Disusun oleh :
ADELLA CAHYA SEPTILIA PUTRI
P27220023323
6. Manifestasi klinik
Manifestasi yang paling umum pada hemoroid eksternal adalah
munculnya massa pada anus, sedangkan hemoroid internal dicirikan
oleh perdarahan dan prolaps (protrusi keluar anus). Manifestasi lain
yang bisa ditemukan pada pasien dengan hemoroid adalah rasa gatal
pada anus dan konstipasi. Nyeri dapat ditemukan jika terdapat
thrombosis yang berkaitan (Black & Hawks, 2018).
a. Hemoroid Internal
Manifestasi klinis paling umum pada hemoroid internal adalah
terjadinya perdarahan. Darah yang keluar berwarna merah segar
dan tidak bercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada
feses atau kertas pembersih (tissue toilet) (Maher, 2017). Hemoroid
internal juga menimbulkan lendir yang dapat menyebabkan
dermatitis lokal atau biasa disebut dengan Pruritus ani (Muttaqin &
Sari, 2018). Hemoroid dapat mengakibatkan anemia apabila terjadi
perdarahan kronik (Diyono & Mulyanti, 2018).
b. Hemoroid Eksternal
Manifestasi klinis dari hemoroid eksternal umumnya berupa
benjolan, namun ketika defekasi musculus sphincter ani eksternus
akan berotasi ke arah luar membentuk bibir anorektum (Ulima,
2018). Gatal dan nyeri ketika defekasi, serta tidak adanya
perdarahan merupakan ciri lain dari hemoroid eksternal (Rosdahl,
C. & Kowalski, M., 2017). Nyeri biasanya berlangsung selama 7-
14 hari bergantung pada resolusi thrombosis (Muttaqin & Sari,
2018).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. pemeriksaan Colok Dubur
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskop
diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar.
c. Prokto Sigmoidoskopi
untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau keganasan di tingkat yang lebih tinggi
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat
Rumah, Diagnosa medis.
b. Catatan masuk rumah sakit, diagnosa medis
c. Identitas penanggung jawab
Nama, Alamat, Hubungan dengan pasien.
d. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien yang bersifat subjektif
saat dilakukan pengkajian.
e. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat kesehatan sekarang
berfokus kepada pengembangan dari keluhan utama. Sebagian
besar penderita batu buli mengeluh nyeri. Sehingga pengkajian
dilakukan melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P)
yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu
bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri
menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang
dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan Time
(T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
2) Riwayat kesehatan lalu : Kaji apakah klien pernah menderita
penyakit sama atau pernah memiliki riwayat penyakit
sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji ada atau tidaknya
keluarga klien pernah menderita penyakit turunan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum berupa :
a) Kesan keadaan sakit, umumnya pasien akan tampak
meringis dan memegang daerah yang sakit
b) Kesadaran, penilaian kesadaran secara kualitatif sebagai
berikut :
(1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dan dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
(2) Apatis, yaitu pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh ak
acuh dengan keadaan sekitar, dan dapat memberi respon
adekuat jika diberi stimulus
(3) Somnolen (letargi, obtundasi, dan hipersomnia), yaitu
kondisi ini ditandai dengan mengantuk, selalu ingin
tidur, tidak responsif dengan stimulus ringan, tetapi
masih dapat dipulihkan bila diberi rangsangan yang
kuat. Namun, saat rangsangan dihentikan, orang
tersebut akan tertidur lagi.
(4) Soporous atau stupor, yaitu keadaan mengantuk yang
dalam. Pengidapnya masih bisa dibangunkan dengan
rangsangan kuat. Namun, mereka tidak terbangun
sepenuhnya dan tidak dapat memberi jawaban verbal
yang baik. Pada soporous/stupor, refleks kornea dan
pupil baik, tetapi BAB dan BAK tidak terkontrol.
(5) Koma, yaitu penurunan kesadaran yang terjadi sangat
dalam. Pada tubuh pasien tidak ada gerakan spontan,
refleks pupil terhadap cahaya tidak ada dan tak ada
respon terhadap nyeri yang dirasakan.
(6) Delirium, yaitu penurunan tingkat kesadaran seseorang
yang disertai kekacauan motorik dan siklus tidur
bangun yang terganggu. Pasien akan tampak
disorientasi, gelisah, iritatif, salah persepsi terhadap
rangsangan sensorik sehingga mengalami halusinasi.
2) TTV
Didapatkan angka normal dalam TTV (WHO) sebagai berikut:
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi : 60-80 x/menit
Respiratory rate :12-20 siklus/menit
Suhu : 36,1 ℃ - 37,5 ℃
Pada pasien nyeri, akan terjadi peningkatan tanda-tanda vital.
Umumnya pasien batu buli juga mengalami demam sehingga
suhu tubuh pun meningkat.
3) Antropometri
4) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala.: Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana
bentuknya, apakah terdapat masa bekas trauma pada kepala,
bagaimana keadaan rambut klien
b) Wajah : Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema,
apakah terdapat paralisis otot muka dan otot rahang.
c) Mata : Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda,
bentuk alis mata, kelopak mata, konjungtiva, sclera, bola
mata apakah ada kelainan, apakah daya penglihatan klien
masih baik
d) Telinga : Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah
terdapat sekret, serumen dan benda asing, membran timpani
utuh atau tidak, apakah klien masih dapat mendengar
dengan baik
e) Hidung : Apakah terjadi deformitas pada hidung klien,
apakah setrum terjadi deviasi, apakah terdapat secret,
perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman masih
baik
f) Mulut : Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat,
gigi masih utuh, mukosa mulut apakah terdapat ulkus,
karies, arang gigi, otot lidah apakah masih baik, pada tonsil
dan palatum masih utuh atau tidak
g) Dada : Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
h) Abdomen : Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau
penonjolan setempat, peristaltic usus meningkat atau
menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat
nyeri pada abdomen.
i) Genitalia dan rectum : Apakah terdapat hernia, pembesaran
kelenjar limfe, bagaimana bentuk penis dan skrotum,
apakah terpasang kateter atau tidak, pada anus apakah
terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada
klien vesikolitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal
toucher untuk mengetahui pembesaran prostat dan
konsistensinya.
j) Ekstremitas : Apakah pada ekstremitas bawah dan atas
terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi atau edema,
bagaimana kekuatan otot dan refleknya. Pemeriksaan fisik
pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan
fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak
batu dan penyulit yang ditimbulkan.
g. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi Kesehatan
Pola hidup sehat pasien yang menderita batu buli harus
ditingkatkan dalam hal status kesehatannya, perawatan, dan
tatalaksana hidup sehat. Keluarga juga perlu untuk terus
melakukan perawatan selain tim kesehatan, guna meningkatkan
kesehatannya.
2) Pola nutrisi metabolic
Pola nutrisi pasien dengan batu buli terganggu, hal ini
dikarenakan pasien mengalami gangguan volume cairan
sehingga beresiko perubahan nutrisi.
3) Pola eliminasi
Pola eliminasi pada pasien dengan batu buli mengalami
gangguan.
4) Pola aktivitas dan Latihan
Pasien dengan batu buli mengalami perubahan pada pola
aktivitasnya. Hal ini dikarenakan pasien mengalami nyeri perut
serta adanya perubahan nutrisi yang menyebabkan kelemahan.
Perubahan pola nutrisi juga dapat mempengaruhi aktivitasnya.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)
b. Ansietas b.d perubahan status kesehatan (D.0080)
3. Intervensi keperawatan
No Dx. Kep Tujuan Intervensi
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik
mungkin dialami
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
ansietas, jika
perlu
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi :
aktivitas b.d tindakan keperawatan (I.05178)
kelemahan selama 2 x 7 jam
Observasi :
diharapkan intoleransi
aktivitas membaik - Identifikasi
dengan kriteria hasil gangguan fungsi
tubuh yang
- Keluhan lelah
mengakibatkan
meningkat (3) – (5)
kelelahan
- Perasaan lemah
meningkat (3) – (5) - Monitor kelelahan
fisik dan
- Kemudahan dalam
emosional
melakukan aktivitas
sehari-hari - Monitor pola dan
meningkat (3) – (5) jam tidur
Terapeutik :
- Lakukan rentang
gerak aktif / pasif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Sediakan
lingkungan yang
nyaman
Edukasi :
- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi
obat
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu
pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah
kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam
rencana keperawatan.
5. Evaluasi
S (data subjektif) : data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien
O (data objektif) : data berdasarkan hasil pengukuran langsung kepada
pasien
A (analisis) : suatu masalah/diagnosa keperawatan yang masih terjadi/
baru terjadi akibat perubahan status klien yang telah teridentifikasi
datanya dalam data subjektif dan objektif
P (planning) : perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi/ menambahkan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan
DAFTAR PUSTAKA