2 terdapat 6 diagnosa keperawatan. Diagnosa

yang teratasi yaitu defisit pengetahuan tentang cara menyusui yang benar, 3

diagnosa keperawatan teratasi sebagian yaitu nyeri akut, menyusui tidak

efektif dan gangguan mobilitas fisik, 1 diagnosa keperawatan tidak terjadi

yaitu risiko infeksi.


Saran

Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien Post Sectio

Caesarea dengan diperlukan adanya suatu perubahan dan perbaikan

diantaranya :

Bagi Peneliti

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi acuan dan

menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian

pada klien Post Sectio Caesarea.

Bagi perawat ruangan

Sebaiknya ditingkatkan pada klien mengenai motivasi dan dorongan dalam

menjalani perawatan diruang inap.

Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Dalam pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat menambah

keluasan ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien

dengan Post Sectio Caesarea dan juga memacu pada peneliti selanjutnya dan

menjadi bahan pembadingan dalam melakukan penelitian pada klien dengan Post

Sectio Caesarea.
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardani (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.Yogjakarta: MediAction

Bobak (2005) buku Ajar Keperawatan Maternitas Jakarta:EGC

Dewi&Sunarsih(2011)konsepmenyusuihttp://eprints.umm.ac.id/41257/3/BAB%2
0II.pdf (Di akses pada tanggal 10 april 219)

Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (2016). Profil Kesehatan Provinsi


Kalimantan Timur.
http://www.depkes.go.id/resources/donwlod/profil/Profil_Kes_Provinsi_20
15/23_Kaltim_2015.pdf. (Diakses pada tanggal 04 Oktober 2018).
Doenges, Marilyn E & Moorhouse Frances M (2001). Rencana Perawatan
Maternal/Bayi: pedoman untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan
klien. Jakarta : ECG,2001
HasilUtamaRiskesdas(2018).https://www.persi.or.id/analis-data/686-hasil-
utama-riskesdas-2018-kementerian-kesehatan-badan-penelitian-
danpengembangan-kesehatan (Diakses pada tanggal 04 Oktober 2018.
Ikhtiarinawati Fitriana (2012). Jurnal Midpro, edisi 2 /2012. Penurunan Tinggi
Fundus Uteri Berdasarkan Jenis Persalina Pada Ibu NIifas Fisiologis Dan
Post Sectio Caesarea, 1–7.
Janah Nurul. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Care Gestasi 38–
40 Minggu Dengan Asuhan Persalinan Normal. Retrieved
from http://www.albayan.ae. (Diakses pada tanggal 04 Oktober 2018).
Kasrida Andi D (2017) Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Produksi ASI. E-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus
2017.

Lucky Sri H (2015) Gambaran dukungan suami dalam pemberian ASI eklusif di
posyandu pada suka kota bandung Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia Vol.1No.2 Desember 2015

Mitayani. (2013). Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea di


RSUP Dr. Soeradji TirtonrgoroKlaten.
http://eprints.ums.ac.id/25659/Naskah_publikasi.pdf.(Diakses pada tanggal
04 Oktober 2018).
Maryunani Anik. (2010). Nyeri dalam persalinan “teknik dan
cara penanganannya”. Jakarta: Trans Info Media
Nugroho T. (2010). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika
Nur Maretta (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Dengan
Bendungan Asi. Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 –
2017, 4, (183–188).
Nurliawati Enok. (2010). Tesis : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Produksi ASI pada Ibu Pasca Sectio Sesarea di Wilayah Kota dan
Kabupaten Tasikmalaya.http://lib.ui.ac.id. (Diakses pada tanggal 06
Oktober 2018).

Potter & Perry 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC.

Pollard Maria (2015) ASI Asuhan Berbasis Bukti. Jakarta : Buku Kedokteran
ECG.
PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) (2016). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikasi Diagnostik. Jakarta : DPP
PPNI
PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

Riyadi & Widuri, (2015) mobilisasi https://www.scribd.com/doc/97068204/ (Di


akses pada tanggal 10 april 219)

Roesli (2011). Mengenal ASI Ekslusif. Surabaya : Niaga Swadaya

Reser, Martin dan Giriffin K (2015) Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,


Bayi & Keluarga, Ed. 18, Vol.2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Sarwono (2009) ilmu kebidanan edisi 4 cetakan 2. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
Septia, (2012). Faktor- faktor yang berhubungan dengan teknik menyusui ibu di
pukesmas pattallassang kabupaten takalar Al-Sihah : Public Health
Science Journal

Suherni,dkk (2009). Perawatan Masa Nifas. Edisi ke-empat, Yogyakarta:


Fitramaya.

Sumaryati, Gipta Galih W, Heni Purwaningsih. (2018). Hubungan Mobilisasi


Dini dengan Tingkat Kemandirian Pasien Post Sectio Caecarea di Bangsal
Mawar RSUD Temanggung. Indonesian Journal of Nursing Research Vol. 1
No. 1 Mei 2018
Sumelung & Karundeng (2014). Faktor – Faktor Yang Berperan Meningkatnya
Angka Kejadian Sectio Caesarea. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 2,
Nomor 1. Februari 2014
Simkin Penny, Whalley Janet & Ann Keppler (2001). Kehamilan Melahirkan
Dan Bayi. Jakarta : Arcan.
Treistiana Prahesti (2018) Tingkat pengetahuan ibu primipara tentang teknik
menyusui yang benar di PKD Amanda Desa Banyurip Kecamatan Jenar
Kabupaten jurnal kebidanan Indonesia vol 7no 2 tahun 2018

Utami Roesli (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Cara Menyusui


Dengan Sikap Ibu Jurnal Dunia Kesehatan , Volume 5 Nomor 1 Umur
Jurnal Dunia Kesehatan , Volume 5 Nomor 1, 5,( 24–27).

Anda mungkin juga menyukai