Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID PADA Ny.

Y DIRUANG

BEDAH RSUD M. ZEIN PAINAN

LAPORAN KASUS

Oleh :

HESTI WULANDARI
NIM : 161211177

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKesMERCUBAKTIJAYAPADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan berkatNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan “Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemoroid” .
Kami dapat menyelesaikan makalah ini karena adanya bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada kami.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat
membangun sehingga makalah ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi  kita
semua.

Padang, 18 Mei 2020

        Tim penulis


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan penulisan
C. Manfaat penulisan

BAB II
Konsep teoritis
A. Definisi Hemoroid
B. Etiologi Hemoroid
C. Anatomi fisiologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi klinis
F. Patofisiologi
G. komplikasi
H. pemeriksaan penunjang
I. penatalaksanaan
J. klasifikasi
K. WOC

BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
B. Perencanaan
C. Implementasi
D. Evaluasi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan dan saran

BAB1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid
sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada
wanita hamil.Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan
janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena
hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh
kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe.Hemoroid
internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang mun
cul di luar stingfer anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk.Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita.
Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak
pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.Berdasarkan hal ini kelompok
tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir
anus mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan.Setiap orang pasti
memiliki hemoroid, cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan.
Hemoroid akan menimbulkan masalah bila ia membesar dan berdarah. Meskipun
hemoroid dapat dijumpai pada setiap orang, namun yang membesar dan
menimbulkan masalah hanya 4% dari total populasi. Kejadian hemoroid tidak
memandang jenis kelamin dan umumnya meningkat pada usia 45 sampai 65
tahun.
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti
mengalir, sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang
mengalir.Namun secara klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam
pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik.tetapi akan
menjadi patologik apabila tidak mendapat penanganan/pengobatan yang baik.
Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi juga diikuti oleh
penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.
Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar
karena terasa sakit apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat
tekanan.Pada penderita hemoroid parah terkadang sulit diobati sehingga bisa
diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa memberi efek samping
yang terkadang tidak baik.Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan ditangani
dengan baik agar mudah diobati.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami penyakit hemoroid
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab hemoroid
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi
hemoroid
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tanda dan gejala hemoroid
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui patofiologi hemoroid
6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penatalaksanaan hemoroid
7. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui komplikasi hemoroid
8. Mahasiswa mampu memahami komplikasi hemoroid
9. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang hemoroid
10. Mahasiswa mampu memahami woc hemoroid
C. MANFAAT
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit
hemoroid, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien hemorid
dan dan memberikan informasi kepada masyarakat dan bisa menjadi acuan serta
pedoman bagi dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit.
BAB II
KONSEP TEORITIS
A. Definisi hemoroid
Hemoroid adalah varises vena perineal hemoroid dapat internal dan eksternal.
Hemoroid internal merupakan varises dari fleksus hemoroidalis superior yang
terjadi diatas muko-kutaneus. Hemoroid ini dilapisi oleh membrane mukosa
dengan invasi oleh system saraf otonom, hemoroid merupakan factor yang umum
dan mempengaruhi baik laki-laki maupun perempuan pada usia berapun. Lebih
tinggi pada orang 20 hingga 50 tahun (black, 2014)
Hemo rrhoid berasal dari bahasa yunani yang berarti darah yang mengalir
( haem= darah, rhoos= mengalir). Hemorrhoid bukan hanya pelebaran vena
didalam pleksus hemoroidalis saja, tetapi juga melibatkan pembuluh darah,
jaringan lunak, dan otot kanalis anus.Masa Vaskular yang menonjol kedalam
lumen rektumbagian bawah atau areal perineal(Sandra M Nettina).
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah, vena diarea anus yang berasal
dari fleksus hemoroidalis yang merupakan keadaan patologik (syamsuhidayat
r.wim.dejong 2010)
B. Etiologic hemoroid
Pada usia 50 tahun hapir sepuluh populasi mengalami hemoroid. Pembesaran
dari hemoroid disebabkan oleh pengkatan tekanan intra-abdomen, kehamilan,
konstipasi dengan mengejan diwaktu yang lama, obesitas, gagal jantung, duduk
atau berdiri lama dan siruis dengan hipoensiportal juga meningkat inseden
hemoroid (black, 2014)
Pwnyebab hemoroid belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor
prndukung yang terlibat diantaranya adalah konstipasi, mengejan berlebhan
kehamilan, konsusmsi makanan yang rendah serat, terlalu lama duduk,
peradangan pada usus seperti korilis viseratif, kondisi penuaan (mutagain & sari,
2013 p 690)
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis dibagi menjadi:
Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organic
1. Hepar pada sirosis hepatis
fibrosis jaringan akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar
hipertensi portal, maka akan terbentuk kolateral antar lain ke esophagus dan
pleksus hemoroidalis.
2. Bendungan vena porta, thrombosis.
3. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis yang menekan vena sehingga
aliran terganggu, misal tumor ovarium, tumor rectum, dsb.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis.Beberapa factor etiologi telah digunakan,
termasuk konstipasi/diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,
pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum.Penyakit hati kronik
yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal.Selain itu
system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Faktor resiko hemoroid :
a. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
b. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis
kurang mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
c. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang
berat, mempunyai predisposisi untuk hemoroid
d. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis
e. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi
hormon kelaksin)
f. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi
dalam rongga perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
g. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita
dekompensiasio hordis atau sikrosis hepatis
h. Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu
berkurang.
C. Anatomi dan fisiologi hemoroid
Anatomi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari
kolon sigmoid mulai setinggi kista luka dan nerbentuk lekukan huruf s. lekukan
bagian bawah membelok kekiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rectum satu
inci dari rectum disebut kanalis ani dan dilindungi sfingtereksternal dan internal
panjang rectum dan kanalis ani sekitae15 cm.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan kirisesuai dengan
suplai daraharteri mesentrika superior.
Rectum dan anus merupakan lokasi sebgai penyakit yang sering ditemukan
pada manusia. Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan pengosongan rectum
saat terjadi peristaltic masa. Bila defekasi tidak sempurna rectum menjadi relaks
dengan keinginan dengan defekasi air tetap terus diabsorbsi oleh masa feses
sehingga fese menjadi keras dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi
selanjutnya bila masa feses yang selanjutnya keras terkumpul disatu tempat dan
tidak dapat dikeluarkan maka disebut infaksi feses tekanan feses yang
berlebihanmenyebabkan timbulnyakongesti vena hemoroidalisinterna dan
eksterna (price, 2011 )

D. Manfestasi klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi.Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
oleh trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.Ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis.Hemoroid internal tidak
selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan
perdarahan atau prolaps.
 Nyeri : hemoroid interna ( jarang ), hemoroid eksterna (sering)
Perdarahan
 Anemia : perdarahan berulang
Penonjolan

E. Patofisiologi
Hemorrhoid suatu bantalan jaringan ikat dibawah lapisan epitel saluran anus.
Bantalan ini mengelilingi dan menahan anastomosis antara arteri rektalis superior
dengan vena rektalis superior, medial dan inferior. Bantalan ini juga mengandung
lapisan otot polos dibawah epitel yang membentuk massa bantalan. Bantalan ini
juga memberi informasi sensorik penting dalam membedakan benda padat, cair
atau gas. Secara teoritis, manusia 3 buah bantalan pada posterior kanan ,anterior
kanan dan lateral kiri. Apabila bantalan pembesaran menonjol keluar, thrombosis
hingga nyeri, atau mengalami perdarahan, kadaan patologis yang disebut
hemorrhoid.
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas.Keempat hal diatas menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan
elevasi yang tekanna yang berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis
mengalami prolaps.Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus
akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat
dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan
akibat infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.
Menurut Price dan Wilson (2006), serta Sudoyo (2006) patofisiologi
hemoroid adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan
venous rektum dan vena hemoroidalis.Hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-
faktor risiko/ pencetus dan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Faktor
risiko hemoroid antara lain factor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola
buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama
duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra
abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan
tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi
kronik,diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal,
kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang
olahraga/imobilisasi.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan
tumor rectum.Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering
mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah
kedalam sistem portal.Selain itu sistem portal tidak memiliki katup, sehingga
mudah terjadi aliran balik.Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior
adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesentrika inferior, dan vena
hemoroidalis superior (bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke
hati).Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka
sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik.Terdapat anastomosis antara vena
hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang
meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan
mengakibatkan hemoroid (Price dan Wilson, 2006).

F. Komplikasi
Komplikasi hemoroid antara lain :
 Luka dengan rasa sakit yang hebat sehimgga pasien takut mengejan
dan takut bergerak
 Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula ( saluran
tidak normal ) dari selaput lender usus /anus
 Perdarahan akibat luka bahkan sampai terjadi anemik
 Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh anus otot lingkar
sehingga tidak bias masuk lagi (dermawan 2010)
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri.Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar.Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.Penderita
dalam posisi litotomi.Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang.Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus
seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
4. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang
Hemorrhoid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi telah terjadi
thrombosis.
Colok dubur
Anuskopi
Proktosigmoidokopi
H. Penatalaksanaan hemoroid
1. Penatalaksanaan medis
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya.Tetapi hemorroid
eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam,
belum terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan
nyeri. Gejala hemorroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan
dengan:Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan
selama defekasi.
Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu
dengan menggunakan laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati
usus. Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk
dengan salep, supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel)
dan tirah baring.
· Beberapa tindakan nonoperatif untuk hemorroid:
· Foto koagulasi infra merah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tehnik
terbaru untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya
· Injeksi larutan sklerosan efektif untuk hemorrhoid yang berukuran
kecil.
· Tindakan bedah konservatif hemorrhoid internal
Adalah prosedur ligasi pita karet.Hemorrhoid dilihat melalui anosop, dan
bagian proksimal diatas garis mukokutan dipegang dengan alat.Pita karet kecil
kemudian diselipkan diatas hemorrhoid.Bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari danm dilepas.Terjadi fibrosis yang
mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot dasar.
Meskipun tindakan ini memuaskan beberapa pasien, namun pasien lain
merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemorroid
sekunder dan infeksi perianal.
· Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara membekukan
jaringan hemorroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun
hal ini kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas
karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau angat menyengat dan luka
yang ditimbulkan lama sembuh.
· Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal.Tindakan ini cepat dan
kurang menimbulkan nyeri.Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi
pada periode paska operatif.
· Metode pengobatan hemorroid tidak efektif untuk vena trombosis luas,
yang harus diatasi dengan bedah lebih luas.
· Hemorroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat
semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selma pembedahan,
sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemorroid diangkat
dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.Setelah
prosedur operasi selesai, selang kecil dimaukkan melalui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa
Oxigel dapat diberikan diatas luka kanal.
2. Penatalaksanaan keperawatan
 Perbaikan pola hidup,
 Perbaikan pola makan minum,
 Perbaiki pola atau cara defekasi :Bowel management program (BMP)
I. Woc hemoroid

J. Klasifikasi
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 :
1) Derajat 1
Timbul perdarahan varises atau tonjolan muosa tidak melalui arus dan
hanya dapat proktoskopi
2) Serajat 2
Terdapat thrombus didalam varises selalu keluar pada saat defekasi
3) Derajat 3
Keadaan dimana varises yang ke
luar tidak daPat masus lagi dengan sendirinya tapi dia harus didorong
4) Derajat 4
Satu saat ada tibul keadaa akut dimana varies yang kelar pada saat
defekasitidak dapat masus kembali
Hemoroid eksterna
Merupakan varies vena hemoroidalus inferior yang umumnya berada
dibawah otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat
tonjolan bengkak kebiruan pada pinggiran anusyang terasa sakit dan gatal.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS (PREOP)
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Biasanya dapat terjadi pada semua populasi baik perempuan maupun laki-laki biasanya
hemoroid sering terjadi pda usia 20 hingga 50 tahun
Keluhan utama
Biasanya pasien hemoroid dengan rasa tidak nyaman gatal dan adanya perdarahan
dianus Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
2. Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
b) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien dengan pernah mengalami hemoroid sebelumnya
c) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit hemoroid
sebelumnya
3. Pola nutrisi
Biasanya pasien hemoroid mengeluhkan penurunan nafsu makan
4. Pola eliminasi
biasanya pasien hemoroid bising usus menurun tekstur feses bervariasi
5. Pola aktivitas
biasanya penurunan aktivitas, jarang berolahraga
6. Pola istirahat tidur
Biasanya klien mengalami penurunan istirahat tidur karena penyakit yang dialami
7. Pola kognitif /persepsi
Biasanya tidak ada masalah
8. Pola peran hubungan
Biasanya tidak ada masalah
9. Pola persepsi /konsepdiri
Biasanya tidak ada masalah
10. Pola seksualitas/ reproduksi
Biasanya klien mengalami penururunan karena adanya hambatan karena penyakit
11. Pola koping/ toleransi stress
Biasanya klien merasa khawatir terhadap penyakitnya
12. Pola keyakinan/nilai
Biasanya klien tidak ada hambatan dalam beribadah
B. Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Rambut : biasanya rambut klien tidak ada masalah rambut bersih
Mata : biasanya simetris konjungtiva anemis, tidak ikterik
Hidung : biasanya simetris, tidak ada nyeri tekan bersih
Mulut : biasanya simetris, mukosa bibir kering gigi tidak ada masalah
Telinga : biasanya simetris, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan, bersih dan
tidak ada lesi
Leher : biasanya tidak ada pembesaran kalenjer tiroid
Dada I = biasanya simetris tidak ada tarikan dinding dada
P = biasanya tidak ada masalah
P =biasanya normal
A = biasanya ventrikuler
Jantung : I = biasanya simetris
P = biasanya tidak ada pembesaran jantung, lesi, masa
P = biasanya normal
A = regular

Abdomen : I = biasanya simetris kiri dan kanan, datar


P = biasanya tidak ada peradangan, pembengkakan atau lesi
P = biasanya tidak ada masalah
A = biasanya normal
Ekstremitas : biasanya ekstremitas normal, reflekleks patella baik
Integumen : I =biasanya kulit kering
P = biasanya tidak ada nyeri tekan
Neurologi : biasanya tidak ada masalah
Payudara : normal
Genetalia : biasanya adanya tonjolan diarea anus
Rectal : biasanya pembuluh darah vena pada anus terdapat benjolan dan perdarahan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Deficit nutrisi b.d penurunan nafsu makan
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
3. Konstipasi b.d mortilitas gastrointestinal
4. Ansietas
Intervensi keperawatan

Diagnose Skli Sdki


Deficit nutrisib.d nafsu Status nutrisi Edukasi diet
makan - porsiyang - observasi
dihabiskan - identifikasi
kemampuan keluarga
- kekuatanotot menerima informasi
pengunyah - identifikasi
- pengetahuan pengetahuan saat ini
tentang pilihan - identifikasi pola
makan pada saat ini
makanan sehat dan lalu
- nyeria bdomen - terapeutik
- bising usus - persiapan materi
- nafsu makan media dan alat eraga
- jadwalkan waktu
yang tepat untuk
penkes

Konstipasi b.d mortilitas - eliminasi fekal - manajemen


gastrointestinal - control pengeluaran konstipasi
feses - observasi
- periksa tanda dan
- keluhan defekasi
geja;a konstipasi
irama dan sulit - periksa pergerakan
engejansaat defekasi usus
- distensi abdomen - identifikasi factor
resiko konstipasi
- monitor tanda dan
gejala

Gangguan rasa nyaman b.d status kenyamanan perawatan kenyamanan


gejala penyakit - kesejahteraan fisik - observasi
- kesejahteraan - identifikasi gejala
psikologis tidak menyenangkan
- dukungan social - identifikasi
- kebebasan pemahaman tentang
melakukan ibadah kondisi situasi
- rilaks perasaan
- keluhan tidak - terapeutik
nyaman - berikan posisi yang
nyaman
- ciptakan lingkungan
yang nyaman
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS (POSTOP)

1. PENGKAJIAN
Meiputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pengkajian, agama, status, alamat,
biasanya hemoroid dapat terjadi pada perempuan maupun laki-laki berusia 20
hingga 50 tahun
 Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian anus
 Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah mengalami penyakit hemoroid
 Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya anggota kelurga tidak ada mengalami penyakit yang sama
2. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Biasanya klien tidak mengetahui nutrisi yang baik untuk kesaembuhanya dan
cara perawatan setelah operasi
3. Pola nutrisi/ metabolisme
Biasanya klien makan dengan baik dan sehat setelah dilakukan operasi
4. Pola eliminasi
biasanya eliminasi terganggu akibat dari operasi yang telah dilakukan klien
5. Pola aktivitas/latihan
Biasanya pola aktivitas klien terganggu akibat dari penyakit yang dialaminya
6. Pola aktivitas tidur
Biasanya pola aktivitas tidur klien terganggu karena nyeri yang dirasakan
7. Pola kognitif/ persepsi
Biasaya klien ingin cepat sebuh dari penyakitnya
8. Pola peran hubungan
Biasanya tidak ada masalah
9. Pola seksualitas /reproduksi
Biasanya terganggu akibat penyakitnya
10. Pola persepsi diri/ onsep diri
Biasanya tidak ada masalah, klien biasanya menerima penyakit yang
dialaminya
11. Pola koping/toleransi stress
Biasanya klien merasa cemas akibat penyakitnya
12. Pola keyakinan
Biasanya klien mengetahui agama dan keyakinanya
13. Pemeriksaan fisik
 Tanda-tanda vital
suhu : biasanya normal
nadi : biasanya normal
tekanan darah : biasanya normal
respirasi : biasanya normal
 Kepala
Rambut : biasanya rambut klien bersih dan tidak ada masalah
Mata : biasanya simetris kiri dan kanan konjungtiva anemis
Hidung : biasanya simetris kri dan kanan tidak ada masa maupun peradangan
Mulut : biasanya mulut bersih, tida ada pembengkakan, mukosa bibir biasanya
kering
Telinga : biasanya simetris kri da kanan tidak ada peradangan dan tidak ada
nyeri tekan
 Leher : biasanya simetris, tidak ada pembengkakan kalenjer tiroid
 Dada : I =biasanya simertris kri dan kanan
P = biasanya tidak ada masa ataupn pmbengkakan
P = biasanya sonor
A = biasanya ventrikuler
 Jantung I = biasanya simetris kiri dan kanan
P = biasanya normal tidak ada pembesaran jantung
P = biasanya normal
A = regular
 Abdomen : I = biasanya simetris kiri dan kanan, datar
P = biasanya tidak ada peradangan
P = biasanya tidak ada masalah
A = biasanya normal
 Ekstremitas : biasanya ekstremitas normal, reflekleks patella baik
 Integumen : I =biasanya kulit kering
P = biasanya tidak ada nyeri tekan
 Neurologi : biasanya tidak ada masalah
 Payudara : normal
 Genetalia : biasanya terdapat luka operasi
 Rectal : biasanya terdapat perdarahanluka diarea rectal
D. diagnose keperawatan
1. nyeri akut
2. resiko terjadinya infeksi
3. gangguan mobilitas fisik
E. intervensi keperawatan

Diagnosa Skli sdki


Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
- keluhan nyeri Observasi
- meringis - Identifikasi lokasi,
- gelisah karakteristik, durasi,
- kesulitan tidur frekuensi, kualitas,
- frekuensi intensitas, nyeri
- anoreksia - Identifikasi skala nyeri
- ketegangan otot - Identifikasi respon non
control nyeri verbal nyeri
- melaporkan nyeri - Identifikasi foktor
terkontrol memperberat dan
- kemampuan memperingankan nyeri
mengenal onset Terapeutik
nyeri - Berikan teknik
- kemampuan nonfarmakologis untuk
mengenal mengurangi nyeri
penyebab nyeri - Fasilutasi istirahat
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Resiko Tingkat infeksi Pencegahan infeksi


terjadinya - kebersihan tangan - Observasi
infeksi - kebersihan badan - Monitor tanda dari
- nafsu makan gejala infeksi local dan
- demam sistemik
- kemerahan - Terapeutik
- nyeri - Berikan
- bengkak perawatankulit diarea
udem
- Cuci tangan sesudah
dan setelah kontak
dengan
pasienlingkungan
- Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko
Gangguan Koordinasi pergerakan Edukasi lathan fisik
mobilitas fisik - kekuatan otot Observasi
- control gerakan - Identifikasi dari
- keseimbangan kesiapan dan
gerakan kemampuan menerima
- tegangan otot informasi
- kecepatan gerakan - Terapeutiksediakan
toleransi aktivitas media, materi dan
- frekuensi nadi penkes
- saturasi oksigen - Jadwalkan penkes
- keluhan lelah - Jelaskan jenis dan lat
- frekuensi nafas yang sesuai
- kemudahan dalam - Ajarkan teknik
melakukan pernapasan yang tepat
aktivitas untuk memaksimalkan
status nutrisi penyerapan oksigen
- porsi yang selama latihan
dihabiskan
- kekuatan otot
pengunyah
- pengetahuan
tentang pilihan
makanan sehat
- nyeria bdomen
- bising usus
- nafsu makan
DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Nama Mahasiswa :HESTI WULANDARI
NIM : 161211177
Ruang Praktek : R. BEDAH
Minggu ke - :7

Tanggal Pengkajian :9-3-2020


Identitas
Identitas Pasien
Nama : NY Y No.Rek.Medis : 196682
Umur : 45
Agama : ISLAM
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Pekerjaan : IBU RUMAH TANGGA
Agama : ISLAM
Status perkawinan : KAWIN
Alamat : SURANTIH
Tanggal masuk : 06-03-2020
Yang mengirim : SUAMI
Cara masuk RS : dari puskesmas surantih langsung dibawa ke
rumah sakit painan dengan ambulan langsung ke igd
Diagnosa medis : HEMOROID GRADE 4
Identitas Penanggung Jawab
Nama : TN I
Umur : 47
Hub dengan pasien : SUAMI
Alamat : SURANTIH
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)
Klien masuk ke rs melalui IGD pada tanggal 10 maret 2020 klien mengatakan
ada benjolan dianus yang sudah dirasakan lebih kurang 10 tahun yang lalu,
dan klian juga mengatakan BAB nya bercampur darah dan nyeri, klien telah
dilakukan operasi dan klien mengeluhkan nyeri dibagian anus , luka post op
merah dan gatal
P : akibat benjolan pada bagian anus
Q : nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul
R : nyeri pada anus
S : skala nyeri 4
T : nyeri terasa hilang timbul
Alasan masuk rumah sakit
Klien megalami nyeri dianus dan dilarikan ke RS m.zein painan
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya jika nyeri klien menyesuaikan
posisi senyaman mungkin dengan tidur miring tanpa menekan daerah yang
nyeri.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan dahulunya klien mengalami riwayat hipertensi dan klien
juga mengatakan ada benjolan dianus yang sudah dirasakan 10 tahun yang
lalu
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama sebelumnya
C. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Klien mengatakan kalau penyakitnya ini yang tidak disengaja dan disangka, klien
mengatakan sering mengkonsumsi makanan pedas berlebihan.
Penggunaan : tidak ada, klien mengatakan tidak pernah membeli obat diwarung
tanpa resep dari dokter Kepatuhan terhadap terapi pengobatan : ada, klien patuh
terhadap obat yang diberikan. Upaya adaptasi terhadap perubahan status
kesehatan : ada, klien megerti terhadap penyakitnya
Penyesuaian gaya hidup terhadap perubahan status kesehatan :
1. Pola nutrisi dan metabolisme
BB : 50 KG
TB : 155 CM
BB 50
IMT : = =20,8
TB2 ( 155 ) 2
a. Pola Makan
1) Di rumah
Frekuensi : 3 X SEHARI
Makan Pagi : Nasi, sayur, buah, lauk pauk
Makan Siang : nasi dan ikan
Makan Malam : nasi, sayur, dan ikan
Pantangan/Alergi : klien mengatakan tidak ada pantangan
ataupun alergi pada klien
Makanan yang disukai : pecel ayam
2) Di rumah sakit
Jenis diet dan jumlah kalori
Nafsu Makan : Menurun
Jumlah diet yang dihabiskan
Keluhan mual / muntah
Penggunaan NGT : Tidak

Skrining Nutrisi

Indikator Penilaian Malnutrisi Skor

0 1 2 Nilai

1. Nilai IMT 18,5-22,9 17-18,4 / 23- <17 / 0


24,9 >23

2. Apakah pasien kehilangan BB dalam <5% 5-10% >10% 1


waktu 3 bulan terakhir?
3. Apakah pasien dengan asupan Baik Kurang Sangat 0
makanan kurang lebih dari 5 hari? kurang

4. Adanya kondisi penyakit pasien tidak Ya 0


yang mempunyai resiko masalah
nutrisi
5. Pasien sedang mendapat diet tidak Ya 0
makanan tertentu
TOTAL SKOR 1

Jika total skor :


0 = risiko rendah
1 = risiko sedang
>2 = risiko tinggi
b. Pola minum
1) Dirumah
Frekuensi : 6x sehari
Jenis : air putih
Jumlah : 6 gelas
Pantangan : tidak ada

2) Dirumah sakit
Frekuensi : 5x sehari
Jenis : air putih
Jumlah : 1 liter
Pembatasan cairan : tidak ada
Minuman yang disukai : klien mengatakan suka dengan juice alpokat
Intake cairan 24 jam
F. Infus Asering 500 cc
G. Air Mineral 1500 cc
50 x BB 15 x 50
IWL= = =31,2
24 Jam 24 Jam
Ouput cairan 24 jam
 Urine = 1200 cc
Perhitungan balance cairan
Intake Cairan – Output Cairan
=(1500 cc + 500 cc) – (1200 cc +31,2)= 2000-1.2312=768 cc
Perubahan pada kulit
Keluhan pasien terkait masalah kulit : nyeri pada anus
Faktor resiko luka tekan :
Instrumen Penilaian Resiko Luka Tekan Norton

Perubahan pada kulit

Keluhan pasien terkait masalah kulit (misalnya kering, gatal, adanya lesi) :

Faktor resiko luka tekan :

Instrumen Penilaian Resiko Luka Tekan Norton

Yang dinilai 4 3 2 1

Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk

Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor


Aktivitas Jalan sendiri Jalan dengan Kursi roda Di tempat
bantuan tidur

Mobilitas Bebas Gerak terbatas Sangat Tidak


bergerak terbatas bergerak

Inkontinensia Kontinen Kadang Selalu Inkontinen


inkontinen kontinen urin dan alvi

Total skor 13

Kriteria penilaian :
16 – 20 = tidak beresiko
12 – 15 = rentan resiko
< 12 = resiko tinggi
Pengkajian adanya luka/ulcer
Ukuran luka :

Kondisi luka :

Gambar luka :

. Pola eliminasi
 BAB
Dirumah
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lembek
Warnah : kuning
Dirumah sakit
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lembek
Warnah :kuning
 BAK
Dirumah
Frekuensi : 6x sehari
Jumlah : 1500 cc
Warna : kuning
Dirumah sakit
Frekuensi: 2x sehari
Jumlah : 1000 cc
Warna : kuning
Masalah dirumah sakit : -
Inkontinensia : tidak ada
Kesulitan mencapai toilet
Kateter : tidak
6. Pola aktivitas / latihan
Kemampuan perawatan diri (dibanru oleh keluarga )

Instrumen Penilaian Indeks Skala Barthel

No Aktivitas yang Dinilai 0 5 10

1 Makan 5

2 Berubah sikap dari berbaring ke 5


duduk/dari kursi roda ke tempat
tidur

3 Mandi 5

4 Berpakaian 5

5 Membersihkan diri 5

6 Berpindah/berjalan 5

7 Masuk keluar toilet sendiri 5

8 Naik turun tangga 5

9 Mengendalikan buang air kecil 5

10 Mengendalikan buang air besar 5

TOTAL SKOR 45
Keterangan :

Nilai 0 bila pasien tidak dapat melakukannya, nilai 5 bila pasien dibantu
melakukannya dan nilai 10 bila pasien mandiri

Interpretasi skor total :

0 – 20 = ketergantungan total

21 – 99 = ketergantungan sebagian

100 = mandiri

Total skor : 45
ketergantungan sebagian
b. Kebersihan diri
Dirumah
Mandi : 2xsehari
Gosok gigi : 2x sehari
Keramas : 2x seminggu
Potong kuku : 1x seminggu
Dirumah sakit
Mandi : 1x sehari
Gosok gigi : 1x sehari
Keramas : 1x/3 hari
Potong kuku : 1x seminggu
c. Alat bantu : pispot ditempat tidur
d. Rekreasi dan aktivitas sehari-hari dan keluhan
Rekreasi dan aktivitas dilakukan oleh pasien biasanya klien jalan jalan
pagi dengan anaknya dan menghabiskan waktu dirumah menonton TV
semenjak klien dirumah sakit klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti
semula.
Olah raga : tidak
Kekuatan otot:
7. Pola istirahat tidur
Dirumah
Waktu tidur siang: 2jam
malam : 6 jam
Jumlah jam tidur : 8jam
Dirumah sakit
Waktu tidur siang : 1 jam
malam : 6 jam
Jumlah jam tidur : 7 jam
Masalah di RS : Terbangun
Merasa segar setelah tidur : Tidak
POLA KOGNITIF –PERSEPSI
Status mental: Sadar
Bicara: Nomal
Bahasa sehari-hari : Daerah
Kemampuan membaca : bias
Tingkat Ansietas: Sedang
Sebab, karena klien cemas dengan kondisinya sekarang
Pendengaran: DBN
Penglihatan: DBN

Vertigo: Tidak
Ketidaknyamanan/Nyeri: akut
Deskripsi : P :luka dan disetai adanya benjolan dianus
Q : nyeri dirasakan hilang timbul
R : nyeri dirasakan tajam
S : skala nyeri 7
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul
Penatalaksanaan nyeri : klien minum obat penghilang nyeri
 
POLA PERAN HUBUNGAN
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Status Pekerjaan: Ketidakmampuan jangka panjang
Sistem pendukung: Pasangan
Keluarga serumah
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan dirumah sakit : tidak ada
masalah dalam keluarga selama di RS
Kegiatansosial : klien mengatakan sebelum dirs atau dirumah klien
melaksanakan wirid dan gotong royong bersama.
Lain-lain:
POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Tanggal Menstruasi Akhir(TMA) :
Masalah Menstruasi: Tidak
POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI
Body image/gambaran diri

cacat fisik
( ) perubahan ukuran fisik
( ) fungsi alat tubuh terganggu
( ) keluhan karena kondisi tubuh
( ) transplantasi alat tubuh
( ) pernah operasi
( ) proses patologi penyakit
( ) kegagalan fungsi tubuh
( ) gangguan struktur tubuh
( ) menolak berkaca

( ) prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh


( ) perubahan fisiologis tumbuh kembang
Jelaskan : keluhan kondisi tubuh karena klien harus menjalani operasi
karena benjolan pada anusyang menyebabkan susah / sulit untuk bergerak
dan klien mengatakan nyeri pada dianus
ini klien mengetahui identitas dirinyaRole/peran

( ) overload peran
( ) konflik peran
( ) perubahan peran
( ) keraguan peran
( ) transisi peran karena sakit

Jelaskan : selama klien dirs klien mengalami perubahan peran karena


klien tidak bisa melakukan perannya sebagai istri dan ibu pada anak-
anaknya

Identity/identitas diri

( ) kurang percaya diri


( ) merasa terkekang
( ) tidak mampu menerima perubahan
( ) merasa kurang memiliki potensi
( ) kurang mampu menentukan pilihan
( ) menolak menjadi tua

Jelaskan : tidak ada maslah

d. Self esteem/harga diri


Jelaskan : klien ingin cepat pulang dan berkumpul dengan keluarganya
klien mengeluhkan penyakitnya
e. Self ideal / ideal diri
Jelaskan : klien ingin cepat sembu dan menjani kegiatan seperti biasa
POLA KOPING-TOLERANSI STRES
Masalah selama di rumah sakit (penyakit, finansial, perawatan diri) :
maslah selama dirumah sakit terkait dengan benjolan yang dialami klien
Kehilangan/perubahan besar di masa lalu: tidak
Hal yang dilakukan saat ada masalah: klien mengatakan jika ada masalah
klien selalu menceritakan kepada keluarga terdekatnya.
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress: klien mengatakan tidak ada
mengkonsumsi obat penghilang stress
Keadaan emosi dalam sehari-hari :santai
 
POLA KEYAKINAN NILAI
Agama: Islam
Pantangan Keagamaan: Tidak
Pengaruh agama dalam kehidupan: kien mengatakan sangat percaya
dengan agamanya, ny y mengatakan agama adalah pondasi hidup
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini:  

1. PEMERIKSAAN FISIK
Gambaran

Tanda Vital Suhu : ...........36.5........... Lokasi : ...axila.............

Nadi : ....80x/i........... Irama :


......................Pulsasi................

TD : ........148/80mmhg..................
Lokasi : ................................

RR : .........20x/i................ Irama : ....................................

Tinggi badan

Berat badan sebelum masuk RS : ..53..............., rumah


sakit :.50............

LILA

Kepala :

Rambut Rambut klien terlihat bersih hitam dan panjang

Mata Mata klien simetris kiri dan kanan, tidak ikterik,


konjungtiva anemis, tidak ada lesi atau pembengkakan

Simetris kiri dan kanan , tidak ada lesi atau


Hidung pembengkakan
Mulut Mulut klien simetris kiri dan kanan, terlihat bersih,
Telinga mukosa bibir pucat

Simetris kiri dan kanan, bersih tidak ada pembengkakan

Leher

Trakea Tidak ada masalah

JVP Tidak ada pembesaran jvp

Tiroid Tidak ada pembengkakan kalenjer tiroid

Nodus Limfe Tidak ada masalah atau kelainan

Dada I : simetris kiri dan kanan

Paru P : pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan

P : tidak ada bunyi abnormal


A : vesikuler

Jantung I : tidak ada benjolan, iktus kordis tidak nampak

P : tidak ada maslah

P : redup

A : lup dup suara jantung s1 s2

Abdomen I : datar skor – bentuk simetris

A : bising usus tidak ada

P : nyeri tekan epigastrium

P : timpani

Ekstremitas Kekuatan otot

Muskuloskeletal/Sendi Inspeksi : tidak ada masalah

Palpasi : tidak ada lesi atau pembengkakan

Vaskular Perifer : CRT < 2 detik

Integumen Inspeksi : warnah kulit kuning langsat, tidak ada


kemerahan

Palpasi : tidak ada lesi, pembengkakan, tekstur kulit


kering

Neurologi

Status mental/GCS Tingkat kesadaran compos mentis ( E4, M6, V5 )

Saraf cranial Negative

Reflek fisiologi Reflek fisiologi baik, reflex trisep

Reflek patologis Reflex positif

Payudara Simetris, tidak ada kelainan atau normal

Genitalia Genetalia kotor, terdapat benjolan dianus


Rectal I : terlihat adanya benjolan di anus

P : benjolan sudah tidak teraba

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil

9-3-2020 Usg

9-3-2020 Ekg

Laboratorium

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

hematokrit 37-43 40

hemoglobin 12-14 13,6

leukosit 500-10000 9900


uureum 10-50 20

kreatinin 0,7 0,5-0,9

3. TERAPI
Tanggal Terapi yang Didapat Orderan

10-3-2020 asering 15 tetes/i

11-3-2020 pyclin 2x1500 g

11-3-2020 ketorolac 2x1 amp


PERENCANAAN PEMULANGAN

Rencana Tindak Lanjut:

A. ANALISA DATA
No Data Penunjang Masalah Etiologi WOC
Keperawatan
1 1. DS : - klien mengatakan Nyeri akut Agen cidera adanya benjolan
nyeri dibagian anusnya fisik
-klien mengatakan nyeri
dirasakan seperti ditusuk- Peradangan
tusuk

DO :
Nyeri akut
-Klien tampak
meringis
-Klien tampak gelisah
-Nyeri bertambah saat
bergerak
-Skala nyeri 6

P : Akibat benjolan pada


daerah anus

Q : nteri terasa seperti


ditusuk-tusuk

R : nyeri dirasakan bagian


anus

S : skala nyeri 6

T : nyeri terasa hilang timbul

DS :
2 Gangguan adanya benjolan
-Klien mengatakan sulit mobilitas fisik
Tidak bisa bergerak
menggerakkan
badanya karena Nyeri
nyeri dibagian anus
-Klien mengatakan Gangguan mobilitas
lemas pada badanya fisik

DO :

-kekuatan otot klien menurun

-Klien tampak ;emas


-TD : 120/80 mmhg
-N ; 86X/I
-RR : 24X/I
-S : 36,5
3
 DS :

-Klien mengatakan luka


post op bagian anus
-DO :
-Terdapatnya tanda tanda
ind=feksi seoerti
gatal kemerahan
pada anus
B. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tgl Tanda Tgl Tanda


ditegakkan tangan teratasi tangan

1 Nyeri akut b.d agen cidera 11-3-2020 13-3-2020


fisik

2 Gangguan mobilitas fisik 11-3-2020 13-3-2020


b.d nyeri

3 Resiko infeksi 11-3-2020 13-3-2020


C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Kep NOC NIC dan Aktivitas Keperawatan

1 nyeri akut b.d agen   pemantauan nyeri


cidera fisik -tingkat nyeri Observasi
Keluhan nyeri (3-4) Identifikasi pencetus dari nyeri
Meringis (2-3) Monitor lokasi dan penyebab nyeri
Gelisah ( 2-3) Identifikasi intensitas nyeri dengan
menggunakan skala
Kesulitan tidur (3-4)
Monitor frekuensi nyeri
 
Terapeutik
 
Atur interval waktu pemantauansesuai
 
dengan kondisi klien
 
Dokumentasikan hasil pemeriksaan
 
Edukasi
 
Jelaskan tujuan dan pemantauan
2  
Gangguan mobilitas  Mobilitas fisik
fisik bd nyeri Manajemen nyeri
Pergeraka ekstremitas
Identifikasi lokasi karakteristik durasi frek
(2-3)
nyeri
Kekuatann otot ( 1-2 )
Rentan gerak ROM Identifikasi skala nyeri’
(2-3)
3 Resiko infeksi Monitor keberhasilan terapi
Tingkat infeksi
Monitor efek samping penggunaan
Kriteria hasil analgetik

Demam (1-3) Pencegahan infeksi

Kemerahan (2-3) tIndakan

Nyeri (2-3) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal

Bengkak (2-3) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Ajarkan cara memeriksa luka operasi


D. CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tgl/ No.Dx Implementasi Hari/Tgl/ Evaluasi Tanda
Kep tangan
Jam Jam dan
nama
terang

1 rabu /11-03- nyeri akut Mengkaji keluhan rabu/11- s : pasien


  20/10:10 wib b.d agen nyeri 03- mengeluh nyeri
  cidera Mengobservasi 20/10:10 dibagian anus
  fisik skala nyeri wib akibat benjolan
  Mengajarkan teknik 0 : pasien
relaksasi nafas terlihat gelisah
dalam dan tidak
  nyaman skala
2 Rabu/11-3- Rabu/ nyeri6
20/10:10wib 11-3- A : nyeri akut
Gangguan 20/10:10 P : pemantauan
cidera Berikan teknik wib nyeri
fisik nonfarmakologis S : klien
untuk mengurangi mengatakan
rasa nyeri susah
Kontrol lingkungan menggerakkan
yang memperberat badanya karena
rasa nyeri nyeri akibat
Pertimbangkan benjolan dianus
penyebabsumber 0 : klien susah
nyeridan menggerakkan
pemeliharaan badannya
strategi karena adanya
menurunkan nyeri benjolan anus
tampak susah
berpindah
tempat
A : gangguan
mobilitas fisik
P : manajemen
nyeri

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis. Ftaktor terjadinya hemoroid adalah : Faktor mekanis
(kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal) misalnya, mengedan
pada waktu defekasi. Fisiologis.Radang.Konstipasi menahun.  Kehamilan.Usia tua. Diare
kronik.Pembesaran prostat.Fibroid uteri.Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal.
Adapun piñatalaksanaan bedah adalah : Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat
dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama
pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan
klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.Setelah prosedur operatif selesai,
selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Penempatan Gelfoan atau kassa oxygel dapat diberikan diatas luka anal (Smeltzer dan
Bare, 2002).Teknik operasi Whitehead dilakukan dengan mengupas seluruh hemoroidales
interna, membebaskan mukosa dari submukosa, dan melakukan reseksi.Lalu usahakan
kontinuitas mukosa kembali.Sedang pada teknik operasi Langenbeck, vena-vena
hemoroidales interna dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur dibawah klem
dengan chromic gut no. 2/0, eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan
jepitan jelujur dibawah klem diikat (Mansjoer, 2008).

Anda mungkin juga menyukai