Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing : Apri Nur Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Anggi Nuvita 2820172997


Firnanda Defi Anggraini 2820173013
Menik Lansiatun 2820173022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah singkatan dari AIDS. AIDS
adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang
timbul akibat infeksi HIV. Penyebab Human Immunodeficiency Virus (HIV)
adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS. Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) dicurigai bila paling sedikit mempunyai dua gejala mayor dan
satu gejala minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain yang
diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau sebab-sebab lain (Kemenkes,
2012).
Mengetahui status HIV secara dini waktu hamil sangat bermanfaat untuk
permpuan dan bayi. Kemampuan perempuan untuk mengawasi kesehatan dan
kehidupan sendiri perlu ditingkatkan bila dia mengetahui dirinya HIV-positif, ibu
dapat mencegah terjadinya penularan pada bayinya. Kegiatan pelayanan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak/Prevention of Mother to child HIV
transmision/PMTCT merupakan bagian dari pelayanan perawatan, dukungan dan
pengobatan/CST bagi pasien HIV/AIDS. Pelayanan PMTCT semakin menjadi
perhatian dikarenakan epidemi HIV/AIDS di Indonesia meningkat dengan
cepat(Kemenkes, 2012).
Diseluruh dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang
meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta berusia <15 tahun. jumlah infeksi baru
HIV pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan
240.000 anak berusia <15 tahun. jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta
yang terdiri dari 190.000 anak berusia <15 tahun. Penularan HIV dari ibu ke anak
dapat terjadi selama hamil (5-10%), melahirkan (10 20%) dan saat menyusui (5-
20%) (Kemenkes, 2014).

B. Tujuan
a. Tujuan Khusus

1
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil
dengan penyakit HIV/AIDS
b. Tujuan Umum
1. Mengetahui pengertian HIV/AIDS pada ibu hamil
2. Mengetahui penyebab HIV/AIDS pada ibu hamil
3. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS pada ibu hamil
4. Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS pada ibu hamil
5. Mengetahui pathway HIV/AIDS pada ibu hamil
6. Mengetahui pencegahan HIV/AIDS pada ibu hamil
7. Mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS pada ibu hamil
8. Mengetahui pengkajian HIV/AIDS pada ibu hamil
9. Mengetahui diagnosia keperawatan HIV/AIDS pada ibu hamil
10. Mengetahui rencana tindakan HIV/AIDS pada ibu hamil

BAB II
TINJUAN TEORI

2
A. Definisi
HIV adalah penyakit yang menyeranf sisitem kekebalan tubuh, dan
AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem
kekebalan tubuh yang dibentuk setelah lahir. AIDS merupakan singkatan
Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Acquaried artinya didapat, jadi
bukan merupakan penyait keturunan, imnuno berarti sistem kekebalan tubuh,
Deficienci artinya kekurangan, sedangkan Syndrome adalah kumpulan gejala
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang mesrusak kekebalan
tubuh , sehingga tubuh mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang
dapat berakibat fatal (Sarwono, 2009).
Padahal penyakit-penyakit tersebut misalnnya berbagai virus cacing,
jamur,protozoa dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada
orang yang sistem kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita
AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian gejala AIDS amat
bervariasi. Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Humman
Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV 1
dan HIV 2. Sebagai besar disebabkan oleh HIV 1, sedangkan Injeksi oleh HIV
2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV 1 lebih mudah dirularkan dan masa
sejak mulai injeksi (masuknya virus ketubuh ) sampai timbulnya penyakit
lebih pendek (Sarwono, 2009).
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah singkatan dari AIDS.
AIDS adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem kekebalan tubuh
yang timbul akibat infeksi HIV (Kemenkes, 2012).
Virus HIV memasuki tubuh seseorang maka tubuh akan terinfeksi dan
virus mulai mereplikasi diri dalam sel orang tersebut (Sel limfosit T CD4 dan
Makrofag). Virus HIV akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan
menghasilkan antibodi untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan
terbentuknya antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium
adalah antara 2-12 minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama

3
masa jendela, pasien sangat infeksius sehingga mudah menularkan kepada
orang lain meskipun hasil pemeriksaan laboratorium masih negatif
(Kemenkes, 2015).
B. Etiologi
Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunnya bisa diketahui penularan
HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti hubungan
seks dengan pasangan mengidap HIV, Jarum suntik, dan alat-alat penusuk
( tato, penindik dan cukur ) yang tercemar oleh HIV dan ibu hamil yang
mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita yang mengidap HIV (+)
(Yeyen, 2010).
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin
tertular. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian bear
penularan terjadi waktu melahirkan atau menyusui,bayi lebih mungkin tertular
jika persalinan berlanjut lama. Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan
beresiko tertular oleh darah ibu. Air susu ibu ( ASI) dari ibu yang terinfeksi
HIV juga mengadung virus itu. Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi
bisa tertular (Yeyen, 2010).
Faktor penularan virus HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga
cara yaitu hubungan seksual; pajanan oleh darah, produk darah atau organ dan
jaringan yang terinfeksi termasuk terpajan jarum suntik yang telah terinfeksi
HIV; penularan dari ibu ke anak (Kemenkes, 2012).
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala HIV/AIDS, menurut (Astuti, 2017) :
1. Pada stadium 2 terdapat penurunan berat badan serta infeksi yang
berluang pada saluran nafas dan kulit.
2. Pada stadium 3, menunjukan demam yang hilang timbul, diarae,
penurunan berat badan yang lebih besar, dan mengalami infeksi jamur dari
rongga mulut yang menjalar sampai ke paru.
3. Pada stadium 4, kondisi ibu semakin melemah sehingga seluruh aktivitas
dilakukan ditempat tidur dan infeksi bermunculan, serta kondisi semakin
parah
D. Patofisiologi

4
Cara penularan HIV melalui alur sebagai berikut menurut (Kemenkes RI,
2014):
1. Cairan genital : cairan sperma dan cairan vagina pengidap HIV memiliki
jumlah virus yang tinggi dan cukup banyak untuk memungkinkan
penularan, terlebih jika disertai IMS lainnya. Karena itu semua hubungan
seksual yang berisiko tinggi dapat menularkan HIV, baik genital, oral
maupun anal.
2. Kontaminasi darah atau jaringan : penularan HIV dapat terjadi melalui
kontaminasi darah seperti tranfusi darah dan produknya .
3. Perinatal : penularan dari ibu ke janin/bayi, penularan ke janin terjadi
selama kehamilan melalui plasenta yang terinfeksi, sedangkan ke bayi
melalui darah atau cairan genital saat persalinan dan melalui ASI pada
masa laktasi.
Ada tiga faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2014):
1. Faktor ibu
a. Kadar HIV dalam darah ibu (viral load) merupakan faktor yang paling
utama terjadi penularan HIV dari ibu ke anak, semakin tinggi kadarnya
semakin besar kemungkinan penularannya khususnya pada saat atau
menjelang persalinan dan masa menyusui bayi.
b. Kadar CD4 ibu dengan kadar CD4 yang rendah khususnya bila jumlah
sel CD4 di bawah 350sel/mm3 menunjukan daya tahan tubuh yang
rendah karena banyak sel limfosit yang pecah atau rusak. Kadar CD4
tidak selalu berbanding terbalik dengan viral load. Pada fase keduanya
bisa tinggi sedangkan fase lanjut keduanya bisa rendah kalau penderita
mendapat terapi anti retrovirus(ARV).
c. Status gizi selama kehamilan, berat badan yang rendah serta
kekurangan zat gizi terutama protein, vitamin dan mineral selama
kehamilan meningkatkan kadar HIV dalam darah ibu sehingga
menambah risiko penularan ke bayi.

5
d. Penyakit infeksi selama kehamilan misalnya sifilis, infeksi organ
reproduksi, malaria dan tuberkulosis berisiko meningkatkan kadar
HIV pada darah ibu, sehingga risiko penularan HIV kepada bayi
semakin besar.
e. Masalah pada payudara misalnya lecet pada putting, mastitis dan abses
pada payudara akan meningkatkan risiko penularan HIV melalui
pemberian ASI.
2. Faktor bayi
a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir, bayi lahir prematur
atau bayi dengan berat lahir rendah lebih rentan tertular HIV karena
sistem organ dan kekebalan tubuh belum berkembang baik.
b. Periode pemberian ASI apabila tanpa pengobatan berkisar antara 5-
20%.
c. Adanya luka di mulut bayi merupakan risiko penularan lebih besar
ketika bayi diberi ASI.
3. Faktor tindakan obstetrik
Risiko terbesar penularan HIV dari ibu ke anak terjadi pada saat
persalinan karena tekanan pada plasenta meningkat sehingga bisa
menyebabkan terjadinya hubungan antara darah ibu dan darah bayi. Selain
itu, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir. Faktor-faktor yang
dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak selama
persalinan adalah sebagai berikut:
a. Jenis persalinan, risiko penularan pada persalinan per vagina lebih
besar daripada persalinan seksio sesaria, namun seksio sesaria
memberikan banyak risiko lainnya untuk ibu.
b. Lama persalinan, semakin lama proses persalinan risiko penularan
HIV dari ibu ke anak juga semakin tinggi karena kontrak antara bayi
dengan darah atau lendir ibu semakin lama.
c. Ketuban pecah lebih dari empat jam sebelum persalinan meningkatkan
risiko penularan hingga dua kali dibandingkan jika ketuban pecah
kurang dari empat jam

6
d. Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forsep meningkatkab risiko
penularan HIV.

E. Pathway

7
Gambar pathway HIV pada ibu hamil
Sumber: Nanda, 2006

F. Pencegahan penularan HIV


Program Pencegahan Penularan Ibu dan Anak (PPIA) mempunyai
program pencegahan HIV dari ibu kepada bayinya yang bertujuan untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi dan mengurangi dampak epidemi

8
HIV terhadap ibu dan bayi. Adapun bentuk-bentuk intervensi dari PPIA
adalah melakukan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Intervensi
yang baik maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25-45% bisa
ditekan menjadi kurang dari 2% (Gondo, 2011). Adapun 4 konsep dasar antara
lain adalah :
1. Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif
Penularan infeksi virus ke neonatus dan bayi terjadi transplasenta dan
persalinan, oleh karena itu untuk mengurangi penularan tersebut
dianjurkan ibu hamil dengan HIV positif untuk menjaga daya tahan
tubuh seperti CD 4 di atas 500, kadar virus (viral load) minimal
kurang dari 1000 kopi/ml dan menggunakan ARV secara teratur
2. Menurunkan viral load/kadar virus serendah-rendahnya
Obat antiretroviral (ARV) yang ada sampai saat ini baru berfungsi
untuk menghambat multiplikasi virus, belum menghilangkan secara
total keberadaan virus dalam tubuh. Namun demikian ARV merupakan
pilihan utama dalam upaya pengendalian penyakit guna menurunkan
kadar virus.
3. Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap cairan tubuh ibu
Persalinan dengan Sectio Caesaria (SC) berencana sebelum saat
persalinan tiba merupakan pilihan utama ibu HIV positif. Pada saat
persalinan pervaginam, bayi akan terpapar darah dan lendir ibu di jalan
lahir. Bayi juga mungkin terinfeksi karena menelan darah atau lendir di
jalan lahir tersebut. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa
SC akan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 50-
66% (Gondo, 2011). Apabila SC tidak bisa dilakukan, dianjurkaa
untuk tidak melakukan tindakan invasif yang memungkinkan
perlukaan bayi (seperti ekstraksi forceps, ekstrasi vakum) dan
perlukaan pada ibu (episiotomi). Paparan janin/bayi terhadap cairan
tubuh ibu juga didapatkan melalui pemberian ASI . oleh karena itu ibu
HIV positif perlu mendapatkan konseling untuk mengurangi penularan
dari ibu ke bayinya dengan memberikan susu formula. Pemberian susu

9
formula harus mempunyai 5 persyaratan dari WHO yaitu AFASS
(Acceptable : mudah diterima, Feasible : mudah dilakukan, Affordable
: mudah dijangkau, Sustainable : berkelanjutan, Safe : aman
penggunaannya).
4. Mengoptimalkan kesehatan ibu dengan HIV positif
Melalui pemeriksaan ANC (Ante Natal Care) secara teratur dilakukan
pemantauan kehamilan dan keadaan janin. Pola hidup sehat yang dapat
dilakukab ibu hamil dengan HIV positif antara lain adalah cukup
nutrisi, cukup istirahat, cukup olahraga, tidak merokok, tidak minum
alkohol juga patit diterapkan .
Program Pencegahan Penularan Ibu dan Anak PPIA pada dasarnya
adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu kepada
bayinya. Pada waktu bayi baru lahir, secara alamiah ia akan mendapat
imunoglobin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar
zat tersebut akan cepat turun segera setelah bayi lahir. Pada saat kadar zat
kekebalan bawaan menurun, sedangkan zat kekebalan yang dibentuk oleh
badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan
bayi. Kesenjangan tersebut akan hilang apabila bayi di beri ASI, karena ASI
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit
(Megadhana, 2013).
Pencegahan penularan HIV dengan berbagai cara sederhana antara lain
berperilaku seks yang aman (abstinen, saling setia, seks dengan menggunakan
kondom), mencegah penularan melalui alat-alat yang tercemar dengan prinsip
kewaspadaan universal, pencegahan pada transfusi darah dengan skrining
donor dan pencegahan penularan dari ibu ke anak dengan program PMTCT.
G. Penatalaksanaan
Menurut (Megadhana,I.W,2013) penatalaksanaan pada ibu hamil dengan
HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan pada masa prenatal
Sebelum konsepsi sebaiknya wanita yang terinfeksi melakukan
konseling terlebih dahulu dengan dokter spesialis. Program ini sangat

10
membantu pasien dalam menentukan terapi yang optimal dan penanganan
obstetrik, seperti diagnosis prenatal untuk kelainan kongentinal
(malformasi atau kelainan kromosomal) dan menentukan cara persalinan
yang boleh dilakukan. Status awal yang harus dinilai pada ibu hamil
dengan HIV/AIDS adalah riwayat penyakit HIV, imunologis (jumlah CD4<
400/ml) dan virologis (Viral Load).
Beberapa ketidaknyamanan prenatal seperti keletihan , anoreksia, dan
penurunan berat badan bisa menjadi tanda dan gejala infeksi HIV selama
kehamilan. Untuk mempertahankan sistem imun selama kehamilan, gizi
yang baik, tidur dan istirahat, latihan fisik, dan pencegahan stres sangat
penting dilakukan selain dari pemberi terapi ARV. Selain itu konseling
tetang bagaimana melanjutkan kehamilan dan meminimalkan kemungkinan
risiko yang terjadi juga harus dilakukan mulai dari periode pre natal selama
kehamilan dengan HIV/AIDS.
2. Penatalaksanaan pada persalinan
Fokus utama perawatan pada periode intranatal ini ialah mencegah
persebaran nosokomial HIV dan melindungi tenaga kesehatan. Risiko
transmisi HIV dianggap rendah selama proses kelahiran pervaginaan
terlepas dari kenyataan bayi terpapar pada daerah, cairan amniotik, dan
sekresi vagina lainnya. Persalinan pervaginaan yang memungkinkan
terpaparnya bayi pada darah, ciaran amniotikdan sekresi vagina lainnya
membuat persalinan jenis ini menjadi rentan untuk penularan HIV/AIDS
pada bayi sehingga operasi caesario biasanya dilakukan untuk
meminimalkan risiko transmisi pada kehamilan dengan SIDA.
Cara persalinan harus ditentukan sebelum 38 minggu untuk
meminimalkan terjadinya komplikasi persalinan. Semua ibu hamil dengan
HIV positif disarankan untuk melakukan persalinan dengan operasi SC.
Tujuan persalinan yang aman bagi ibu dengan HIV adalah tidak terjadi
penularan HIV ke janin/bayi, tim penolong (baik medis maupun non
medis) serta ke pasien lainnya seperti kondisi ibu baik sesudah melahirkan

11
sehinga lebih efektif dan efesien. Sebagian besar penularan HIV dari ibu ke
bayi terjadi pada saat persalinan, hal tersebut terjadi karena tekanan pada
plasenta meningkat menyebabkan terjadinya sedikit percampuran antara
darah ibu dan bayi lebih sering terjadi jika plasenta meradang atau infeksi.
Bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir bayi mungkin terinfeksi
karena menelan darah ataupun lendir ibu. Oleh karena itu persalinan yang
aman untuk ibu dengan HIV/AIDS adalah dengan melakukan operasi SC.
3. Penatalaksanaan pada postnatal
Secara teori, ASI dapat membawa HIV dan dapat meningkatkan
transmisi prenatal. Oleh karena itu WHO tidak merekomendasikan
pemberian ASI pada ibu dengan HIV positif, meskipun mereka
mendapatkan terapi ARV. Saran suportif mengenai susu formula pada bayi
sangat diperlukan untuk mencegah gizi buruk pada bayi. Pengetahuan ibu
dengan HIV/AIDS postnatal terkait pencegahan penularan HIV dari ibu ke
bayi perlu ditingkatkan.
Wanita hamil yang direncanakan persalinan pervaginam, diusahakan
selaput amioninnya utuh selama mungkin. Pemakaaian elektroda fetall scalp
dan pengambilan sempel darah janinharus dihindari. Jika sebelumnnya telah
diberikan obat HAART, maka obat ini harus dilanjutkan sampai partus. Jika
direncanakan pemberian infus zidovolidin, harus diberikan pada saat
persalinan dan dilanjutkan samapai tali pusat diklem. Dosis zidovoludin
adalah : dosis inissal 2 mg/kgBB dalam 1 jam dan dilanjutkan 1 mg/kgBB/jam
sampai partus. Tablet nevirapin dosis tunggal 200mg harus diberikan di awal
persalinanan.tali pusat harus dimandikan segera. Seksio sesaria emergensy
biasanya dilakukan karena alasan obstretik ,menghindari partus lama dan
ketuban pecah lama.
1. Tindakan segera kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan menurut
(Yeyen, 2013) :
a. Melakukan konselin pra dan pasca tes HIV dengan memberi tahu ibu
hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini kurang baik, dengan

12
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 85x/menit, RR 20x/menit, suhu
38,5oC saat ini usia kandunganya berumur 8 bulan dengan msalah ibu
mengidap sakit HIV/AIDS dari hasil tes darah tes DNA dan CD4.
Menurun menunjukan hasil 100 sel/ml3 darah (+) HIV, kondisi janin
saat ini baik dengan taksiran berat janin 1.705 gr, ibu telah diberitahu
hasil pemeriksaan dan ibu mengerti akan hasil pemeriksaan.
b. Menganjurkan ibu ketika melakukan hubungan seksual dengan
perlindungan kondom untuk mencegah penular HIV yang lebih lanjut.
Ibu mengerti dan akan melakukannya. Perlu di sampaikan kepada ibu
dan keluarganya bahwa HIV/AIDS tidak ditularkan dengan cara
bersalaman, satu rumah dengan penderita, dan berenang. Ibu paham
akan masalahnya dan berjanji akan menghindarkan penularan seperti
dijelaskan.
c. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi yang tinggi kalori dan tinggi
protein seperti mengkonsumsi daging, telur, ayam, ikan tempe, wortel,
kelapa, kembang kol, buah alpukat, kacang-kacangan dan produk
olahan secara teratur, terutama sayuran buah-buahan berwarna yang
kaya vitamin A (beta karoten) yang tidak rendah serat untuk mencegah
diare yang berkelanjutan, zat besi makanan yang ibu suka sebanyak
yang ibu mau untuk menambah berat badan ibu, dan baik pertumbuhan
dan perkembangan janin, minum susu setiap menghindari makanan
yang di awetkan seperti mie instan, makanan kaleng/sarden, dan
makanan yang beragi (tape, brem). Ibu mengerti anjuran bidan, dan
akan mengkonsumsi makanan yang telah dianjurkan
d. Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih 8 gelas/hari paling
sedikit, terutama untuk ibu yang sedang demam, diare, keringat pada
malam hari karena dalam keadaan seperti itu ibu membutuhkan
penambahan cairan untuk mengganti kehilangan cairan tersebut. Ibu
mengerti dan mengatakan akan menuruti anjuran yang diberikan.

13
e. Memberi ibi tablet Fe dengan dosis 1 x 1 perhari yang dapat ibu minum
pada malam hari karena bila minum pada siang hari obat tersebut dapat
menimbulkan mual pada ibu, dengan gelas 1 air putih, dan jangan
diminum dengan air teh atau kopi karena hal tersebut dapat
menghambat kerja obat dan menurunkan efektifitas obat tersebut, tablet
Fe selain baik untuk mencegah dan mengobati anemia, baik juga untuk
pertumbuhan janin karena mengandung asam folat yang dibutuhkan
janin. Ibu mengerti dan berjanji akan minum tablet Fe dengan teratur
dan diminum sesuai anjuran yang diberikan bidan.
f. Menganjurkan ibu untuk meminum obat atas intruksi atau kolaborasi
dengan dokter, yaitu obat antiretrofiral (ARV) untuk mencegah bayi
tertular HIV+, dengan dosis 1 x 1 setelah ibu makan, dan diminum
dengan air putih, boleh pada siang hari atau malam hari, tetapi ketika
bersalin obat ARV akan diberikan dalam bentuk IV. Ibu mengerti dan
berjanji akan minum obat secara teratur.
g. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya kepada dokter
spesialis kandungan untuk mengetahui perkembangan janin dan
kondisinya atau USG. Ibu mengerti anjuran bidan dan akan segera
mengunjungi dokter kandungan.
h. Memberitahu ibu bahwa ibu HIV+, proses persalinan tidak bisa
ditolong oleh bidan, walau ibu bersalin bukan indikasi dilakukan
pertolongan persalinan dengan seksio sesaria akan tetapi ada
kemungkinan ibu harus dioperasi cesar, karena risiko yang mungkin
terjadi pada bayi dapat tertular HIV. Maka ibu dan keluarga diharapkan
mempersiapkan segala sesuatunya seperti uang, tempat bersalin (RS),
kendaraan, dll.
2. Tindakan segera rujuk dan kolaborsi dengan dokter spesialis kandungan
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini kurang
baik, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 38,2oC,
respirasi 25 x/menit, saat ini ibu sudah masuk kedalam tahap menjelang

14
persalinan dengan masalah HIV/AIDS dan kemungkinan bayi dapat
tertular sehingga ibu harus melahirkan difasilitasi yang lebih lengkap,
kondisi janin saat ini baik, pemeriksaan penunjang: tes DNA dan CD4
menurun menunjukkan hasil 90 sel/ml3 darah (+) HIV.
b. Memberitahu keluarga atau suami bahwa ibu segera dirujuk dalam
pertolongan persalinan karena ibu ada kemungkinan dioperasi secara
cesar mengingat risiko yang akan terjadi pada ibu dan janin bila
bersalin secara normal, karena ibu dengan penyakit HIV+. Suami atau
keluarga setuju dengan dilakukan tindakan rujukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayinya.
c. Buat surat rujukan. Membuat rujukan ke rumah sakit dengan terlebih
dahulu dengan menelfon rumah sakit dan menghubungi dokter SpOG.
Surat rujukan telah dibuat.
d. Buat informed consent. Membuat informed consent untuk meminta
persetujuan tindakan medis pada pasien karena akan dipasang infus RL.
Ibu dan keluarga atau suami menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
e. Lakukan pemberian infus. Melakukan pemasangan dan pemberian infus
RL dengan 12 tetes/menit, sebagai pembentu pemenuhan kebutuhan
bagi ibu. Ibu telah diinfus.
f. Anjurkan ibu untuk beristirahat. Menganjurkan ibu untuk beristirahat
dan tenang, agar kondisi ibu dan bayi baik. Ibu mengerti anjuran yang
diberikan dan akan mencoba untuk intirahat dan bersikap tenang.
g. Anjurkan suami atau keluarga untuk memberikan semangat.
Menganjurkan suami untuk memberikan ibu semangat bahwa ibu dapat
melahirkan dengan semangat baik ibu dan bayinya, dan asuhan sayang
ibu, seperti mengelap keringat ibu, mengelus kepala ibu dan lain-lain.
Suami mengerti anjurannya diberikan dan dilakukan dengan baik.
h. Persiapan rujukan, mempersiapkan rujuan rumah sakit dengan
melakukan BAKSOKU yaitu: B: bidan harus siap antar ibu ke rumah
sakit, A: alat-alat yang dibawa saat perjalanan rujukan, K: kendaraan
yang akan mengatar ibu ke rumah sakit, S: surat rujukan disertakan, O:

15
obat-obat seperti oksitosin, ampul, cairan infus, K: keluarga harus
diberitahu dan mendampingi ibu saat dirujuk, U: uang untuk
pembiayaan di rumah sakit. Ibu dan keluarga mengerti mengapa ibu
dirujuk dan bersedia dirujuk.
i. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan
pada catatan SOAP. Hasil pemeriksaan asuhan yang telah diberikan
telah didokumentasikan pada catatan SOAP.

16
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Nursalam,2011 pengkajian pada ibu hamil sebagai berikut:
1. Biodata
a. Nama : nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil, dan
menghindari terjadinya kekeliruan.
b. Umur : ditanyakan untuk mengetahui umur ibu, dimana kehamilan normal
terjadi pada saat ibu berusia lebih dari 16 tahun dan kurang dari 35 tahun.
c. Agama : ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan pasien.
d. Suku : untuk mengetahui dari suku nama ibu berasal dan menentukan cara
pendekatan serta pemberian asuhan.
e. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam
memberikan asuhan.
f. Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi
klien dan apakah pekerjaan ibu atau suami dapat mempengaruhi kesehatan
pasien atau tidak.
g. Penghasilan : untuk mengetahui status ekonomi penderita dan mengetahui
pola kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien.
h. Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah
lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta mempermudah untuk
melakukan kunjungan ulang.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan ibu yang dirasakan saat pengkajian. Keluhan
yang disampaikan ibu pada kunjungan ulang sangat penting untuk
mengontrol kehamilan ibu.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu
sebelumnya apakah ibu pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan.
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Nutrisi diperlukan pada ibu hamil adalah vitamin A, vitamin C,
vitamin B dan air.
b. Eliminasi
Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena
menunurnnya gerakan ibu hamil, tekanan kepala janin terhadap usus
besar dan rektum.
c. Istirahat
Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan dengan baik karena tidur
yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin.
d. Aktivitas
Wanita yang sedang hamil boleh bekerja tapi sifatnya tidak melelahkan
dan tidak mengganggu kehamilan.
e. Personal Hygine
a) Rambut sering dicuci
b) Gigi harus betul-betul mendapat perawatan untuk mencegah karies
c) Keberisihan vulva harus dalam keadaan bersih
d) Kebersihan kuku harus dijaga
e) Kebersihan kulit dilakukan dengan mandi 2x
6. Riwayat psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikososial ibu terhadap kehamilannya.
7. Pola Spiritual
Untuk mengetahui kegiatan spiritual ibu hamil
8. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik/cukup/lemah
b. Kesadaran : composmentis/apatis/somnolen
c. Tinggi badan : normal >145cm
d. Berat badan : mengetahui berat badan sebelum dan sesudah kehamilan
9. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
b. Rambut : warna hitam, tidak ada ketombe, tidak rontok
c. Wajah : tidak ada odema, tidak pucat
d. Mata : tidak anemis
e. Mulut dan gigi : tidak ada karies, warna bibir merah
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
g. Payudara
Inspeksi : bentuk melingkar, simetris, putting susu menonjol, tidak ada
retraksi atau dimpling
Palpasi : tidak ada masa atau benjolan, tidak ada nyeri tekan
h. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : leopod 1 = mengetahui letak fundus, leopod II mengetahui
puka/puki, leopod III mengetahui presentasi, leopod IV mengetahui
konfergen atau difergen.
10. Pemeriksaan laboratorium
Hb : jika terjadi perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien lemah
serta pucat, kemungkinan pasien mengalami anemia
Urin : dicuriugai ada protein urin yang memperberat kehamilan.
Diagnosa keperawatan menurut Nursalam,2011 yaitu :
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Diagnosa prenatal Tujuan: setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat kecemasan klien
Cemas berhubungan dengan b. Kaji kemampuan klien untuk
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
situasi dan kondisi yang mengurangi rasa cemas
cemas klien dapat teratasi dengan kriteria
c. Berikan edukasi kepada klien
dihadapi sebelum dan
hasil :
tentang pencegahan penularan
sesudah melahirkan. a. Klien mengatakan cemas berkurang
b. Klien akan mengkomunikasikan HIV/AIDS dari ibu ke bayi
d. Beri kesempatan klien untuk
kebutuhan dan perasaan negatif secara
mengekspresikan perasaannya
tepat
e. Beri suport pada klien
c. Klien tampak tenang
f. Anjurkan klien untuk menggunakan
d. Klien dapat mengerti dan mengetahui
cara distraksi uang dikuasai untuk
tanda-tanda persalinan, prosedur
mengurangi cemas
operasi dan manajemen yang dapat
g. Beri dorongan kepada orangtua dan
dilakukan
suami (keluarga) untuk menemani
e. Klien dapat menyebutkan dan
klien atau memberi suport kepada
mempraktekan kembali manajemen
klien
nyeri yang akan dilakukan
h. Hargai setiap pendapat dan
keputusan klien
i. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
tentukan kebutuhan pengajaran klien
j. Berikan pengajaran tentang tanda-
tanda persalinan
k. Berikan pengajaran tentang prosedur
operasi SC
l. Berikan pengajaran dan
demonstrasikan tentang teknik
relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
m. Berikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar
Diagnosa postnatal
n. Minta klien untuk mengulangi
Nyeri akut berhubungan
informasi yang sudah diberikan
dengan agen injuri fisik luka
Tujuan : setelah dilakukan tindakan o. Ikut sertakan suami dan anggota
post operasi: efek luka
keperawatan selama 3x24 jam nyeri keluarga klien dalam pengajaran
operasi
berkurang dengan kriteria hasil :
a. Kaji nyeri meliputi : lokasi,
a. Menunjukan teknik relaksasi nafas
karakteristik, durasi, frekuensi,
dalam secara individu yang efektif
kualitas, intensitas atau keparahan
untuk mencapai kenyamanan
b. Ekspresi wajah rileks nyeri dan faktor presipitasinya
c. Intensitas nyeri terdapat pada skala 1
dengan menggunakan skala nyeri 0-
10
b. Lakukan pemeriksaan fisik ibu nifas
2.
sesuai dengan status generalis dan
obstetrik
c. Ajarkan teknik mengurangi rasa
nyeri dengan nonfarmakologi
seperti : teknik relaksasi nafas
dalam
d. Berikan posisi yang nyaman
menurut klien
e. Anjurkan klien untuk istirahat/ tidur
Perubahan pola tidur
secukupnya untuk mengurangi nyeri
berhubungan dengan nyeri f. Kolaborasi dengan dokter dalam
yang disarankan dan interaksi pemberian terapi analgetik jika
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
orang tua-bayi dengan non farmakologi tidak
diharapkan klien menunjukan kualitas
berhasil
tidur yang baik dengan kriteria hasil : g. Anjurkan klien untuk mobilisasi
a. Jumlah jam tidur tidak terganggu
secara bertahap
b. Tidak ada masalah dengan pola,
h. Beri pujian pada ibu yang telah
kualitas dan rutinitas tidur atau
mampu melakukan teknik relaksasi
istirahat
nafas dalam
c. Perasaan segar setelah tidur atau
istirahat a. Kaji pola tidur klien dan catat
d. Terjaga dengan waktu yang sesuai
faktor-faktor yang dapat
mengganggu pola tidur klien
b. Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat selama kehamilan, sakit dan
stres psikososial
c. Ajarkan klien untuk menghindari
Kesiapan meningkatkan makanan dan minuman pada jam
pengetahuan tentang cara tidur yang dapat mengganggu tidur
d. Anjurkan klien untuk membatasi
melakukan perawatan
3.
tidur di siang hari aatu berikan tidur
postnatal pasca operasi caesra
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
siang diperlukan untuk memenuhi
dan perawatan bayi
selama 3x24 jam klien dapat siap
kebutuhan tidur
meningkatkan pengetahuan tentang cara e. Anjurkan klien untuk mengatur jam
melakukan perawatan postnatal pasca tidurnya dengan menyesuaikan
operasi caesar dan perawatan bayi dengan dengan jam tidur bayinya agar tidak
kriteria hasil : kekurangan kualitas tidur klien
a. Mengerti tentang perawatan ibu dan f. Anjurkan klien untuk melakukan
bayinya teknik relaksasi nafas dalam jika
b. Memiliki kemampuan dalam merawat
penyebab gangguan tidurnya adalah
ibu dan bayinya
nyeri

a. Kaji tingkat pengetahuan klien


tentang perawatan ibu dan bayi
b. Berikan pengajaran tentang
perawatan ibu, seperti kebersihan
diri dan nutrisi ibu melahirkan,
istirahat/tidur, perawatan/bebat
payudara
c. Berikan pengajaran tentang
perawatan bayi seperti membedong,
perawatan tali pusat
d. Demonstrasikan tentang perawatan
4.
ibu dan bayinya
e. Berikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar
f. Minta klien untuk mengulang
informasi yang telah diberikan
g. Ikut sertakan keluarga atau anggota
keluarga lain bila memungkinkan
h. Anjurkan klien untuk tidak lupa
memberikan obat ARVnya kepada
bayi
i. Libatkan suami dalam pemberian
pendidikan kesehatan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang mesrusak
kekebalan tubuh , sehingga tubuh mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain
yang dapat berakibat fatal. Padahal penyakit-penyakit tersebut misalnnya
berbagai virus cacing, jamur,protozoa dan basil tidak menyebabkan gangguan
yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal.
Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunnya bisa diketahui penularan
HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti hubungan
seks dengan pasangan mengidap HIV, Jarum suntik, dan alat-alat penusuk
( tato, penindik dan cukur ) yang tercemar oleh HIV dan ibu hamil yang
mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita yang mengidap HIV (+)
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Lebih meningkatan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan pada
mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan ketrampilan
yang lebih pada mahasiswa dan menambah referensi tentang asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan penyakit HIV.
2. Bagi Mahasiswa/Perawat
Agar lebih meningkatkan pelaksanaan asuhan keperawatan yang lebih
baik, sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik antara pasien, keluarga
dan perawat demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
3. Bagi Klien
Dengan adanya bimbingan dan bantuan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat, diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan
kesehatan klien selama dirawat di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri. 2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Bandung: Erlangga.
Gondo,HK. 2011. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Surabaya: FK
Universitas Wijaya Kusuma.
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV Dan Sifilis
Dari Ibu ke Anak Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV Dan Sifilis
Dari Ibu ke Anak Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2015. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV Dan Sifilis
Dari Ibu ke Anak Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Megadhana, IW. 2013. Tatalaksana Infeksi HIV dalam Kehamilan,
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/viewFile/4873/3659 diakses pada
tanggal 10 September 2019.
Nanda. 2006. Asuhan Keperawatan Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ibu Hamil HIV/AIDS. Jakarta:
Salemba Medika.
Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Srihastuti, Ida. 2014. Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan : Asuhan Keperawatan Prenatal dan Postnatala pada Ibu Hamil
dengan HIV. Depok: FK UI.
Yeyen, Ai. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (patologi). Jakarta Timur: CV. Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai