Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID

Disusun Oleh :
Betzy Biam Kablie
I1031221034

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
A. DEFINISI
Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal yang mempunyai gejala perdarahan
dan penonjolan saat defekasi. Kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, dimana usia puncaknya adalah umur 45-65 tahun. Hal tersebut
dikarenakan orang lansia sering mengalami konstipasi sehingga terjadi penekanan berlebihan
pada pleksus hemoroidalis karena proses mengejan. Menurut Utami,dkk (2021) dalam jurnalnya
yang berjudul laporan kasus:Hemaroid IV, hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada
lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena
hemoroidalis. Hemoroid dibedakan menjadi interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoridalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid
interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah
bawah. Hemoroid paling sering ditemukan di tiga posisi primer yaitu kanan-depan, kanan-
belakang dan kiri-lateral. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel
anus.

B. ETIOLOGI
,Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri
sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat diakibatkan
dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-
kantong vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis,
ulserasi, dan perdarahan,  sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak sewaktu
defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum terjadi pada
usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang melebar,
mengawali atau memperberat adanya hemoroid.

C. FAKTOR RESIKO
Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1)    Mengejan pada waktu defekasi.
2)    Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3)    Pembesaran prostat.
4)    Keturunan atau hereditas.
5)    Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6)    Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk terlalu lama dan
konstipasi).

D. PATOFISOLOGI DAN PATHWAY CLINIC


Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir dengan
lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui vena
hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan
intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu
maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal
di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu
pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces
berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena
sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal menyalurkan
darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan
berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari
arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya ini
menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam
sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering
menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu
yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
E. MANISFESTASI KLINIK
Gejala umum dari Hemoroid yaitu :
a. Nyeri yang hebat timbul karena terdapat trombosis yang luas dengan udem dan
radang.
b. Perdarahan biasanya timbul pada hemoroidinterna akibat trauma feses yang
keras.
c. Anemia berat biasanya terjadi akibat perdarahan yang berulang.
d. Prolaps pada rectum biasanya timbul sewaktu defekasi dan reduksi spontan
sewaktu defekasi.
e. Iritasi kulit perinatal dapat menimbulkan rasa gatal yang disebabkan oleh
kelembaban yang terus menerus pada anus sehingga terjadi rangsangan mucus.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan anoskopi di lakukan untuk menilai mukosa rectal dan mengevaluasi
tingkat pembesaran hemoroid.
b. Pemeriksaan sigmoidoskopi untuk mengevaluasi perdarahan rektal dan rasa tak
nyaman seperti fisura anal, fistula, kolitis, polip rectal dan kanker.

G.KOMPLIKASI
Komplikasi awal:
- Rasa nyeri pasca operasi, berlangsung s/d 2-3 minggu. Hal ini terutama karena
insisi dan ligasi pedikel hemoroid.
- Infeksi luka jarang; dapat timbul abses (1%),
- Perdarahan pasca operasi.
- Pembengkakan
- Inkontinesia berat jangka pendek
DAFTAR PUSTAKA
Utami, R. F., Elfera, V. M., & Haryono, H. (2021). WANITA 19 TAHUN
DENGAN HEMOROID GRADE IV: LAPORAN KASUS. Proceeding Book
National Symposium and Workshop Continuing Medical Education XIV.
Sudarsono, D. F. (2015). Diagnosis dan penanganan hemoroid. Jurnal
Majority, 4(6), 31-34.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai