Anda di halaman 1dari 22

LEMBAR KERJA ETIK PENELITIAN

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Nama Peneliti : TEGAR MAULANA WARDIYAN


Judul Penelitian :Pengaruh Self – Efficacy Enhancing Intervention Program
(SEEIP) Terhadap Efakasi Diri Pada Penderita Diabetes
Mellitus Kategori II Di RS PMI Bogor Tahun 2018

Pilihan Keterangan
No Kriteria
Ya Tidak
1. Menjelaskan manfaat penelitian bagi
masyarakat dan komunitas keilmuan yang
juga tertera dalam infor consent
2. Menginformasikan tentang penelitian
yang akan dilakukan dituliskan secara
jelas dengan bahasa yang dapat dipahami
oleh peserta riset.
3. Menjelaskan hak peserta riset untuk
menentukan keikut kesertannya dalam
riset, termasuk hak peserta untuk
mengundurkan diri swaktu-waktu tanpa
sanksi.
4. Menyatakan akan merahasiakan identitas
peserta riset.
5. Menjelaskan kemungkinan resiko dan
ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan.
6. Menjamin tidak akan terjadi eksploitasi
terhadap peserta riset.
7. Menyatakan akan meminimalisasi
dampak yang akan merugikan bagi
peserta riset.
8. Menyatakan langkah antisipasi untuk
menetralkan kembali efek- efek dari
perlakuan dan atau manipulasi dalam
penelitian sehingga partisipan tidak
terkena dampak negatifnya.
9. Menggunakan lingkungan penelitian yang
dikondisikan memenuhi prinsip
keterbukaan yaitu kejelasan prosedur
penelitian.
10. Mempertimbangkan aspek keadilan dan
hak peserta riset untuk mendapatkan
perlakuan yang sama, baik sebelum ,
selama, maupun sesudah berpartisipasi
dalam penelitian.
11. Menjamin privasi dan kenyamanan
peserta riset selama pelaksanaan riset.
12. Menjelaskan prosedur untuk meminta
kesediaan peserta riset untuk meminta
kesediaan peserta riset untuk terlibat
dalam penelitian ( inform consent ).

Hasil Pengkajian : ( berikan tanda cek list ( √ ) )


1. Layak : ……………….. Jakarta, ……………………
2. Layak dengan perbaikan : ……………….. Penilai;
3. Tidak Layak : ……………….

(……………………………..)
KAJI ETIK PENELITIAN

PENGARUH SELF – EFFICACY ENHANCING INTERVENTION PROGRAM


(SEEIP) TERHADAP EFAKASI DIRI PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS KATEGORI II DI RS PMI BOGOR TAHUN 2018

Disusun Oleh

TEGAR MAULANA WARDIYAN


NPM : 2016980021

MEGISTER ILMU KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2018
KOMITE ETIK PENELITIAN KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS IMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FORMULIR ETIK PENELITIAN KEPEAWATAN


Peneliti utama Tegar Maulana Wardiyan
Judul penelitian Pengaruh Self – Efficacy Enhancing Intervention Program
(SEEIP) Terhadap Efakasi Diri Pada Penderita Diabetes
Mellitus Kategori II Di RS PMI Bogor Tahun 2018
Subyek /responden Responden dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe II
Ruang Cempka serta Soka (Penyakit Dalam) RS PMI Bogor.
Perkiraan waktu Waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan (Juni - Juli) 2018
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus yaitu :
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini diharapakan memebrikan kontribusi
yang bermanfaat secara aplikatif didalam pengembangan
pelayanan, pendidikan, dan masyarakat, dan pemecahan
masalah praktis dalam pembangunan.
1. Penyedia Jasa Kesehatan

Digunakan sebagai acuan untuk tatanan pelaksanaan jasa

pelayanan kesehatan dan stap perawat dalam

menerapkan manajemen edukasi model Self – Efficacy

Enhancing Intervention Program (SEEIP) pada

pelayanan keperawatan yang tepat pada penderita

Diabetes Mellitus tipe 2 yang di rawat inap untuk


mencegah terjadinya komplikasi sehingga menjadi

standar dalam upaya tindakan preventif agar mutu

pelayanan kesehatan meningkat.

2. Bagi lembaga Pendidikan

Penelitian ini sebagai tambahan ilmu keperawatan

khususnya keperawatan konsentrasi Medikal Bedah yang

berkaitan dengan upaya – upaya mencegah terjadinya

komplikasi Diabetes Mellitus tipe 2 dengan peningkatan

self – effication melalui model (SEEIP).

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Hasil penelitian diharapkan memberikan kemanfaatan

bagi responden dan keluarga dalam hal peningkatan

pemahaman, pengetahuan terkait penyakit yang diderita

sehingga menumbuhkan keyakinan dan meningkatkan

derajat kesehatan.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian bisa sebagai acuan pustaka untuk

penelitian selanjutnya, mempertambah riset keperawatan

diharapkan bisa ilmu keperawatan berkembang dengan

beberapa inovasi intervensi keperawatan sesuai

kebutuhan pasien. Penelitian ini bisa sebagai acuan

dalam penerapan model Self – Efficacy Enhancing

Intervention Program (SEEIP).


Apakah dapat meningkatkan keyakinan diri dalam

kesehatan. Dengan begitu bisa di jadikan sebagai

pedoman data sehingga dapat memilih intervensi yang

tepat dalam memancing potensi diri pasien untuk

berprilaku sehat setelah edukasi tersebut diberikan.

Latar Belakang Diabetes juga merupakan suatu penyakit yang fatal

ketika organ pankreas tidak memproduksi insulin yang

cukup (hormon yang berperan penting dalam glukosa

darah), atau apabila insulin yang dihasilkannya tidak bisa

di gunakan oleh tubuh secara efektif atau maksimal. Kadar

gula tinggi atau hiperglikemia ditandai dengan bila kadar

gula sewaktu lebih dari angka 200 mg/dl, atau kadar gula

puasa lebih dari 126 mg/dl (bisa dikatakan asupan kalori

tidak masuk ke dalam tubuh selama 8 jam), 2 jam

postprandial lebih dari 200 mg/dl (Lemone, 2016). Secara

global diperkirakan total populasi dewasa usia 20-79 tahun

sebanyak 4,84 miliar pada tahun 2017, sekitar 425 juta

orang di seluruh dunia atau 8,8% diperkirakan menderita

diabetes.

Sekitar 79% tinggal di negara berpenghasilan rendah

dan menengah. Jika ini terus berlanjut, pada tahun 2045

diperkirakan 9,9 % atau 629 juta jiwa usia 20-79 tahun

akan menderita Diabetes Mellitus.


Kematian akibat Diabetes usia (20-79) tahun

sebanyak 4 juta jiwa pada tahun 2017 (IDF, 2015).

Merujuk pada Riskesda (2013) Kementerian Kesehatan

RI, prevalensi Diabetes Mellitus di Jawa Barat tahun 2013

yaitu 1,3% atau sekitar 44,5 ribu jiwa dengan estimasi

jumlah penduduk usia 15 ke atas sebanyak 3,4 juta jiwa.

Dinas Kesehatan Kota Bogor mencatat pada tahun 2015

jumlah penyandang Diabetes Mellitus cukup

menghawatirkan yakni mencapai 2.138 jiwa mengalami

peningkatan pesat di tahun berikutnya yaitu 2016 menjadi

3.048 jiwa atau meningkat 40,2 % serta jika di lihat dari

data rekam medis RS PMI Bogor tahun 2016, diketahui

bahwa kasus pasien Diabetes Mellitus pada tahun 2015 di

RS PMI Bogor sebanyak 288 jiwa dan pada tahun 2016

mengalami peningkatan jumlah kasus penyandang DM di

RS PMI Bogor mengalami peningkatan 421 jiwa dalam

kurun waktu 1 tahun (49.32%). Diabetes Mellitus salah

satu penyakit kronis karena mengharuskan bagi

penyandang Diabetes Mellitus keteraturan hidup sehari –

hari, untuk memperthankan dan sekaligus meningkatkan

derajat kesehatan, eksplorasi lima pilar Diabetes Mellitus

berperan dalam menekan kondisi darurat dalam kesehatan

global yang terjadi pada abad sekarang ini (abad 21).


Diabetes Mellitus ini merupakan salah satu dari 10

penyakit sebagai penyebab utama dalam kematian setelah

penyakit jantung, kanker dan penyakit pernapasan.

Di negara berkembang kejadian Diabetes Mellitus

mengalami peningkatan yang kurang proporsional hal

tersebut disebabkan oleh transisi demografi yang sangat

cepat akibat urbanisasi dan gaya hidup. IDF (2015).

Perawatan Diabetes Mellitus untuk berhasil, pasien harus

mampu membuat keputusan tentang bagaimana mereka

kan hidup dengan penyakit mereka. Diabetes Mellitus

tidak bisa di sembuhkan dan akan terus dialami seumur

hidup oleh penderitanya, penyakit ini juga dikenal denga

the silent killer karena penyakit ini tanda dan gejalanya

berjalan lambat, sulit terdeteksi dini dan bisa

mengkibatkan komplikasi pada organ organ lainnya

seperti organ jantung, pernapasan, ginjal, mata, kulit, dan

pada akhirnya penyandang Diabetes Mellitus meninggal

dunia (Bandero, 2009).

Penyandang Diabetes Mellitus selain mengalami

permasalahan fisik dan psikologis, dapat juga mengalami

masalah rejimen prilaku yang senantiasa berpengaruh

dalam progres peningkatan derajat kesehatan seperti

manajemen kesehatan tidak efektif.


Dalam buku SDKI (2014) manajemen kesehatan

tidak efektif adalah ketidak mampuan mengidentifikasi,

mengelola dan menemukan bantuan untuk

mempertahankan kesehatan. Hal tersebut merupakan

masalah keperawatan yang sering timbul akibat ketidak

patuhan penyandang Diabetes Mellitus dalam

melaksanakan lima pilar pencegahan Diabetes Mellitus.

Pendidikan kesehatan yang akan merubah prilaku

seseorang sehingga dapat merujuk pada pengambilan

keputusan sekaligus meningkatkan efikasi diri yang

berimbas pada peningktan derajat kesehatan baik dirinya

sendiri maupun orang lain yang terpapar dari efikasi

dirinya yang sudah meningkat (Damayanti, 2012).

Kualitas hidup dan kesejahteraan psikososial sangat

berperan dalam peningkatan efikasi diri yang memiliki

imbas nyata pada penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus

ini, pendekatan efikasi diri dalam penddikan kesehatan

Diabetes Mellitus berupaya untuk meningkatkan

pengetahuan perawatan diri, keterampilan, kesadaran diri

dan rasa otonomi pribadi pasien untuk mendorong mereka

mengambil alih perawatan diabetas mellitus mereka

sendiri.
Efikasi diri adalah bagaimana orang menilai

kemampuan untuk mengatur dan melakukan suatu

tindakan yang di perlukan dalam menguasai situasi serta

memberikan dampak yang baik bagi dirinya. Konsep ini

menekankan tentang bagaimana mereka bisa melakukan

sesuatu bukan di lihat dari keterampilan mereka karena

setiap individu dapat menilai diri sendiri. Efikasi diri juga

merupakan pernyataan kepercayaan dalam kemampuan

seseorang untuk mengatasi kesulitan yang melekat dalam

dirinya (Wu. & El. 2006).

Efikasi diri adalah faktor yang paling efektif dari

perubahan prilaku, dengan kata lain efikasi diri

mempengaruhi bagai mana mereka berpikir, merasa

memotivasi diri dan melakukan untuk mempertahankan

serta meningkatkan derajat kesehatan. Efikasi diri

mengatur prilaku melalui kognitif, motivasi, efektif dan

proses seleksi lingkungan. Proses ini biasanya bekerja

sama dalam mengatur tindakan.

Proses pertama adalah efikasi diri mempengaruhi

pola pikir dalam hal bersikap. Pola pikir ini terbentuk

seiring orang tersebut mengenal efikasi.


Proses ke dua adalah motivasi, dimana orang

memotivasi diri dengan meciptakan suatu keyakinan

mengenai sesuatu yang bisa mereka kerjakan seperti

halnya hasil serta menentukan yang menjadi tujuan

sehingga perlu adanya otonomi diri sendiri dalam

menentukan cara ataupun tujuan dari situasi ini. Proses ke

tiga adalah efektif, dalam efikasi diri mengatur keadaan

emosional dengan mendukung program yang efektif dari

tindakan untuk mengubah lingkungan menjadi lebih

kondusif. Dan yang terakhir adalah proses selektif, bahwa

orang yang mempunyai efikasi diri tinggi memiliki upaya

kuat dan gigih dalam mempertahankan hidupnya sehingga

lebih mandiri dan efisien dalam memilah dan memilih

solusi sesuai dengan situasi yang terjadi (Damayanti,

2012).

Penerapan program intervensi meningkatkan efikasi

diri ini telah dilakukan di Indonesia oleh Damayanti

(2012), mengenai penerapan evidence based nursing

(EBN) Self-Efficacy Enhancing Intervention Program

(SEEIP) dilaksanakan selama 4 minggu pada bulan Maret-

April 2012 di IRNA B lantai V selatan RSUP Fatmawati

Jakarta.
Menunjukkan hasil peningkatan keyakinan diri

pasien terhadap kemampuan pasien dalam mengelola

penyakitnya sehingga memungkinkan pasien untuk

mematuhi perawatan yang harus dilakukan baik selama

pasien di rawat maupun selama pasien berada di rumah,

sehingga kualitas hidup pasien menjadi lebih baik.

Efikasi diri sangat penting yang harus dimiliki oleh

pasien dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan

menekan komplikasi yang terjadi pada penyandang

Diabetes Mellitus Dalam penelitian ini penguatan efikasi

sejak dini dan peningkatan efikasi diri sehingga

diharapkan bahwa efikasi diri dapat menghasilkan sesuatu

yang mengarah pada hasil yang diinginkan, efikasi diri

juga merupakan agen yang paling berpengaruh dalam

prilaku manusia, telah ditemukan efikasi yang kuat dari

keberhasilan diri berkaitan dengan kesehatan yang lebih

baik dalam suatu program intervensi yang sering di kenal

dengan Self – Efficacy Enhancing Intervention Program

(SEEIP). (Damayanti. 2012).


Self – Efficacy Enhancing Intervention Program

(SEEIP) adalah suatu program intervensi yang

komperhensif yang bertujuan untuk meningkatkan efikasi

diri sehingga terbentuknya keyakinan suatu indivdu dalam

memilih perawatan yang dilakukan terhadap dirinya untuk

mengobati atau mengelola suatu penyakit yang di derita

sehingga menjadi optimal. Sesuai dengan penelitian yang

telah dilakukan Wu & al, 2006 di taiwan mengenai

Efektifitas self manajemen untuk pasien Diabetes tipe 2

yang mengikuti Self – Efikasi Enhancing Intervention

Program (SEEIP) di taiwan menunjukan hasil yang baik

sehingga Self – Efikasi Enhancing Intervention Program

(SEEIP) sangat diperlukan untuk meningkatkan efikasi

diri dan meningkatkan aktivitas perawatan diri pasien

(Damayanti. 2012).

Disimpulkan bahwa sebagian besar penyandang

Diabetes Mellitus belum memiliki pengetahuan tentang

lima pilar DM baik, dan belum memiliki keyakinan yang

baik dalam penatalaksanaan lima pilar DM dalam

mengontrol gula darah. Penatalaksanaan Diabetes di RS

PMI Bogor masih terfokus kepada pengobatan dan diet

Diabetes, sedangkan upaya peningkatan efikasi diri

penyandang DM belum dilakukan secara optimal.


RS PMI Bogor juga belum menerapkan edukasi

program intervensi peningkatan efikasi diri melalui

(SEEIP) ini lah penatalaksanaan Diabetes Mellitus dengan

pendekatan lima pilar bisa lebih efektif dalam

meningkatkan efikasi diri.

RS PMI Bogor adalah rumah sakit daerah Propinsi

di di Kota Bogor, yang memiliki ruangan khusus penyakit

dalam diantaranya diabetes mellitus, dan diketahui

diabetes mellitus termasuk 10 penyakit terbesar yang ada

di peringkat 4. Berdasarkan data yang di dapatkan di

medical record RS PMI Bogor bahwa prevalensi kasus

DM pada kurun waktu 1 tahun terakhir adalah 421 kasus

(Medrec, RS PMI Bogor 2016). Dari berbagai studi atau

penelitian diatas dapat ditelaah bahwa, pasien dengan

menyandang penyakit Diabetes Mellitus, memerlukan

penanganan khusus selain 5 pilar perlu adanya

peningkatan efikasi diri dengan pendekatan (SEEIP)

sehingga perawat dalam memberikan asuhan

keperawatannya lebih komperhensif dan terstruktur

sehingga permasalahan bisa tergali dan perubahan prilaku

dapat terjadi serta diharapkan menjadi suatu model dalam

pengembangan efikasi diri terhadap penderita Diabetes

Mellitus kategori tipe II di RS PMI Bogor.


Masalah Etik Untuk mempertanggung jawabkan segala sesuatu hal,

penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip

etika penelitian sebagai upaya mengenal dan

mempertahankan hak asasi manusia. (Polit & Beck,

2006), Sebelum dimulai nya penelitian ini, tidak lupa

peneliti menjelaskan segala bentuk dari penelitian ini

seperti halnya tujuan, manfaat serta prosedur

pelaksanaan penelitian, selanjutnya responden yang

setuju ikut serta dalam penelitian ini, akan menandatangi

surat persetujuan menjadi responden atau Informed

consent Etika penelitian harus memperhatikan aspek etis

dan humanis antara lain:

1. Kebebasan (Selft Determinant)

Responden berhak untuk memilih bersedia atau tidak

berpartisifasi dalam penelitian, secara sukarela setelah

mendapat penjelasan dari peneliti. Semua responden

menyetujui untuk mengikuti kegiatan penelitian.

2. Rahasia (Privacy)

Kerahasiaan identitas responden, informasi yang telah

diberikan hanya akan digunakan untuk kepentingan

penelitian saja. Baik itu catatan ataupun data responden

akan disimpan dan dijaga oleh peneliti


3. Tanpa Nama (Anonimity)

Reponden tidak akan di cantumkan namanya pada lembar

pernyataan untuk menjaga kerahasiaan responden,

sehingga inisial akan peneliti gunakan dalam penelitian.

4. Melindungi dari Ketidaknyamanan (Protection from

discomfort)

Peneliti melindungi apabila responden merasa tidak

nyaman. Responden di berikan penjelasan terlebih dahulu

dan selama pelaksanaan peneliti memastikan bahwa

kenyamanan responden tetap terjaga. Peneliti

memberikan kebebasan responden untuk memilih posisi

yang nyaman saat mengikuti penelitian.

5. Manfaat (Beneficience)

Responden mendapatkan manfaat dari Self Efikasi

Enhancing Intervention Program (SEEIP) untuk

meningkatkan efikasi diri dalam meningkatkan derajat

kesehatan.

6. Keadilan (Justice)

Peneliti memberikan perlakuan yang samaterhadap setiap


prosedur yanga telah di tetapkan peneliti untuk kedua
kelompok intervensi. Responden yang tergabung dalam
kelompok intervensi mendapatkan edukasi program
intervensi peningkatan efikasi diri selama penelitian
berlangsung. Kelompok kontrol mendapatkan (SEEIP)
setelah evaluasi efikasi diri dan penelitian selesai.
Prosedur penelitian Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam 3 tahapan,
yaitu:
1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Peneliti melakukan menyusun proposal dan

melakukan bimbingan dengan pembimbing dalam

pembuatan proposal tesis. Setelah mendapatkan

persetujuan dari pembimbing untuk mengikuti ujian

proposal, kemudian peneliti mengikuti ujian proposal.

b. Peneliti meminta ijin penelitian kepada pihak rumah

sakit terutama pada direktur Rumah Sakit PMI Bogor.

Setelah mendapat ijin, peneliti melakukan koordinasi

dengan pihak-pihak terkait di Rumah Sakit PMI

Bogor.

2. Tahap Persiapan Intervensi

a. Peneliti meminta ijin kepada kepala ruangan dan

perawat ruangan untuk melakukan persiapan sebelum

melakukan intervensi

b. Peneliti melakukan pemilihan responden dengan

kriteria inklusi dan eksklusi pada pasien Diabetes

Melitus di ruang rawat inap. Peneliti menentukan

kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan

random assigment.
c. Kemudian peneliti meminta ijin kepada pasien dan

keluarga agar diijinkan untuk dilibatkan ke dalam

penelitian (informed consent) dan melakukan kontrak

waktu dengan pasien.

3. Tahap Intervensi

a. Peneliti datang sesuai dengan kontrak waktu yang

telah disepakati. Peneliti membagikan kuisioner

kuisioner pengetahuan, kuisioner Diabetes

Management Self Efficacy diberikan kepada

kelompok perlakuan serta kelompok kontrol sebelum

intervensi, agar diisi sesuai keadaan responden.

b. Peneliti mulai melakukan intervensi pada kelompok

intervensi dengan selama dua hari yaitu:

1) Hari 1 : responden melihat video menggunakan

laptop tentang pengalaman diabetisi setelah

mendapatkan edukasi dan pengelolaan DM selama

10 menit. Setelah itu, responden diberikan booklet

dan peneliti menjelaskan booklet berisi tentang

gambaran penyakit dan lima pilar penatalaksanaan

DM yaitu: gambaran penyakit DM, diet DM,

aktifitas fisik, kepatuhan pengobatan, pendidikan

kesehatan, monitoring kadar gula darah. Intervensi

ini berlangsung selama 20 menit.


2) Hari 2 : peneliti memberikan konseling intervensi

peningkatan efikasi diri selama 10 menit. Setelah

intervensi berakhir, responden mengisi kembali

kuisioner efikasi diri.

c. Pada kelompok kontrol mendapatkan edukasi secara

konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab

selama 10-20 menit dalam sehari. Setelah mendapatkan

edukasi, sampel pada kelompok kontrol mengisi

kembali kuisioner pengetahuan dan efikasi diri.

Evaluasi dilakukan tatap muka saat pasien kontrol di

poli RS PMI Bogor atau kunjungan rumah setelah dua

minggu intervensi dan pasien Diabetes Mellitus sudah

pulang kerumah. Peneliti memberikan kembali

kuisioner efikasi diri untuk diisi oleh responden sesuai

dengan keadaan responden setelah dilakukan intervensi.

Bahaya langsung atau tidak Penelitian ini tidak menimbulkan bahaya kepada pasien,
langsung yang mungkin karena dilakukan oleh klien sendiri tanpa menggunakan alat
terjadi dan yang cara untuk apapun. Pasien hanya di ajarkan cara self healing kemudian
mengatasinya diminta untuk melakukan sendiri. Kemungkinan yang terjadi
hanyalah pasien tidak mampu mencapai hasil maksimal, selain
karena factor masing-masing pasien juga pengalaman dari
masing pasien terutama untuk focus pada self healing yang ia
lakukan.
Pengalaman terdahulu 1. Alvinda Yuanita Pengaruh Diabetes Self Management
Education (Dsme) Terhadap Resiko Terjadinya Ulkus
Diabetik Pada Pasien Rawat Jalan Dengan Diabetes
Mellitus (Dm) Tipe 2 Di Rsd Dr. Soebandi Jember
2013.
2. Hafna – Distribusi Data Klinik Umum Sampel
Penerapan Evidence Based Practice Dan Rekomendasi
Tentang Lokasi-Rotasi Penyuntikan Insulin Yang
Sistematik Dalam Mengontrol Kadar Glukosa Darah
Dan Pencegahan Komplikasi Suntik Insulin Pada
Pasien Diabetes Mellitus, Jakarta 20 Februari 2012-11
Mei 2012
3. Rondhianto – Keterkaitan Diabetes Self Management
Education Terhadap Self Efficacy Pasien Diabetes
Mellitus 2011
4. Santi Damayanti – Efektivitas (Self-Efficacy
Enhancement Intervention Program (Seeip) Terhadap
Efikasi Diri Manajemen Diabetes Mellitus Tipe 2. 2012.
5. Shu-Fang (Vivienne) Wu – Efektivitas Manajemen
Diri Untuk Orang Dengan Diabetes Tipe 2 Setelah
Pelaksanaan Khasiat Diri Meningkatkan Program
Intervensi Di Taiwan 2007
Perbedaan penelitian sekarang Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian dahulu yaitu
dengan penelitian sebelumnya :
1. Penelitian sekarang dilakukan per individu pasien dan
peneliti hanya sebagai fasilitator.
2. Penelitian terdahulu dilakukan pada suatu kelompok DM
seperti PERSADIA dan kelompok lainnya
3. Penelitian sekarang dilakukan per pasien hanya 3 hari
sedangkan penelitian dahulu ada yang 3 bulan atau 1
bulan.
Bagaimana cara memilih Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 2
subjek/responden yang dirawat di RS PMI Bogor Ruang cempka dan Soka.
Adapun yang sesuai dengan kriteria inklusif dan eksklusif
sebagai berikut berdasarkan karakterisk responden :
 Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Menderita Diabetes Mellitus tipe 2
b. Pasien dalam keadaan sadar penuh atau compos mentis,
c. Bersedia menjadi responden dan kooperatif,
d. Pasien kooperatif, dan
e. Bisa baca dan tulis.
 Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan,
b. Tidak bisa baca tulis, dan
c. Mengalami komplikasi berat: CRF, CHF
Cara pencatatan selama Dalam penelitian ini proses pengambilan dan pengumpulan
penelitian dan penyimpanan data diperoleh dengan menggunakan beberapa instrument
data setelah penelitian sebagai berikut :
1. Instrument rol atau penggaris untuk mengukur hasil VAS
yang di isi oleh responden.
2. Alat tulis pulpen untuk mengisi data demografi dan lembar
observasi.
3. Kuisioner data demografi untuk pengumpulan data
demografi yang berhubunga dengan karakteristik
responden meliputi No. responden, diagnose medis, nama
(inisial), umur, jenis kelamin, suku/bangsa, tekanan darah.
Pengumpulan data dan analisi data akan dilakukan oleh peneliti
sendiri dengan menggunankan SPSS, dan yang berkaitan
dengan penelitian akan disimpan oleh peneliti dengan baik
serta dijaga kerahasiaanya selama dan sesudah penelitian.
Informed consent yang akan Peneliti akan memperkenalkan diri kepada responden serta
dilakukan dalam penelitian menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian.
Kemudian meminta kesedian calon responden untuk menjadi
responden.
Setelah itu responden diberikan lembar persetujuan kesediaan
menjadi responden yang disipakan oleh peneliti.
Apabila responden bersedia, peneliti meminta responden
menandatangani lembar persetujuan tersebut.
Kemungkinan rugi bila ada Berdasarkan penelitian sebelumnya tidak pernah dijumpai
hal—hal yang dapat memebahayakan responden. Hanya saja
kemungkinan mengganggu waktu istirahat respon bila tidak
tepat pada waktu respon punya kesempatan. Untuk
mengantisipasi hal ini peneliti akan menyesuaikan dengan
kondisi di tempat perawatan responden
Identitas peneliti dan 1. Peneliti
pembimbing a. Nama : Tegar Maulana Wardiyan
b. Alamat : Jalan Pajajaran No. 80 Bogor
2. Pembimbing
a. Pembimbing I
Nama : Dr. dr. H. Busjra M. Noor., M.Sc
b. Pembimbing II
Nama : Ns. Fitrian Rayasari., M. Kep., Sp. KMB

Jakarta, Juli 2018


Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. H. Busjra M. Noor., M.Sc Ns. Fitrian Rayasari., M. Kep., Sp. KMB

Anda mungkin juga menyukai