Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

A.Definisi

Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena

hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan

vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang

disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering

dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun.

Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan

perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).

Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid

seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang

dihubungkan dengan diare, sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri,

dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal dan

perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006).

Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang

benar-benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan

pada penderita hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).

B. Anatomi Fisiologi

Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang

dari colon sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan

berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon

sigmoid bersatu dengan rectum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan
dilindungi oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani

sekitar 15 cm.

gambar 1.1 : usus besar-rectum

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri

sesuai dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior

memperdarahi belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga

proksimal colon tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi

belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid

dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui

arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang

dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.


gambar 1.2 : arteri - arteri pada rectum

Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika

superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem

portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior

mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik.

Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior,

sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke

dalam vena-vena ini.


gambar 1.3 : vena-vena pada rectum

Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak

teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat

beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan

segmen colon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feces ke depan,

akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan

dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah makan pertama masuk pada hari itu.

Propulasi feces ke rectum mengakibatkan distensi dinding rectum dan

merangsang reflek defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan

interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter

eksterna berada di bawah kontrol volunter. Reflek defekasi terintegrasi pada

segmen sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis. Serabut-serabut

parasimpatis mencapai rectum melalui saraf splangnikus panggul dan bertanggung

jawab atas kontraksi rectum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rectum

yang mengalami distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga

menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna

dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa

feces. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen

yang terjadi akibat kontraksi volunter. Otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan

kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen (manuver atau peregangan

valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingter

eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap akan relaks, dan

keinginan untuk berdefekasi menghilang.


C. Etiologi

a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi,

sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan

sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan

radang umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling

berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat

diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin akibat

dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke

dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan, 

sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak sewaktu defekasi

atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum

terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid

berdasarkan vena yang melebar, mengawali atau memperberat adanya

hemoroid.

b. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:

1)    Mengejan pada waktu defekasi.

2)    Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.

3)    Pembesaran prostat.

4)    Keturunan atau hereditas.

5)    Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.

6)    Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan

duduk terlalu lama dan konstipasi).


D. Klasifikasi

a. Hemoroid internal

Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior.  Diatas garis mukokutan

dan ditutupi oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal

dikelompokkan dalam 4 derajat :

1)    Derajat I

Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu

defekasi. Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol

dalam lumen.

2)    Derajat II

Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi

dapat masuk kembali secara spontan.

3)    Derajat III

Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali

sesudah defekasi.

4)    Derajat IV

Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk

kembali.

b. Hemoroid  Eksternal

Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat

didorong masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori


yaitu:

1)    Akut

Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir

anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai

hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal

karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

2)    Kronik

Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus

yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

gambar 1.4 : formation of hemorroidh

F. Tanda dan Gejala

a. Tanda

1)    Perdarahan

Umumnya merupakan tanda pertama  hemoroid interna trauma oleh feces

yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur

dengan feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna
merah segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.

2)    Nyeri

Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna

dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan

radang.

b. Gejala

1)    Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.

2)    Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat

tereduksi spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri

setelah defekasi dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak

dapat dimasukkan.

3)    Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam

merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolap menetap.

4)    Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus

rangsangan mucus.

G. Pathofisiologi

Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis

mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran

darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain

dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena

sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio

anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal

membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien

merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit

oleh sfingter anal.

Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal

dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola

regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke

pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan

dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari arteriola,

pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya

ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi

pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan

nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah

yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia

defisiensi besi.

Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah

kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika

ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan

peradangan dan nyeri hebat.


H. Pathways hemoroid
I. Penatalaksanaan

Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk

derajat I dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya

saat konstipasi dengan  menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi

nasehat untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih

paling sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta kurangi

makan makanan yang merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal

dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang

terus-menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi, dapat

diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan

pengobatan di atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium

moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varices, dengan

harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini

adalah hemoroid eksterna, radang dan adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid

interna.

Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara

bertahap. Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan

operasi.

Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat

dilakukan adalah operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada

hemoroid antara lain :

a.    Prosedur ligasi pita-karet

    Prosedur ligasi pita-karet  dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan

bagian proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita
karet kecil diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal

jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas.

Tindakan ini memuaskan pada beberapa pasien, namun pasien yang lain

merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan menyebabkan hemoroid sekunder 

dan infeksi perianal.

b.    Hemoroidektomi kriosirurgi

    Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan

jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu.

Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan nyeri.  Prosedur ini tidak terpakai

luas karena menyebakan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka

yang ditimbulkan lama sembuh.

c.    Laser Nd: YAG

    Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama

hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses

jarang menjadi komplikasi pada periode pasca operatif.

d.    Hemoroidektomi

    Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua

jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai,

selang kecil dimasukkan melaui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus

dan darah.

Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang

mengandung anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi

diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB,
tampon dibuka dan berikan rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan

1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB, lalu dipasang lagi tampon baru. Jika

setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan

rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama

15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.

Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat

baring dan juga operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.

J. Pemeriksaan Penunjang

a. Inspeksi

1)    Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung

thrombus.

2)    Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang

tertutup mukosa.

3)    Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.

b. Rectal touch

1)    Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba

bila sudah ada fibrosis

2)    Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan

karsinoma recti.

3)    Anoscopi

Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang


belum prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur

vaskuler yang menonjol ke dalam lubang.

K. Fokus Intervensi

a. Pre Operasi

1)    Pengkajian

a)    Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan

pemeliharaan kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian

diit rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien

tentang minum kurang dari 2.000 cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji

adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang penyakit sirorcis hepatis.

b)    Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah

mengenai berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain

itu juga perlu dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak.

Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang makan sayur dan buah)

juga penting untuk dikaji.  Kebiasaan minum air putih kurang dari 2.000

cc/hari.

c)    Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien

apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri

waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar

darah segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah

yang keluar. Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces,

ada darah/nanah. Prolap varices pada anus gatal atau tidak.


d)    Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya

aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi

banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan

mengangkat barang-barang berat.

e)    Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan

nyeri atau gatal pada anus.

f)    Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami

gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.

g)    Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat

persalinan dan kehamilan.

h)    Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang

digunakan dan alternatif pemecahan masalah.

2)    Diagnosa Keperawatan

a)    Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada

anus.

b)    Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat

konstipasi.

c)    Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.

d)    Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.

3)    Intervensi Keperawatan


a. Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada

anus.

Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1,

wajah pasien tampak rileks.

Rencana tindakan:

(1)    Kaji skala nyeri

Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan

yang tepat.

(2)    Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.

Rasional: Mengurangi rasa nyeri.

(3)    Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.

Rasional: Memberikan rasa nyaman.

(4)    Observasi tanda-tanda vital.

Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan

peningkatan tekanan darah.

(5)    Berikan bantal/alas pantat.

Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.

(6)    Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat

defekasi.

Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.

(7)    Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.

Rasional: Mengurangi rasa nyeri.

(8)    Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.

Rasional: Mengurangi rasa nyeri.


b. Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat

konstipasi.

Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan:

tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak timbul perdarahan

pada feces dalam waktu 1-2 hari.

Rencana tindakan:

(1)    Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam.

Rasional: Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat ditandai

dengan tidak adanya peningkatan TD dan Nadi.

(2)    Monitor tanda-tanda hipovolemia.

Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.

(3)    Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah BAB.

Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.

(4)    Beri air minum 2-3 liter/hari.

Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces

lembek.

(5)    Berikan banyak makan sayur dan buah.

Rasional: Meningkatkan masa feces sehingga lebih mudah

dikeluarkan.

(6)    Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan BAB.

Rasional: Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi

konstipasi.
(7)    Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.

Rasional: Pelunak feces dan mengurangi nyeri saat BAB.

c. Cemas b.d. rencana pembedahan

Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien

berpartisipasi aktif dalam perawatan.

Rencana tindakan:

(1)    Kaji tingkat kecemasan.

Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan

tindakan yang tepat.

(2)    Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.

Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.

(3)    Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan

perasaannya.

            Rasional: Mengurangi kecemasan.

(4)    Dampingi dan dengarkan pasien.

    Rasional: Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga

mengurangi cemas.

(5)    Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit

yang sama untuk memberikan dukungan.

    Rasional: Sebagai support sistem dan mengurangi rasa malu.

(6)    Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.

    Rasional: Untuk mengurangi cemas.

(7)    Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.


    Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi

akan mengurangi cemas.

(8)    Kolaborasi untuk terapi anti cemas (bila perlu).

        Rasional: Mengurangi cemas.

d. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.

Kriteria Hasil: pasien mengatakan ketidaktahuan  mengenai

tindakan operasi berkurang.

Rencana tindakan:

(1)    Kaji tingkat pengetahuan

    Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit

(2)    Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit

    Rasional: Meningkatkan pengetahuan

(3)    Diskusikan program latihan yang sesuai ketentuan

    Rasional: menentukan program latihan yang sesuai

(4)    Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai

merencanakan perubahan hidup yang perlu

    Rasional: Perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik

untuk menghindari rasa tidak menentu dan berdaya.

b. Post Operasi

1) Pengkajian

a)    Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah


pengkajian mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman),

pengkajian mengenai pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain

itu juga penting dilakukan pengkajian mengenai harapan klien setelah

operasi.

b)    Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai

kepatuhan klien dalam menjalani diit setelah operasi.

c)    Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya

perdarahan. Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil.

Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi, juga kebersihan setelah

BAB dan buang air kecil.

d)    Pengkajian pola aktivitas dan latihan  yang penting adalah mengenai

aktivitas klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan

kelemahan yang dialami klien.

e)    Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur

yang dialami klien akibat nyeri.

f)    Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang

dilakukan klien bila timbul nyeri.

g)    Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan

yang dialami klien setelah operasi.

2) Diagnosa Keperawatan

a)    Nyeri b.d. adanya luka operasi

b)    Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan

konstruktur nyeri.
c)    Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi

d)    Defisit perawatan diri  b.d. kelemahan, nyeri.

e)    Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.

f)    Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.

3) Intervensi Keperawatan

a. Nyeri b.d. adanya luka operasi.

Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dengan

skala nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.

Rencana tindakan:

(1)    Kaji skala nyeri

Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang

tepat.

(2)    Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.

Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.

(3)    Berikan posisi supine.

Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.

(4)    Observasi tanda-tanda vital.

Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.

(5)    Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.

Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.

(6)    Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.

Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu

menghilangkan ketidaknyamanan.
(7)    Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari

sedikitnya 2-3 liter cairan, makanan berserat.

Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.

(8)    Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.

Rasional: Mengurangi nyeri.

b. Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur

nyeri.

Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.

Rencana tindakan:

(1)    Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan

ketidakseimbangan.

Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang

dibutuhkan.

(2)    Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan.

Rasional: perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali

menciptakan perasaan marah, frustasi dan depresi yang dapat

dimanifestasikan sebagai keengganan untuk ikut serta dalam aktivitas.

(3)    Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan

ADL sesuai dengan kebutuhan.

Rasional: motivasi dapat meningkatkan perasaan klien untuk berusaha

memenuhi kebutuhan ADL.

(4)    Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.

Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih dan

memberi motivasi klien.


c. Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi.

Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan setelah perawatan 48 jam, balutan

luka operasi tidak basah, tanda-tanda vital dalam batas normal.

Rencana tindakan:

(1)    Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam pertama.

Rasional: Indikator dini perubahan volume darah.

(2)    Monitor tanda-tanda hipovolemik.

Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.

(3)    Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24 jam

pertama.

Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.

(4)    Berikan kompres dingin.

Rasional: Vasokonstriksi pembuluh darah.

(5)    Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.

Rasional: Indikator lain perubahan volume darah.

(6)    Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.

Rasional: Untuk menciutkan pembuluh darah.

d. Defisit perawatan diri  berhubungan dengan kelemahan, nyeri.

Kriteria hasil: aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.

Rencana tindakan :

(1)    Kaji tingkat kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan

kegiatan sehari – hari.


    Rasional: Membantu dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan

secara individual.

(2)    Beri bantuan dalam pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai

kebutuhan.

    Rasional :Untuk memandirikan pasien.

(3)    Libatkan keluarga dalam perawatan diri pasien.

    Rasional: Supaya klien merasa diperhatikan oleh keluarganya.

e. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.

Kriteria Hasil: luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas

normal.

Rencana tindakan:

(1)    Observasi tanda-tanda vital.

Rasional: Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini

proses infeksi.

(2)    Berikan rendaman duduk setiap kali setelah BAB selama 1-2

minggu.

Rasional: Mematikan kuman penyebab infeksi.

(3)    Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.

Rasional: Merupakan tanda-tanda infeksi.

(4)    Ganti tampon setiap kali setelah BAB.

Rasional: Mencegah infeksi.

(5)    Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.

Rasional: Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.


f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.

Kriteria hasil: pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan, TTV

dalam batas normal.

Rencana tindakan:

(1)    Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran, tinjau ulang catatan intra

operasi.

Rasional: dokumentasi yang akurat akan membantu dalam

mengidentifikasi pengeluaran cairan/keutuhan pengantian dan pilihan-

pilihan mempengaruhi intervensi.

(2)    Kaji pengeluaran urinarius terutama untuk tipe prosedur operasi yang

dilakukan.

Rasional: mungkin akan terjadi penurunan (penghilangan setelah prosedur

pada sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan.

(3)    Pantau tanda-tanda vital pasien.

Rasional: hipertensi, takikardi, penurunan pernafasan mengidentifikasi

kekurangan cairan.

(4)    Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk

terjadinya pembengkakan.

Rasional: perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada

hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan

formasi hematoma/perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.  Edisi 2.

Jakarta: Salemba Medika.


Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011

dari website http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.

Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan

tingkat nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni 2011

dari website http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.

Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan

dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9.

Jakarta: EGC.

Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R.

Syamsuhidajat, W. D. Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.

Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media

Aeskulapius.

Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta:
Arima Medika.

NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website

http://be11nursingae.blogspot.com.

NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website

http://medicastore.com.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.”S”

DENGAN PRE DAN POST-OPS HAEMOROID DI RUANGAN CEMPAKA

RUMKIT TK.II Dr.A.K.GANI PALEMBANG


1. Pengkajian

A. Identitas klien dan Penanggung jawab

1) Identitas klien

Nama : Tn.”S”

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS Kesdam

Pendidikan : D III

Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Sukomoro

Tanggal MRS : 22 November 2014

Tanggal Pengkajian : 23 November 2014

Tanggal Operasi : 23 November 2014

No.Med Rec : 179970

Dx.Medis : Haemoroid

2) Identitas Penanggung jawab

Nama : Ny.”A”

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga


Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Sukomoro

Hub. Dgn Klien : Istri

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Klien MRS dengan keluhan BAB berdarah disertai benjolan di

anus.

2. Klien Riwayat Kesehatan Sekarang

P :klien Mengatakan Nyeri

Q : Nyeri di rasakan seperti di tusuk-tusuk

R : Nyeri dirasakan pada daerah sekitar anus

S : Nyeri yang di rasakanklien dengan skala 6-7

T : Nyeri bertambah jika klien ad keinginan

untuk BAB
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu klien mengatakan BAB

keras, Konstipasi (+).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Didalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit

yang sama dengan klien.

C. Aktivitas Sehari-hari

NO. Pola Aktivitas Dirumah Di rumah Sakit

1. Pola Nutrisi

- Makan - 3* sehari, porsi - 3* sehari,

- Minum sedang habis hanya ½

- 7-8 gelas/hari porsi

2. Eliminasi

- BAB - 2* Sehari dengan - Setelah ops

konsistensi padat klien belum

pernah

BAB
- BAK - 3* sehari warna
- Setelah ops
kuning jernih
sampai saat

pengkajian

Klien baru
1* BAK

dengan

warna

kuning.

3. Istirahat

- Tidur Siang - 3-2 jam Sehari - 2-3 jam

sehari

- Tidur Malam - 7-8 jam sehari - 6-7 jam

sehari

4. Personal Hygiene

- Mandi - 2* sehari - 1* sehari,

hanya di lap

D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Kesadaran : COMPOS Metis

Vital SIGN

-TD : 110/80

- Temp : 36 Oc

- Palse : 88 */ menit

- RR : 22*/menit

2. Keadaan Khusus

a. Kulit

Warna : Sawo matang

Turgor : Elastis
Kebersihan : Cukup, Tidak Ada lesi

b. Kepala

Bentuk : Simetris

Warna Rambut : Hitam, Tidak ada uban

Kebersihan : Tampak Kusam

c. Mata

BentuK : Simetris

Konjungtiva : An- anemis

Sklera : An- Ikhterik

Pupil : Isokor

Penglihatan : Baik, dapat melihat tanpa bantuan alat bantu

d. Hidung

Bentuk : Simetris

Penciuman : Baik(dapatmelihat tanpa bantuan alat bantu)

Penyumbatan :Tidak Ada

Pendarahan : Tidak ada

Kebersihan : Cukup

e. Mulut & Tenggorokan

Bibir : kering, Pecah-pecah

Gigi : Ada cacces


Lidah : Tidak ada Lesi

Kebersihan : Cukup

f. Dada

Bentuk : Simetris

Pernafasan : Teratur

Frekuensi : 90*/menit

Nyeri : Tidak ada

g. Abdomen

Bentuk : Datar

Hepar : Tidak ada pembesaran

Nyeri : Tidak ada

h. Genetalia

Kelainan : Ada benjolan di sekeliling anus sebesar

kacang tanah

Kebersihan : Cukup

i. Ekstremitas

Atas : Terpasang IVPD pada tangan kanan

Bawah : Dapat Bergerak normal


E. Data Penunjang

Laboratorium

 HB : 13 gr %

 LED : 11 mm/jam

 Leukosit : 11.700 mm

 Trombosit : 213.000

F. Penatalaksanaan

 Operasi

G. Theraphy

 LVFD RL gtt 20*/menit

 Cefotoxime 2 * 1gr

 Diet ML
H. ANALISA DATA

NO. DATA Kemungkinan Masalah

penyebab

1. DS : Klien mengatakan Bendungan dan Gangguan

nyeri pada saat BAB Hipertropi Rasa Nyaman

sedikit-sedikit Bantalan anus Nyeri

DO : - Klien Lemah

- Muka klien
Vena
menahan sakit
Intramuskuler
- BAB bercampur
Kanalis
darah

- TD : 120/80

- Skalany : 6-7

Robek Perianal

Anus

Pendarahan

Nyeri

2. DS : Klien mengatakan Gangguan

sudah BAB Bendungan Eliminasi


Do : - KLIEN Tampak bantalan anus BAB

lemah

- BAB keras

Feses yang

Keras

Proses

Mengedan

Meningkat

Defekasi tidak

lancar

Kebiasaan BAB

yang tidak

lancar

3. DS :Klien mengatakan Rencana ANSIETAS

apa penyakit dari apa Operasi


yang harus dilakukan

pre-post

DO : - Klien Tampak
Kurangny
lemah
pengetahuan
- Klientapak
tentang
binggung
penyakit,

prosedur

tindakan

kerawatan

Ansietas

Prioritas Masalah

1. Gangguan rasa Nyama nyeri

2. Gangguan pola eliminasi : BAB

3. ANSIETAS

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyama : nyeri b/d bendungan dan hipertropi bantalan

anus
2. Ansietas pola eliminasi : BAB b/d Konstipasi

3. Ansietas b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit yang di

deritanya, prosedur tindakan operasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN

PRE DAN POST HEMOROID DI RUANG CEMPAKA


DIRUMAH SAKIT TK II Dr. AK GANI PALEMBANG

NO Tanggal Diagnosa tujuan Intervensi Rasionalisasi

. Keperawatan

1. 22 nov 2014 Gangguan rasa Tupan : - Kaji skala - Dengan

Pukul: 15.00 nyaman nyeri b/d - Kebutu nyeri yang mengkaji

wib bendungan dan han di rasakan skala nyeri

hipertropi rasa klien diharapkan

bantalan anus nyaman dapat

terpenu mengetahu
DS : hi batasan ny
Klien yang dider
mengatakan klien
nyeri pada saat Tupen :
- Atur posisi
BAB, BAB - Nyeri - Dengan ca
BAB
sedikit-sedikit. berkura jangan

DO : ng jongkok da

- Klien - Ekspres mengedan

Lemah i wajah diharapkan

- Wajib klien klien BAB

meringis, tampak dengan pos

menahan tenang - Kolaborasi yang nyam

sakit dengan

- TD : dokter - Diharapkan
120/80 dalam klien dapat

- Skala pemberian mengurang

nyeri 6-7 analgetik rasa sakit.

- Ciptakan

Lingkungan
- Diharapkan
Trapeutik
klien nyam

dan tidak

terlalu

khawatir

mengenai

keadaan ya
- Anjurkan
di alaminy
klien untuk

nafas dalam
- Diharapkan
ketika nyeri
dengannafa

dalam, nye

yang di

rasakanklie

berkurang

2. 22 nov 2014 Gangguan pola Tupan : - Kaji pola - Dengan

Pukul 15.30 eliminasi BAB Pola eliminasi eliminasi mengkaji p


b/d Konstipasi klien lancar eliminasi d

harapkan d
Tupen : mengetahu
BAB klien keparahan
sudah mulai penyakit ya
lancar dan di derita kl
tidak keras lagi - Berikan

di’it lunak - Dengan

tinggi serta, memberika

sedikit tapi di;it lunak

sering tinggi serat

sedikit

tapisering d

harapkan d

membantu

pengeluara

feses tidak

keras, BAB
- Beri minum
lancar.
banyak

- Diharapkan

dapat

membantu

melunakka
- Kolaborasi
dengan tim feses.

medis dan

gizi - Diharapkan

klien dapat

mengerti d

memenuhi
- Beri
kebutuhan
Dorongan
nutrisi.
kepada

klien - Diharapkan

klien dapat

BAB deng

lancar.

3. 22 nov 2014 Ansietas b/d - Tupan - Jelaskan - Diharapk

Pukul : Kurangny Klien mengenai klien meng

16:00 pengetahuan tidak penyakit kondisi d

klien tentang cemas yang cemasn

penyakit prosedur lagi/ce diderita berkuran

tindakan operasi. mas klien

hilang prosedur
DS: tindakan
Klien elalu - Tupen operasi
menanyakan Klien
- Diharapkan
tentang penyakit. menger - Anjurkan
klien dapat
ti cara
tantang mengatur BAB deng
DO : penyaki kebiasaan teratur pos
- Klien tny BAB jangan
tampak jongkok da
lemah mengedan.
- Klien
- Motivasi
tampak - Diharapkan
klien
binggung Klien mera

diperhatika

dan

mengurang

cemas
- Ciptakan

lingkungan - Diharapkan

therapeutik klien mera

nyaman da

cemas

berkurang
- Beri

aktivitas
- Diharapkan
hiburan
cemas klie

berkurang
CATATAN PERKEMBANGAN

POST – OPS HEMOROID DI RUANG CEMPAKA

NO. DP IMPLEMENTASI EVALUASI

1. DP 1 TGL : 23 Nov 2014 pukul : TGL 23 Nov

09:00 wib 2014

Pukul : 10:00
- Mengkaji nyeri yang di
rasakan klien yaitu lokasi S : Klien

frekuensi, durasi dan intensitas mengatakan

nyeri dan presepsi klien nyeri pada

mengenai nyeri dengan daerah operasi

menggunakan skala ( 0 -10 ). berkurang

- Mengobservasi TTV : O : Klien tampak

tenang skala
- Mempertahankan tirah baring nyeri
selama fase akut dengan 4-5
mengatur posisi trendelenburg. A : Masalah

teratasi sebagian
- Mengerjakan klien teknik

relaksasi dan distruksi dengan P : Intervensi


mengajar klien berkomunikasi Dilanjutkan

- Menciptakan Lingkungan yang

therapeutik yang menciptakan

suasana tentang dan nyaman

- Berkolaborasi dengan tim

medis dalam pembelian

analgetik.

- IVED RL Gtt 20*/menit


- Novalgin /amp

2. DP II TGL : 23 NOV 2014 Tgl 23 NOV

PUKUL : 09:30 3014

PUKUL 18 :00
- Mengkaji pola eliminasi BAB WIB
- Memmantau masukan dan S : Klien
pengeluaran nutrisi mengatakan pada
- Monitor TTV eliminasi ad
- Memberikan cairan RL gangguan
- Kolaborasi dengan tim medis

- Berikan diit lunak, tinggi serat,

sedikit tapi sering O : -Keadaan

- Beri minum banyak klien lemah

- BAB

klien

kurang

lebih

2*/sehari

A : Masalah

belum teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan post-
ops

3. DP III TGL 23 NOV 2014 Tgl 23 nov 2014

PUKUL : 13:00 Pukul : 18:00

- Mengkaji tingkat kecemasan S : Klien

dengan menanyakan kepada mengetahui

klien mengenai pengetahuan tentang tindakan

klien tentang prosedur operasi operasi.

yang akan dilakukan.


O : - Klien

- Memberikan penjelasan pada tentang

klien tentang tindakan operasi - Klien

klien tentang tindakan operasi tenang

bahwa dengan operasi dapat - Klien

mempercepat penyembuhan tidak

penyakit klien. bertanya

lagi
- Memberikan dorongan kepada tentang
klien untuk mengungkapkan ops yang
perasaanny akan

dilakukan
- Menciptakan lingkungan
A : - Masalah
therapeutik, mis : mengurangi
teratasi
Jumlah pengunjung datang.
- Memotivasi klien dengan P : Intervensi

menjelaskan bahwa tindakan dihentikan

operasi dapat mempercepat

penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai