Disusun Oleh:
Haniah
11194692110102
- Neutrofil
Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang
terangkai, kadang seperti terpisah pisah, protoplasmanya
banyak berbintik-bintik halus/granula, serta banyaknya
sekitar 60-70%. Neutrofil berhubungan dengan pertahanan
tubuh terhadap bakteri. Fungsinya sebagai fagosit
- Eusinofil
Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 2-4%.
Eusinofil berhubungan dengan parasit, dan merusak sel
kanker. Fungsinya dalam merespon alergi (tempat bagi
histamin, serotonin, heparin)
- Basofil
b. Monosit
Monosit dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses
pematanganmenjadi makrofag setelah msuk ke jaringan.
Fungsinya sebagai fagosit, mencerna sel-sel rusak/ mati,
memberi perlawanan immunologis terhadap penyebab
penyakit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel
darah putih.
d. Trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam
sumsum tulang yang terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks,
tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Trombosit berperan penting
dalam pembentukan bekuan darah. Fungsi lain dalam trombosit
yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan
dengan pembuluh darah yang cedera.
e. Limpa
Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu
kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen
dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks yang
berhadapan dengan diafragma dan permukaan medial yang
konkaf serta berhadapan dengan lambung, fleksura, linealis kolon
dan ginjal kiri. Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin,
folikel limpa (masa jaringan limpa), dan pilpa merah (jaringan ikat,
sel eritrost, sel leukosit). Suplai darah oleh arterilinealis yang
keluar dari arteri coeliaca.
f. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian
tengah rongga tulang panjang. Sumsum merupakan 4% sampai
5% berat badan total, sehingga merupakan yang paling besar
dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna merah dan kuning. Sumsum
merah merupakan tempat produksi sel darah merah aktif dan
merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang
sumsum kuning, tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif
dalam produksi elemen darah. Selama masa kanak – kanan,
sebagian besar sumsum berwarna merah. Sesuai dengan
pertambahan usia, sebagian besar sumsum tulang panjang
mengalami perubahan menjadi sumsum kuning, namun masih
mempertahankan potensi untuk kembali berubah menjadi jaringan
hematopoetik apabila diperlukan. Sumsum merah pada orang
dewasa terbatas terutama pada rusuk, kolumna vertebralis, dan
tulang pipih lainnya. Sumsum sangat banyak mengandung
pembuluh darah dan tersusun atas jaringan ikat yang
mengandung sel bebas. Sel paling primitif dalam populasi sel
bebas ini adalah sel stem yang merupakan prekursor dari dua
garis keturunan sel yang berbeda. Garis keturunan mieloid
meliputi eritrosit, berbagai jenis lekosit, dan trombosit. Garis
keturunan limfoid berdiferensiasi menjadi limfosit (Carpenito &
Moyet, 2014).
D. Kebutuhan Dasar Manusia Mobilisasi
a. Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu
mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.
Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang.
Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan
mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu
normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot
rata-rata 3% sehari (atropi disuse) (Potter dan Perry, 2015).
b. Tujuan Mobilisasi
Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),
mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan
gerakan tangan non verbal (Potter dan Perry, 2015).
c. Jenis- jenis Mobilisasi
a) Mobilisasi Penuh
Merupakan keadaan dimana kemampuan seseorang untuk
bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas
penuh ini merupakan fungsi dan saraf motoris, volunter dan
sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
b) Mobilisasi Sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan yang jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada
area tubuhnya.
Mobilisasi sebagian dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1) Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan
individu untuk bergerakdengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistem muskulus skeletal, dislokasi sendi,
dan tulang.
2) Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya tetap.
Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang
reversibel. Contohnya, terjadinya hemiplagia karena stroke,
praplegi karena cedera tulang belakang dan khususnya
untuk poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf
motoris dan sensoris.
2. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel
darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke
jaringan tubuh. Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi
hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini mencerminkan
kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi akibatnya, jumlah
oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng
Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari
normal anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal
di dalam sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke
jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukan merupakan kondisi
penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang
mendasari. Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendah nya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di
bawah normal ( Smeltzer, 2016 ).
Anemia dikenal sebagai kekurangan darah. Hal ini dikarenakan :
1. Berkurangnya kosentrasi hemoglobin
2. Turunnya hematokrit
3. Jumlah sel darah merah kurang
b. Etiologi
Menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018), Pada dasarnya terdapat tiga
penyebab anemia yang ada: kehilangan darah, peningkatan kerusakan
sel darah merah (hemolisis), dan penurunan produksi sel darah merah.
Masing–masing penyebab ini mencakup sejumlah kelainan yang
membutuhkan terapi spesifik dan tepat. Etiologi genetik meliputi:
a. Hemoglobinopati
b. Thalasemia
c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik
d. Cacat sitoskeleton sel darah merah
e. Anemia persalinan kongenital
f. Penyakit Rh null
c. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan pendekatan fisiologis dibedakan menjadi 4 yaitu:
a. Anemia aplastik dan hipoplastik
Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan
karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel
darah yang baru
b. Anemia defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena
kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan
absorbsi atau terpantau banyaknya besi keluar dari tubuh, misalnya
pada pendarahan.
c. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh
defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12,
anemia ini sering ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi
sayuran hijau segar atau makanan dengan protein hewani tinggi.
d. Anemia hemolitika
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena
penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari
pembuatannya
d. Patofisiologi (Pathway)
Kecelakaan Leukimia
Defesiensi B12
1. Pengkajian
a. Identitas klien & keluarga
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan dahulu
saluran pernapasan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu
dan pernafasan
4) Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB)
5) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan,
pucat,
terdapat perdarahan dibawah kulit
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada,konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik, terdapat perdarahan sub conjungtiva,
keadaan pupil, palpebra, reflek cahaya biasanya tidak
ada kelainan.
8) Hidung
Keadaan/bentuk mukosa hidung, cairan yang keluar dari
hidung, fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.
9) Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan
10) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir
pecah
pecah atau perdarahan.
11) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid
lidah membesar, tidak ada distensi vena jugularis.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernapasan cepat irama tidak
teratur. Fremitus yang meninggi, percusi sonor, suara napas
bisa
vesikuler atau ronchi dan wheezing.
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan
bisa juga
dibawah normal dan bisa juga meningkat
14) Genetalia
Laki-laki : testis sudah turun ke dalam skrotum dan
perempuan: labia
minora tertutup labia mayora
15) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang, akral dingin
16) Anus
Keadaan anus, anus (+)
17) Neurologis
Refleksi fisiologis (+) seperti reflek patella, reflek patologi (-)
seperti
Babinski, tanda kerniq (-) dan Bruzinski I-II = (-)
h. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi tidak efektif berhubungan dengan anemia
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pola nafas abnormal
5. Risiko cedera berhubungan dengan ketidakabnormalan profil
darah
i. Tujuan Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
No
Keperawatan
1 Perfusi Perfusi Perifer (L. 2011) Perawatan Sirkulasi
Perifer Tidak Setelah dialkukukan (I.02079)
Efektif b.d tindakan keperawatan Observasi
anemia selama 3 x 24 jam perfusi - Periksa sirkulasi perifer
perifer meningkat dengan (nadi perifer, edema,
- kriteria hasil : warna, suhu dan
- Warna kulit pucat dari pengisian kapiler)
skala 3 (sedang) ke - Identifikasi faktor risiko
skala 5 (menurun) gangguan sirkulasi (mis.
- Kelemahan otot dari diabetes, perokok,
skala 3 (sedang) ke orangtua, hipertensi dan
(skala 5) menurun kadar kolestrol tinggi)
- Pengisian kapiler dari - Monitor panas,
skala 3 (sedang) ke kemerahan, nyeri atau
skala 5 (membaik) bengkak pada bagian
- Akral dari skala 3 ekstremitas
(sedang) ke skala 5 Terapeutik
(membaik) - Hindari pemasangan
- Turgor kulit dari skala infus atau pengambilan
3 (sedang) ke skala 5 darah di daerah
(membaik) keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstreimtas dengan
keterbatasan perfusi
- Lakukan hidrasi
Eduaksi
- Anjurkan anjurkan
program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
(mis. makanan rendah
lemak jenuh, miyak ikan
omega 3)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
tranfusi darah PRC
2 Gangguan Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Setelah dilakukan (I.0153)
Fisik b.d tindakan keperawatan Observasi
Kekuatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi adanya nyeri
otot menurun diharapkan mobilitas fisik atau keluhan fisik lainnya
meningkat dengan kriteria - Identifikasi tolerasni fisik
hasil: melakukan pergerakan
- Pergerakan - Monitor kondidi umum
ekstremitas dari skala selama melakukan
3 (sedang) ke skala 5 mobilisasi
(meningkat Terapeutik
- Kekuatan otot dari - Fasilitasi melakukan
skala 3 (sedang) ke pergerakan
skala 5 (meningkat - Libatlan keluarga untuk
- Rentang gerak dari membantu pasien dalam
skala 3 (sedang) ke meningkatkan
skala 5 (meningkat) pergerakan
- Kecemasan dari - Lakukan latihan rom
skala 3 (sedang) ke Edukasi
skala 5 (menurun) - Jelaskan tujuan dan
- Kaku sendi dari skala prosedur mobilisasi
3 (sedang) ke skala 5 - Anjurkan mobilisasi
(menurun) sederhana
- Kelemahan fisik dari - Ajarkan rom aktif dan
skala 3 (sedang) ke pasif kepada keluarga
skala 5 (menurun)
3 Intoleransi Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
Aktivitas b.d L.05038 I.05186
anemia Setelah dialkukukan Observasi
tindakan keperawatan - Identifikasi kemampuan
selama 3 x 24 jam perfusi berpartisipasi dalam
perifer meningkat dengan aktivitas tertentu
kriteria hasil : - Identifikasi sumber daya
Ambulasi : menopang bert untuk aktivititas yang di
badan berjalan dengan inginkan
langkah yang efektif - Identifikasi straregi
- Berjalan dengan meningkatkan partisipasi
langkah pelan dari dalam aktivitas
skala 3 (sedang) ke Terapeutik
skala 5 (meningkat) - Fasilitasi fokus pada
- Berjalan menanjak dari kemampuan, bukan
skala 3 (sedang) ke defisit yang dialami
skala 5 (meningkat) - Koordinasikan pemilihan
- Berjalan jarak pedek aktivitas sesuai usia
dari skala 3 (sedang) - Fasilitasi pasien dan
ke skala 5 (meningkat) keluarga dalam
- Berjalan jarak sedang menyesuaikan lingkungan
dari skala 3 ke skala 5 untuk mengakomodasi
(meningkat) aktivitas yang dipilih
- Berjalan mengitari - Libatkan keluarga dalam
ruangan dari skala 3 aktivitas, jika perlu
(sedang) ke skala 5 - Fasilitasi aktivitas motorik
(meningkat) untuk mrelaksasi otot
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari hari , jika perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Anjurjkan melakukan
aktivitas fiik, sosial,
spiritual dan kognitif
dalam menjaa fungsi
kesehatan
4. Pola nafas Manajemen jalan nafas Manjemen jalan nafas
tidak efektif L.01004 I.01011
b.d pola Setelah dialkukukan Observasi
nafas tindakan keperawatan - Monitor pola nafas
abnormal selama 3 x 24 jam perfusi - Monitor bunyi nafas
perifer meningkat dengan - Monitor sputum (jumlah,
kriteria hasil : warna dan aroma)
- Tekanan ekspirasi dari Terapeutik
skala 3 (sedang) ke - Pertahankan kepatenan
skala 5 (meningkat) jalan nafas dengan head
- Tekanan inspirasi dari tiltt chin lift
skala 3 (sedang) ke - Berikan minum hangat
skala 5 (meningkat)
- Lakukan fisioterapi dada
- Frekuensi nafas dari
- Berikan oksigen, jika perlu
skala 3 (sedang) ke
Edeukasi
skala 5 (meningkat)
- Anjurkan asupan cairan
- Kedalam nafas dari
2000 ml /hari , jika tidak
skala 3 (sedang) le
ada kontraindikasi
skala 5 (meningkat)
- Ajarkan tekhnik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodinator, espektoran
jika perlu
5 5 Pencegahan cedera
I.14537
Observasi
- Identifikasi sekitar kamar dan lingkungan
sekitar yang dapat menyebabkan cedera
- Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera
Terapeutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Sosialisasikan ke pasien dan keluarga
dengan lingkungan rawat inap
- Pastikan bel panggila atau telpon mudah
untuk dijangkau
- Pertahakan posisis tempat tidur di posisi
terendah
- Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas
yang sesuai dengan kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA
Betz & sowden, 2016. Buku saku keperawatan Edisi 3 Alih Bahasa dr. Jan
Tamboyang EGC: Jakarta
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2014. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika