EM PENCERNAAN: HEMOROID
Disusun Oleh
Penyakit hemoroid adalah salah satu gangguan jinak yang paling umum p
ada saluran pencernaan bagian bawah (Aigner, 2017). Hemoroid terdiri dari p
embuluh darah, jaringan ikat, dan sejumlah kecil otot (Pusparani & Purnomo,
2019). Struktur vaskular dalam bantal ini membantu mempertahankan kontine
nsia anus dengan mencegah kerusakan pada otot sfingter (Dehdari. et al, 201
8).
3. Klasifikasi
a. Hemoroid eksterna, berasal dari bagian distal dentate line dan dilapisi ole
h epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persyarafan serab
ut saraf nyeri somatic.
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi
mukosa.
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa dibagian superior dan k
ulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.
4. Patofisiologi
5. Pathway
6. Manifestasi Klinik
Menurut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) tanda dan gejala pada hemo
roid yaitu :
Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyeri akut. Nyeri akut adalah nyeri ya
ng terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki 10 proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ri
ngan sampai berat) dan yang berlangsung sangat singkat. (Andarm
oyo, 2013).
Pendarahan berwarna merah terang pada saat pada saat BAB.
Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi
dan edema yang disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah dal
am hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis p
ada area tersebut.
a. Nyeri yang hebat timbul karena terdapat trombosis yang luas denga
n udem dan radang.
b. Perdarahan biasanya timbul pada hemoroidinterna akibat trauma fe
ses yang keras.
c. Anemia berat biasanya terjadi akibat perdarahan yang berulang. d.
Prolaps pada rectum biasanya timbul sewaktu defekasi dan reduksi
spontan sewaktu defekasi.
d. Iritasi kulit perinatal dapat menimbulkan rasa gatal yang disebabka
n oleh kelembaban yang terus menerus pada anus sehingga terjadi r
angsangan mukus.
7. Penatalaksanaan
b. Penatalaksanaan farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis dibagi menjadi menjadi empat yaitu:
Obat yang berfungsi memperbaiki defekasi Ada dua macam obat y
aitu suplemen serat yang banyak digunakan antara lain psyllium ata
u isphagula husk yang berasal dari biji plantago ovata yang dikerin
gkan dan digiling menjadi bubuk. Efek samping antara lain kentut,
kembung, kontipasi, alergi, sakit abdomen. Untuk mencegah kontip
asi atau obstruksi saluran cerna dianjurkan minum air yang banyak.
Sedangkan obat yang kedua yaitu obat pencahar antara lain Natriu
m dioctyl sulfosuccinat dengandosis 300 mg/ hari.
Obat simptomatik Obat simptomatik bertujuan untuk mengurangi
keluhan rasa gatal, nyeri atau karena kerusakan kulit daerah anus. S
ediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk hemoroidinternase
dangkan sediaan ointment/krem digunakan untuk hemoroidekstern
a.
Obat untuk menghentikan perdarahan Perdarahan di akibatkan ada
nya luka pada dinding anus atau pecahnya v. hemoroid yang dindin
gnya tipis. Pemberian obatnya yang dapat digunakan yaitu diosmin
hesperidin.
1. Penatalaksanaan Konservatif
2. Pembedahan
Apabila hemoroid internal derajat 1 yang tidak membaik dengan penatala
ksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan. HIST(h
emorrhoid institute of south texas) menetapkan indikasi tatalaksana pemb
edahan hemoroid antara lain:
8. Komplikasi
Rektum akan relaksasi dan harsat untuk defekasi hilang apabila defek
asi tidak sempurna. Air tetap terus di absorsi dari masa feses yang menye
babkan feses menjadi keras, sehingga defekasi selanjutnya lebih sukar. Te
kanan fases berlebihan menyebabkn kongesti vena hemoroidalis interna d
an eksterna, dan merupakan salah satu penyebab hemoroid (vena varikosa
rektum). Daerah anorektal sering merupakan tempat abses dan fistula, ka
nker kolon dan rektum merupakan kanker saluran cerna yang paling serin
g terjadi pada penderita konstipasi. Komplikasi lain yang dapat terjadi ad
alah: hipertensi arterial, impaksi fekal, fisura, serta mengakolon (Smeltzer
& Bare, 2010).
1. Pengkajian
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada pen
derita post operasi hemoroid menurut Price dan Wilson (2012)
meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, alamat, agama,
status perkawinan, no. register, tanggal MRS, diagnose keperaw
atan.
1. Umur
Pada penderita hemoroid sering dijumpai 35% penduduk ya
ng berusia sekitar 45-65 tahun.laki-laki maupun perempuan
bisa mengalami hemoroid.
2. Pekerjaan
Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan saat
defekasi, pola makan yang salah bisa mengakibatkan feses
menjadi keras dan terjadinya hemoroid.
3. Keluhan
utama Pada pasien post operasi hemoroid mengeluh nyeri p
ada anus akibat sesudah operasi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, pembesar
an prostat dan sebelumnya pernah memiliki riwayat penyaki
t hemoroid.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada riwayat penyakit hemoroid dalam satu keluarga.
6. Riwayat psikososial
a. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tentang persepsi klien terhadap penyakit yang diderita.
Pasien merasa malu dengan keadaanya, ansietas, dan rendah
diri.
b. Pola istirahat dan tidur Pada pasien post hemoroid biasan
ya mengalami gangguan tidur karena nyeri pada anus sesuda
h operasi.
c. Pola aktivitas Pada pasien post hemoroid mengalami keter
batasan aktivitas karena nyeri pada anus akibat sesudah oper
asi.
7. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran : kesadaran pasien perlu di kaji dari sad
ar-tidak sadar (composmenti-coma) untung mengetahui bera
t ringannya prognosis penyakit pasien. Kesadaran: composm
entis tingkat GCS : E : 4, V : 5, M : 6.
b. Tanda-tanda vital 1) Tekanan darah : normalnya 120/80 m
mHg. 2) Suhu : normalnya 36,5C – 37,2C. 3) Nadi : norm
alnya 60-100 x/menit. 4) Respirasi rate : normalnya 16-24x/
menit. 18
c. Pemeriksaan kepala dan muka
1) Kepala
Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur antara : kas
ar dan halus.
Kulit kepala : termasuk benjolan, lesi.
Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur. d)
Muka/wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah.
d. Pemeriksaan telinga
1. Daun telinga dilakukan inspeksi : simetris kana k
iri.
2. Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai
mengganggu diameter lubang.
3. Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen b
erwarna putih keabuan dan masih dapat bervaria
si dengan baik apabila tidak mengalami infeksi s
ekunder.
4. Pendengaran : pengkajian ketajaman terhadap bi
sikan atau tes garputala dapat mengalami penuru
nan.
5. Pemeriksaan mata Yang perlu di kaji yaitu lapan
g pandang dari masing-masing mata (ketajaman
menghilang). Inspeksi :
1) Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul
eksoftalmikus, strabismus.
2) Alis mata : dermatitis, seborea.
3) Sklera dan konjungtiva : seklera mungkin ikte
rik. Konjungtiva anemis pada penderita yang suli
t tidur karena merasakan nyeri setelah operasi. 4)
Pupil : miosis, midriasis atau anisokor
6. Pemeriksaan mulut dan faring Inspeksi
Bibir : sianosis, pucat
Mukosa oral : mungkin kering, basah.
Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis.
Lidah mungkin berwarna keputihan dan be
rbau akibat penurunan oral hygiene.
Faring mungkin terlihan kemerahan akibar
peradangan.
7. Pemeriksaan leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugula
ris, pembesaran kelenjar limfe leher dapat muncu
l apabila ada infeksi sistemik.
8. Pemeriksaan thorak dan paru
Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan
upaya bernafas antara lain : takipnea, hiper
nea, dan pernafasan chyne stoke (pada kon
dis ketoasidosis).
Amati bentuk dada : normal atau barrel ch
est, funnel chest dan pigeon chest.
Dengarkan pernafasan pasien
Stidor pada obstruksi jalan nafas.
Mengi (apabila penderita mempunyai riwa
yat asma atau bronchitis kronik).
9. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondis
i dada, simetris atau tidak, ictus cordis na
mpak atau tidak.
Palpasi : terdapat ictus cordis teraba di IC
S 4-5.
Perkusi : perkusi jantung terhadap suara ja
ntung pekak (padat).
Auskultasi : auskultasi bunyi jantung nor
mal BJ 1 (dup), BJ 2 (lup) dan suara terde
ngar tunggal.
10. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan
simetris adanya pembesaran organ.
Auskultasi : auskultasi bising usus apaka
h terjadi penurunan atau peningkatan mot
ilitas.
Perkusi : perkusi abdomen terhadap prop
orsi dan pola tymphani serta kepekaan.
Palpasi : palpasi untuk mengetahui adany
a nyeri tekan atau massa.
11. Pemeriksaan genetalia dan anus
Genetalia : pada inspeksi apakah ada timo
sis pada preposium dan apakah ada kemer
ahan pada kulit skrotum.
12.Anus
Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post
operasi, apakah ada tanda infeksi, apakah
adanya pus (nanah) atau tidak, apakah ma
sih terjadi pendarahan berlebih.
Palpasi : palpasi untuk mengetahui adany
a nyeri tekan, adanya pus (nanah) atau tid
ak.
Pemeriksaan ekstremitas Inspeksi bentuk,
adanya luka, edema baik ekstremitas atas
maupun bawah.
Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5)
:lumpuh
:adanya kotraksi otot.
:melawan gravitasi dengan sokongan.
:melawan gravitasi tetapi tidak ada tahana
n.
:melawan gravitasi dengan tahanan sediki
t.
:melawan gravitasi dengan kekuatan penu
h.
C. Analisa Data
Ansietas
Hygiene kurang
Resiko infeksi
Nyeri akut
4. Gejala dan tanda mayor Faktor resiko hemo
DS: Defekesi kurang dari 2x se roid
minggu, pengeluaran feses lama
dan sulit
DO: Feses keras, peristaltic usu Dilatasi & distensi
s menurun pembuluh darah
Mengabaikan doro
ngan defekasi akiba
t nyeri
Konstipasi
D. Diagnosa Keperawatan
N
Dx Tujuan Intervensi Rasional
O
1. Ansietas b. Setelah dilakukan as Reduksi ansietas 1. Identifikasi masalah
d Kurang p uhan keperawatan s spesifik akan
engetahuan elama 2x24 jam dih Observasi meningkatkan
tentang pro arap tingkat ansietas Identifikasi saat tin kemampuan individu
sedur opera menurun dengan kri gkat ansietas berub untuk menghadapinya
si teria hasil: ah (mis,kondisi, wa dengan realistis
Verbalisasi ke ktu,stesor) 2. Sebagai indikator
bingungan me Identifikasi kemam awal dalam
nurun puan mengambil k menentukan
Verbalisasi k eputusan intervensi berikutnya
hawatir akibat Monitor tanda-tand 3. Hubungan saling
kondisi yang a ansietas (verbal d percaya adalah dasra
dihadapi men an nonverbal) hubungan terpadu
urun yang mendukung
Perilaku gelis klien dalam
ah menurun Terapeutik mengatasi masalah
Perilaku tega cemas
ng menurun Ciptakan suasana a 4. Ketidaktahuan dan
Konsentrasi terapeutik untuk m kurangnya
membaik enumbuhkan keper pemahaman dapat
Pola tidur me cayaan menyebabkan
mbaik Temani pasien unt timbulnya ansietas
uk mengurangi kec
emasan,jika kemun
gkinan
Pahami situasi yan
g membuat ansieta
s
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Gunakan pendekat
an yang tenang dan
meyakinkan
Tempatkan bafrang
pribadi yang memb
erikan kenyamanan
Motivasi mengiden
tifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Diskusikan perenca
naan realistis tenta
ng peristiwa yang a
kan datang
Edukasi
Jelaskan prosedur
, termasuk sensasi
yang mungkin dial
ami
Informasikan seca
ra factual mengena
l diagnosis, pengo
batan dan prognol
ogis
Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersa
ma pasien, jika per
lu
Anjurkan melakuk
an kegiatan yang ti
dak kopetitip, sesu
ai kebutuhan
Anjurkan mengun
gkapkan perasaan
dan persepsi
Latih kegiatan pen
galihan untuk men
gurangi kdetegang
an
Latih penggunaan
mekanisme pertah
anan diri yang tep
at
Latih Teknik relak
sasi
Kolaborasi
Kolaborasi pember
ian obat antiansieta
s,jika perlu
Terapeutik
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pdemi
cu nyeri
Jelaskan strategi m
eredakan nyeri
Anjurkan monitor
nyeri secara mandi
ri
Anjurkan menggun
akan analgetik seca
ra tepat
Anjurkan Teknik n
onfarmkologis untu
k mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pembeti
an analgetik, jika p
erlu
Edukasi
Jelaskan jenis
makanan yang
membantu
meningkatkan
keteraturan
peristaltik usus
Anjurkan mencatat
warna, frekuensi,
konsistensi,
volume feses
Anjurkan
meningkatkan
aktivitas fisik,
sesuai toleransi
Anjurkan
pengurangan
asupan makanan
yang meningkatkan
pembentukan gas
Anjurkan
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung tinggi
serat
Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan, jika
tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat supositoria anal,
jika perlu
F. Daftar isi
http://repository.unimus.ac.id/1007/3/BAB%20II.pdf
https://eprints.umm.ac.id/65556/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/6150/3/BAB%202.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/hemoroid/eti
ologi