Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN KONSEP DASAR ASUHAN


KEPERAWATAN HEMROID

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. BAIQ RIA SYAFRAINI


2. JULIANARISKA NANDASAPUTRI
3. ANGGA YUDA PRATAMA
4. AHMAD ROI ARIFIN
5. ALAMSYAH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG STRATA I
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta nikmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Pencernaan : Hemoroid ”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dari semua pihak penulisan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan hingga terselesainya makalah ini, khususnya kepada
dosen kami atas bimbingannya.
Penulis berusaha semampunya untuk menyelesaikan makalah ini semaksimal
mungkin, akan tetapi penulis juga tidak mengelak bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak senantiasa penulis harapkan untuk
menyempurnakan pembuatan makalah ini dimasa mendatang. Penulis berharap
semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho’Nya sehingga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan yang menulis khususnya.

Mataram,
November 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena. Hemoroid juga biasa
terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena
pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan
pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan
hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi
dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal
sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod eksternal. (Brunner
& Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar
35% penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun
wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai
puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa,
tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal
ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa Definisi dari Hemoroid?
1.2.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologia dari Hemoroid?
1.2.4 Bagaiman Pathway dari Hemoroid?
1.2.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.2.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?
1.2.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Bertolak pada rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk
mengetahui:
1.3.1 Apa Definisi dari Hemoroid itu?
1.3.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?
1.3.3 Bagaimana Patofisiologis dari Hemoroid?
1.3.4 Bagaimana Pathway dari Hemoroid?
1.3.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.3.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.3.7 Bagaiman Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?
1.3.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN


Makalah ini disusun dengan melakukan study pustaka dari berbagai buku
panduan keperawatan khususnya pada Keperawatan Medikal Bedah.
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab I Pendahuluan terdiri
dari: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II berisi pembahasan dan Bab III terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal.
Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan
nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir
oleh masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir
rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi
juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran
pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana.
Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh
darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid
pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal.
(dr.delken kuswanto)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan
diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth,
2002)
Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya
bekuan darah (trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar.
Wasir yang tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan
wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar).
2.2 Etiologi
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik
yang menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran
vena ke hepar sehingga terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk
kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena
sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur
ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor
penyebab timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding
pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup.
Sehingga darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya
tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat
antara lain :
i. Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana
gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.
ii. Gangguan defekasi dan miksi.
iii. Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
iv. Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3. Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan,
Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.
4. Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling
berkaitan.
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid,
antara lain sebagai berikut :
1. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama.
BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan
meningkatkan tekanan vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran
vena. Sedangkan BAB dengan posisi duduk yang terlalu lama merupakan
factor resiko hernia, karena saat duduk pintu hernia dapat menekan.
2. Obtipasi atau konstipasi kronis
Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB)
sehingga terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang mengeras,
berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan frekwensi
BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis
diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan
muskulus sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita
mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk
3. Tekanan darah (Aliran balik venosa)
Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal
akibat sirosis hepatis. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior,media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat
mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan mengakibatkan hemoroid
4. Faktor pekerjaan
Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus
menggangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena
hemoroid.
5. Olah raga berat
Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik.
Yang termasuk olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat
besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan, memanah, dan berenang.
Seseorang dengan kegiatan berolahraga yang terlalu berat seperti
mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan
pernapasan lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit
akan menyebabkan peregangan . sphincter ani terjadi berulang kali, dan
semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya
bertambah buruk.

2.3 Patofisiologi
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan
keluhan. Akan timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke
dalam saluran anus dan rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri.
Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan
asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh
trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini
akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.
Drainase daerah anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidalis
superior dan inferior. Vena hemoridalis superior mengembalikan daerah ke v.
mesenterika inferior dan berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan
berada dalam bagian yang disebut kolumna morgagni, berjalan memanjang
secara radier sambil mengadakan anostomosis. Ini menjadi varices disebut
hemoroid interna. Lokasi primer hemoroid interna (pasien berada dalam posisi
litotomi) terdapat pada tiga tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan dan
lateral kiri. Hemoroid yang lebih kecil terjadi diantara tempat-tempat tersebut.
V. hemoroidales inferior memulai venular dan pleksus – pleksus kecil di daerah
anus dan distal dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi dua dan pleksus
inilah yang menjadi varices dan disebut hemoroid eksterna (Mansjoer, 2000 :
321).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah diajukan termasuk
konstipasi atau diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,
pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronik yang
disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu,
sistem portal tidak mempunyai katub, sehingga mudah terjadi aliran balik.
(Price, 1995 : 420).
Hemoroid adalah pelebaran vena hemoroidalis. Pada saat terdapat
penekanan, hemoroid internal akan terdorong melewati pintu anus dan
membentuk penonjolan (prolap). Prolap pada hemoroid derajat II dapat masuk
kembali dengan sendirinya, pada derajat III dapat masuk dengan bantuan dari
luar ( tekanan tangan ) dan pada derajat IV tidak dapat masuk kembali ke dalam
(menetap). Prolap yang menetap mengandung gumpalan darah (thrombus) yang
dapat menimbulkan pembengkakan dan peradangan. Prolap yang mendapat
gesekan dapat menimbulkan nyeri. Selain itu prolap yang mendapat gesekan
dapat menimbulkan iritasi kulit perianal. Bila penderita tidak dapat menjaga
kebersihan tubuhnya, maka dapat menimbulkan rasa gatal dan mengeluarkan
lendir. Adanya lendir menyebabkan kelembaban di daerah anus.
Bila prolap tersebut terus mendapat tekanan dari feses yang keras maka
dapat merusak permukaan halus hemoroid dan menyebabkan perdarahan.
Pendarahan yang terjadi kadang hanya menetes dan kadang dapat memancar
deras. Pendarahan yang berulang dapat menimbulkan anemia.
Patway
2.4 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
- Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan
media.
- Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
1. Hemoroid Interna
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa
sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
a. Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak
melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
b. Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada
saat depikasi, tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat
masuk dengan sendirinya.
c. Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan
sendirinya tetapi harus di dorong.
d. Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar
pada saat defekasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini
timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang kadang timbul
perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena
seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal
pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai
tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi
bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul
nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan
perolaps hemoroid.
2. Hemoroid Eksterna.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan
hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2
yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir
anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai
trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
- Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu
lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala utama berupa :
1. Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
2. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
1. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
2. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
3. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostic hemoroid antara lain :
1. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
2. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam
posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
3. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
4. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang
disertai karsinoma.
5. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi
thrombus. Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara
menyuruh pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa.
6. Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid
ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
7. Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya,
dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan
2.7 Komplikasi
1. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan
akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik
pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu
perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang
keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan
sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
2. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku
dan terjadi trombosis.
3. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi
infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman –
kumannya.

2.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan Hemrroid adalah :
1. Terapi konservatif
a. Pengelolaan dan modifikasi diet
Diet berserat dan rendah sisa, buah-buahan dan sayuran, dan intake air
ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan
selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi
selulosa bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak.
Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi
besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengejan secara berlebihan.
b. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat
awal. Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi
kebiasaan mengejan, misalnya Docusate Sodium.
Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine
ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk
diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat
menimbulkan efek samping sistematik.
Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal
yang timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan
rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)
Analgesik, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free Anacin
dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang
memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien
dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau pasien yang
sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial
anti hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu
dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini
mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan.
Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh
lagi.
2. Terapi Tindakan Non Operatif Elektif
a. Skleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam
minyak nabati sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa
darah yang menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu
injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di
atas hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan berakhir dengan
fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang hebat, suntikan harus di atas
mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikan ke kuadran
simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi).
Komplikasi : infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas
terhadap bahan yang disuntikan. Skleroterapi dan diet serat merupakan
terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
b. Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa
dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps.
Tonjolan ditarik dan pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat
denga cincin karet. Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis
dan akhirnya terlepas. Pada bekasnya akan mengalami fibrosis dalam
beberapa hari. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu
dua sampai empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah
nyeri yang hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang
kaya reseptor sensorik dan terjadi perdarahan saat polip lepas atau
nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
c. Bedah Beku (Cryosurgery)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi
nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena
mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan
luasnya. Cara ini cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma recti
inoperabel.
d. IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga
terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap
seminggu sekali.
3. Terapi Operatif
Pada operasi wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit biasanya
dalam anaestesie spinal (pembiusan hanya sebatas pusar kebawah)
sehingga pasien tidak merasa sakit, tapi tetap sadar.
Ada dua metode operasi : yang pertama setelah hemoroid dipotong, tepi
sayatan dijahit kembali. Pada metode yang kedua dengan alat stapler
hemoroid dipotong dan dijahit sekaligus. Keuntungan dari metode kedua
ini adalah rasa sakit yang jauh berkurang dari pada metode pertama
meskipun pada operasi wasir dengan metode pertama pun rasa sakit sudah
berkurang dibandingkan cara operasi 10-20 tahun yang lalu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Data Demografi
a. Di dalam data demografi terdapat identitas pasien dan identitas
penaggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama :
Perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus
atau nyeri pada saat defekasi.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utama pada
klien. Biasanya klien yang mengalami hemoroid, didapatkan
mengeluh terasa adanya tonjolan pada anus, terkadang merasa
nyeri dan gatal pada daerah anus. Selain itu, terkadang klien
datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya perdarahan dari
anus saat buang air besar (BAB) yang menyebabkan klien
menjadi anemia.
c. Riwayat kesehatan terdahulu :
Apakah klien pernah mengalami hemoroid sebelumnya.
Apakah klien mempunyai alergi terhadap suatu obat,
lingkungan, binatang atau terhadap cuaca. Klien juga
ditanyakan apakah pernah menggunakan obat terutama untuk
pengobatan hemoroid sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga :
Adakah riwayat hemoroid dalam keluarga.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan cairan
Klien yang mengalami hemoroid mempunyai kebiasaan makan
yang kurang serat dan jarang minum sehingga terjadi
konstipasi.
b. Pola eliminasi
Klien yang mengalami hemoroid biasanya akan mengeluarkan
darah berwarna merah terang. Dan keenggaanan untuk Bab
sehingga terjadi konstipasi.
c. Pola istirahat tidur
Klien yang mengalami hemoroid, pola istirahat tidurnya akan
terganggu hal ini berkaitan dengan rasa nyeri pada daerah anus
d. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
Perhatikan tonjolan pada daerah anus klien, perhatikan adakah
perdarahan dari daerah anus. Selain menginspeksi hemoroid
pada klien, sebagai seorang perawat juga harus memperhatikan
komplikasi yang terjadi, seperti terjadinya anemia yang dapat
dilihat dengan konjungtiva anemis, capillary refill>3 detik,
kulit klien pucat.
Palpasi : Palpasi area anal, adakah keluhan nyeri pada klien
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal
dan selama kemajuan penyakit) : terutama yang mengandung
mukosa, darah, pus, dan organisme usus, khususnya entamoba
histolitika.
b. Darah lengkap : dapat menunjukkan anemia hiperkronik
c. Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
d. Masa protombin : memanjan pada kasus yang berat karena
gangguan faktor VII dan X disebabkan karena kekurangan
vitamin K.
e. Kolonoskopi : mengidentifikasi adesi, perubahan lumen
dinding.
f. ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) atau LED (Laju Endap
Darah ) : meningkat karena beratnya penyakit.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan
pecahnya vena plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan
yang terus - menerus waktu BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau
anus, yang ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada
daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang
keluar pada daerah eksternal.
Postoperasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan
terpasangnya cerobong angin.
2. Resikol terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi
tentang perawatan dirumah.
3.3 Intervensi Keperawatan
Preoperatif

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. keperawatan kriteria hasil

1. Resiko Setelah 1. Observasi tanda- Tanda – tanda anemis


kekurangan dilakukan tanda anemis diduga adanya kekurangan
nutrisi tindakan zat besi (Hb turun)
berhubungan keperawatan
dengan selama 3 x 242. Diet rendah sisa Dapat mengurangi
pecahnya vena jam, resiko atau serat selama perangsangan pada daerah
plexus kekurangan terjadinya anus sehingga tidak terjadi
hemmoroidalis nutrisi terpenuhi. perdarahan perdarahan.
ditandai dengan
perdarahan KH: 3. Berikan Pendidikan tentang diet,
yang terus ·- Tidak terdapat penjelasan tentang membantu keikut sertaan
menerus waktu anemis, pentingnya diet pasien dalameningkatkan
BAB. · perdarahan kesembuhan keadaan penyakitnya.
terhenti penyakitnya
· BB tidak
turun.
4. Beri kompres es Pasien dengan pecahnya
pada daerah vena plexus hemoriodalis
terjadinya perlu obat yang dapat
perdarahan membantu pencegahan
terhadap perdarahan yang
mememrlukan penilaian
terhadap respon secara
periodik.

5. Beri obat atau Pasien dengan pecahnya


terapi sesuai vena flexus hemmoroidalis
dengan pesanan perlu obat yang dapat
dokter membantu pencegahan
terhadap perdarahan yang
memerlukan penilayan
terhadap respon obat
tersebut secara periodik.

2. Defisit personal Setelah Berikan sit bath 1.Meningkatkan kebersihan


hygene pada dilakukan dengan larutan dan memudahkan terjadinya
anus tindakan permagan penyembuhan prolaps.
berhubungan keperawatan 1/1000% pada
dengan massa selama 2 x 24 pagi dan sore hari. 2. Peradangan pada anus
yang keluar jam, terjaganya menandakan adanya suatu
pada daerah kebersihan anus. infeksi pada anus
eksternal. KH: Obserpasi keluhan
· -tidak ada tanda- dan adanya tanda-· 3. Pengetahuan tentang cara
tanda infeksi. tanda peradangan membersihkan anus
· -Tidak terasa anus membantu keikutsertaan
gatal-gatal pada pasien dalam mempercepat
daerah anus. Beri penjelasan kesembuhanya.
· - Rasa gatal pada cara
anus berkurang membersihkan
anus dan menjaga
kebersihanya

Postoperatif

No Diagnosa Tujuan dan Intervenasi Rasional


. keperawatan kriteria hasil

1. Nyeri Setelah · -Beri posisi tidur


· -Dapat menurunkan
berhubungan dilakukan yang menyenangkan tegangan abdomen
dengan adanya tindakan pasien. dan meningkatkan
jahitan pada keperawatan rasa kontrol.
luka operasi dan selama 2 x 24
· -Ganti balutan setiap
· -Melindungi pasien
terpasangnya jam, gangguan pagi sesuai tehnik dari kontaminasi
cerobong angin. rasa nyaman aseptik silang selama
terpenuhi. penggantian balutan.
Balutan basah
bertindak sebagai
KH: penyerap kontaminasi
· Tidak eksternal dan
terdapat rasa menimbulkan rasa
nyeri pada tidak nyaman.
luka operasi,. · -Latihan jalan sedini
· -Menurunkan masalah
· pasien dapat mungkin yang terjadi karena
melakukan imobilisasi.
aktivitas · -Observasi daerah
· -Perdarahan pada
ringan. rektal apakah ada jaringan, imflamasi
· skala nyeri perdarahan lokal atau terjadinya
0-1. infeksi dapat
· klien meningkatkan rasa
tampak rileks. nyeri.
· -Cerobong anus
· -Meningkatkan fungsi
dilepaskan sesuai fisiologis anus dan
advice dokter memberikan rasa
(pesanan) nyaman pada daerah
anus pasien karena
tidak ada sumbatan.
· -Berikan penjelasan
· -Pengetahuan tentang
tentang tujuan manfaat cerobong
pemasangan anus dapat membuat
cerobong anus (guna pasien paham guna
cerobong anus untuk cerobong anus untuk
mengalirkan sisa- kesembuhan lukanya.
sisa perdarahan yang
terjadi didalam agar
bisa keluar).

2. Resiko Setelah · -Observasi tanda


· -Respon autonomik
terjadinya dilakukan vital tiap 4 jam meliputi TD, respirasi,
infeksi pada tindakan nadi yang
luka keperawatan berhubungan denagan
berhubungan selama 2 x 24 keluhan / penghilang
dengan jam,resiko nyeri . Abnormalitas
pertahanan infeksi teratasi. tanda vital perlu di
primer tidak KH: observasi secara
adekuat · -Tidak lanjut.
terdapat tanda-
· -Obserpasi balutan
· -Deteksi dini
tanda infeksi setiap 2 – 4 jam, terjadinya proses
(dolor, kalor, periksa terhadap infeksi dan /
rubor, tumor, perdarahan dan bau. pengawasan
fungsiolesa). penyembuhan luka
· -Radang luka oprasi yang ada
mengering sebelumnya.
· · -Ganti balutan
· -Mencegah meluas
dengan teknik dan membatasi
aseptik penyebaran luas
infeksi atau
kontaminasi silang.
· -Bersihkan area
· -Mengurangi /
perianal setelah mencegah
setiap depfikasi kontaminasi daerah
luka.
· -Mengurangi
· -Berikan diet rendah
ransangan pada anus
serat/ sisa dan
dan mencegah
minum yang cukup
mengedan pada waktu
defikasi.

3. Kurang Setelah · -Diskusikan · -Pengetahuan tentang


pengetahuan dilakukan pentingnya diet berguna untuk
yang tindakan penatalaksanaan diet melibatkan pasien
berhubungan keperawatan rendah sisa. dalam merencanakan
dengan kurang selama 3 x 24 diet dirumah yang
informasi jam,kurangnya sesuai dengan yang
tentang pengetahuan dianjurkan oleh ahli
perawatan teratas. gizi.
dirumah. · -Demontrasikan · -Pemahaman akan
KH: perawatan area anal meningkatkan kerja
· -klien tidak dan minta pasien sama pasien dalam
banyak menguilanginya program terapi,
bertanya meningkatkan
tentang penyembuhan dan
penyakitna. proses perbaikan
· -Pasien dapat terhadap penyakitnya.
menyatakan
· -Meningkatkan
atau mengerti
· -Berikan rendam
kebersihan dan
tentang duduk sesuai
kenyaman pada
perawatan pesanan
daerah anus (luka atau
dirumah.
polaps).
· -keluarga klien
· -Melindungi area anus
paham tentang
· -Bersihakan area
terhadap kontaminasi
proses anus dengan baik
kuman-kuman yang
penyakit. dan keringkan
berasal dari sisa
· -klien seluruhnya setelah
defekasi agar tidak
menunjukkan defekasi
terjadi infeksi.
wajah tenang · -Berikan balutan
· -Melindungi daerah
luka dari kontaminasi
luar.
· -Pengenalan dini dari
-Diskusikan gejala
gejala infeksi dan
infeksi luka untuk
intervensi segera
dilaporkan kedokter.
dapat mencegah
progresi situasi serius.

· -Mencegah mengejan
· -Diskusikan
saat difekasi dan
mempertahankan
melunakkan feces.
difekasi lunak
dengan
menggunakan
pelunak feces dan
makanan laksatif
alami.
· -Menurunkan tekanan
· -Jelaskan
intra abdominal yang
pentingnya
tidak perlu dan
menghindari
tegangan otot.
mengangkat benda
berat dan mengejan.

3.4 Implementasi
Implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi-
intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan. Komponen dalam tahap
implementasi meliputi tindakan keperawatann mandiri, kolaboratif,
dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan keperawatan.
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus dengan melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan
lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
Teknik dalam melakukan evaluasi ada 2 yaitu :
1. SOAP
S : Subyektif
O : Obyektif
A : Analisa/ Assasment
P : Planing
2. SOAPIER :
S : Subyektif
O : Obyektif
A : Analisa/ Assasment
P : Planing
I : Implementasi
E : Evaluasi
R : Reassesmen
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir
oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa
tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi
juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid
mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis,
peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat menimbulkan
cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan
pengobatannya
4.2 SARAN
Dengan adanya tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang
bagaimana penyakit hemroid dan dapat melakukan perawatan yang baik
serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan adanya hasil
tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur untuk menambah
wawasan dari ilmu yang telah di dapatkan dan lebih baik lagi dari
sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2.


Jakarta: EGC.
Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: EGC
Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2.
Jakarta: EGC
Prince, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta. EGC
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai