Oleh:
SRI KANTI
14.401.17.081
A. Latar Belakang
Hemoroid adalah penyakit yang terjadi didaerah anus dan cukup
banyak ditemukan pada praktek dokter sehari – hari yang timbul karena
dilatasi vena hemoroidalis yang disebabkan karena faktor-faktor resiko
atau factor pencetus (Setiati dkk, 2014, p. 587).
Menurut hasil penelitian sebelumnya, sekitar 75% orang dalam
populasi akan mengalami hemoroid dalam hidupnya. Hemoroid
merupakan penyakit yang dapat diderita oleh semua orang dengan
pravelensi sama banyaknya pada laki-laki maupun perempuan, dan sedikit
meningkat pada wanita yang sedang mengandung dan akan melahirkan.
Penelitian di Poli Klinik Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi, jumlah penderita hemoroid dari tahun 2015-2017
mengalami peningkatan. Dimana pada tahun 2015 jumlah penderita
hemoroid sebanyak 217 orang, dan pada tahun 2017 meningkat sebanyak
342 orang. Hasil analisis diketahui dari 20 penderita hemoroid sebagian
mengalami konstipasi 18 (90,0%) responden, duduk lama 13 (65,0%)
responden dan obesitas sebanyak 7 (35,0%) responden. Terdapat
hubungan yang bermakna antara konstipasi, duduk lama dan obesitas
dengan kejadian hemoroid (Wibowo dkk, 2018, p. 7).
Hemoroid atau wasir seringkali disebabkan oleh pengeluaran tinja
yang keras pada saat buang air besar atau konstipasi. Fisiologis dalam
pencernaan makanan, makanan yang kita masukkan kedalam tubuh
melalui mulut, makanan tersebut masuk melalui esophagus menuju
kelambung. Didalam lambung makanan akan dipecah menjadi lebih halus
dan cair supaya mudah untuk diserap kemudian diusus halus lalu diserap
sisanya masuk keusus besar. Sepanjang perjalanan diusus besar kerektum
(tempat penampungan akhir) oleh tubuh penyerapan cairan pada feses
masih tetap berlangsung. Pembentukan kotoran/feses ditubuh dibentuk
dengan adanya serat dan cairan. Serat tidak diserap oleh tubuh. Saat tubuh
kita kekurangan cairan dan serat maka tinja menjadi keras.Tinja yang
keras itu sulit dikeluarkan sehingga menyebabkan penekanan/trauma pada
pleksus hemoroidalis dan menyebabkan vena hemoroidalis mengalami
dilatasi atau pelebaran. Karena pelebaran pembuluh darah tersebut
terjadilah benjolan hemoroid (Masriadi, 2016, p. 302).
Hemoroid derajat I dan II yang diberikan berupa terapi lokal dan
himbauan tentang perubahan polamakan. Diajurkan untuk banyak
mengkonsumsi makanan sayur-sayuran dan buah yang banyak
mengandung air. Derajat III dan IV, terapi yang dipilih adalah terapi bedah
yaitu dengan hemoroidektomi. Terapi ini juga bias dilakukan untuk pasien
yang sering mengalami perdarahan berulang, sehingga dapat menyebabkan
anemia, ataupun untuk pasien yang sudah mengalami keluhan bertahun-
tahun. Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang
menyebabkan terjadinya hemoroid dengan minum yang cukup, makan
cukup sayuran dan buah-buahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras
(Masriadi, 2016, p. 303).
B. Batasan Masalah
Pada makalah ini hanya membatasi konsep penyakit dan konsep asuhan
keperawatan hemoroid.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit hemoroid.
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit hemoroid.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami dan dapat melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit hemoroid.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui, mengerti, memahami dan mahasiswa
dapat melaksanakan:
a. Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,
klasifikasi, komplikasi penyakit hemoroid.
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien yang
menderita penyakit hemoroid yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Hemoroid berasal dari bahasa Yunani dari kata “haem” :darah,
dan “rhoos” yang artinya mengalir. Jadi perdarahan dari anus
(Masriadi, 2016, p. 300).
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah
vena didaerah anus yang berasal dari plexus hemorhoidalis (Setiati
dkk, 2014, p. 587).
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau
lebih vena hemoroidalis didaerah anorektal dan bersifat lebih
kompleks yang melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah,
jaringan lunak, dan otot sekitar rektal (Kasron & Susilowati, 2018, p.
396).
Jadi kesimpulanya hemoroid atau yang lebih dikenal dengan
wasir atau ambeien merupakan pelebaran vena didalam plexus
hemoroidalis yang ada didaerah anus yang disebabkan adanya
bendungan darah dalam susunan pembuluh vena.
2. Etiologi
Penyebab hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah
konstipasi, mengejan yang berlebihan, kehamilan/persalinan, konsumsi
makanan yang rendah serat, terlalu lama duduk, peradangan pada usus
seperti colitis ulseratif, kondisi penuan (Mutaqqin & Sari, 2013, p.
690).
3. Tanda dan gejala
Gejala penyakit hemoroid pada tingkat dasar hanya berupa darah
yang menetes pada saat buang air besar sampai timbulnya benjolan
dari anus. Benjolan yang keluar tersebut bias masuk secara spontan
dengan sendirinya maupun dibantu dengan tangan. Namun dapat pula
tidak masuk kembali dan memerlukan tindakan invasif. Pada stadium
lanjut wasir perlu di operasi. Bisa pula timbul keluhan gatal dan nyeri
pada anus (Masriadi, 2016, p. 302).
Hemorid dibagi menjadi hemoroid interna dan eksterna. Gejala
pada hemoroid interna menurut (Masriadi, 2016, p. 303) adalah:
1. Adanya darah yang menetes saat BAB.
2. Saat BAB muncul benjolan di anus yang dapat masuk kembali
dengan sendiri.
3. Muncul benjolan dari anus saat BAB yang perlu dibantu dengan
tangan untuk memasukkan kembali.
4. Muncul benjolan yang keluar dari anus saat BAB dan benjolan
tersebut keluar lagi walaupun sudah dibantu dimasukkan dengan
tangan.
5. Timbul rasa panas atau gatal.
6. Sulit BAB.
7. Merasa ada benjolan ketika BAB.
8. Merasakan sakit saat BAB.
9. Kadang terjadi perdarahan saat BAB pada dubur (berwarna
merah).
Gejala hemoroid eksterna berupa tonjolan kecil sekitar anus, dan
nyeri karena trombosis (bekuan darah) dari pembuluh darah dibawah
kulit anus dan berhubungan dengan kulit, bengkak kebiruan pada
pinggir anus yang terasa sakit dan gatal (Masriadi, 2016, p. 303).
4. Patofisiologi
Hemoroid atau wasir atau ambeien dapat terjadi pada individu
yang sehat. Umumnya wasir dapat menyebabkan gejala ketika
mengalami pembesaran, peradangan, atau prolaps. Sebagian besar
literature menyebutkan bahwa diet rendah serat dapat menyebabkan
bentuk feses menjadi kecil, keras dan padat yang bias mengakibatkan
kondisi mengejan selama buang air besar. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan
dari venous return. Kondisi terlalu lama duduk ditoilet diyakini
menyebabkan melemahnya struktur pendukung. Mengejan dan
konstipasi dianggap sebagai penyebab hemoroid (Mutaqqin & Sari,
2013, p. 691).
Pada kehamilan memberikan tegangan abnormal dari otot
sfingter internal yang dapat menyebabkan hemoroid. Pada waktu
persalinan, terjadi tekanan keluar yang kuat pada anus. Tekanan ini
dapat memperparah wasir yang sudah atau membentuk wasir yang
sebelumnya belum ada (Masriadi, 2016, p. 301).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubunganya
dengan hemoroid. Perdarahan massif dari hemoroid pada pasien
dengan hipertensi portal biasanya bersifat masif. Varises anorektal
merupakan kondisi umum pada pasien dengan hipertensi portal.
Varises terjadi di midrektum, diantara sistem portal dan vena inferior
rektal. Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis dan
mereka jarang mengalami perdarahan .Kondisi hemoroid dapat
memberikan berbagai manifestasi klinis seperti nyeri dan perdarahan
pada anus. Hemoroid internal tidak menimbulkan sakit karena berada
diatas garis dentate dan tidak ada inervasi saraf namun mengalami
perdarahan, prolaps sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi
kebagian sensitive kulit perianal sehingga menimbulkan sensasi gatal
dan iritasi. Hemoroid internal juga dapat menyebabkan rasa sakit akut
ketika terjadi inkerserata atau strangulasi. Strangulasi yang disertai
dengan nekrosis dapat menimbulkan ketidaknyamanan lebih. Ketika
kondisi ini terjadi, sering menyebabkan kejang sfingter eksternal
seiring dengan trombosis. Trombosis eksternal menyebabkan nyeri
akut (Mutaqqin & Sari, 2013, p. 691).
Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan perdarahan
tanpa sakit pada saat defekasi. Perdarahan sebagai tanda pertama
hemoroid interna karena trauma oleh feses yang keras dan vena
mengalami ruptur. Dengan meningginya spasme sfingter, perdarahan
bersifat muncrat. Darah tersebut berwarna merah segar dan tidak
bercampur dengan tinja, hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai darah yang menetes dan mewarnai air toilet sampai
menjadi merah. Darah yang keluar akibat hemoroid berwarna merah
segar karena mengandung zat asam. Kadang perdarahan hemoroid
yang berulang dapat mengakibatkan anemia berat (Mutaqqin & Sari,
2013, p. 691).
Hemoroid eksternal menyebabkan gejala dalam dua cara.
Pertama, thrombosis akut yang mendasari vena hemorid eksterna
dapat terjadi. Trombosis akut biasanya berkaitan dengan peristiwa
tertentu, seperti tenaga fisik, berusaha untuk mengejan. Nyeri dari
inervasi saraf oleh adanya distensi dan edema. Rasa sakit berlangsung
selama 7-14 hari sesuai dengan resolusi trombosis. Kondisi hemoroid
eksternal memberikan manifestasi kurang higienis akibat kelembapan
dan rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan terdapatnya
feses pada pakaian dan merupakan ciri hemoroid yang mengalami
prolaps menetap (Mutaqqin & Sari, 2013, p. 691).
Pathway
Gangguan
Gangguan Hemoroid Integritas Kulit
Citra Tubuh benjolan
Perfusi
Peradangan pada pleksus perifer
Nyeri Kompresi
hemoroidalis tidak efektif
saraf lokal
Resikoi
nfeksi Intervensi Intervensi bedah Gg. Defeksi Respon
skleroterapi hemoroidektomi (konstipasi) psikologis
Kasron & Susilowati. (2018). Buku Ajar Anatomi dan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Setiati dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta
Pusat: Interna Publishing.
Sudoyo. ((2014)). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta Pusat:
Interna Publish.