PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas Farmakoekonomi Pada Jurusan
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari
Oleh :
ANGGI WINDARWATI
ERIKA AGUSTINA
TINAR AGUSTIN
GINAN RINANDI
INDRIANA SETIANINGRUM
MARYANI LAILA
RITA AMELIANI
SRI AJENG INDAH YANI
RIZKIANI NURFITRI
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1 Penetapan Kriteria Alternatif
1.5.2 Penetapan Kriteria Populasi dan Sampel (Kriteria Insklusi dan
Eksklusi)
1.5.3 Penetapan Outcome
1.5.4 Penetapan Perspektif
1.5.5 Penetapan Komponen Biaya
1.5.6 Rancangan Penelitian
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
Rotavirus adalah penyebab diare pada anak dan menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang sangat penting baik bagi negara-negara maju dan sedang berkembang.
Rotavirus pertama kali dilaporkan di Australia oleh Bishop et al. pada tahun 1974,
sedangkan di Indonesia diare rotavirus baru dilaporkan yang pertama kali pada tahun
1981. Di negara-negara sedang berkembang, penyakit diare adalah salah satu dari 10
penyebab kematian terbanyak pada anak-anak3 dan sekitar setengah dari diare anak-anak
disebabkan oleh rotavirus. Adapun di negara maju, rotavirus menjadi penyebab penyakit
diare pada anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) yang memerlukan perawatan di
rumah sakit. Oleh karena itu, WHO telah menetapkan rotavirus sebagai salah satu sasaran
dalam upaya pencegahan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak
Para ilmuwan dari berbagai belahan dunia telah berupaya mengembangkan vaksin
rotavirus sejak tahun delapan puluhan. Upaya tersebut didahului oleh penelitian-
vaksinasi diare rotavirus secara nasional. Pada tahun 1999, vaksin rotavirus untuk yang
pertama kali diedarkan di Amerika Serikat dengan nama dagang Rotashield (Wyeth
Lederle Vaccine Philadelphia, PA). Namun demikian, vaksin tersebut ditarik dari
peredaran karena terjadinya efek samping intususepsi usus yang menimbulkan kematian.
intususepsi di Amerika Serikat, angka ini lebih besar dibanding dengan angka kematian
Diduga efektivitas vaksin yang diberikan secara oral di negara sedang berkembang
lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju karena adanya beberapa faktor
yang menurunkan efikasi vaksin oral tersebut. Salah satu hipotesisnya ialah karena lebih
rendahnya daya serap usus terhadap vaksin tersebut. Penyebab rendahnya daya serap
tersebut antara lain karena faktor antibodi maternal, menyusui, interferensi dari kuman
patogen enterik yang lain, dan malnutrisi. Selain itu, jenis (strain) rotavirus yang beredar
di negara sedang berkembang mungkin berbeda dengan strain rotavirus di negara sudah
maju, karena distribusi strain rotavirus tidak sama antar negara, maka besar
kemungkinannya beberapa jenis virus tersebut tidak dapat diproteksi dari vaksin yang
negara-negara maju dan sedang berkembang. Tantangan yang dihadapi adalah: harga
vaksin yang mahal, pemahaman tentang penyakit rotavirus yang masih rendah, dan
masalah keraguan penerimaan vaksin baru karena adanya riwayat risiko vaksinasi
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah program
masyarakat di Indonesia ?
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beban penyakit diare rotavirus serta
Untuk mengetahui dan memperoleh kajian beban penyakit diare rotavirus serta
Eksklusi)
1.5.2.1 Populasi
1.5.2.2 Sampel
yang akan digunakan seperti kajian peneliti terdahulu, dan sumber buku
lainnya, maupun lokasi dan objek partisipan yang akan digunakan untuk
penelitian.
4. Tahap yang terakhir adalah penulisan laporan hasil pengumpulan data dan
TINJAUAN PUSTAKA
Tahun 2013 pasal 43 ayat (1), “Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya,
Jaminan Kesehatan”.
2.1.1 Pengertian
(HTA) adalah suatu analisis yang terstruktur dari teknologi kesehatan, dan hal yang
seperti olahraga atau menghindari perilaku kesehatan yang buruk antara lain merokok,
berdasarkan bukti ilmiah kuat guna memberikan masukan (input) tentang implikasi
medis, ekonomi, sosial, dan etis dari hal-hal yang terkait dengan pengembangan,
difusi, dan penerapan teknologi kesehatan biasanya obat, alat kesehatan, atau prosedur
informasi objektif yang dapat digunakan dalam formulasi kebijakan kesehatan yang
aman, efektif, terfokus pada pasien, dan memberikan nilai terbaik (best value for
money).
Rotavirus adalah jenis virus yang menginfeksi usus. Virus ini juga menjadi
penyebab umum dari penyakitdiare pada bayi dan anak-anak di seluruh dunia, terutama
di negara-negara berkembang dengan tingkat nutrisi dan fasilitas kesehatan yang kurang
optimal.
pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung("gastro"-) dan usus kecil ("entero"),
sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut.
2.2.1 Sistem Tubuh yang berkaitan dengan Diare Rotavirus
Semua makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh, akan melewati proses
pengolahan di dalam sistem pencernaan. Ada banyak organ yang terlibat dalam sistem
pencernaan manusia, untuk membuatmakanan yang Anda makan dapat dicerna dan
Sistem pencernaan manusia harus sehat agar berfungsi dengan baik untuk
mengolah makanan. Beberapa penyakit yang sering terjadi pada sistem pencernaan
Virus ini pada awalnya terdapat pada feses orang yang sudah terinfeksi. Meski
saat itu orang tersebut belum merasakan gejala apapun, biasanya ia sudah bisa
matur pada ujung-ujung villi. Sel-sel nonproliperatif dari ileum ini terdiferensiasi
beberapa disakaridase, peptidase dan beberapa enzim lain yang berperan pada
pencernaan pada permukaan apikal. Dan sebagai tambahan sel-sel ini membolehkan
absorpsi melintasi barier enterosit, melalui difusi pasif dan transport aktif. Sel-sel
kripta yang berlokasi di lembah-lembah antara villi berperan dalam fungsi sekresi,
secara aktif mensekresikan ion klorida ke dalam lumen usus halus. Jadi enterosit
melaksanakan fungsi absorpsi sedangkan sel kripta melaksanakan fungsi sekresi. Sel-
sel yang rusak terkelupas masuk ke dalam lumen usus dan melepaskan virus dalam
jumlah yang besar yang dapat tampak di feses (lebih dari 1010partikel per gram
feses). Ekskresi virus biasanya berlangsung 2-12 hari pada individu yang sehat tetapi
Diare rotavirus menyerang 78,4% kasus berumur kurang dari 2 tahun dengan
prevalensi tertinggi pada kelompok umur 6-23 bulan (65,5%). Anak umur 6-23 bulan
rentan terkena infeksi rotavirus karena kadar antibodi ibu yang diperoleh melalui ASI
mulai menurun dan mulai memasuki fase oral ketika anak suka memasukkan semua
ditularkan melalui fecal-oral yaitu virus menyebar dari feses penderita dan tidak
sengaja masuk ke mulut seseorang misalnya melalui kontak dengan air, makanan,
tangan, dan objek lain yang terkontaminasi. Penyebaran ini dapat dikarenakan hal
sederhana seperti lupa mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar atau
setelah membersihkan anak yang baru buang air besar. Virus ini juga dapat dengan
mudah menyebar ke segala jenis objek yang dipegang, misalnya mainan atau
perabotan.
Infeksi rotavirus sangat umum terjadi pada anak-anak usia 3-35 bulan, terutama
di tempat penitipan anak dan rumah sakit. Orang dewasa yang mengurus anak-anak
Penularan dapat terjadi selama fase akut dan selanjutnya penularan terus dapat
berlangsung selama didalam tubuh orang itu masih ditemukan ada virus. Rotavirus
biasanya tidak ditemukan sesudah hari ke-8 sejak infeksi, walaupun virus masih
ditemukan selama 30 hari atau lebih pada penderita dengan gangguan sistem
kekebalan (immunocompromised).
Penyebaran dapat dikarenakan hal sederhana seperti lupa mencuci tangan dengan
sabun setelah buang air besar atau setelah membersihkan anak yang baru buang air
besar. Virus ini juga dapat dengan mudah menyebar ke segala jenis objek yang
1) Pengobatan kausatif
Pengobatan yang tepat terhadap kausatif diare diberikan setelah kita mengetahui
penyebabnya yang pasti. Jika kausal diare ini penyakit parenteral, diberikan
kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang terlambat, antibiotika dapat diberikan
2) Pengobatan simptomatik
lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat
tabonal), bismut sub bikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada
manfaatnya.
itu antiemetik tidak digunakan pada anak yang diare (Soebagyo, 2008).
panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi
3) Pengobatan Cairan
4) Pengobatan antibiotik
protein, diet lunak tidak merangsang, bila tidak tahan laktosa diberikan rendah
laktosa, bila maldigesti lemak diberikan rendah lemak. Bila penyakit chron dan
kolitis ulserosa diberikan rendah serat pada keadaan akut. Minum yang banyak dan
Terapi farmakologis :
a) Bila sesak nafas dapat diberikan oksigen, infus untuk memberikan cairan
dan elektrolit.
metronidazol.
2.4 Farmakoekonomi
2.4.1 Pengertian
dari biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah
resiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi (Vogenberg, 2001)
kesehatan, termasuk obat yang memberikan hasil yang sama, serupa atau
setara. Oleh karena hasil pengobatan dari intervensi sama, maka yang
dibandingkan hanya satu sisi yaitu biaya Kementrian Kesehatan RI., 2013.
berbeda, hanya perbedaan biaya obat yang digunakan untuk memilih salah
satu yang nilainya paling tinggi. AMiB tidak bisa digunakan untuk
berbeda
al., 2009. Pada AEB, biaya intervensi kesehatan diukur dalam unit
kesehatan baik klinis maupun non klinis non-moneter. Tidak seperti unit
sangat beragam. Oleh sebab itu, AEB hanya dapat digunakan untuk
moneter per outcome klinik spesifik yang dihasilkan sehingga klinisi dapat
memilih alternatif dengan biaya lebih rendah untuk setiap outcome yang
diperoleh.
Analisis manfaat biaya AMB adalah suatu teknik analisis dalam ilmu
ekonomi pada luaran medik bukan merupakan hal yang mudah dan tidak
kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda Rascati, et al., 2009. Pada
AEB, biaya intervensi kesehatan diukur dalam unit moneter dan hasil dari
non klinis non-moneter. Tidak seperti unit moneter yang seragam dan mudah
dikonversikan, indikator kesehatan sangat beragam. Oleh sebab itu, AEB hanya
tujuan sama Kementrian Kesehatan RI., 2013. Hasil AEB digambarkan sebagai
rasio, baik dengan cost-effectiveness ratio CER atau sebagai incremental cost-
per outcome klinik spesifik yang dihasilkan sehingga klinisi dapat memilih
alternatif dengan biaya lebih rendah untuk setiap outcome yang diperoleh.
2.5 Pustaka
METODE PENELITIAN
bahan utama yang diperlukan. Dengan demikian perlu sebuah data yang kongkret
3.2 Penetapan Kriteria Populasi dan Sampel (Kriteria Insklusi dan Eksklusi)
3.2.1 Populasi
Target populasi penelitian ini adalah anak-anak usia di bawah lima tahun
yang menjadi tujuan program imunisasi diare rotavirus secara nasional. Biaya
774.285 dan 433.539 jiwa. Kabupaten Purworejo terdiri dari 16 kecamatan dan
3.2.2 Sampel
umur yang bersumber dari kedua penelitian kami sebelumnya dan juga
kejadian diare menurut kelompok umur yang diolah kembali dari data
2003).
memenuhi inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam
sampel.
efektif apabila efektivitas vaksin tidak diragukan lagi sebagai program nasional.
Dalam model ini dua perspektif masuk dalam pertimbangan, yaitu perspektif
perawatan kesehatan serta waktu terjadinya outcome dan umur saat vaksinasi.
Perspektif perawatan kesehatan mencakup biaya medis secara langsung dan biaya tak
langsung yang dikeluarkan oleh penderita. Di samping itu, model analisis juga
rotavirus. Dan juga umur saat vaksinasi juga menjadi penentu, yang mana kelompok
ekonomis diare rotavirus di Indonesia. Dengan mengacu data efektivitas dan harga
vaksin yang telah beredar di tingkat global. Dilakukan simulasi untuk menyusun
umur didasarkan pada hasil observasi penelitian kami di rumah sakit dan
penderita diare rotavirus menurut kelompok umur didasarkan pada hasil penelitian
tersebut.
3.6.3 Analisis Farmakoekonomi
estimasi dampak angka diare rotavirus, efikasi vaksin, perkiraan biaya per hari
CER.