“APENDISITIS”
Disusun Oleh:
Kelompok II
1. Ram Tuahuns 144011.01.19.260
2. Rasty Hidayah Oat 144011.01.19.251
3. Selvi C Rumbiak 144011.01.19.270
4. Trimus Yando 144011.01.19.275
5. Sukma ladewi 144011.01.19.272
6. Nur Miyati 144011.01.19.255
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis
(Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena varikosa pada
kanalisani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis.
Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan
yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali
dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan
diare,sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi
dapatmenyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price
danWilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita
hemoroidderajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis.
Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologi, tetapi karena sering menyebabkan
keluhan pada pasien sehingga memberikan manifestasi untuk diberikan intervensi.
Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai tampilan klinis,
hemoroid dibedakan menjadi hemorid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna
adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan di
tutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah
epitel anus.
2. Etiologi
Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologic tersebut tidak
berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat
diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin akibat dari hipertensi
portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rectum
terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan,sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering
tampak sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid
sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan vena yang melebar, mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6) Aktivitas fisik berat
7) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk terlalu
lama dan konstipasi).
4. Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu:
1. Hemoroid Interna
Merupakan varises vena hemoroidalisis superior dan media. Terdapat
pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak
ditangani bisa terlihat muncul menonjol ke luar
seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena
tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol
keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan
operasi untuk membuang wasir. Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat:
a) Stadium I
Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri pada waktu deteksi
b) Stadium II
Hemoroid interna yang menyebabkan perdarahan dan mengalami
prolaps pada saat mengedan ringan, tetapi dapat masuk kembali
secara spontan.
c) Stadium III
Hemoroid interna yang mengalami perdarahan dan disertai prolaps
dan diperlukan intervensi manual memasukkan ke dalam kanalis.
d) Stadium IV
Hemoroid interna yang yang tidak kembali ke dalam atau berada
terus-menerus di luar.
2. Hemoroid Eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada dibawah otot
dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak
kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal. Hemoroid eksrterna jarang
sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna
dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a) Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna
akut.Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
Sering rasa sakit dan nyeri
Rasa gatal pada daerah hemoroid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor rasa sakit .
b) Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih
dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir dengan
lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui
vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena balik terus
terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian
struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter
anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa
nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena
sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorectal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan
intraabdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah
dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah
hemoroidalis.Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa
terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam
feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku
(trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
6. Pathway
7. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit
dan adanya anemia.
2. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rectum
3. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak
besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan.
4. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus
diperiksa terhadap adanya darah samar.
8. Terapi
1. Non-Farmakologi
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki cara
defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan
minum, perbaikan pola atau cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel
Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin
feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting).
Makanan berserat akan menyebabkan gumpalan isi usus besar namun lunak
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.
Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam
air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan kalium permanganat (PK)
1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air). Dengan perendaman ini,
eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket
dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
2. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan
gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
a. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin
tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara
lain psylium atau isphaluga Husk (ex.:Vegeta, Mulax, Metamucil,
Mucofalk).Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan
meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain kentut dan
kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine,dulcolax,
dll).
b. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri,
atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol,
Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid
digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh
obat misalnya Ultraproct,Anusol HC, Scheriproct.
c. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena
hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal
dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding
pembuluh darah.
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet selama 3
hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema,dan
prolaps.
9. Komplikasi.
Menurut Haryono (2012), komplikasi hemoroid yang paling sering
terjadi adalah :
a. Perdarahan, dapat sampai dengan anemia
b. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
c. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingterani
FORMAT PENGKAJIAN
1. Pengkajian
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : NY. S
Umur : 50 TAHUN
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Status Perkawinan : SUDAH MENIKAH
Agama : ISLAM
Suku/Bangsa : JAWA
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IBU RUMAH TANGGA
Alamat : ASPOL KLUFKAMP
2. Identitas Penanggung
Nama : TN.P
Umur : 52 TAHUN
Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
Status Perkawinan : SUDAH MENIKAH
Agama : ISLAM
Suku/Bangsa : JAWA
Pekerjaan : SUPIR TAKSI ONLINE
Hubungan dengan klien : SUAMI KLIEN
Alamat : ASPOL KLUFKAMP
B. KELUHAN UTAMA:
1. Keluhan utama saat MRS
Nyeri di bagian anus
2. Keluahan Utama saat pengkajian
Pasien mengatakan nyeri di bagian anus
P: pasien mengatakan ia sulit BAB selama 2 bulan
Q: Seperti teriris-iris
R: Anus
S: 6 (1-10)
T: Nyerinya hanya pada saat ngedan saja
Keterangan:
: Pasien
b. Metabolisme
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 3x sehari 3x sehari
Jenis Nasi,ikan,ayam Bubur,tahu tempe,telur
Porsi 1 porsi dihabiskan 6 sendok tidak habis
Keluhan Tidak ada Tak ada selera makan
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
3. Pola eliminasi
a. BAB
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 1-2x sehari Seminggu 3x
Konsistensi lunak keras
Warna coklat Coklat bercampur drh
Bau khas khas
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
b. BAK
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 4-5x sehari 4-6x sehari
Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna Kuning jernih kuning
Bau khas khas
Masalah Yang Dirasakan Tidak ada Tidak ada
Total Produksi Urine Tidak terkaji Tidak terkaji
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
4. Pola aktivitas
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Mobilitas Rutin Bekerja sebagai IRT Istirahat
Waktu Senggang Menonton tv Menonton tv
Mandi 3x sehari 1x sehari
Berpakaian 3x sehari 1x sehari
Berhias Tidak berhias Tidak berhias
Toileting Tidak di bantu orang Dibantu oleh keluarga
lain
Makan Minum Tanpa dibantu Di bantu keluarga
Tingkat Ketergantungan - -
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
5. Pola istirahat-tidur
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jumlah Jam Tidur Siang 13:00-15:00 13:00-15:00
Jumlah Jam Tidur Malam 22:00-06:00 22:00-06:00
Pengantar Tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan Tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan Waktu Bangun Segar lemas
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/penampilan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis GCS: 15 (E=4,V=5,M=6)
BB sebelum sakit : 58 kg TB: 155cm
BB saat ini : 56 kg
BB ideal : 47kg
Status gizi : 24,2kg/m2
Status hidrasi : baik
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg Suhu: 37℃
N : 57x/menit RR: 18x/menit
2. Kepala
I : bentuk kepala normal, distribusi rambut merata, rambut
berwarna hitam, terdapat uban dan rambut mudah rontok, tidak ada
lesi pada kulit kepala tidak ada ketombe.
P : tidak ada nyeri tekan
3. Mata
a. Inspeksi
4. Telinga
6. Mulut
7. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, tidak terdapat lesi, tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan kelenjar tiroid tidak teraba
8. Thoraks (dada)
a) Paru
I : Bentuk dada normal chest, pernafasan teratur, pengembangan
dada simetris kiri dan kanan,pernafasan 18x/m
A : terdengar suara nafas vesikuler
P : tidak ada nyeri tekan,saat menyebutkan vocal fremitus 77
Terdapat getaran yang sama
P : terdengar bunyi sonor pada paru ICS 2-3.
b) Jantung
I : denyut apeks terlihat
A : BJ I => terdengar lub tunggal pada katub mitral dan trikuspidalis
BJ II => terdengar dub tunggal pada katub aorta dan pulmonalis
P : denyut apeks teraba
P : tidak ada pembesaran jantung
9. Abdomen
I : tidak ada pembengkakan, tidak ada pelebaran pembuluh darah
A : adanya bising usus 7x/menit
P : terdengar suara timpani pada semua region
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
10. Ekstremitas
I : tidak ada edema pada lengan dan tungkai, tidak terdapat lesi,
P : tidak adanya nyeri tekan dan krepitasi,dan akral teraba dingin
P : tidak terdapat krepitasi
11. Genetalia dan Anus
I : tidak ada massa atau pembengkakan di area genitalia,dibagian
anus tampak adanya kemerahan
P : adanya nyeri tekan pada anus
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
2. Radiologi
J. TERAPI
1. Lain- lain
K. KLASIFIKASI DATA
https://www.scribd.com/doc/305190689/Laporan-Pendahuluan-Dan-Askep-Hemoroid-1
https://www.academia.edu/9811019/LAPORAN_PENDAHULUAN_HEMOROID
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/922/5/BAB%20II.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/hemoroid
https://mikimikiku.files.wordpress.com/2013/09/capture-20130924-220202.png
http://repository.borneo.ac.id/index.php?p=show_detail&id=474&keywords
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/922/5/BAB%20II.pdf