Anda di halaman 1dari 22

ii

iii
PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SIRIH MERAH
TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA
SUBUR (WUS) DI KAMPUNG BAYUR KELURAHAN
RAJABASA JAYA TAHUN 2023

Skripsi

Oleh :

NANDA DHIYA KUSUMA


NPM. 22340144P

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023
PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SIRIH MERAH
TERHADAP PENURUNAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA
SUBUR (WUS) DI KAMPUNG BAYUR KELURAHAN
RAJABASA JAYA TAHUN 2023

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Sains Terapan Kebidanan

Oleh :

NANDA DHIYA KUSUMA


NPM. 22340144P

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial

secara utuh, tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi dalam segala

hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Masalah

kesehatan reproduksi wanita sangat kompleks (Passe, 2021). Kesehatan

reproduksi wanita yang bermasalah menempati 33% dari semua penyakit yang

menyerang wanita di seluruh dunia (Hidayanti et al., 2021).

Keputihan merupakan kondisi umum yang dialami sebagian besar wanita

terkait dengan masalah kesehatan reproduksi. Menurut Manuaba (1998) keputihan

adalah nama gejala yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang

bukan berupa darah dan bukan penyakit tetapi merupakan manifestasi dari hampir

semua penyakit kandungan (Hana et al, 2018). Resiko terjadinya keputihan dapat

dialami oleh berbagai umur. Keputihan dapat terjadi pada semua usia. WUS

memiliki risiko keputihan yang lebih tinggi saat remaja karena wanita usia subur

sering mengalami PID, atau penyakit radang panggul. Ada tiga dari empat wanita

di dunia yang pernah mengalami pendarahan vagina di beberapa titik dalam hidup

mereka, tetapi ini harus ditangani karena dapat berkembang menjadi infeksi

bakteri, virus, jamur, dan parasite (Passe, 2021).

Wanita usia subur di Indonesia berpotensi mengalami keputihan karena

Negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Wanita Usia Subur

1
(WUS) adalah wanita yang organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara usia

20 sampai 45 tahun. Kesuburan tertinggi antara usia 20 sampai 29 tahun. Pada

masa ini, seorang wanita memiliki peluang 95 persen untuk hamil (Passe, 2021).

Menurut WHO (2018), kurang lebih 75% wanita di seluruh dunia pasti

akan mengalami keputihan minimal sekali seumur hidupnya, dan 45% akan

mengalami keputihan lebih dari satu kali, sedangkan 25% wanita di Eropa akan

mengalami keputihan lebih dari satu kali (Anggraini, 2018). Sebuah penelitian di

India menunjukkan bahwa prevalensi keputihan pada mahasiswi remaja mencapai

95% (Prabawati, 2019).

Sebanyak 90% wanita di Indonesia mengalami keputihan dan sebanyak

60% dialami oleh wanita usia subur (Prabawati, 2019). Menurut survey yang

dilakukan bulan Februari 2023 di Kampung Bayur Kelurahan Rajabasa Jaya

jumlah wanita usia subur yang mengalami keputihan 57,12% dari jumlah 112

wanita usia subur. Sebagian besar WUS yang mengalami keputihan disebabkan

kurangnya pengetahuan tentang pengobatan keputihan yang dialami sehingga

menyebabkan keputihan fisiologis menjadi keputihan patologis. Sebagian yang

lain disebabkan kurangnya memperhatikan personal hygiene.

Keputihan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik, dan

kemandulan serta kehamilan ektopik (kehamilan ektopik) dapat menjadi salah satu

akibat dari keputihan. Gejala awal kanker rahim biasanya diawali dengan

keluarnya cairan keputhan (Passe, 2021).

Keputihan dibagi menjadi 2 macam, yakni keputihan fisiologis (keputihan

normal) yaitu keputihan yang berwarna putih atau bening, tidak berbau dan tidak

menimbulkan rasa gatal pada vagina dan keputihan patologis (keputihan akibat

2
infeksi yang biasanya berwarna kuning atau hijau, berbau amis/bau busuk dan

menimbulkan rasa gatal) (Passe, 2021).

Keputihan dapat diobati dengan beberapa cara. Cara pertama adalah

memperhatikan kebersihan diri, penggunaan pakaian dalam berbahan katun atau

penyerap keringat, kepatuhan pada pola makan, istirahat, atau pengobatan

farmakologis seperti obat flukonazol dan metronidazol. Namun kini masyarakat

Internasional dan masyarakat Indonesia sudah mulai mengutamakan penggunaan

obat-obatan alami. Menggunakan obat herbal, daun sirih merah (Piper crocatum)

dapat digunakan untuk mengatasi keputihan (Paskawati, 2021).

Sirih mengandung alkaloid yang bertindak sebagai agen antibakteri dan

memiliki sifat antiseptik dua kali lipat dari daun sirih hijau. Rebusan sirih merah

juga mengandung carvacrol, zat antiseptik dan antijamur, sehingga dapat

digunakan sebagai antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut dan

menyembuhkan keputihan dan bau tak sedap. Selain itu daun sirih dapat

meredakan gatal, eugenol membunuh jamur penyebab keputihan dan memiliki

efek analgesik, sedangkan tanin (daun) berperan sebagai astringen artinya,

mengurangi sekresi cairan pada vagina (Paskawati, 2021)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Air Rebusan Daun Sirih Merah Terhadap Kejadian

Keputihan Pada Wanita Usia Subur (WUS)” di Kampung Bayur Kelurahan

Rajabasa Jaya Tahun 2023.

3
1.2 Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh air rebusan daun sirih merah terhadap kejadian

keputihan pada wanita usia subur (WUS) di Kampung Bayur Kelurahan Rajabasa

Jaya Tahun 2023 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.1.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun sirih merah

terhadap kejadian keputihan pada wanita usia subur (WUS)

1.1.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui rata-rata skor keputihan pada wanita usia subur

(WUS) sebelum diberikan air rebusan daun sirih merah

b. Untuk mengetahui rata-rata skor keputihan pada wanita usia subur

(WUS) sesudah diberikan air rebusan daun sirih merah

c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun sirih

merah terhadap kejadian keputihan pada wanita usia subur (WUS)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan ilmu pengetahuan

khususnya ilmu kebidanan yang berhubungan dengan kesehatan

reproduksi wanita usia subur.

4
1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inovasi alternative

pilihan menggunakan bahan alami untuk pemberian treatment pada

penurunan keputihan dan dapat diterapkan dalam tata laksana standar

operasional pemberian air rebusan daun sirih merah sebagai

pengobatan non-farmakologis yang dapat digunakan oleh seluruh

lapisan masyarakat dan dapat meningkatkan sistem kesehatan

setempat.

1.5 Ruang Lingkup

Peneliti membatasi masalah penelitian dalam ruang lingkup yaitu,

menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analytic dengan

pendekatan one-group pra-post test design. Subjek penelitian adalah wanita usia

subur yang mengalami keputihan. Objek penelitian ini adalah pengaruh air

rebusan daun sirih merah terhadap keputihan. Tempat penelitian ini adalah di

Kampung Bayur Kelurahan Rajabasa Jaya dan waktu penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2023.

1.4.3

5
6
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif, yang merupakan definisi

pengukuran data kuantitatif dan statistic objektif melalui perhitungan ilmiah

yang berasal dari sampel orang-orang yang dimintai untuk menjawab

pertanyaan tentang survey untuk menentukan frekuensi dan presentase

tanggapan mereka (Notoatmodjo, 2014).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal disetujui

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampung Bayur Kelurahan

Rajabasa Jaya Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental, pre-

eksperimental adalah suatu rencana penelitian yang digunakan untuk mencari

hubungan sebab akibat dengan keterlibatan penelitian dalam melakukan

manipulasi terhadap variable bebas. Serta menggunakan pra-post test design

yang merupakan hubungan sebab-akibat dengan melibatkan satu kelompok

7
subjek. Peneliti melakukan observasi kepada subjek sebelum dan sesudah

dilakukannya tindakan intervensi.

A O1 X O2

Tabel 3.3 Desain one group pra-post test design

Keterangan : A : Responden penelitian

X : Perlakuan dengan air rebusan daun sirih merah

O1 : Observasi sebelum perlakuan

O2 : Observasi setelah perlakuan

3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

wanita usia subur (WUS) yang mengalami keputihan di Kampung

Bayur Kelurahan Rajabasa Jaya adalah 61 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki dari

populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarwani, 2014). Sampel

dalam penelitian ini adalah WUS yang mengalami keputihan di

Kampung Bayur Kelurahan Rajabasa Jaya.

Berdasarkan penentuan jumlah sampel menurut Sugiyono (2017),

maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden.

8
3.4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yaitu cara menentukan sampel yang paling sesuai

dengan kriteria dari penelitian (Suprapto, 2016). Teknik sampling

yang digunakan pada penelitian ini yaitu purposive sampling.

Sugiyono dalam Sudiro (2013) menyatakan bahwa teknik purposive

sampling adalah teknik yang mengambil sumber data dengan

pertimbangan tertentu.

Penelitian dengan kriteria sebagai berikut:

1) Kriteria ekslusi

a) Responden yang tidak mau mengikuti kegiatan penelitian

b) Responden yang tidak menggunakan KB suntik, IUD dan

spiral

2) Kriteria inklusi

a) Reponden yang berusia 20-45 tahun yang mengalami

keputihan

b) Responden yang kooperatif

c) Menggunakan KB suntik, IUD, dan spiral

3.5 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu:

1. Variabel independent atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi penyebab timbulnya variable dependen.

Variabel independent dalam penelitian ini adalah daun sirih merah.

9
2. Variabel dependent atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Variabel dependent dalam

penelitian ini adalah keputihan pada wanita usia subur (WUS).

3.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Air Rebusan Ekstrak etanol daun sirih - - - -
Daun Sirih merah pada konsesntrasi
Merah 25% dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Gram
negative (Staphylococcus
aureus) pada konsentrasi
6,25% dapat menghambat
pertumbuhan dan membunuh
bakteri Gram negative
(Escherichia coli).
Keputihan Keluaran cairan keputihan Observasi Lembar Score Rasio
pada wanita dengan ciri-ciri: Observasi keputihan
usia subur 1. Berbau yang
(WUS) 2. Jumlah cairan banyak diperoleh
3. Gatal
4. Berwarna kekuningan
atau kehijauan
5. Tidak berbau
6. Jumlah cairan sedikit
7. Tidak gatal
8. Berwarna putih atau
bening
Tabel 3.6 Definisi Operasional Pengaruh air rebusan daun sirih merah pada kejadian keputihan
wanita usia subur (WUS) di kampung bayur kelurahan rajabasa jaya

3.7 Alat Ukur

3.7.1 Instrumen A

Instrumen A berupa standar operasional prosedur (SOP) pemberian air

rebusan daun sirih merah pada WUS yang mengalami keputihan. SOP

dari pemberian air rebusan daun sirih merah meliputi 3 tahap yaitu

persiapan, kemudian pelaksanaan dan terminasi.

10
3.7.2 Instrumen B

Pada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang terdiri dari 8

pernyataan kemudian digunakan mencatat ada atau tidaknya

perubahan keputihan setiap sebelum dan sesudah pemberian air

rebusan daun sirih merah.

3.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatau

penelitian. Metode dalam pengumpulan data ini meliputi data primer dan data

sekunder:

3.8.1 Data Primer

Metode observasi terdiri dari melakukan pengamatan dan langsung

pada apa yang seharusnya dipelajari. Prosedur ini digunakan untuk

memperoleh informasi tentang keadaan situs dan objek yang diteliti,

serta untuk menentukan tindakan pengendalian, perilaku penelitian

dan hasil penelitian

3.8.1 Data Sekunder

Data sekunder yang didapatkan dari pihak lain adalah data yang

didapat dari Kampung Bayur Kelurahan Rajabasa Jaya.

Prosedur yang perlu dilakukan yaitu :

1. Mengurus surat pengantar penelitian dari Universitas Malahayati

Bandar Lampung

11
2. Meminta ijin melakukan penelitian, dengan melampirkan surat

pengantar dari kampus

3. Mengidentifikasi responden sesuai kriteria dan sesuai jumlah

sampel yang diperlukan dan melakukan pengambilan data pada

responden yang sebelumnya telah dijelaskan maksud dan tujuan

penelitian dan telah menandatangai informed consent atau surat

persetujuan menjadi responden

4. Peneliti memberikan air rebusan daun sirih merah kepada

responden

5. Setelah memberikan air rebusan daun sirih, peneliti melakukan

observasi pada responden dan melakukan analisa data

3.9 Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Notoatmodjo (2014) melalui 4 tahapan, yaitu :

1. Editing

Editing memeriksa daftar pertanyaan yang diajukan oleh pengumpul data.

Tujuannya adalah untuk mengurangi kesalahan survei dan kelalaian.

Secara umum editing adalah kegiatan yang bertujuan untuk memvalidasi

data (lembar observasi) dan memperbaiki isi formulir.

2. Coding

Data didasarkan pada kategori yang dibuat oleh penulis sendiri

a. Kode responden

Responden 1 = A1

Responden 2 = A2

Responden 3 = A3

12
b. Kode umur

Kode 1 = 20-28 tahun

Kode 2 = 29-37 tahun

Kode 3 = 38-45 tahun

3. Scoring

Fase ini berjalan setelah kode respon atau skor observasi telah ditentukan

dan memungkinkan skor respon atau observasi untuk masing-masing

responden diberi skor. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar

observasi dan kemudian diberikan penilaian dengan cara:

1-4 = turun

5-8 = tetap

4. Cleaning

Saat data dimasukkan dari setiap sumber data atau responden, harus

diperiksa ulang untuk mendeteksi kemungkinan kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya lalu kemudian diperbaiki atau

dikoreksi.

3. 10 Analisa Data

3.10.1 Analisa Univariat

Teknik analisa data yang digunakan dipenelitian ini menggunakan

perhitungan statistik sederhana yaitu presentasi atau proporsi.

Presentasi atau proporsi akan menjadi distribusi frekuensi relative jika

data yang digunakan adalah kuantitatif, karena data yang digunakan

dipenelitian ini adalah data kuantitatif maka digunakan analisa data

menggunakan distribusi frekuensi relative (Notoatmidjo, 2014).

13
Analisis univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi dan

proporsi variabel data mengenai umur, pendidikan, pekerjaan, dan

sumber informasi.

3.10.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah

air rebusan daun sirih merah efektif menurunkan keputihan pada

WUS. Analisis bivariat menggunakan sebelum dan sesudah perlakuan

menggunakan uji statistic T test, maka untuk mengetahui tingkat

signifikan α - 0,05 apabila P value > 0,05 maka H1 ditolak atau H0

diterima dan apabila P value < 0,05 maka H1 diterima atau H0 ditolak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Irianto. 2015. Kesehatan reproduksi (reproductive health) teori dan praktikum.


Bandung : Alfabeta.

Hana, C., Zuhdy, N., & Widyasih, H. (2018, February). Stres Psikososial dan
Kejadian Fluor Albus Patologis pada Santri. In Jurnal Forum Kesehatan:
Media Publikasi Kesehatan Ilmiah (Vol. 8, No. 1, pp. 9-14).

Hanipah, N., & Nirmalasari, N. (2021). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Vulva
Hygiene Dalam Menangani Keputihan (Fluor Albus) Pada Remaja Putri.
Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 6(2).

Hidayanti, D., & Pascawati, R. (2021). Rebusan sirih merah mengurangi fluor
albus pada remaja putri. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes
Bandung, 13(1), 246-253.

Kusmiran, E. 2012, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Manoi, F. 2007. Teknologi pengolahan dan penggunaan minyak atsiri serta


manfaat limbahnya.

Manuaba, Ida A.C. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta,


EGC.

Marhaeni, G. A. (2016). Keputihan pada wanita. Jurnal Skala Husada: The


Journal of Health, 13(1).

Maysaroh, S., & Mariza, A. (2021). Pengetahuan tentang keputihan pada remaja
putri. Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(1), 104-108

Maysaroh. 2021. Pengetahuan Tentang Keputihan Pada Remaja Putri. Jurnal


Kebidanan Malahayati, 7(1),104-108.

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurlaila, N., & Zakir, M. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Personal Hygiene
dengan Kejadian Keputihan (Fluor Albus) pada Remaja Putri. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 11(1), 15-20.

Passe, R., Sampara, N., & Lestari, A. (2021). Pengaruh Penggunaan Air Rebusan
Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Terhadap Keputihan Pada Wanita Usi
Subur (Wus) Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas Makassar.
Jurnal Antara Kebidanan, 4(2), 72-75.
Prabawati, 2019. Jurnal Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pencegahan Keputihan Remaja di SMK YPPK 2 Sleman.
Sholihah, I. M. A. (2020). Studi Kasus Penatalaksanaan Keputihan Patologis Pada
Ibu Hamil Dengan Menggunakan Pantyliner Kain di PMB Komariah
(Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Sukamto, N. R., Yahya, Y. F., Handayani, D., Argentina, F., & Liberty, I. A.
(2018). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Perawatan Vagina
Terhadap Kejadian Keputihan Patologis Pada Mahasiswi Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Majalah
Kedokteran Sriwijaya, 50(4), 213-221.

Varney. 2009. Varney’s Pocket Midwife. In: Dwi Widiarti & Novi Mahendrawati.
Buku saku asuhan kebidanan. Jakarta: EGC.

World Health Organization. 2018. Sexually transmitted infections (STIs). Di


akses pada tanggal 04 Februari 2022. dari http://apps.who.int

16

Anda mungkin juga menyukai