Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN POST SECTIO CAESARIA DENGAN

OLIGOHIDRAMNION PADA PASIEN Ny. “S” HARI KE-0 DI RUANG


SRIKANDI DI RUMAH SAKIT NYI AGENG SERANG KABUPATEN
KULONPROGO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing : Apri Nur Wulandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

Iin Indriani 2820173107

3C

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan pada pasien Ny.’S’ dengan diagnosa POST SC dengan


Oligohidramnion Hari ke-0 di Ruang Srikandi di Rs Nyi Ageng Serang. Laporan
ini disusun untuk memenuhi tugas individu praktik Klinik Keperawatan
Maternitas pada semester V, pada:

Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang Srikandi Rs Nyi Ageng Serang

Praktikan

(Iin Indriani)

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

( ) (Apri Nur Wulandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep)


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat
dan Rahmat-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
lancar.
Pada penyusunan tugas ini, penulis mendapat bantuan dari pihak lain
secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bp. Giri Susilo Adi, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Direktur STIKES
Notokusumo atas pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan.
2. Apri Nur Wulandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing
Keperawatan Anak, atas segala pengarahan dan bimbingan yang diberikan.
3. Seluruh teman-teman dari STIKES Keperawatan Notokusumo
Yogyakarta.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak


kekurangan dalam penyusunan tugas ini, sehingga kritik dan saran yang
membangun senantiasa penulis harapkan demi perbaikan lebih lanjut.

Yogyakarta, November 2019


BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Konsep dasar Oligohidramnion


1. Definisi Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Definisi lainnya menyebutkan
sebagai AFI yang kurang dari 5 cm. Karena VAK tergantung pada usia
kehamilan maka definisi yang lebih tepat adalah AFI yang kurang dari
presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saat hamil cukup bulan).
(Sarwono, 2009)

2. Etiologi Oligohidramnion
Penyebab oligohydramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya.
Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya.
Penyebab oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin
dan bocornya kantung/ membran cairan ketuban yang mengelilingi janin
dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami
oligohydramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan
saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.
Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan
oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah
pada plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani
tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan namaangiotensin-converting
enxyme inhibitor (mis captopril), dapat merusak ginjal janin dan
menyebabkan oligohydramnion parah dan kematian janin. Wanita yang
memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya
berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan
kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi
baik dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan
mereka. (Sarwono, 2009).

3. Patofisiologi Oligohidramnion
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat
dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana,
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit). Fenotip Potter digambarkan
sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya
sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak
memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim
menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena
ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal
atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru
(paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah
gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis
ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang
menyebabkan ginjal gagal berfungsi. Dalam keadaan normal, ginjal
membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan
ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.(
Sarwono, 2009)

4. Faktor Resiko Oligohidramnion


Menurut Sarwono, 2009 wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden
oligohidramnion yang tinggi:
1. Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal,sindrom patter ).
2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3. Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu).
4. Sindrom pasca maturitas

5. Tanda Gejala Oligohidramnion


Menurut hanifa 2010 tanda gejala antara lain:
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan
terdengar lebih jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

B. Tinjauan Masa Nifas


1. Definisi
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2010).
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat dengan tidur telentang
selama 8 jam pascapersalinan. Setelah itu, ibu boleh miring ke kanan dan ke
kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, hari kedua ibu
diperbolehkan duduk. Pada hari ketiga ibu dianjurkan berjalan-jalan dan pada
hari keempat atau hari kelima diperbolehkan pulang. Makanan yang
dikonsumsi sebaiknya mengandung protein, sayur-sayuran, dan buah-buahan
(Mochtar, 2013).

2. Klasifikasi
Adapun tahapan masa nifas adalah :
a. Puerperium dini : Masa pemulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial : Masa pemulihan menyeluruh dari organ - organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remote puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai
komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila
kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya (Suherni,2009).

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


a. Involusi alat alat kandungan
Dalam masa nifas, alat alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan perubahan alat genetal ini dalam keseluruhanya disebut
involusi
b. Uterus
Isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara
reflektoris mengakibatkan oksitosin dikelurkan oleh hipofise. Produksi
ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan
lebih sempurna
c. Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
1) Lokhea Rubra
Berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca
peralinan.
2) Lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3) Lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan
4) Lokhea alba
Berwarna putih, setelah 2 minggu.
5) Lokhea purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk (Ambarwati, 2009).
d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama sama dengan uterus.
Warna serviks sendiri merah kehitam hitaman, karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Bentuknya seperti corong karena
disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada perbatasan
antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks
yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara
bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim,
setelah 2 jam dapat dimasukkan 2-3 jari, pada minggu ke 6
postpartum serviks menutup (Ambarwati, 2009).
e. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6 sampai 8 minggu postpartum. Penurunan
hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan
mukosa vagina (Ambarwati, 2009).

4. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Menurut Suherni (2009), proses adaptasi psikologi pada
seorang ibu sudah dimulai sejak hamil. Wanita hamil akan mengalami
perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi.
Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah, dan sering
sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari
emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan
ibu yang lain.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu
bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang
dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan,
kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk
mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti
mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati
fase ini dengan baik.
b. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada
fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan
berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan
ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara
menyusu yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas,
memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti
gizi, istirahat yang cukup, kebersihan diri dan lain-lain.
c. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri denga
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami
dan
keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang
cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk
dapat merawat bayinya.

5. Data Fokus Masa Nifas


Menurut Mitayani (2009) pengkajian keperawatan adalah sebagai
berikut.
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling menonjol dan yang paling dirasakan oleh
klien dengan post partum seksio sesarea. Pada saat dilakukan
pengkajian pada umumnya klien mengeluh nyeri luka operasi
di daerah abdomen.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Didalamnya terdapat keluhan dan keadaan pasien dari rumah
hingga dirawat di rumah sakit, sehingga diberikan tindakan
berdasarkan Paliatif (P) yaitu faktor utama keluhan, Q
(kualitatif) yaitu kualitas, Region (R) atau daerah penyebaran
nyeri, Safety (S) yaitu kenyamanan klien, Time (T) yaitu waktu
terjadinya keluhan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengenai penyakit dahulu yang dirasakan dan dialami oleh
klien yang dapat mempengaruhi keadaan sekarang.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah terdapat anggota keluarga yang mengidap penyakit
menular dan diturunkan, seperti penyakit diabetes melitus,
hipertensi, dan lain - lain.
b. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
1) Riwayat Obstetri
2) Riwayat Ginekologi
Mengkaji tentang kelainan atau keluhan pada waktu hamil
yang dapat mempengaruhi keadaan sekarang.
c. Riwayat Menstruasi
Umur pertama mengalami haid, lama haid, banyaknya perdarahan,
siklus, HPHT, taksiran persalinan, dan usia kehamilan.
d. Riwayat Perkawinan
Umur klien dan suami pada waktu nikah, lama menikah, berapa
kali menikah.
e. Riwayat Kontrasepsi
Mengenai jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu
dan lamanya penggunaan, masalah yang dihadapi dengan
menggunakan kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang direncanakan
setelah persalinan sekarang.
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat yang berisi tentang keadaan klien selama kehamilan
sekarang yaitu: keluhan saat kehamilan, pergerakan janin, keadaan
janin, kebiasaan memeriksakan kehamilan, tempat pemeriksaan,
immunisasi.
g. Riwayat Persalinan Sekarang.
Riwayat klien dari mulai merasakan tanda – tanda persalinan
kemudian diperiksa oleh dokter atau bidan dan diketahui hasil
pemeriksaannya yang apabila keadaan gawat, langsung dirujuk ke
rumah sakit untuk dilakukan tindakan selanjutnya.
h. Riwayat Nifas Sekarang
Di kaji ada tidaknya perdarahan, bau, dan keluhan pada daerah
luka post operasi pada saat bergerak.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Reproduksi
a) Mamae
Bentuk, keadaan puting susu, keluhan.
b) Genetalia
Bentuk, loche dan warna, bau dan kebersihan.
c) Uterus
Tinggi Fundus Uteri.
j. Aspek Spiritual
Mengkaji apa agama klien, keadaan ibadah klien sebelum sakit
dan sesudah nifas.
k. Pengetahuan Klien dan Keluarga Mengenai:
1) Imunisasi
2) Perawatan payudara
3) Teknik pemberian ASI
4) KB
6. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa yang mungkin muncul menurut Mitayani (2009) adalah
sebagai berikut.
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glomerolus sekunder terhadap penurunan cardiac output.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang popok atau 1. Penimbangan popok atau pembalut
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 pembalut jika perlu digunakan untuk mengukur
kerusakan fungsi jam klien dapat Terbebas 2. Pertahankan cairan seberapa banyak keluaran darah post
glomerolus sekunder dari edema, efusi, anasarka, intake dan output partum
terhadap penurunan bunyi nafas bersih tidak ada yang akurat 2. Pertahanan cairan intake akan
cardiac output (domain dispneu, memeliharan 3. Pasang urine kateter membantu menstabilkan kondisi
2,kelas 5, kode 00026) tekanan vena sentral dan jika diperlukan klien
terbebas dari kelelahan 4. Monitoring hasil HB 3. Pemasangan kateter urin dapat
Kriteria Hasil : yang sesuai dengan menurunkan volume cairan
1. Gangguan elektrolit retensi cairan (BUN, 4. Monitor HB digunakan untuk
2. Ansietas Hmt, osmolitas, urin) mengetahui apakah perlu dilakukan
3. Perubahan tekanan 5. Monitor vital sign transfusi darah
darah
6. Monitor status nutrisi 5. Monitor vital sign dipakai untuk
4. Dispneu cairan
7. Kolaborasi diuretik memantau kondisi klien
0601(Keseimbangan )
sesuai instruksi 6. Monitor status nutrisi dipakai untuk
(Manajemen Cairan mengetahui tingkat nutrisi klien
4120) 7. Kolaborasi deuretik dipakai untuk
membantu proses penyembuhan
klien melalui obat.
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian 1. Pengkajian nyeri dipakai untuk
dengan agen cidera fisik keperawatan 3 x 24 jam nyeri secara mengetahui tingkat nyeri pada klien
(domain 12, kelas 1, kode nyeri klien berkurang. komprehensif 2. Observasi reaksi nonverbal dapat
00132) Kriteria Hasil : termasuk lokasi, digunakan untuk mengetahui
1. Skala nyeri 0-1 karakteristik, durasi, tindakan selanjutnya untuk
2. Ibu mengatakan frekuensi, kualitas, mengurangi nyeri
nyerinya berkurang dan faktor presipitasi 3. Penanganan nyeri dapat
sampai hilang , 2. Observasi reaksi menurunkan nyeri
3. Tidak merasa nyeri saat nonverbal dari 4. Pengkajian nyeri dipakai untuk
mobilisasi , ketidaknyamanan mengetahui tindakan yg akan
4. Tanda vital dalam batas 3. Pilih dan lakukan dilanjutkan selanjutnya
normal (Kontrol nyeri penanganan nyeri 5. Analgetik merupakan obat anti nyeri
1605) (farmakologi, non 6. Istirahat dapat membantu klien
farmakologi dan melupakan nyeri
interpersonal)
4. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
5. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
6. Tingkatkan istirahat
(Mamajemen nyeri
1400)
3 Resiko infeksi (Domain Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau catatan 1. Peninjauan catatan persalinan
11, kelas 1, kode 00004) keperawatan selama 3 x persalinan dan dipakai untuk mengetahui angka
. 24 jam diharapkan infeksi kelahiran terkait kejadian infeksi yang dapat terjadi
tidak terjadi. infeksi yang sudah 2. Penggantian pembalut dapat
Kriteria Hasil : ada sebelumnya atau menjaga kebersihan area perineum
Tidak ada tanda-tanda pajanan terhadap untuk mengurangi angka bakteri
infeksi (Status imunitas organisme infeksi. 3. Pemantauan TTV untuk mengetahui
0702) 2. Lakukan penggantian keadaan umum
pembalut dan 4. Pemantauan warna dan lochea
perawatan perineal digunakan untuk mengetahui
dengan sering, keadaan klien terkait pengeluaran
gunakan teknik dari darah
depan kebelakang,
hingga ibu dapat
melakukannya sendiri.
3. Pantau tanda-tanda
vital, khususnya suhu
dan nadi.
4. Pantau warna dan bau
lokia (pascapartum)
(Kontrol infeksi 6540)
4 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 4. Kaji tingkat 1. Pengkajian kemampuan digukanan
berhubungan dengan nyeri keperawatan 3 x 24 jam kemampuan untuk mengetahui tingkat
(Domain 4, kelas 2, kode mobilisasi klien tidak pasien dalam kemampuan klien dalam mobilisasi
00085) tergantung keluarga. melakukan 2. Alih baring dapat membantu klien
Kriteria Hasil : aktivitas tiap hari. dalam latihan perpindahan posisi
1. Klien mampu miring 5. Lakukan alih 3. Dengan aktivitas yang sesuai
kanan dan kekiri. baring tiap 2 -4 kemampuan klien akan lebih
2. Klien mampu jam mengerti aktivitas yang dilakukan
melakukan aktivitas 6. Anjurkan pasien dengan bertahap
yang ringan untuk melakukan 4. Fisioterapi akan membantu dapat
3. Klien mampu aktivitas sesuai peningkatan kekuatan otot
melakukan aktivitas kemampuanya
sehari-hari tanpa 7. Kolaborasi
kesulitan (Ambulasi dengan fisioterapi
0220) (Terapi
Ambulasi:Latihan
0221)
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, W. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia.

Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Mochtar. 2013. Sinopsis Obsetric. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono, 2009, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa primer.


Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta: Tridasa Printer.

Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai