Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN KEK RIWAYAT

ANEMIA DAN RESIKO BABY BLUES SYNDROME TERHADAP


Ny.N DI UPT PUSKESKMAS YOSOMULYO

DISUSUN OLEH :

1. SHINTA NOVITA 1815471001


2. REZA INDRIYANI 1815471010
3. NOVIA WINANDA HASANAH 1815471015
4. ADELIA MARTADILA 1815471031
5. FITRIA ULFA 1815471033
6. FANNI AJENG SUCIYANTI 1815471038
7. MURNI OKLA NISA 1815471047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI DIII KEBIDANAN METRO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia Nya,
sehingga saya dapat menyusun laporan asuhan kebidanan fisiologis yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Kek Riwayat Anemia dan Resiko
Baby Blues Syndrome Terhadap Ny.N Di Upt Puskeskmas Yosomulyo” telah
selesai.
Kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes salaku Direktur Poltekkes Tanjungkarang
2. Islamiyati, AK, MKM selaku Ketua Program Studi Kebidanan Metro
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang.
3. Septi Widiyanti, S.Pd, M.Kes, selaku pembimbing institusi Program Studi
Kebidanan Metro Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang.
4. Hendarto SKM., M.Kes selaku kepala UPTD Puskesmas yosomulyo
5. Siti Nurjanah, S.ST selaku pembimbing lahan praktek di upt puskesmas
yosomulyo.
6. Semua pihak yang telah membantu menyusun laporan asuhan kebidanan
normal.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan asuhan kebidanan ini jauh
dari sempurna, oleh karena itu saya berharap saran dan kritik dari pembaca untuk
perbaikan penyusunan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini berguna
bagi kita semua. Amin.

Metro 26 September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode post partum (nifas) adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini disebut juga pueperium
dan wanita yang mengalami puerperium disebut puerpera. Periode pemulihan
pascapartum berlangsung sekitar enam minggu (Varney, 2008).
KEK adalah akibat dari suatu keadaan akibat kekurangan energi atau
ketidakseimbangan asupan energi
Syndrome baby blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak hamil
yang berhubungan dengan kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya. Perubahan
ini sebenarnya merupakan respon alami dari kelelahan pasca persalinan (Pieter
dan Lubis, 2010). Mansyur (2009) juga mnyebutkan bahwa Syndrome baby blues
merupakan perasaan sedih yang dialami oleh ibu setelah melahirkan, hal ini
berkaitan dengan bayinya. Postpartum baby blues adalah gangguan suasana hati
yang berlangsung selama 3-6 hari pasca melahirkan. Syndrome baby blues ini
sering terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih
buruk pada hari ke tiga dan keempat.

B. Tujuan
Dapat menerapkan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan Fisiologis pada
ibu nifas yang berdasarkan evidence based dan melakukan pendokumentasian
dengan metode SOAP
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nifas
1. Pengertian Nifas
Periode post partum (nifas) adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini disebut juga pueperium
dan wanita yang mengalami puerperium disebut puerpera. Periode pemulihan
pascapartum berlangsung sekitar enam minggu (Varney, 2008).
Masa nifas adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah
melahirkan bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti
sebelum kehamilan (Bobak, Lowdermilk& Jensen, 2005).
Menurut Sarwono, (2001) masa nifas (peurperium) dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini
terjadi perubahan-perubahan fisiologis, antara lain :
a. Perubahan fisik
b. Involusi uterus dan bagian-bagian lain dari traktus genitalia
c. Laktasi/ pengeluaran air susu ibu
d. Perubahan system tubuh lainnya
e. Perubahan psikis

2. Tujuan Masa Nifas


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan
bayi sehari-hari
d. Memberikan pelayanan KB
3. Tahapan Masa Nifas
a. Peurperium Dini (immediate puerperium) waktu 0-24 jam post partum.
Yaitu kepulihan ibu dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari
b. Peurperium Intermedial (early puerperium) waktu 1-7 hari post partum
c. Remote Puerperium (later puerperiun) wakti 1-6 minggu post partum
(Anggraini, Yetti, 2010:3)

4. Etiologi
Dalam masa nifas,alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhannya disebut
involusi. (Winknjosastro, 2006:237).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot
rahim terdiri dari tiga lapis otot membentuk anyaman sehingga pembuluh
darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari
perdarahan post partum (Manuaba, 1998:190).

5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


a. Perubahan sistem reproduksi
1) Involusi Uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus (Anggraini, Yeti, 2010).
Involusi Bobot Diameter Palpasi
TFU
Uteri Uterus Uterus serviks
Pada 900-
Setinggi Lembut/
akhir 1000 12,5 cm
pusat lunak
persalinan gram
Akhir ½ pusat- 450-500
7,5 cm 2 cm
minggu sympisis gram
Akhir
200
minggu Tidak teraba 5,0 cm 1 cm
gram
ke-2
Akhir
minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
ke-6
Sumber : Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Yogyakarta: Pustaka Rihama
2) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik
dari dalam uterus.Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal.Lochea mempunyai
bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi.
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan,
yaitu:
a) Lochea Rubra/Merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada
hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.
d) Lochea Alba/Putih
Mengandung leukosit, sel desidua,  sel epitel, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
berlangsung selama 2-6 minggu postpartum. (Ambarwati,
2010).
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari
mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada
bekas implantasi plasenta.(Saleha, 2009).
4) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan
kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks
tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.Bentuknya
seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang
mengadakan kontrasi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk
cincin. (Anggraini, Yetti, 2010)
5) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon
estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa
vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada
sekitar minggu ke 4 (Ambarwati, 2010).
6) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum melahirkan. (Anggraini,yeti.2010)
7) Rahim
Setelah melahirkan, rahim akan berkontraksi (gerakan meremas)
untuk medapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi
perdarahan,kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada
perut ibu. Berangsur-berangsur rahim akan mengecil seperti
sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba
keras. Setinggi 2 jari dibawah pusat, 2 pekan setelah melahirkan
rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula. Akan
tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis-
garis putih atau coklat berkelok, hal ini dikarenakan peregangan
kulit perut yang berlebihan selama hami, sehingga perlu waktu
untuk memulihkannya. Senam nifas akan sangat membantu
mengencangkan kembali otot perut. (Anggraini,yeti.2010)
8) Perubahan sistem pencernaan
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal
b. Perubahan sistem perkemihan
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena
sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
muskulus sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.Kadang-kadang
oedema dari trigonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
sering terjadi retensio urine.Kandung kemih dalam puerperium sangat
kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih
penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual
(normal ± 15 cc).Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi.Urine biasanya berlebihan
(poliurine) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena
kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan
sekarang dikeluarkan (Ambarwati, 2010).
c. Perubahan sistem musculoskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu
kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti
sediakala.Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus
jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjjang  alat genitalia yang
mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilisasi
sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan (Saleha,
2009).
d. Perubahan sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan.Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin.Hal tersebut membantu uterus kembali ke
bentuk normal (Saleha, 2009).
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon
ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar
prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel
dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari
setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan
otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi
estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan menstruasi (Saleha, 2009).
3) Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi
sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45%
setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40%
menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu, dan 90%
setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama
anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama
an ovulasi (Ambarwati, 2010).
4) Estrogen dan progesterone
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti.Diperkirakan
bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang meningkatkan volume darah.Disamping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina.(Saleha, 2009).
e. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. Sesudah partus
dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal, namun tidak
akan melebihi 38 0C. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari
38 0C, mungkin terjadi infeksi pada klien (Saleha, 2009).
2) Nadi dan pernapasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan  per menit setelah partus, dan
dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh
tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium
kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil
dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan
sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan
semula (Saleha, 2009).
3) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa
pengobatan (Saleha, 2009).
f. Perubahan sistem hematologi dan kardiovaskuler
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai
sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi
jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel-
sel darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi hingga
25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut
mengalami persalinan lama.Akan tetapi, berbagai jenis kemungkinan
infeksi harus dikesampingkan pada penemuan semacam itu. Jumlah
hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada
awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume
plasma, dan volume sel darah yang berubah-ubah. Sering dikatakan
bahwa jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari
titik 2% atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal,
maka klien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik
2% tersebut kurang lebih sama dengan kehilangan 500 ml darah.
Biasanya terdapat suatu penurunan besar kurang lebih 1.500 ml dalam
jumlah darah keseluruhan selama kelahiran dan masa nifas. Rincian
jumlah darah yang terbuang pada klien ini kira-kira 200-500 ml hilang
selama masa persalinan, 500-800 ml hilang selama minggu pertama
postpartum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa nifas (Saleha, 2009)
6. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Dalam masa nifas ibu akan mengalami beberapa fase yang berhubungan
dengan adaptasi khusus pada keadaan psikologi ibu. Fase-fase ini dibagi
menjadi 3 fase:
a. Fase Taking-In
Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari ke-2 setelah
melahirkan.Pada saat itu, ibu fokus pada perhatian dirinya sendiri.Ibu
cenderung pasif dengan lingkungannya.
b. Fase Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari post partum. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu memiliki perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan
gampang marah.
c.  Fase Letting Go
Fase menerima tanggung jawab barunya yang berlangsung 10 hari
setelah melahirkan.Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri
dan bayinya, serta kepercayaan diri sudah meningkat. (Vivian Nanny
& Tri Sunarsih. 2011:65-66)

7. Waktu Kunjungan Ibu Nifas


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,mendeteksi dan menangani
maslah-masalah yang terjadi.(JNPK-KR,2001)

8. Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Nifas


a. Pengertian KEK
KEK adalah akibat dari suatu keadaan akibat kekurangan
energi atau ketidakseimbangan asupan energi dalam waktu lama,
sehingga tidak dapat di evaluasi dalam waktu singkat (Supariasa,
Bakrie, dan Fajar, 2012).
b. Cara Mengetahui Risiko KEK
Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur risiko
KEK adalah dengan pengukuran LILA (Supariasa, Bakrie, dan Fajar,
2012). Cara mengukur LILA : Membebaskan lengan kiri dari
pakaian,mempersilahkan ibu berdiri dengan menekuk siku tangan yang
tidak dominan (90°), mengukur pertngahan antara siku dan pangkal
lengan bagian atas (akromion) dengan pita ukur LILA, beri tanda pada
pertengahan lengan (pita ukur tetap berada pada posisi pertengahan
tersebut), minta ibu untuk meluruskan lengan dengan tergantung
bebas, melingkarkan pita di bagian tengah lengan sebelah kiri
(pertengahan siku dengan pangkal lengan sebelah atas), memasukkan
ujung lancip pita ke dalam lubanga garis 0 (titik 0), menarik pita
sehingga melingkari lengan (tidak longgar dan tidak ketat). Hasil
pengukurran LILA 23.5 cm berarti risiko KEK (Wahyuningsih
dkk,2015). Sebuah komisi dari the Interational dietary Energy
consultative Group mendefinisikan defisiensi energi yang kronik
berdasarkan pada indeks masa tubuh (IMT) orang dewasa. Memiliki
IMT kurang dari 18,5 kg/m2 merupakan kriteria diagnostik dari KEK
(Gibney dkk 2013).
Berikut ini cara mengukur IMT yaitu :
Berat Badan (Kg)/Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Berat badan (kg) = kuadrat tinggi badan (m) (Supriasa, Bakri,
danFajar, 2016)
c. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian KEK
Beberapa faktor yang menyebabkan KEK yaitu :
1) Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan. Wanita yang
sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memperhatikan
akan gizi anggota keluarga yang lain. Padahal sebenarnya
dirinyalah yang memerlukan perhatian yang serius mengenai
penambahan gizi.
2) Status ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemeliharaan
makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya.
3) Pengetahuan zat gizi dalam makanan. Pengetahuan yang dimiliki
oleh seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan. Ibu dengan pengetahuan gizi baik, kemungkinan akan
memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.
4) Status kesehatan.
Status kesehatan seseorang kemungkinan sangat berpengaruh
terhadap nafsu makannya Seorang ibu dalam keadaan sakit
otomatis akan memiliki nafsu makan yang berbedadengan ibu yang
sehat
5) Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda.
Seorang dengan gerak yang aktif memerlukan energi yang lebih
besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja. Maka
semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan
makin banyak
6) Suhu lingkungan.
Adanya perbedaan suhu antara tubuh dengan lingkungan, maka
mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi kelangsungan
hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti
dengan hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan antara
tubuh dengan lingkungan maka akan makin besar pula panas yang
dilepaskan.
7) Berat badan.
Berat badan seorang ibu hamil yang sedang hamil akan
menentukan zat makanan yang diberikan agar kehamilannya dapat
berjalan dengan lancar.
8) Umur. Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang
sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang
diperlukan (Kristiyanasari, 2010)
d. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Ibu Nifas KEK
1) Terhadap ibu
a) Anemia ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah
119% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,59% pada
trimester 2 dan tekanan darah 90/60 sampai masa nifas tidak
berubah (Manuaba, 2010).
Tabel 3
Klasifikasi Anemia

Kadar Hb Kategori
11 gr% Tidak anemia
9-10 gr% Anemia ringan
7-8 gr% Anemia sedang
<7 gr% Anemia berat
Sumber : Manuaba, 2010

b) Berat badan tidak bertambah secara normal


Pada trimester 2 dan trimester 3 ibu hamil dengan gizi kurang
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing masing
sebesar 0.5 kg dan 0.3 kg

Tabel 4
Rekomendasi Penambahan (IMT)

Kategori IMT Rekomendasi (kg)


Rendah <19,8 12,5 - 18
Normal 19,8 – 26 11.5 - 16
Tinggi 26-29 7- 11,5
Obesitas > 29 Gemelli
Sumber : Prawirodjo, 2011

Penanganan : pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu


hamil dan konseling pada ibu hamil (Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta. 2015). Pemberian konseling ibu hamil untuk
menerapkan kebiasaan makan bersama keluarga, pola makan
ibu harus beragam, dan porsi makanan utama ibu hamis harus
yang adekuat, makan makanan tinggi kalori dan protein
(Hasanah, Febrianti, dan Minsanawati, 2013).
c) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi pada kehamilan adalah masuknya
mikroorganisme patogen ke dalam tubuh wanita hamil yang
kemudian menyebabkan tanda atau gejala penyakit (Saifuddin,
2009). Mikroorganisme yang termasuk dalam kategori
berikut : virus, bakteri, jamur, riketsia, protozoa, dan hewan
parasit. Mikroorganisme meningkat 2 kali lipat pada ibu hamil,
bahaya pada ibu hamil yaitu : dehidrasi, asupan nutrisi yang
buruk, dan ketidak seimbangan elektrolit. Bahaya pada janin di
waktu yang akan datang yaitu demam, influenzapneumonia dan
kelainan kongenital (Varney, 2007). Pengobatan dengan
intensif dan melakukan gugur kandungan(Manuaba, 2010)
2) Terhadap janin
Abortus, bayi lahir mati, kelainan kongingetal,anemia pada bayi,
BBLR, dan mempengaruhi proses pertumbuhan janin (Muliarini,
2010).
a) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat tertentu
sebelum kehamilan berusia 22 minggu kehamilannya
(Saifuddin, 2009).
b) Bayi dengan hambatan pertumbuhan memiliki angka kematian
lebih tinggi di bandingankan bayi normal (Gant dan
Cuningham, 2011)
c) Kematian janin. Gizi kurang pada ibu hamil menyebabkan
pertumbuhan terhambat janin. Pertumbuhan janin terhambat
memiliki risiko kematian 6-19 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi normal (Prawirohardjo, 2011).
d) Kelainan kongenital. Kelainan struktur organ janin sejak saat
pembuahan faktor gizi salah satunya. Ibu dengan kekurangan
gizi dapat meningkatkan kemungkinan kelainan organ terutama
saat pembentukan organ tubuh (Manuaba, 2010).
e) Anemia pada bayi. Anemia terjadi pada bayi premature karena
pada bayi prematur sel darah merah menurun. Kemampuan
leokosit masih kurang dan pembentukan antibodi masih belum
sempurna (Manuaba, 2010).
f) Pada ibu KEK risiko terhadap janin yaitu dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat. Bayi dengan pertumbuhan
terhambat akan lahir dengan berat bdan rendah (<2.500 gram)
pada waktu lahir (Manuaba, 2010).

Tabel 5.
Pertumbuhan dan Perkembangan Janin

Bula
Panjang Berat Tinggi Rahim Keterangan
n
1 8-10 - - Kepala 1/3 mudigadah
mm Saluran jantung terbentuk
2 250 mm - - Organ terbentuk wajah,
ektermitas, kelamin tampak
3 7-9 cm - Atas simfisi Pusat tulang kuku, ginjal
(tulang kemaluan) mulai ada gerak
4 10-17 100 g ½ atas simfisis Kelamin mulai tampak,
cm rambut terbentuk, gerak
nyata
5 18-27 300 g Setinggi pusat Jantung terdengar, mulai
cm bernafas
6 28-34 600 g Diatas pusat Kulit terdapat lemak,verniks
cm kaseosa tampak
7 35-40 1000 g ½simfisis Dapat hidup bila lahir, suara
cm prosessus tangis ada
xifoideus
8 42,5 cm 1700 g 2/3 atas pusat Kulit merah, gerak aktif
9 46 cm 2500 g Setinggi prosesus Kulit penuh lemak, alat
xifoideus sudah sempurna
10 50 cm 3000 g Dua jari dibawah Kepala janin masuk pintu
prosessus atas panggul kepala lanogo
xifoideus baik, kuku panjang testis
telah turun
Sumber : Manuaba dkk, 2009.

e. Cara Mengatasi KEK Pada Kehamilan


Strategi intervensi gizi mengacu pada 4 kategori yaitu:
1) Penyediaan makanan
PMT pemulihan hagi ibu hamil dimaksudkan sebagai tambahan,
bukan scbagai penganti makanan utama sehari-hari (Kemenkes,
2014).
2) Konseling/ edukasigizi. Membantu ibu hamil KEK
memperbaikibstatus gizi melalui penyediaan makanan yang
optimal agar tercapai berat badan standar
3) Kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga
lintas sektoral terkait. Jika dalam pelaksanaan intervensi gizi ibu
hamil mendapat kendala untuk melaksanakan praktik pemberian
makanannya, maka tenaga gizi dapat berkolaborasi dengan tenaga
masyarakat. Dukungan keluarga sangat diperlukan untukpemberian
PMT
4) Monitoring dan evaluasi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dan kemajuan gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktik
pemberian makan ibu hamil. Indikator monitoring evaluasi adalah
kenaikan Berat Badan, perbaikan hasil lab (Gizi Kemenkes, 2012)
f. Pemenuhan Gizi yang Disarankan
Disebutkan pada buku gizi kesehatan reproduksi menyebutkan bahwa
zat yang diperlukan tubuh adalah protein, karbohidrat, lemak,vitamin,
mineral dan air (Banudi 2013).
Dit Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) bagi ibu hamil dengan KEK
Telur ayam
Tabel 6.
Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) dalam satu hari

Bahan makanan Berat (gram) Ukuran rumah tangga (urt)


Beras 300 4 ½ gelas nasi
Daging 100 2 potong sedang
Ikan 100 1 potong sedang
Telur ayam 50 1 butir
Tempe 100 4 potong sedang
Kacang-kacangan 25 2 ½ sdm
Sayuran 200 2 gelas
Buah 200 2 potong sedang
Gula 55 5 ½ sdm
Minyak 30 30 sdm
Sumber : Subakti dan Angraini, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai gizi 2.890 kalori, protein 103
gram, lemak 73 gram dan karbohidrat 420 gram. Diit Energi Tinggi Protein
Tinggi (ETPT) dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
nilai gizi seperti atau mendektai tabel di atas.
Sementara itu, bahan makanan yang dianjurkan sebagai berikut:

Tabel 7.
Sumber bahan makanan diet Energi Tinggin dan Protein Tinggi (ETPT).

Sumber bahan
Dinjurkan Tidak dianjurkan
makanan
Karbohidrat Nasi, roti, pasta, hasil olah-
olahan tepung (cake, puding,
dodol), ubi, gula pasir, gula
merah
Protein hewani Daging sapi. daging Bahan Bahan makanan sumber
makanan kambing, ayam, ikan, lauk Hewani yang
telur, susu, dan sumber lauk dimasak dengan banyak
hasil olahannya (keju dan ice minyak dan santan
cream) kenTAL
Protein nabati Semua kacang-kacangan dan Bahan makanan sumber
hasil Bahan makanan olahannya lauk nabati yang
(tempe, tahu, dan pindekas) dimasak dengan banyak
minyak dan santan
kenTAL
Sayuran Semuajenissayur-sayuran Bahan makanan sumber
sayuran dimasak
dengan banyak minyak
dan santan kental
Buah-buahan Semua jenis buah-buahan
Lemak Minyak goreng, mentega. Santan kental
Santan kental
margarin, santan encer, salad
dressing
Mnuman Saft drink, sirup, madu, kopi Minuman energy
encer dan the rendah
Sumber : Subakti dan Angraini, 2013

B. Pengertian Baby Blues


Syndrome baby blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak hamil
yang berhubungan dengan kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya. Perubahan
ini sebenarnya merupakan respon alami dari kelelahan pasca persalinan (Pieter
dan Lubis, 2010). Mansyur (2009) juga mnyebutkan bahwa Syndrome baby blues
merupakan perasaan sedih yang dialami oleh ibu setelah melahirkan, hal ini
berkaitan dengan bayinya. Postpartum baby blues adalah gangguan suasana hati
yang berlangsung selama 3-6 hari pasca melahirkan. Syndrome baby blues ini
sering terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih
buruk pada hari ke tiga dan keempat.
Baby blues syndrome atau postpartum blues menurut Saleha (2009),
merupakan suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan
memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan. Suasana hati yang
paling utama adalah kebahagiaan, namun emosi penderita menjadi stabil. Baby
blues syndrome atau stress pasca melahirkan merupakan suatu kondisi umum
yang sering di alami oleh seorang wanita yang baru melahirkan dan biasanya
terjadi pada 50% ibu baru.
Yusari dan Risneni (2016) berpendapat terdapat tiga bentuk perubahan
psikologis pada masa postpartum yaitu meliputi Pascapartum Blues (Maternitas
Blues atau Baby Blues), Depresi Pascapartum dan Psikosa Postpartum. Baby
Blues Syndrome ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang paling
ringan dari tiga perubahan psikologis pasca melahirkan oleh sebab itu sering tidak
dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksana sebagaimana
seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita
yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang
menjadi keadaan yang lebih berat yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama
dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian Baby Blues Syndrome adalah suatu gangguan ringan kestabilan emosi
ibu akibat penyesuaian terhadap kelahiran bayi yang bisa berlangsung dalam
durasi jam dan hari paska melahirkan selama kurang lebih dua minggu dengan
puncak di hari ke 3 sampai hari ke 5.

C. Gejala-Gejala Baby Blues Syndrome


Ibu yang baru melahirkan dapat merasakan perubahan mood yang cepat
dan berganti-ganti (mood swing) seperti kesedihan, suka menangis, hilang nafsu
makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas, dan merasa
kesepian. (Aprilia, 2010).
Beberapa gejala yang dapat mengindikasikan seorang ibu mengalami baby
blues syndrome Menurut Puspawardani (2011), adalah sebagai berikut :
1. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa
sebab.
2. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidaksabaran.
3. Tidak memiliki atau sedikittenaga.
4. Cemas, merasa bersalah dan tidakberharga.
5. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan
dan khawatir terhadapbayinya.
6. Tidak percaya diri.
7. Sulit beristirahat dengantenang.
8. Peningkatan berat badan yang disertai makan berlebihan
9. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan
10. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri ataubayinya.
Sedangkan menurut Novak dan Broom (2009) gejala Baby Blues
Syndrome merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dijelaskan, merasa sedih,
mudah tersinggung, gangguan pada nafsu makan dan tidur. Selanjutnya menurut
Young dan Ehrhardt(2009gejala baby bluesantaralain :
a. Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang bergantian dan sulit diprediksi
seperti menangis, kelelahan, mudah tersinggung, kadang- kadang mengalami
kebingungan ringan atau mudahlupa.
b. Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru dilahirkannya,
ketidaknyamanan karena kelahiran anak, dan perasaan asing terhadap
lingkungan tempatbersalin.
c. Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena suasana
hati yang terusberubah-ubah.
d. Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena ketergantungan bayi yang
barudilahirkannya.
Semua gejala tersebut akan hilang dalam jangka waktu beberapa jam atau
hari. Namun jika masih berlangsung untuk beberapa minggu dan bahkan bulan
maka hal tersebut dapat dikatakan ibu mengalami depresi postpartum. Selain itu
Ari Sulistyawati (2009:91) juga memaparkan Baby Blues Syndrome memiliki
gejala meliputi menangis, merasa letih karena melahirkan, gelisah, perubahan
alam perasaan, menarik diri, serta reaksinegatif terhadap bayi dan keluarga.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Baby Blues Syndrome adalah periode penyesuaian bagi ibu dalam dua minggu
pertama setelah melahirkan dengann menunjukan beberapa bentuk perilaku antara
lain kelelahan, merasa bersalah, mudah tersinggung, merasa sedih, menangis
tanpa sebab, sulit berkonsentrasi, khawatir berlebihan, hingga merasa ketakutan.
Meskipun bisa hilang dengan sendirinya, ibu dengan Baby Blues Syndrome dapat
memberikan dampak negatif pada anak jika tidak segera ditangani.

D. Faktor Penyebab Baby Blues Syndrome


Kemampuan seseorang untuk melewati masa kehamilan dan keberanian
seseorang untuk melewati proses melahirkan akan berbeda satu sama lain.
Pengalaman melahirkan sebelumnya juga memungkinkan seseorang untuk lebih
berani atau bahkan akan membuat seseorang akan merasa khawatir bila seseorang
tersebut memiliki pengalaman yang buruk dalam pengalamanya di masa lalu.
Banyak dikalangan kita atau pun dunia kesehatan menilai jika hormon
yang menyebabkan ibu mengalami Baby Blues Syndrome. Pada saat kehamilan
berlangsung maka ibu hamil akan banyak mengalami perubahan besar baik fisik
maupun non fisik termasuk di dalamnya perubahan hormon. Begitu juga pasca
melahirkan, perubahan tubuh dan hormon kembali terjadi lagi. Penurunan secara
drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di
produksi oleh kelenjar tiroid juga akan menyebabkan ibu sering mengalami rasa
lelah, depresi dan penurunan mood.
Banyak orang yang menganggap depresi adalah sesuatu yang sepele dan
bisa hilang dengan sendirinya, padahal pada dasarnya depresi merupakan bentuk
suatu penyakit yang lebih dari sekadar perubahan emosi sementara.
Depresi bukanlah kondisi yang bisa diubah dengan cepat atau secara
langsung. Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila
kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial
sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi
Mayor.Beberapa gejala Gangguan Depresi mayor adalah perasaan sedih, rasa
lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan
semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur.Depresi juga merupakan
salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri.
Beberapa penyebab terjaadinya baby blues syndrom menurut Ummu
(2012), di antaranya :
a. Perubahan hormonal.
Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone yang
drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid yang menyebabkan inudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan.
b. Fisik
Kehadiran bayi dalam keluarga menyebabkan perubahan ritme kehidupan
sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang siang dan
malam sangat menguras energi ibu, menyebabkan berkurangnya waktu istirahat,
sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi masalah.
c. Psikis
Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam
mengurus si kecil, ketidakmampuan mengatasi dalam berbagai permasalahan, rasa
tidak percaya diri karena perubahan bentuk tubuh dan sebelum hamil serta
kurangnya perhatian keluarga terutama suami ikut mempengaruhi terjadinya
depresi.
d. Sosial
Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi. Rasa
keterikatan yang sangat pada si kecil dan rasa dijauhi lingkungan juga berperan
dalam adaptasi.
Penyebab baby blues syndrome diduga karena perubahan hormonal di
dalam tubuh wanita setelah melalul persalinan. Selama menjalani kehamilan,
berbagai hormon dalam tubuh ibu meningkat seinng pertumbuhan janin.Setelah
melalu tahap persalinan, jumlah produksi berbagai hormon seperti estrogen,
progesteron, dan endorphin mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi
kondisi emosional ibu. Kelelahan flsik dan rasa sakit setelah persalinan, air susu
yang belum keluar sehingga bayi rewel dan payudara membengkak, serta
dukungan moril yang kurang dapat menjadi alasan lain timbulnya baby blues
syndrome (Suwignyo, 2010).

E. Dampak Baby Blues Syndrome


Jika kondisi baby blues syndrome tidak disikapi dengan benar, bisa
berdampak pada hubungan ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga yang
lain juga bisa merasakan dampak dari baby blues syndrome tersebut. Jika baby
blues syndrome dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca melahirkan, yaitu
berlangsung lebih dan hari ke-7 pascapersalinan. Depresi setelah melahirkan rata-
rata berlangsung tiga sampai enam bulan. bahkan terkadang sampai delapan
bulan. Pada keadaan lanjut dapat mengancam keselamatan diri dan anaknya
(Kasdu, 2007).
a. Pada ibu
1) Menyalahkan kehamilannya
2) Sering menangis
3) Mudah tersinggung
4) Sering terganggu dalam waktu istirahat atau insomnia berat
5) Hilang percaya diri mengurus bayi
6) Muncul kecemasan terus menrus ketika bayi menangis
7) Muncul perasaan malas untuk mengurus bayi
8) Mengisolasi diri dari lingkungan masyarakat
9) Frustasi hingga berupaya untuk bunuh diri
b. Pada anak
1) Masalah perilaku
Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome lebih
memungkinkan memiliki masalah perilaku, termasuk masalah tidur,
tantrum, agresi, danhiperaktif.
2) Perkembangan kognitif terganggu
Anak nantinya mengalami keterlambatan dalam bicara dan berjalan jika
dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak depresi. Mereka akan
mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah.
3) Sulit bersosialisasi
Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya
mengalami kesulitan membangun hubungan dengan orang lain. Mereka
sulit berteman atau cenderung bertindak kasar.
4) Masalah emosional
Anak anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome cenderung
merasa rendah diri, cemas akut, dan leih pasif serta kurang independen.
c. Pada suami
Keharmonisan pada ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya
akan terganggu ketika suami belum mengetahui apa yang sedang di alami oleh
istrinya yaitu baby blues syndrome, suami cenderung akan menganggap si ibu
tidak becus mengurus anaknya bahkan dalam melakukan hubungan suami istri
biasanya mereka merasa takut seperti takut mengganggu bayinya.
Bedasarkan pemaparan dari Depkes RI (2001) Baby Blues Syndrome dapat
berpengaruh terhadap ibu pasca melahirkan dan juga terhadap bayi. Dampak yang
ditunjukan oleh ibu pasca melahirkan yang mengalami Baby Blues Syndrome
antara lain adanya gangguan aktifitas, gangguan hubungan sosial, adanya
resikomenggunakan zaat berbahaya dan adanya gangguan psikotik yang lebih
berat, serta kemungkinan adanya tindakan bunuh diri. Sedangkan dampak Baby
Blues Syndrome terhadap bayi meliputi adanya gangguan menangis dalam jangka
waktu yang tidak biasa, gangguan tidur dan kemungkinan adanya tindakan bunuh
diri.

F. Pencegahan Baby BluesSyndrome


Pencegahan baby blues syndrome menurut Conectique (2011), juga dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Mintalah bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untuk membantu
anda mengurus sikecil.
2. Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh istirahat dan tidur yang cukup.
Lebih banyak istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, bias mencegah depresi dan memulihkan tenaga yang seolah
terkurashabis.
3. Konsumsilah makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat pulih, sehat
dansegar.
4. Cobalah berbagi rasa dengan suami atau orang terdekatlainnya.
5. Dukungan dari mereka bias membantu anda mengurangi depresi.

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N
DI UPT PUSKESMAS YOSOMULYO
TAHUN 2020

Tempat Pengkajian : UPT Puskesmas Yosomulyo


Tanggal Pengkajian : 24 September 2020
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Pengkaji : Kelompok Reguler 1
A. Data Subjektive
1. Identitas/Biodata
Nama ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. D
Umur : 25 th Umur : 29 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kebun cengkeh 14/03 Alamat : Kebun cengkeh 14/03
No.telp : 082126558823 No.telp : 082126558823
Gol. Darah : O+ Gol. Darah :-

2. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan kakinya nyeri

3. Riwayat Persalinan
Waktu melahirkan : 11 September 2020
Pukul : 01.45 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan : 1700 gram
Panjang badan : 47 cm

Jenis persalinan : Spontan pervaginam


Tempat bersalin : RS Ahmad Yani
Plasenta : Plasenta lahir lengkap
Lama persalinan : 6 Jam 40 menit Jumlah Perdarahan : ±150cc
Kala I : 4 jam Blood slym
Kala II : 20 menit 100 cc
Kala III : 10 menit 50 cc
Kala IV : 2 jam 50 cc

4. Data Psikososial
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya, namun mengeluh saat
hamil karena merasa tertekan dan merasa selalu ingin marah

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu memiliki riwayat penyakit Hipokalsemia

6. Pola Kebutuhan Dasar Masa Nifas


Eliminasi
BAB : Ibu mengatakan sudah BAB
BAK : Ibu sudah buang air kecil
Nutrisi : Ibu mengatakan makan 3x sehari
Istirahat : Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam dan malam 5-7 jam
Aktifitas : Ibu sudah bisa berjalan
Personal hygiene : Ibu mandi 2x sehari

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV: TD : 93/69 mmHg
N : 96x/ menit

P : 20 x/ menit
S : 36,70C
d. BB : 27 kg
e. LILA : 16,5 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala/ wajah : Tidak odema, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada nyeri tekan.
Payudara : Simetris, puting susu menonjol dan berwarna kecoklatan,
tidak ada benjolan, ASI sudah keluar
Abdomen : TFU, konsistensi keras, kontraksi baik.
Genetalia : Pengeluaran lochia serosa, tidak ada hemoroid
Ekstermitas : Tidak odema, tidak ada varises, ada nyeri pada bagian
paha.

C. ASSESSMENT
P2A0 postpartum 14 hari pasca persalinan dengan KEK sussaspect baby blues
syndrom.

D. PLAN
1. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam keadaan baik.
2. Pastikan involusi uterus normal
3. Pastikan ibu, suami dan keluarga mengetahui apa yang harus diwaspadai
dan kapan harus mencari perawatan
4. Berikan KIE tentang perawatan pasca persalinan, dan konseilng tentang
gizi
5. Anjurkan ibu untuk makan dengan gizi seimbang
6. Pastikan kekhawatiran Ibu telah teratasi
7. Lakukan konseling tentang tanda bahaya masa nifas yaitu : uterus terasa
lembek, sakit kepala berat, rasa sakit atau panas waktu BAK, penglihatan
kabur, pengeluaranpervaginam berbau busuk, demam tinggi > 380C
8. Ajarkan ibu gerakan-gerakan senam nifas dan menganjurkan ibu
melakukannya untuk mengurangi pegal-pegal seperti gerakan kegle,
gerakan berbaring lalu mengangkat bokong, merangkak dan gerakan
relaksasi kaki masing-masing selama 8 detik
9. Lakukan konseling pada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi sehari-
hari tanpa memberi ramuan atau sejenis jimat apapun pada bayinya dan
merawat tali pusat dengan kassa steril tanpa memberikan cairan atau bahan
apapun.
10. Anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup agar tidak stress
11. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya, terutama puting susu
harus sering dibersihkan dan kemudian daerah kemaluan ibu harus tetap
dijaga kebersihannya dengan ganti celana dalam apabila lembab atau
basah
12. Dengarkan dorongan dan beri dukungan emosional
13. Beri konseling untuk praktek hubungan seks yang aman
14. Beri konseling tentang pentingnya memberi jarak kelahiran dan keluarga
berencana
15. Lakukan Skrining status imunisasi T dan memberikan imunisasi bila status
imunsasi belum lengkap
16. Beri KIE untuk menghindari rokok, minuman beralkohol, Obat-obatan
terlarang, menghindari paparan asap perokok lain, pestisida dan bahan
berbahaya beracun lainnya
17. Beri konseling kepada pasangan dan keluarganya untuk memberikan
bantuan dan mengamati perkembangan ibu
18. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang apabila ada keluhan
19. Menulis di buku KIA
LEMBAR IMPLEMENTASI

Waktu Kegiatan Paraf


Kamis,24- 1. Menjelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini
09-2020 dalam keadaan baik.
09.00 WIB (ibu mengetahui bahwa kondisinya saat ini baik)
2. Memastikan involusi uterus normal
(kontraksi uterus baik, TFU tidak teraba diatas
symfisis pubis)
3. Memastikan ibu, suami dan keluarga mengetahui apa
yang harus diwaspadai dan kapan harus mencari
perawatan
(Ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
4. Memberikan KIE tentang perawatan pasca
persalinan, dan konseiing tentang gizi
(Ibu mengerti perawatan pasca persalinan dan
tentang gizi)
5. Menganjurkan ibu untuk makan dengan gizi
seimbang
(ibu sudah mengerti dan bersedia melakukannya)
6. Memastikan kekhawatiran Ibu telah teratasi
(Ibu sudah tidak khawatir lagi)
7. Melakukan konseling tentang tanda bahaya masa
nifas yaitu : uterus terasa lembek, sakit kepala berat,
rasa sakit atau panas waktu BAK, penglihatan kabur,
pengeluaran pervaginam berbau busuk, demam
tinggi >380C
(ibu sudah mengerti tanda bahaya ibu nifas)
8. Mengajarkan ibu gerakan-gerakan senam nifas dan
menganjurkan ibu melakukannya untuk mengurangi
pegal-pegal seperti gerakan kegle, gerakan berbaring
lalu mengangkat bokong, merangkak dan gerakan
relaksasi kaki masingmasing selama 8 detik
(ibu sudah bisa melakukannya)
9. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga tentang
perawatan bayi sehari-hari tanpa memberi ramuan
atau sejenis jimat apapun pada bayinya dan merawat
tali pusat dengan kassa steril tanpa memberikan
cairan atau bahan apapun.
(ibu sudah mengerti)
10. Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup
agar tidak stres
(ibu mengerti dan akan melakukannya)
11. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya,
terutama puting susu harus sering dibersihkan dan
kemudian daerah kemaluan ibu harus tetap dijaga
kebersihannya dengan ganti celana dalam apabila
lembab atau basah (ibu mengerti dan bersedia
melakukannya)
12. Mendengarkan dorongan dan dukungan emosional
( ibu sudah tenang perasaanya)
13. Menekankan konseling untuk praktek hubungan seks
yang aman.
(Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukannya)
14. Memberikan konseling tentang pentingnya memberi
jarak kelahiran dan keluarga berencana. Merujuk
pada konseling keluarga berencana.
(Ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
15. Melakukan Skrining status imunisasi T dan
memberikan imunisasi bila status imunsasi belum
lengkap (PNC 4)
16. Memberikan KIE untuk menghindari rokok,
minuman beralkohol, Obat-obatan terlarang,
menghindari paparan asap perokok lain, pestisida dan
bahan berbahaya beracun lainnya
(Ibu mengerti )
17. Memberikan konseling kepada pasangan dan
keluarganya untuk memberikan bantuan dan
mengamati perkembangan ibu, mengamati dalam 2
minggu, dan jika tidak ada perbaikan rujuk (Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya )
18. Menuliskan hasilnya di buku KIA
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Arfian. 2012. Baby Blues. Surakarta: Metagraf.

Lina, W. 2016.Faktor Terjadinya Baby Blues Syndrome pada ibu nifas di BPM
Suhatmi Puji Lestari. Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta:
Surakarta.

Bobak, M. Irene, et. Al. 2005.Buku ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI, 2001, Konsep Asuhan Kebidanan, Depkes, Jakarta.

Prawiroharjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.1. Jakarta: EGC

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol. 2. Jakarta: EGC

Anggraini,Yetti.2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Sewon,Bantul, Yogyakarta


: Rihana-Rohima

Anda mungkin juga menyukai