Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF DENGAN


HEMOROIDEKTOMI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Perioperatif
Dosen Pembimbing : Rudi Haryono, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Anggi Nuvita 2820172997


Firnanda Devi Anggraini 2820173013
Menik Lansiatun 2820173022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis
dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
(Nugroho, 2011). Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir
atau ambeien merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak
jaman dahulu. Namun masih banyak masyarakat yang belum mengerti
bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini
(Probosuseno, 2009).
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis. Secara kasar hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis, hemoroid
internal dan hemoroid eksternal. Hemoroid internal merupakan varises vena
hemoroidalis superior dan medial. Sedangkan hemoroid eksternal merupakan
varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka
hemoroid internal timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid
eksternal timbul di sebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti
vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kedua
jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk baik pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan
perasaan yang sangat tidak nyaman. Hemoroid adalah seikat pembuluh darah
di dalam dubur / pelepasan, hanya sebagian berada di bawah selaput bagian
paling rendah dari dubur / pelepasan. Hemoroid umum diderita oleh umur 50,
sekitar separuh orang dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan rasa
gatal, terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan (Sjamsuhidayat, 2010).
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara deskripsi retrospektif,
pasien hemoroid di jawa tengah dari bulan Januari 2004 sampai dengan

1
November 2009 terdapat 1137 pasien. Jumlah pasien terbanyak pada tahun
2007 sebanyak 310 pasien dengan jumlah tindakan hemoroidektomi sebanyak
250. Sedan kan jumlah jumlah pasien paling sedikit pada tahun 2005
sebanyak 91 orang (Sjamsuhidayat, 2010).
Dari total pasien hemoroid sebanyak 1137 orang dari tahun 2004-2009
terdapat 310 pasien pada tahun 2007 dan pasien yang dilakukan tindakan
hemoroidektomi sebanyak 250 orang pada tahun 2007. Berdasarkan penelitian
hemoroid interna diterapi sesuai dengan gradenya, tetapi hemoroid eksterna
selalu dengan operasi (Sjamsuhidayat, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Hemoroidektomi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Definisi Hemoroid
b. Untuk Mengetahui Etiologi Hemoroid
c. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Hemoroid
d. Untuk Mengetahui Patofiiologi Hemoroid
e. Untuk Mengetahui Klasifikasi Hemoroid
f. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Hemoroid
g. Untuk Mengetahui Penatalaksanaa Hemoroid

2
BAB II
TINJAUN TEORI

A. Pengertian Hemoroid
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang,
yang terdiri atas pleksus arteri vena, berfungsi sebagai katup di dalam saluran
anus untuk membantu sistem sfingter anus, mencegah inkontenesia flatus dan
cairan. Apabila hemoroid ini menyebabkan keluar atau penyulit, baru
dilakukan tindakan hemoroidektomi (Indra, 2016).
Hemoroid dibedakan antara interna dan eksterna. Hemoroid interna
adalah pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di
dalam jaringan sub mukosa dpada rektum sebelah bawah (Riwanto, 2011).
Hemeroid sering dijumpai pada posisi primer, yaitu kanan depan,
kanan belakang, dan kiri lateral. Hemeroid yang lebih kecil terdapat diantara
ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran
dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat disebelah distal garis
mukokutan didalam jaringan di bawah epitel anus. Kedua pleksus hemoroid,
internus dan eksternus saling berhubungan cara longgar dan merupakan awal
dari aliran vena yang kembali dari rektum sebelah bawah dari anus. Pleksus
hemoroid internus mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan
selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke
peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipatan paha ke vena iliaka.
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang
memegang pernanan kausa ialah mengejan pada waktu defekasi konstipasi
menaun, kehamilan, obesitas (Indra, 2016).

3
B. Tanda dan gejala
Pasien sering mengeluh menderita heroid atau wasir tanpa ada
hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat
jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul
pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis. Perdarahan merupakan
tanda pertama hemoroid interna akibat trauma feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feses, dapat berupa
garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada sampai perdarahan yang
terlihat menetes atau mewarna air toilet menjadi merah. Walaupun berasal
dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena fleksus vena
berhubungan dengan cabang arteri secara langsung (lintas arteri vena) tanpa
melewati kapiler (Sjamsuhijadat, 2016).
Perdarahan luas dan intensif difelksus hemoroidalis menyebabkan
darah divena tetep merupakan “darah arteri”. Kadang, perdarahan hemoroid
yang berulang dapat meneybabkan anemia berat. Hemoroid yang membesar
akhirnya dapat menonjol keluar dan menyebabkan koleps. Pada tahap awal,
penonjolan ini terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan
sesudah selesai defekasi. Pada stadium lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu
didorong kembali setelah defekasi agar masuk kedalam anus. Akhirnya
hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami koleps menetap
dan tidak dapat didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses
pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami koleps. Iritasi
kulit krenial dapat menimbulkan rasa gantal yang dikenal sebagai puritus
anus, dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus merangsang
mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan
edema dan radang (Sjamsuhijadat, 2016).

4
C. Manifestasi Klinis
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid
dapat mengeluh hal-hal seperti berikut :
1. Perdarahan keluhan yang sering dan timbul pertama kali yakni : darah
segar menetes setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri
dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB,
misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
2. Benjolan Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan
atau manual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.
3. Nyeri dan rasa tidak nyaman Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis
( sumbatan komponen darah di bawah anus), benjolan keluar anus, polip
rectum, skin tag.
4. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus Akibat penegluaran cairan
dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda hemoroid
interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan kulit.
D. Klasifikasi
Menurut Morton(2012), Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid
eksterna dan interna.
1. Hemoroid internal
Hemorid internal adalah pleksus vena hemoroidalis superior diatas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa (Sjamsuhidajat.
2016). Hemoroid interna dibagi lagi menjadi empat tingkat:
a. Tingkat I: hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri
sewaktu defekasi. Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat
menonjol dalam lumen.
b. Tingkat II: hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan
ringan tetapi dapat masuk secara spontan

5
c. Tingkat III: hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus di dorong
kembali sesudah defekasi
d. Tingkat IV: hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat di
dorong masuk kembali
2. Hemoroid eksternal
Hemoroid eksternal jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan
hemoroid internal. Tapi hemoroid eksternal dapat di klasifikasikan menjadi
2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan padapinggir anus
dan sebenarnya hematom, walaupun disebut sebagai trombus ekternal akut.
Tanda-tanda yang sering timbul adalah sering rasa sakit dan nyeri serta rasa
gatal pada daerah hemoroid. Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan
karena ujung-ujung saraf kulit merupakan reseptor rasa sakit.
b. Hemoroid ekternal kronik atau “skin tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih
dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung sedikit pembuluh darah.
E. Patofisologi
Hemoroid disebabkan akibat bendungan didalam vena pada plexus
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor penyebab dan pencetus seperti :
kongesti vena pleksus hemoroidalis, tekanan abdomen yang berlebihan
(konstipasi, sering mengedan, kehamilan) duduk terlalu lama, tumor rektur,
obesitas, hubungan seksualitas melalui anus, tidak adanya katup secara
struktural didalam vena-vena hemoroidalis. Sehingga drainage dari daerah
anorektal terganggu akibat peningkatan tekanan intra abdomen juga akan
meningkatkan tekanan pada vena hemoroidalis yang menimbulkan varices
yang berisiko pecah dan menimbulkan perdarahan pasien akan mengeluh
keluar darah dari anus, kadang-kadang disertai nyeri dan prolaps yang paling
berat kadang-kadang mengeluh sangat nyeri karena sudah terjadi trombus dan
strangulasi (Diyono & Sri Mulyati, 2013).

6
F. Pathway

Gambar patway hemoroidektomi


Mulyanti: 2013

7
G. Penatalaksanaan hemoroid
Menurut (Sjamsuhidajat, 2016), penatalaksanaan penatalaksanaan medis
hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis, farmakologis, dan
tindakan minimal invasive, yaitu :
1. Penatalaksanaan medis non farmakologis
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan
dan minum, perbaikan pola atau cara defekasi. Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan
derjat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program
(BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelican feses, dan
perubahan perilaku buang air. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal
pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang
lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar dari rectum.
Posisi jongkok ini tidak dipelukan mengedan lebih banyak karena
mengedan dan kontipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid.
2. Penatalaksanaan medis farmakologis
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat yaitu:
a. Obat memperbaiki defekasi
Ada dua obat yaisuplemen serat (fiber suplement) dan pelican tinja
(Stool softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara
lain psyllium atau isphagula husk (misalnya vegeta, Mulax, Metamucil,
Mucofalk). Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain
Natrium dikotil sufosuccinat (Laxadine), Dulcolax, Microlac dll.
Natrium dioctyl sulfosuccinat berkerja sebagai anionic surfactant,
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi
cairan kedalam tinja.
b. Obat sistomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya

8
Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung
kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid
atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
c. Obat menghentikan pedarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya
vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida
yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki
permeabilitas dinding pembuluh darah.
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari,
lalu 2×2 tablet selama 3 hari.Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
e. Minimal invasive
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit
dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara
lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser.
Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-farmakologis tidak
berhasil.
2. Penatalaksanaan bedah
Hemoroidektomi adalah tektomi adalah teknik bedah untuk
menghilangkan hemoroid, atau secara awam disebut wasir atau ambeien.
Operasi bedah hemoroid dilakukan pada pasien dengan hemoroid yang
sudah derajat 3 atau derajat 4. Sebelum dilakukan operasi akan dilakukan
anastesi umum atau anastesi spinal sehingga tidak akan merasakan sakit
pada saat dilakukan pembedahan.
Hemoroidektomi dapat dilakukan dengan pisau (scalpel), alat kater, atau
laser. Insisi/sayatan dilakukan dalam jaringan sekitar wasir. Vena yang
bengkak didalam wasir dikat untuk mencegah perdarahan, dan wasir

9
diangkat dan bagian pembedahan angkat dijahit. Oprasi biasanya dilakukan
khususnya bedah digestif.
3. Penatalaksanaan minimal invasive
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pngobatan non
farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara
lain tindakan skleroterapi hemoroid, ligase hemoroid, pengobatan
hemoroid dengan terapi laser.
a. Skoleroterapi, penyutikan cairan kimia menyebabkan luka jaringan
hemoroid. Skoleroterapi dengan suntikan aethoxyclerol 0,5 - 1 ml dan
didapatkan pengecilan hemoroid minggu ke 4 - 5 setelah 3 - 5 kali
prosdur.
b. Rubber band ligation merupakan prosedur dengan menempatkan karet
pengikat disekitar jaringan hemiroid interna sehingga menggurangi
aliran darah ke jaringan tersebut menyebabkan hemoroid nekrosis,
degenerasi, dan ablasi.
c. Laser, inframerah, atau koagulasi bipolar menggunakan laser atau sinar
inframerah atau panas untuk menghancurkan hemoroid internal.
H. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan,
thrombosis,dan strangulasi. Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang
prolaps dengansuplai darah dihalangi oleh sfingter ani. Menurut Dermawan,
2010 yaitu :
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut
mengejandan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin
memperberatluka di anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran
taknormal) dari selaput lendir usus/anus.
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.

10
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar
dubursehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah,
makinsakit, dan besar, jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.

11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa keperawatan pre operasi


Menurut Taufan 2011 diagnosa keperawatan pre operasi dengan pasien
hemoroidektomi yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi nyeri pasien berkurang dari skala 3 menjadi 1
b. Ekspresi wajah pasien rileks
c. Pasien mampu mengenali nyeri
d. TTV dalam rentang batas normal (120/80mmHg, 60-100x/menit, 16-
24x/menit, 35,5-37,5).
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Kaji nyeri secara komprehensif
c. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam kepada psien
d. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesic
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24
jam mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil:
a. Klien dapat melakukan ADL secara mandiri
b. Kekuatan otot klien tetap atau meningkat dari skala 4 menjadi
Intervensi
a. Kaji tingkat aktivitas klien
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
c. Mandirikan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

12
d. Berikan motivasi kepada klien untuk bisa melakukan aktivitas secara
mandiri
3. Konstipasi berhubungan dengan hemoroid
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
konstipasi klien berkurang dengan kriteria hasil:
a. Klien merasakan nyaman dibagian abdomen atau perut.
b. Klien mampu melakukan BAB secara teratur 1-2x sehari
c. Klien mampu BAB secara lancer dan feses lunak
Intervensi
a. Mengkaji waran feses, konsistensi feses, jumlah feses, dan waktu BAB
b. Bantu klien dalam melakukan aktifitas aktif dan pasif
c. Edukasi keluarga untuk memberikan cairan yang adekuat bagi pasien
d. Kolaborasi dengan ahli gizi pe,merian diit tinggi serat
4. Ansietas berhubungan dengan stressor (Pembedahan)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
ansietas klien berkurang dengan kriteria hasil:
a. Klien tidak cemas
b. Klien tenang
c. Klien tampak rileks
Intervensi
a. Memberitahu klien tentang prosedur pembedahan
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan rasa cemasnya
c. Ciptakan suasana tenang dan nyaman
d. Motivasi klien untuk nafas dalam

13
B. Diagnosa keperawatan intra operasi
Menurut Taufan 2011 diagnosa keperawatan intra operasi dengan pasien
hemoroidektomi yaitu :
1. Risiko perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24
jam resiko perdarahan dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a. Perdarahan dapat dikontrol
b. Tekanan darah dalam batas normal
c. Plasma, PT, PTT dalam batas normal
Intervensi
a. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
b. Monitor tanda-tanda vital
c. Hindari mengukur sushu lewat rectal
d. Lakukan manual pressure (tekanan) pada area perdarahan.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur invasive
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
kerusakan integritas jaringan dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Perfusi jaringan normal
3. Risiko infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
risiko infeksi dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a. Tidak terjadi demam
b. Risiko infeksi dapat terkontrol
Intervensi
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Kontrol risiko infeksi dengan menjaga kebersihan sekitar
c. Gunakan pakaian khusus ruang operasi

14
d. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptic
4. Risiko jatuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
kerusakan integritas jaringan dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a. Pasien tidak terjatuh saat proses pembedahan
b. Pasien dalam posisi aman nyaman
Intervensi
a. Posisikan pasien pada meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan
C. Diagnosa keperawatan post operasi
1. Nyeri akut berhubungan agen cidera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi nyeri pasien berkurang dari skala 5 menjadi 3
b. Ekspresi wajah pasien rileks
c. Pasien mampu mengenali nyeri TTV dalam rentang batas normal
(120/80mmHg, 60-100x/menit, 16-24x/menit, 35,5-37,5).
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Kaji nyeri secara komprehensif
c. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam kepada pasien
d. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesic
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Perfusi jaringan normal
c. Menunjukkan proses terjadinya penyembuhan luka

15
Intervensi
a. Observasi keadaan integritas jaringan
b. Lakukan tehnik perawatan luka dengan tehnik steril
c. Edukasi keluarga untuk melaporkan tanda-tanda infeksi
d. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat antibiotic
3. Resiko infeksi ditandai dengan faktor resiko area pembedahan, prosedur
invasive
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
resiko infeksi dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a. TTV dalam rentang batas normal
b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
c. Tidak terdapat kemerahan
Intervensi
a. Monitor karakteristik luka
b. Lakukan perawatan tehnik perawatan luka dengan tehnik aseptic
c. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala infeksi
d. Kolaborasi pemberian obat antibiotic
4. Resiko sindrom disuse ditandai dengan faktor resiko nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
resiko sindrom disuse dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a. Pasien dapat melakukan pola aktivitas dan latihan, makan/minum,
toileting, mobilisasi/ROM secara mandiri
b. Pasien dapat melakukan ADL secara mandiri
Intervensi
a. Monitor lokasi nyeri dan ketidak nyamanan selama aktivitas
b. Bantu ADL pasien
c. Edukasi keluarga untuk memilih kegiatan atau aktivitas yang dapat
dilakukan pasien

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis
dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum.
Hemoroid dibedakan antara interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Pasien sering mengeluh menderita heroid atau wasir tanpa ada
hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus.
Hemoroid disebabkan akibat bendungan didalam vena pada plexus
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor penyebab dan pencetus seperti :
kongesti vena pleksus hemoroidalis, tekanan abdomen yang berlebihan
(konstipasi, sering mengedan, kehamilan) duduk terlalu lama, tumor rektur,
obesitas, hubungan seksualitas melalui anus, tidak adanya katup secara
struktural didalam vena-vena hemoroidalis.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Lebih meningkatan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan pada
mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan ketrampilan
yang lebih pada mahasiswa dan menambah referensi tentang asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan penyakit HIV.
2. Bagi Mahasiswa/Perawat
Agar lebih meningkatkan pelaksanaan asuhan keperawatan yang lebih baik,
sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik antara pasien, keluarga dan
perawat demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
3. Bagi Klien, dengan adanya bimbingan dan bantuan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat, diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan
dan kesehatan klien selama dirawat di rumah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Gosyen Publishing.


Diyono dan Sri Mulyanti. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Edisi 1. Kencana Prenada Media Group
Kumala, Indra. 2016. Hubungan Lama Duduk dan Lama Bekerja Dengan Kejadian
Hemoroid. Lampung : Universitas Malahayati.
Lumenta. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya;Manajemen
Hidup Sehat. Jakarta: PT Elex Media. Hal 132.
Morton G.P. 2012. Keperawatan Kritis,Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Probosuseno. 2009. Mengapa Lansia Sering Roboh. http://www.republika.co.id.
(diakses tanggal 29 September 2019).
Ritwanto. 2011. Hemoroids Principle and Practice of Surgery for the Colon, Rectum,
and Anus. New York : Informa Healthcare USA.
Sjamsuhidajat, R.2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat, R.2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat, R.2016. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai