Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S DENGAN ANEMIA

DIRUANG NURI RUMAH SAKIT SARI MULIA


BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi Program Studi


Profesi Ners

Disusun Oleh:
Haniah
11194692110102

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DAN LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA PADA


NY S DI RUANG NURI RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN

Tanggal 13 September 2021

Disusun oleh: Haniah


NIM
11194692110102

Banjarmasin, 18 September 2021


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Onieqie Ayu Dhea Manto,Ns.,M.Kep Angelina Indriyana,S.Kep.,Ners


NIK.1166012014063 NIK.624.10.11.01
1) Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi
A. Pengertian
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah,
organ pembentuk darah dan penyakitnya. Hematologi berasal dari
bahasa Yunani “haima” yang artinya darah. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yg diperlukan oleh se-sel di seluruh tubuh. Darah
juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yg bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-
hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah (Bakta,
2017).

Gambar 1.1 Sel darah


Darah terdiri dari sel dan plasma darah. Sel darah terdiri dari
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit
(platelet) leukosit terdiri dari dua jenis yaitu polimorfonuklear (intinya
banyak), yaitu neutrophil, eosinophil, basophil. Lalu yang kedua
mononuklear yang terdiri dari monosit/makropagdan limfosit. Sel darah
ini pada orang dewasa di produksi pada sum-sum tulang panjang,
seperti di paha atau di lengan atas. Lalu plasma darah, merupakan
bagian yang cair dari darah terdiri atas air dan protein darah serta
faktor-faktor pembekuan darah (Bakta, 2017).
B. Tinjauan Fisiologi
Sistem hermatologi tersusun atas darah dan tempat darah
diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah
organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk
cairan. Cairan darah tersusun atas komponen sel yang tersuspensi
dalam plasma darah. Sel darah terbagi menjadi eritrosit (sel darah
merah, normalnya 5 ribu per mm³ darah) dan lekosit (sel darah putih,
normalnya 5.000 sampai 10.000 per mm³ darah). Terdapat sekitar 500
sampai 1000 eritrosit tiap satu lekosit. Lekosit dapat berada dalam
beberapa bentuk: eosinofil, basofil, monosit, netrofil, dan limfosit.
Selain itu dalam suspensi plasma, ada juga fragmen – fragmen sel tak
berinti yang disebut trombosit (normalnya 150.000 sampai 450.000
trombosit per mm³ darah). Komponen seluler darah ini normalnya
menyusun 40% sampai 45% volume darah. Fraksi darah yang
ditempati oleh eritrosit disebut hemaktorit (Betz & sowden, 2016).
C. Anatomi Sistem Hematologi
a. Plasma darah
Komposisi: air 91%, albumin, globulin, fibrinogen 7%, zat
terlarut (ion, nutrien, produk sisa enzim, hormon) 2 %. Plasma
darah mengandung protein-protein penting seperti fibrinogen
(pembekuan darah), globulin (antibodi dan komplemen penting
dalam respon imun/pertahanan tubuh), albumin (membantu aliran
darah / keseimbangan cairan antara darah dan jaringan serta
mengatur tekanan osmosis darah), dan lipoprotein. Fungsi plasma
darah:
- Sebagai pelarut bahan-bahan kimia.
- Membawa mineral-mineral terlarut, seperti glukosa, asam amino,
vitamin, CO2, dan bahan buangan lain.
- Menyebarkan panas dari organ yang lebih hangat ke organ yang
lebih dingin.
- Menjaga keseimbangan antara cairan di dalam sel dan cairan di
luar sel.
b. Eritrosit
Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan
diameter sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan
oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang
pendek antara membran dan inti sel. Warna kuning kemerahan-
merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang dsebut
Hemoglobin. Komponen eritrosit adalah membrane eritrosit, sistem
enzim; enzim G6PD (Glucose6-Phosphatedehydrogenase) dan
hemoglobin yang terdiri atas heme dan globin.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15
gr dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki
-laki 13,0 mg%. Sel darah merah memiliki bermacam antigen:
Antigen A, B dan O Antigen Rh proses penghacuran sel darah
merah terjadi karena proses penuaan dan proses patologis.
Hemolisis yang tejadi pada eritrosit akan mengakibatkan
terurainyakomponen hemoglobin yaitu komponen protein dan
komponen heme.
Fungsi dari sel darah merah :
- Mentranspor O2 ke jaringan melalui pengikatan Hb terhadap
O2
- Mentranspor CO2 ke paru melalui pengikatan Hb + CO2.
Sebagian lagi dalam bentuk ion bikarbonat
- Berperan dalam pengaturan pH darah. Karena ion bikarbonat
dan Hb merupakan buffer asam-basa
c. Leukosit
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantaraan kaki kapsul (pseudopodia). Mempunyai macam-
macam inti sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya
serta warna bening (tidak berwarna). Sel darah putih dibentuk di
sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis jenis dari golongan sel ini
adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B ;
monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu
eosinofil, basofil, neutrofil fungsi sel darah putih :
- Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan
bibit penyakit, bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan
RES (sistem retikulo endotel)/ pagositosis.
- Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak
dari dinding usus mealui limpa terus ke pembuluh darah.
Jenis sel darah putih
1) Agranulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki
diameter 10-12mikron. Dibag i menjadi 3 jenis berdasarkan
pewarnaannya :

- Neutrofil
Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang
terangkai, kadang seperti terpisah pisah, protoplasmanya
banyak berbintik-bintik halus/granula, serta banyaknya
sekitar 60-70%. Neutrofil berhubungan dengan pertahanan
tubuh terhadap bakteri. Fungsinya sebagai fagosit

- Eusinofil
Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 2-4%.
Eusinofil berhubungan dengan parasit, dan merusak sel
kanker. Fungsinya dalam merespon alergi (tempat bagi
histamin, serotonin, heparin)

- Basofil

Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, banyak


nya kira kira 0,5 - 1 % , sel ini lebih kecil daripada eosinofil,
tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur. Basofil ini
juga berhubungan dalam merespon alergi. Fungsinya juga
sebagai tempat untuk histamin, serotonin dan heparin.
2) Granulosita
a. Limfosit
Limfosit memiliki nucleus bear bulat dengan menempati
sebagian besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe.
- Limfosit T
Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang
lama, kemudian bermigrasi menuju timus. Setelah
meninggalkan timus, sel-sel ini beredar dalam darah sampai
mereka bertemu dengan antigen dimana mereka telah di
program untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh
antigennya, sel-sel ini menghasilkan bahan – bahan kimia
yang menghancurkan mikrooranisme dan menghasilkan
limfokin serta memberitahu sel darah putih lainnya bahwa
telah terjadi infeksi.
- Limfosit B
Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah
sampai menjumpai antigen dimana mereka telah diprogram
untuk mengenalinya. Pada tahap ini limfosit B mengalami
pematangan lebih lanjut dan menjadi el plasma serta
menghasilkan antibodi.

b. Monosit
Monosit dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses
pematanganmenjadi makrofag setelah msuk ke jaringan.
Fungsinya sebagai fagosit, mencerna sel-sel rusak/ mati,
memberi perlawanan immunologis terhadap penyebab
penyakit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel
darah putih.
d. Trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam
sumsum tulang yang terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks,
tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Trombosit berperan penting
dalam pembentukan bekuan darah. Fungsi lain dalam trombosit
yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan
dengan pembuluh darah yang cedera.
e. Limpa
Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu
kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen
dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks yang
berhadapan dengan diafragma dan permukaan medial yang
konkaf serta berhadapan dengan lambung, fleksura, linealis kolon
dan ginjal kiri. Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin,
folikel limpa (masa jaringan limpa), dan pilpa merah (jaringan ikat,
sel eritrost, sel leukosit). Suplai darah oleh arterilinealis yang
keluar dari arteri coeliaca.
f. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian
tengah rongga tulang panjang. Sumsum merupakan 4% sampai
5% berat badan total, sehingga merupakan yang paling besar
dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna merah dan kuning. Sumsum
merah merupakan tempat produksi sel darah merah aktif dan
merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang
sumsum kuning, tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif
dalam produksi elemen darah. Selama masa kanak – kanan,
sebagian besar sumsum berwarna merah. Sesuai dengan
pertambahan usia, sebagian besar sumsum tulang panjang
mengalami perubahan menjadi sumsum kuning, namun masih
mempertahankan potensi untuk kembali berubah menjadi jaringan
hematopoetik apabila diperlukan. Sumsum merah pada orang
dewasa terbatas terutama pada rusuk, kolumna vertebralis, dan
tulang pipih lainnya. Sumsum sangat banyak mengandung
pembuluh darah dan tersusun atas jaringan ikat yang
mengandung sel bebas. Sel paling primitif dalam populasi sel
bebas ini adalah sel stem yang merupakan prekursor dari dua
garis keturunan sel yang berbeda. Garis keturunan mieloid
meliputi eritrosit, berbagai jenis lekosit, dan trombosit. Garis
keturunan limfoid berdiferensiasi menjadi limfosit (Carpenito &
Moyet, 2014).
D. Kebutuhan Dasar Manusia Mobilisasi
a. Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu
mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.
Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang.
Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan
mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu
normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot
rata-rata 3% sehari (atropi disuse) (Potter dan Perry, 2015).
b. Tujuan Mobilisasi
Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),
mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan
gerakan tangan non verbal (Potter dan Perry, 2015).
c. Jenis- jenis Mobilisasi
a) Mobilisasi Penuh
Merupakan keadaan dimana kemampuan seseorang untuk
bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas
penuh ini merupakan fungsi dan saraf motoris, volunter dan
sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
b) Mobilisasi Sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan yang jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada
area tubuhnya.
Mobilisasi sebagian dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1) Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan
individu untuk bergerakdengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistem muskulus skeletal, dislokasi sendi,
dan tulang.
2) Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya tetap.
Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang
reversibel. Contohnya, terjadinya hemiplagia karena stroke,
praplegi karena cedera tulang belakang dan khususnya
untuk poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf
motoris dan sensoris.
2. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel
darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke
jaringan tubuh. Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi
hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini mencerminkan
kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi akibatnya, jumlah
oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng
Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari
normal anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal
di dalam sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke
jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukan merupakan kondisi
penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang
mendasari. Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendah nya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di
bawah normal ( Smeltzer, 2016 ).
Anemia dikenal sebagai kekurangan darah. Hal ini dikarenakan :
1. Berkurangnya kosentrasi hemoglobin
2. Turunnya hematokrit
3. Jumlah sel darah merah kurang
b. Etiologi
Menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018), Pada dasarnya terdapat tiga
penyebab anemia yang ada: kehilangan darah, peningkatan kerusakan
sel darah merah (hemolisis), dan penurunan produksi sel darah merah.
Masing–masing penyebab ini mencakup sejumlah kelainan yang
membutuhkan terapi spesifik dan tepat. Etiologi genetik meliputi:
a. Hemoglobinopati
b. Thalasemia
c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik
d. Cacat sitoskeleton sel darah merah
e. Anemia persalinan kongenital
f. Penyakit Rh null
c. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan pendekatan fisiologis dibedakan menjadi 4 yaitu:
a. Anemia aplastik dan hipoplastik
Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan
karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel
darah yang baru
b. Anemia defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena
kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan
absorbsi atau terpantau banyaknya besi keluar dari tubuh, misalnya
pada pendarahan.
c. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh
defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12,
anemia ini sering ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi
sayuran hijau segar atau makanan dengan protein hewani tinggi.
d. Anemia hemolitika
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena
penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari
pembuatannya
d. Patofisiologi (Pathway)

Perdarahan Defesiensi asam folat Keganasan jaringan parut

Kecelakaan Leukimia
Defesiensi B12

Pembedahan Pajanan terhadap obat dan


Tubuh kurang bahan untuk kimia tertentu
memproduksi sel darah merah
Pembuluh darah pecah
Mengurangi produksi
Anemia sel darah merah
Kehilangan Sel darah
merah

Paru Jaringan perifer Otak Pencernaan Muskuluskletal

Suplay O2 dalam darah HB menurun Konsentrasi HB Gangguan Suplay O2 dan


menurun kuarng dari normal penyerapan zat-zat nutrisi menurun
Suplay O2 dalam
darah menurun Kekuatan sendi
HB menurun Suplay O2 ke jaringan Peningkatan Metabolisme
meurun
tubuh menurun metabolisme oksidatif menurun
Kompensasi RR Takikardi, warna kulit
pucat, CRT < 3 detik, Energi menurun Atropi otot pada
menurun /meningkatt Iskemik otak Nutrisi tidak
akral dingin salah satu tubuh
terpenuhi atau sebagian
Pola nafas tidak Penurunan Lemah, letih, lesu
efektif Jaringan perifer tidak kesadaran, pusing BB menurun dan cepat lelah Hambatan
menerima nutrisi dan vertigo Mobilitas fisik
Sumber: Varney H. 2017 Defisit Nutrisi Inteloransi aktivitas
Perfusi perifer tidak Risiko cidera
efektif
e. Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda - tanda anemia merupakan respons atas


kompensasi jantung dan pernapasan berdasarkan berat dan lamanya
jaringan mengalami kekurangan oksigen. Beberapa tanda dan gejala
anemia yaitu, penderita mengeluh lemah, sakit kepala, telinga
mendenging, penglihatan berkunang-kunang, merasa cepat letih,
mudah tersinggung, gangguan saluran cerna, sesak nafas, nadi
lemah dan cepat, hipotensi ortostatik. Gejala umum pada anemia
disebut sindrom anemia. Gejala umum anemia merupakan gejala
yang timbul pada semua anemia pada kadar hemoglobin yang sudah
menurun di bawah nilai normal. Gejala-gejala tersebut diklasifikasikan
menurut organ yang terkena:
a) Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas, saat beraktivitas, gagal jantung
b) Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang, kelemahan otot, iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin
pada akstermitas
c) Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
d) Epitel: warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, rambut tipis dan halus (Fraser Diane, 2017).
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Corwin, 2015) untuk anemia
adalah sebagai berikut :
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12- 14 g/dL) : Jumlah darah
lengkap
b. Kadar Ht menurun (normal 37 – 41%)
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada
anemia aplastik).
g. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Anemia kekurangan zat besi
Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi dengan
minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab
kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid
sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini
mungkin melibatkan operasi.

b. Anemia kekurangan vitamin.


Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang seringkali
suntikan seumur hidup vitamin B12. Anemia karena
kekurangan asam folat diobati dengan suplemen asam folat.
c. Anemia penyakit kronis.
Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.
Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis
anemia ini. Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah
atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya
dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi
sel darah merah dan mengurangi kelelahan
d. Anemia aplastik
Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah
untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Transplantasi
sumsum tulang jika sumsum tulang berpenyakit dan tidak
dapat membuat sel-sel darah sehat. Perlu obat penekan
kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh
dan memberikan kesempatan sumsum tulang
ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
e. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang.
Pengobatan berbagai penyakit dapat berkisar dari obat yang
sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum
tulang.
f. Anemias hemolitik.
Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-
obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan
obat- obatan yang menekan sistem kekebalan, yang dapat
menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan
steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat
membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-
sel darah merah.
g. Sickle cell anemia.
Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian
oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan
infus untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi.
Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen
asam folat dan antibiotik. (Mansjoer Arif, 2015).
2. Penatalaksanaan Medis
Menurut Marlyn D. 2013 penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk
mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
a) Transpalasi sel darah merah.
b) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
d) Menghindari situasi kekurangan oksigen
e) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
f) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya):
1. Anemia defisiensi besi
a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan
makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan
sayur.
b) Pemberian preparat fe
c) Perrosulfat 3x200mg/hari/per oral sehabis makan
d) Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena : mengatasi perdarahan dan


perdarahan syok dengan pemberian
cairan tranfusi darah
g. Pengkajian Fokus Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
membutuhkan perawatan tidak terlepas dari pendekatan dengan
proses keperawatan. Proses keperawatan yaitu suatu proses
pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha untuk memperbaiki
dan melihat pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan
yang sistematis untuk mengenal, membantu memenuhi kebutuhan
sehari-hari dengan melalui langkah-langkah yaitu pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperawatan yang
berkesinambungan.
Menurut (Handayani, 2014) berikut tinjauan teoritis tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia :

1. Pengkajian
a. Identitas klien & keluarga
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan dahulu

1) Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat


imunisasi

2) Adanya riwayat trauma, perdarahan

3) Adanya riwayat demam tinggi

4) Adanya riwayat penyakit ISPA

d. Keadaan saat ini


Klien pucat, kelemahan, sesak napas, sampai adanya gejala
gelisah, diaphoresis, tachikardi, dan penurunan kesadaran.
e. Riwayat keluarga

Riwayat anemia dalam keluargadan riwayat penyakit-penyakit


seperti:

kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma, penyakit-penyakit


infeksi

saluran pernapasan.

f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu
dan pernafasan
4) Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB)
5) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan,
pucat,
terdapat perdarahan dibawah kulit
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada,konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik, terdapat perdarahan sub conjungtiva,
keadaan pupil, palpebra, reflek cahaya biasanya tidak
ada kelainan.
8) Hidung
Keadaan/bentuk mukosa hidung, cairan yang keluar dari
hidung, fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.
9) Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan

10) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir
pecah
pecah atau perdarahan.
11) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid
lidah membesar, tidak ada distensi vena jugularis.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernapasan cepat irama tidak
teratur. Fremitus yang meninggi, percusi sonor, suara napas
bisa
vesikuler atau ronchi dan wheezing.
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan
bisa juga
dibawah normal dan bisa juga meningkat
14) Genetalia
Laki-laki : testis sudah turun ke dalam skrotum dan
perempuan: labia
minora tertutup labia mayora
15) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang, akral dingin
16) Anus
Keadaan anus, anus (+)
17) Neurologis
Refleksi fisiologis (+) seperti reflek patella, reflek patologi (-)
seperti
Babinski, tanda kerniq (-) dan Bruzinski I-II = (-)
h. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi tidak efektif berhubungan dengan anemia
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pola nafas abnormal
5. Risiko cedera berhubungan dengan ketidakabnormalan profil
darah
i. Tujuan Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
No
Keperawatan
1 Perfusi Perfusi Perifer (L. 2011) Perawatan Sirkulasi
Perifer Tidak Setelah dialkukukan (I.02079)
Efektif b.d tindakan keperawatan Observasi
anemia selama 3 x 24 jam perfusi - Periksa sirkulasi perifer
perifer meningkat dengan (nadi perifer, edema,
- kriteria hasil : warna, suhu dan
- Warna kulit pucat dari pengisian kapiler)
skala 3 (sedang) ke - Identifikasi faktor risiko
skala 5 (menurun) gangguan sirkulasi (mis.
- Kelemahan otot dari diabetes, perokok,
skala 3 (sedang) ke orangtua, hipertensi dan
(skala 5) menurun kadar kolestrol tinggi)
- Pengisian kapiler dari - Monitor panas,
skala 3 (sedang) ke kemerahan, nyeri atau
skala 5 (membaik) bengkak pada bagian
- Akral dari skala 3 ekstremitas
(sedang) ke skala 5 Terapeutik
(membaik) - Hindari pemasangan
- Turgor kulit dari skala infus atau pengambilan
3 (sedang) ke skala 5 darah di daerah
(membaik) keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstreimtas dengan
keterbatasan perfusi
- Lakukan hidrasi
Eduaksi
- Anjurkan anjurkan
program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
(mis. makanan rendah
lemak jenuh, miyak ikan
omega 3)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
tranfusi darah PRC
2 Gangguan Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Setelah dilakukan (I.0153)
Fisik b.d tindakan keperawatan Observasi
Kekuatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi adanya nyeri
otot menurun diharapkan mobilitas fisik atau keluhan fisik lainnya
meningkat dengan kriteria - Identifikasi tolerasni fisik
hasil: melakukan pergerakan
- Pergerakan - Monitor kondidi umum
ekstremitas dari skala selama melakukan
3 (sedang) ke skala 5 mobilisasi
(meningkat Terapeutik
- Kekuatan otot dari - Fasilitasi melakukan
skala 3 (sedang) ke pergerakan
skala 5 (meningkat - Libatlan keluarga untuk
- Rentang gerak dari membantu pasien dalam
skala 3 (sedang) ke meningkatkan
skala 5 (meningkat) pergerakan
- Kecemasan dari - Lakukan latihan rom
skala 3 (sedang) ke Edukasi
skala 5 (menurun) - Jelaskan tujuan dan
- Kaku sendi dari skala prosedur mobilisasi
3 (sedang) ke skala 5 - Anjurkan mobilisasi
(menurun) sederhana
- Kelemahan fisik dari - Ajarkan rom aktif dan
skala 3 (sedang) ke pasif kepada keluarga
skala 5 (menurun)
3 Intoleransi Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
Aktivitas b.d L.05038 I.05186
anemia Setelah dialkukukan Observasi
tindakan keperawatan - Identifikasi kemampuan
selama 3 x 24 jam perfusi berpartisipasi dalam
perifer meningkat dengan aktivitas tertentu
kriteria hasil : - Identifikasi sumber daya
Ambulasi : menopang bert untuk aktivititas yang di
badan berjalan dengan inginkan
langkah yang efektif - Identifikasi straregi
- Berjalan dengan meningkatkan partisipasi
langkah pelan dari dalam aktivitas
skala 3 (sedang) ke Terapeutik
skala 5 (meningkat) - Fasilitasi fokus pada
- Berjalan menanjak dari kemampuan, bukan
skala 3 (sedang) ke defisit yang dialami
skala 5 (meningkat) - Koordinasikan pemilihan
- Berjalan jarak pedek aktivitas sesuai usia
dari skala 3 (sedang) - Fasilitasi pasien dan
ke skala 5 (meningkat) keluarga dalam
- Berjalan jarak sedang menyesuaikan lingkungan
dari skala 3 ke skala 5 untuk mengakomodasi
(meningkat) aktivitas yang dipilih
- Berjalan mengitari - Libatkan keluarga dalam
ruangan dari skala 3 aktivitas, jika perlu
(sedang) ke skala 5 - Fasilitasi aktivitas motorik
(meningkat) untuk mrelaksasi otot
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari hari , jika perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Anjurjkan melakukan
aktivitas fiik, sosial,
spiritual dan kognitif
dalam menjaa fungsi
kesehatan
4. Pola nafas Manajemen jalan nafas Manjemen jalan nafas
tidak efektif L.01004 I.01011
b.d pola Setelah dialkukukan Observasi
nafas tindakan keperawatan - Monitor pola nafas
abnormal selama 3 x 24 jam perfusi - Monitor bunyi nafas
perifer meningkat dengan - Monitor sputum (jumlah,
kriteria hasil : warna dan aroma)
- Tekanan ekspirasi dari Terapeutik
skala 3 (sedang) ke - Pertahankan kepatenan
skala 5 (meningkat) jalan nafas dengan head
- Tekanan inspirasi dari tiltt chin lift
skala 3 (sedang) ke - Berikan minum hangat
skala 5 (meningkat)
- Lakukan fisioterapi dada
- Frekuensi nafas dari
- Berikan oksigen, jika perlu
skala 3 (sedang) ke
Edeukasi
skala 5 (meningkat)
- Anjurkan asupan cairan
- Kedalam nafas dari
2000 ml /hari , jika tidak
skala 3 (sedang) le
ada kontraindikasi
skala 5 (meningkat)
- Ajarkan tekhnik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodinator, espektoran
jika perlu

5 Risiko cedera Tingkat cedera Pencegahan cedera


b.d L.14136 I.14537
ketidaknorma Setelah dialkukukan Observasi
lan profil tindakan keperawatan - Identifikasi lingkungan
darah selama 3 x 24 jam perfusi yang dapat menyebabkan
perifer meningkat dengan cedera
kriteria hasil : - Identifikasi obat yang
berpotensi menyebabkan
- Toleransi aktivitas dari cedera
skala 3 (sedang) ke Terapeutik
skala 5 (meningkat) - Sediakan pencahayaan
- Nafsu makan dari skala yang memadai
3 (sedang) ke skala 5 - Gunakan lampu tidur
(meningkat) selama jam tidur
- Kejadian cedera luka - Sosialisasikan ke pasien
atau lecet dari skala 3 dan keluarga dengan
(sedang) ke skala 5 lingkungan rawat inap
(meningkat) - Pastikan bel panggila atau
- Gangguan mobilitas telpon mudah untuk
dari skala 3 (sedang) dijangkau
ke skala 5 (meningkat) - Pertahakan posisis
- Gangguan kognitif dari tempat tidur di posisi
skala 3 (Sedang) ke terendah
skala 5 (meningkat) - Diskusikan mengenai
latihan dan terapi yang
diperlukan
- Diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang
sesuai
j. Rencana Tindakan Keperawatan

No Nomor Diagnosa Implementasi


1 1 Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Observasi
- Periksa sirkulasi perifer
- Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
- Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
bengkak pada bagian ekstremitas
Terapeutik
- Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di daerah keterbatasan
perfusi
- Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstreimtas dengan keterbatasan perfusi
- Lakukan hidrasi
Eduaksi
- Anjurkan anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. makanan
rendah lemak jenuh, miyak ikan omega 3)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian tranfusi darah PRC
2 2 Dukungan Mobilisasi (I.0153)
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
- Identifikasi tolerasni fisik melakukan
pergerakan
- Monitor kondidi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi melakukan pergerakan
- Libatlan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
- Lakukan latihan rom
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan mobilisasi sederhana
Ajarkan rom aktif dan pasif kepada keluarga
3 3 Terapi aktivitas
I.05186
Observasi
- Identifikasi kemampuan mobilitas dalam
melakukan aktivitas tertentu
- Identifikasi kegiatan yang mampu dilakukan
untuk meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada aktivitas yang mudah
dilakukan
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
dan kemampuan
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan kamar atau rumah
sakit dalam mengakomodasikan aktivitas
- Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
Edukasi
- Menjelaskan dan ikut serta mengarahkan
metode aktivitas fisik sehari hari
- Mengarahkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
4 4 Manjemen jalan nafas
I.01011
Observasi
- Mengidentifikasi spo2 dan gangguan
pernafasan lainnya
- Mengidentifikasi bunyi nafas normal /
abnormal
- Memonitor sputum (jumlah, warna dan
aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
head tiltt chin lift
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada jika terdapat
sekret/sputum
- Berikan oksigen, jika perlu
- Menganjurkan asupan cairan 2000 ml /hari ,
jika tidak ada kontraindikasi
- Mengajarkan tekhnik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodinator,
espektoran jika perlu

5 5 Pencegahan cedera
I.14537
Observasi
- Identifikasi sekitar kamar dan lingkungan
sekitar yang dapat menyebabkan cedera
- Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera
Terapeutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Sosialisasikan ke pasien dan keluarga
dengan lingkungan rawat inap
- Pastikan bel panggila atau telpon mudah
untuk dijangkau
- Pertahakan posisis tempat tidur di posisi
terendah
- Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas
yang sesuai dengan kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Bakta . 2016. Pengantar Ilmu Keperawatan Jakarta: Salemba Medika

Betz & sowden, 2016. Buku saku keperawatan Edisi 3 Alih Bahasa dr. Jan
Tamboyang EGC: Jakarta

Carpenito & Moyet, 2014. Handbook Of Nursing Diagnosis. Ed USA : Lippincot


Williams & Wilkins Inc.

Corwin. 2015. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :


EGC
Fraser Diane & Cooper Margaret .2017 Rencana Asuhan Keperawatan Medical
Bedah. Jakarta.EGC

Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2014. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Marlyn D. 2013 Rencana Asuhan Keperawatan EGC : Jakarta

Mansjoer Arif, 2015, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius


Jakarta Noer sjaifullah 2006. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester :
Jakarta.

Potter & Perry 2015, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2.
EGC : Jakarta

Smeltzer, Suzanne C, 2016, Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta

Sugeng Jitowiyono.(2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Varney H. 2017. Buku ajar asuhan keperawatan padaklien dengan gangguan


sitem hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai