Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH SELF–EFFICACY ENHANCING INTERVENTION PROGRAM

(SEEIP) TERHADAP EFIKASI DIRI PADA PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RS PMI BOGOR
TAHUN 2018

Tegar Maulana Wardiyan¹, Busjra M. Noor ², Fitrian Rayasari³


(1Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan FIK UMJ
2
Dosen Program Studi Magister Keperawatan FIK UMJ
3
Dosen Fakultas Kedokteran UMJ)
1
tegarmaulanawardiyan@yahoo.com

ABSTRAK

Pasien diabetes mellitus harus memiliki efikasi diri yang artinya tanggung jawab yang besar untuk mengatur
dirinya sendiri dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh Pengaruh Self–Efficacy Enhancing Intervention Program (SEEIP) Terhadap Efikasi Diri Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental design menggunakan pendekatan pretest-
posttest nonequivalent control grup design. Dalam penelitian ini sampel yang dipilih memenuhi syarat kriteria
inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu sebanyak 34 responden, 17 responden untuk kelompok intervensi
dan 17 responden untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji statistik t independen
ada perbedaan efikasi diri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan program intervensi
peningkatan efikasi diri (p value=0,006) dengan nilai α=0,05. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah efikasi diri
setelah program intervensi peningkatan efikasi diri signifikan meningkatkan efikasi diri dalam meningkatkan
derajat kesehatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Saran dalam penelitian ini adalah program intervensi
peningkatan efikasi diri dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Kata Kunci: Program Intervensi Peningkatan Efikasi Diri, Efikasi Diri, DM Tipe 2
Daftar Pustaka : 52 sumber (tahun 2000 - 2017)

7
THE EFFECT OF SELF-EFFICACY ENHANCING INTERVENTION PROGRAM
(SEEIP) ON SELF-EFFICATION IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS IN
BOGOR PMI HOSPITAL
IN 2018

ABSTRACT

Diabetes mellitus patients must have self-efficacy which means that they have a big responsibility to regulate
themselves in improving their health status. The purpose of this study was to determine the effect of the Self-
Efficacy Enhancing Intervention Program (SEEIP) Effect on Self-Efficacy in Type 2 Diabetes Mellitus Patients.
This type of research was quasi experimental design using a pretest-posttest nonequivalent control group design
approach. In this study the selected sample fulfilled the requirements for the inclusion criteria that had been
determined by the researcher as many as 34 respondents, 17 respondents for the intervention group and 17
respondents for the control group. The results showed that the results of the independent t statistical test there
were differences in self eficacy in the intervention group and the control group after intervention programs
increased self-efficacy (p value = 0.006) with a value of α = 0.05. The conclusion in this study is self-efficacy after
the intervention program increased self-efficacy significantly increased self-efficacy in improving health status in
patients with type 2 diabetes mellitus. Suggestions in this study is an intervention program to increase self-efficacy
can be used as a nursing intervention in providing nursing care for patients type 2 diabetes melitus.

Keywords : Intervention Program to Increase Self-Efficacy, Self-Efficacy, Type 2 DM


Bibliography : 52 sources (2000 - 2017)

A. PENDAHULUAN mencatat pada tahun 2015 jumlah penderita


Diabetes Melitus adalah salah satu DM cukup menghawatirkan yakni
penyakit yang terjadi pada sistem endokrin, mencapai 2.138 jiwa mengalami
hal ini menyebabkan gangguan pada peningkatan pesat di tahun berikutnya yaitu
metabolisme tubuh. diabetes melitus juga 2016 menjadi 3.048 jiwa atau meningkat
merupakan suatu penyakit metabolisme 40,2 %.
yang sejatinya merupakan kumpulan gejala Dari data rekam medis RS PMI Bogor
yang muncul pada seseorang karena adanya diketahui bahwa kasus penderita diabetes
peningkatan kadar gula darah diatas nilai melitus pada tahun 2015 di RS PMI Bogor
normal atau dengan kata lain manisfestasi sebanyak 288 jiwa dan pada tahun 2016
dari kekurangan produksi insulin baik mengalami peningkatan jumlah kasus
secara absolut ataupun relatif (Black, 2014). penyandang diabetes melitus di RS PMI
Secara global diperkirakan total Bogor mengalami peningkatan 421 jiwa
populasi dewasa usia 20-79 tahun sebanyak dalam kurun waktu 1 tahun (49.32%)
4,84 miliar pada tahun 2017, sekitar 425 (Medrec. RS PMI Bogor, 2016).
juta orang di seluruh dunia atau 8,8% Efikasi diri adalah penilaian orang dari
diperkirakan menderita DM. Sekitar 79% kemampuan mereka untuk mengatur dan
tinggal di Negara berkembang. Jika ini terus melaksanakan tindakan yang dibutuhkan
berlanjut, pada tahun 2045 diperkirakan 9,9 dalam menguasai situasi serta memberikan
% atau 629 juta jiwa usia 20-79 tahun akan dampak yang baik bagi dirinya.
menderita DM. Kematian akibat diabetes Konsep ini menekankan bagaimana
melitus usia 20-79 tahun sebanyak 4 juta mereka bisa melakukan sesuatu bukan di
jiwa pada tahun 2017 (IDF, 2015). Merujuk lihat dari keterampilan mereka karena
pada Riskesdas (2013) Kementerian setiap individu dapat menilai diri sendiri.
Kesehatan RI, prevalensi diabetes melitus Efikasi diri juga merupakan pernyataan
di Jawa Barat tahun 2013 yaitu 1,3% atau kepercayaan dalam kemampuan seseorang
sekitar 44,5 ribu jiwa dengan estimasi untuk mengatasi kesulitan yang melekat
jumlah penduduk usia 15 ke atas sebanyak dalam dirinya (Wu. & El. 2006).
3,4 juta jiwa. Dinas Kesehatan Kota Bogor
8
Self–Efficacy Enhancing Intervention Populasi yang diteliti adalah semua pasien
Program (SEEIP) adalah suatu program diabetes mellitus tipe II yang dirawat di
intervensi yang komperhensif yang ruang rawat inap RS PMI Bogor Tahun
bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri 2018.
sehingga terbentuknya keyakinan suatu Pemilihan sampel pada penelitian ini
indivdu dalam memilih perawatan yang dilakukan dengan teknik non probability
dilakukan terhadap dirinya untuk sampling berupa consecutive sampling
mengobati atau mengelola suatu penyakit dengan besar sampel 17 orang tiap
yang di derita sehingga menjadi optimal. kelompok. Variabel perancu pada
Dari berbagai studi atau penelitian penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
diatas dapat ditelaah bahwa, pasien dengan pendidikan dan lama menderita diabetes
menyandang penyakit diabetes melitus, mellitus. Pengambilan data dilakukan
memerlukan penanganan khusus selain 5 selama 4 minggu. Analisa data
pilar perlu adanya peningkatan efikasi diri menggunakan t test dan regresi linier
dengan pendekatan Self-Efficacy ganda. Analisis univariat bertujuan untuk
Enhancing Intervention Program (SEEIP) menjelaskan atau mendeskripsikan
sehingga perawat dalam memberikan karakteristik setiap variabel penelitian
asuhan keperawatannya lebih komperhensif (Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat
dan terstruktur sehingga permasalahan bisa digunakan untuk melakukan analisis
tergali dan perubahan prilaku dapat terjadi terhadap distribusi frekuensi jawaban
serta diharapkan menjadi suatu model responden. Hasil analisis meliputi mean,
dalam pengembangan efikasi diri pada median, standar deviasi, nilai minimal dan
pasien DM tipe 2 di RS PMI Bogor. maksimal untuk data numerik, sedangkan
proporsi untuk data kategorik.
B. TUJUAN PENELITIAN Analisa bivariat dilakukan untuk
1. Teridentifikasi gambaran menganalisis hubungan antar variabel yang
karakteristik pasien DM tipe 2 di RS diteliti (Hidayat, 2010). Analisa ini dapat
PMI Bogor Tahun 2018. diketahui pengaruh program intervensi
2. Teridentifikasi gambaran efikasi diri peningkatan efikasi diri terhadap Efikasi
pasien DM tipe 2 sebelum dan Diri pada pasien diabetes melitus.
sesudah diberikan Self–Efficacy Analisa multivariat untuk mengetahui
Enhancing Intervention Program pengaruh variabel perancu terhadap
(SEEIP) pada kelompok intervensi perbedaan pengaruh pemberdayaan diri
pasien DM tipe 2 di RS PMI Bogor dalam mengontrol kadar gula darah antara
Tahun 2018. kelompok kontrol dan kelompok intervensi
3. Teridentifikasi perbedaan efikasi diri pada penderita diabetes mellitus. Untuk
pasien kelompok intervensi dengan
analisis ini menggunakan dua cara yaitu
kelompok kontrol pasien DM tipe 2 di
RS PMI Bogor Tahun 2018. regresi linier ganda dan uji t independen
dengan membandingkan dua kelompok
C. METODE PENELITIAN karakteristik dari variabel yang diuji.
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian quasi eksperimental design D. Hasil
dengan pretest-posttest nonequivalent 1. Analisis Univariat
control grup design. Subjek penelitian a. Karakteristik Responden
terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi dan kontrol yang dilakukan Tabel 1
pengukuran pre test dan post test tentang Distribusi Frekuensi Karakteristik
efikasi diri setelah diberikan Self–Efikasi Responden di Rumah Sakit PMI
Enhancing Intervention Program (SEEIP). Bogor (n=17)
Efikasi diri diukur menggunakan
kuisioner Diabetes Management Self.

9
Kelompok
N Kelompok
Karakteristik Interv % Kontr %
o Inte % %
ensi ol No Karakteristik
4 Pekerjaan rve Kontrol
1. Tdak 12 70.6 9 52.9 nsi
Bekerja 1 Usia
2. Bekerja 5 29.4 8 47.1
52.9 35
5 Riwayat DM 1. >60
tahun 9 35.3 6 .3
14 82.4 16 94.1 2. 40-60 6 11 64
1. < 10 Tahun
3 17.6 1 5.9 tahun 11.8 .7
2. >11 Tahun
3. <40 2 -
Dukungan tahun
6 -
Keluarga
1. Tidak 11 64.7 7 41.2 Jenis
2
Mendukung Kelamin
2. Mendukung 6 35.3 10 58.8
7 Depresi 1. Laki- 35.3 52
1. Depresi 12 70.6 9 52.9 Laki 6 9
64.7 .9
2. Tidak 5 29.4 8 47.1 2. Perempu 11 8
47
Depresi an
.1
3 Pendidikan
1. Pendidik 11 64.7 12 70
Karakteristik responden dalam an .6
Rendah
penelitian ini adalah Usia responden pada 2. Pendidik
6 35.3 5
29
kelompok intervensi sebagian besar adalah an
.4
Tinggi
9 orang (52,9%) dan jenis kelamin
dengan Efikasi diri kurang sejumlah 9 orang
responden pada kelompok intervensi adalah dan responden yang memiliki Efikasi diri
perempuan sebanyak 11 orang (64,7%). banyak sejumlah 8 orang dengan persentase
Sebagian besar kelompok intervensi dan secara berturut-turut yaitu 52.9% dan
kelompok kontrol memiliki pendidikan 47.1%, sedangkan kategori Efikasi diri post
rendah yaitu sekolah dasar (SD) sebanyak intervensi terbanyak dalam kelompok
11 orang (64,7%) dan 12 orang (70,6%). intervensi yaitu baik sejumlah 17 orang
Lama menderita diabetes mellitus pada dengan persentase 100%. Pada kelompok
responden kelompok intervensi adalah kontrol kategori Efikasi diri pre intervensi
selama <10 tahun sama-sama berjumlah 14 terbanyak yaitu baik sejumlah 10 orang dan
orang (82,4%), dukungan keluarga sebagai sisanya kurang sejumlah 7 orang dengan
besar pada kelompok intervensi adalah 11 persentase secara berturut-turut yaitu 58.8%
dan 41.2%, sedangkan kategori Efikasi diri
responden (64,7 %) dan yang terakhir
post intervensi terbanyak dalam kelompok
adalah defresi pada kelompok intervensi kontrol yaitu baik sejumlah 13 orang dan
sebayak 12 responden (70,6%). sisanya kurang sejumlah 4 orang dengan
2. Efikasi diri Pre dan Post Responden persentase secara berturut-turut yaitu 76.5%
Table 2 dan 23.5%. Hal ini menunjukan bahwa
Analisis Efikasi diri Pre dan Post Responden di terdapat peningkatan Efikasi diri kategori
Rumah Sakit PMI Bogor(n=17) baik pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah
Frekuensi intervensi.
Variabel Kategorik
Pre % Post %
Baik 8 47.1 17 100
Efikasi diri 2. Analisis Bivariat
Intervensi Kurang 9 52.9 0 0 Peneliti menggunakan uji paired t-test,
Efikasi diri
Baik 10 58.8 13 76.5 namun untuk bisa uji paired t-test harus
Kontrol
Kurang 7 41.2 4 23.5
memerlukan persyaratan yaitu data harus
mengikuti distribusi normal. Maka dari itu
peneliti menggunakan uji normalitas
Berdasarkan tabel 2 menyimpulkan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang
bahwa kategori Efikasi diri pre intervensi dari 50.
terbanyak dalam kelompok intervensi

10
a. Pengaruh SEEIP Terhadap Efikasi 67.82. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
Diri Pada Kelompok = 0.000 (> α) yang berarti terdapat
perubahan yang bermakna antara Efikasi
Tabel 3 diri sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil Uji Normalitas Efikasi diri Pada Berdasarkan data diatas maka dapat diambil
Pengukuran Pre Test dan Post Test Dengan kesimpulan terdapat pengaruh SEEIP
Intervensi SEEIP Pada Responden terhadap Efikasi diri pasien dengan diabetes
Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit melitus tipe 2 di Rumah Sakit PMI Bogor.
PMI Bogor (n=34)
Pengukuran
Metode Shapiro- Keteranga b. Analisis Perbandingan Pengaruh
Treatmen Wilk Sig n SEEIP Terhadap Efikasi Diri
Intrvensi Pre test 0.710 Normal
Post test 0.628 Normal
Selisih 0.728 Normal Tabel 5
SEEIP
Kontrol Pre test 0.508 Normal Hasil Uji Homogenitas Efikasi diri Pada
Post test 0.479 Normal Pengukuran Pre Test dan Post Test Dengan
Selisih 0.115 Normal
Intervensi SEEIP Pada Responden
Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit
Pengukuran pretest dan posttest serta PMI Bogor
selisih pretest dan post test terhadap Efikasi
Metode
diri pada kelompok intervensi didapatkan Pengukuran Kategori sig
Treatmen
nilai uji Shapiro wilk sebesar 0.710, 0.628 Pre test Efikasi diri 0.415
dan 0.728. karena nilai P > 0.05 (lebih besar Post test Efikasi diri
SEEIP
0.426
dari nilai alpha), maka H0 diterima, artinya
variable pengukuran Efikasi diri menyebar
terhadap Efikasi diri pada kelompok kontrol Berdasarkan hasil pengujian asumsi
didapatkan nilai uji Shapiro wilk sebesar homogenitas univariat pada table 5.5, pada
0.58, 0.479 dan 0.115. karena nilai P > 0.05 pengukuran pretest Efikasi diri memiliki
(lebih besar dari nilai alpha), maka H0 nilai sebesar 0.415, karena nilai P > 0.05
diterima, artinya variable pengukuran (lebih besar dari nilai alpha), maka H0
Efikasi diri menyebar mengikuti distribusi diterima, artinya variable pengukuran
normal secara univariat. Efikasi diri mempunyai varian yang sama
atau homogen.
Tabel 4
Analisis Pengaruh Efikasi diri sebelum dan 3. Analisis Multivariat
setelah terapi SEEIP di Rumah Sakit PMI a. Normalitas Data
Bogor (n=17) Tabel 7 Hasil Uji Normalitas
Mean Sig. Selisih Efikasi Diri Sebelum dan
Jenis
Variabel
Kelompok pre post
(2.Tailed Sesudah Perlakuan antara
)
Efikasi Intervensi 59.65 69.06 0.000 Kelompok Intervensi dan
diri Kontrol 60.24 67.82 0.000 Kelompok Kontrol
Selisih Efikasi Diri
Hasil analisis Efikasi diri sebelum dan Sebelum Dan Shapiro- Data Normal/
setelah diberikan SEEIP pada kelompok Sesudah N
Wilk
P-value
tidak Normal
Intervensi
intervensi terjadi peningkatan rata-rata dari
59.65 menjadi 69.06. Hasil uji statistick Kelompok 17 0,965 0,728 Normal
intervensi
didapatkan nilai p = 0.000 (< α) yang Kelompok kontrol 17 0,914 0,115 Normal
berarti terdapat perubahan yang bermakna
antara Efikasi diri sebelum dan sesudah
diberikan intervensi. Sedangkan pada Menggambarkan bahwa selisih efikasi diri
kelompok kontrol Efikasi diri sebelum dan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
sesudah diberikan SEEIP terjadi pada kelompok intervensi berdistribusi
peningkatan rata-rata dari 60.24 menjadi normal dan selisih efikasi diri sebelum dan

11
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol tinggi, kelompok usia >50 tahun lebih
berdistribusi normal. Oleh karena itu, tinggi dari pada kelompok usia ≤50 tahun,
berditribusi normal dilakukan uji t lama menderita DM >5 tahun lebih tinggi
independent (parametrik) dari pada lama menderita DM ≤5,
kelompok yang bekerja lebih tinggi dari
b. Nilai Rata-rata dan Selisih Rata-rata pada kelompok yang tidak bekerja. Untuk
Efikasi Diri menurut Jenis kelamin, dukungan yang mendukung lebih tinggi
Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Lama dari pada yang tidak mendukung dan
menderita DM, Dukungan keluarga responden yang tidak depresi lebih tinggi
dan Depresi pada Kelompok dari pada yang depresi
Intervensi dan Kelompok Kontrol
c. Perbedaan Pengaruh Efikasi Diri
Tabel 8 menurut Jenis kelamin, Usia,
Nilai Rata-rata dan Selisih Rata-rata Efikasi Pendidikan, Pekerjaan dan Lama
Diri menurut Jenis kelamin, Usia, menderita DM pada Kelompok
Pendidikan, Pekerjaan, Lama menderita Intervensi
DM, Dukungan keluarga dan Depresi Pada
Responden Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabel 9 Perbedaan Pengaruh Efikasi Diri
Rumah Sakit PMI Bogor (n=17) Menurut Jenis kelamin, Usia,
Pendidikan,Pekerjaan dan Lama menderita
DM pada Kelompok Intervensi Penderita
Efikasi diri
Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit
No Variabel PMI Bogor
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
P
Pre Post Selisih Pre Post Selisih No Variabel Mean N
value
1 Jenis 1 Jenis Kelamin
Kelamin
Laki-laki 10,56 0,601 9
Laki-laki 58,67 69,22 10,56 59,67 59,00 00,67 Perempuan 11,88 8
Perempuan 57,00 68,88 11,88 60,55 62,27 01,73
2 Pendidikan
2 Pendidikan Pendidikan 11
Pendidikan 56,54 68,18 11,63 61,83 62,67 01,83 11,63
Rendah 0,621
Rendah
Pendidikan 6
Pendidikan 60,33 70,66 10,33 56,40 57,40 01,00 10,33
Tinggi
Tinggi 3 Usia
3 Usia
≤50 tahun 10,80 0,848 5
≤50 tahun 56,40 67,20 10,80 61,50 60,50 01,00 >50 tahun 11,33 12
>50 tahun 58,50 69,83 11,33 60,07 61,20 01,13
4 Lama
4 Lama Menderita DM
Menderita 0,666
≤5 tahun 10,00 3
DM
>5 tahun 11,43 14
≤5 tahun 59,33 69,33 10,00 60,20 57,60 01,60
5 Pekerjaan
>5 tahun 57,57 69,00 11,43 60,25 62,58 02,33
Tidak Bekerja 11,00 0,867 10
5 Pekerjaan
Bekerja 11,43 7
Tidak 57,40 68,40 11,00 59,75 59,75 03,33
Bekerja
Bekerja 58,57 70,00 11,43 61,40 64,40 03,66 Tabel 9 di atas menggambarkan bahwa
6 Dukungan
Mendukung 57,88 69,06 11,18 59,03 65,20 06,18 kelima variabel mempunyai nilai p value >
Tidak 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00 0,05 dimana H0 gagal ditolak, artinya tidak
Mendukung
7 Depresi ada perbedaan antara kelompok jenis
Tidak 57,88 69,06 11,18 59,03 65,20 06,18 kelamin, kelompok pendidikan, kelompok
Depresi
Depresi 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00
usia, kelompok lama menderita diabetes
mellitus dan kelompok pekerjaan dengan
nilai selisih efikasi diri pada kelompok
Berdasarkan Tabel 8 menggambarkan intervensi.
bahwa kelompok intervensi dan kelompok
kontrol sama-sama mempunyai nilai selisih
rata-rata efikasi diri pada perempuan lebih
tinggi dari pada laki-laki, pendidikan
rendah lebih tinggi dari pada pendidikan
12
d. Perbedaan Pengaruh Efikasi diri 3 Kelompok Usia 0,848
4 Kelompok Lama Menderita DM 0,666
menurut Efikasi Diri menurut Jenis 5 Kelompok Pekerjaan 0,867
kelamin, Usia, Pendidikan, Pekerjaan
dan Lama menderita DM pada Pada tabel 5.12 menunjukkan hasil
Kelompok Kotrol seleksi kandidat didapatkan variabel
kelompok jenis kelamin, kelompok
Tabel 10 Perbedaan Pengaruh Efikasi Diri pendidikan, kelompok usia, kelompok lama
Menurut Jenis kelamin, Usia, Pendidikan, menderita DM dan kelompok pekerjaan
Pekerjaan dan Lama menderita DM pada mempunyai p value >0,25 sehingga
Kelompok Kontrol Penderita Diabetes variabel tersebut tidak dapat lanjut ke
Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit PMI Bogor pemodelan multivariat.
(n=17)
5. Analisis Regresi Linear Ganda pada
No Variabel Mean P value N
Kelompok Kontrol
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 01,72 0,232 6 a. Seleksi Kandidat
Perempuan 00,67 11
2 Pendidikan
Pendidikan Rendah 00,83 0,938 12 Tabel 12 Hasil Seleksi Kandidat Variabel
Pendidikan Tinggi 1,000 5 Perancu dengan Selisih Efikasi diri pada
3 Usia
≤50 tahun 1,00 0,480 2
Kelompok Kontrol
>50 tahun 1,13 15 No Variabel P Value
4 Lama Menderita 1 Jenis Kelamin 0,232
DM 2 Kelompok Pendidikan 0,155
0,010
≤5 tahun 02,60 5
>5 tahun 02,33 12
3 Kelompok Usia 0,480
5 Pekerjaan 4 Kelompok Lama 0,010
Tidak Bekerja 03,33 0,780 12 Menderita DM
Bekerja 03,00 5 5 Kelompok Pekerjaan 0,780

Pada tabel 5.11 menunjukkan hasil seleksi


Berdasarkan Tabel 10 di atas
kandidat didapatkan satu variabel p value
menggambarkan bahwa ketiga variabel
<0,25 yaitu kelompok jenis kelamin,
mempunyai nilai p value > 0,05 dimana H0
kelompok pendidikan dan kelompok lama
gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan
menderita. Sehingga ketiga variabel
antara kelompok jenis kelamin, kelompok
dimasukan ke pemodelan multivariat.
pendidikan, kelompok usia dan kelompok
Variabel kelompok usia dan kelompok
pekerjaan dengan nilai selisih efikasi diri
pekerjaan mempunyai p value >0,25
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol,
sehingga variabel tersebut tidak dapat lanjut
kecuali variabel kelompok lama menderita
ke pemodelan multivariate.
diabetes mellitus p value < 0,05 dimana H0
ditolak, artinya artinya ada perbedaan yang Tabel 5.13 Hasil Analisis Pemodelan
signifikan antara lama menderita diabetes Multivariat Variabel Perancu dengan
mellitus dengan nilai selisih efikasi diri Selisih Efikasi diri pada Kelompok
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol Kontrol
No Variabel P Value
4. Analisis Regresi Linear Ganda pada 1 Jenis Kelamin 0,232
2 Kelompok Pendidikan 0,155
Kelompok Intervensi 3 Kelompok Lama Menderita DM 0,010
a. Seleksi Kandidat
Tabel 13 menunjukkan hasil pemodelan
Tabel 11 Hasil Seleksi Kandidat Variabel
multivariat yaitu p value <0,05 yaitu
Perancu dengan Selisih Efikasi diri pada
kelompok lama menderita DM dan p value
Kelompok Intervensi
No Variabel P Value >0,05 yaitu kelompok jenis kelamin dan
1 Jenis Kelamin 0,601 pendidikan. Maka kelompok jenis kelamin
2 Kelompok Pendidikan 0,621

13
dan pendidikan dikeluarkan dari pemodelan collinearity. Hasil analisis tabel 5.20
multivariate. nilai VIF : 1,000 artinya tidak ada
multicollinearity.
Tabel 14 Hasil Analisis Asumsi
Multivariat Variabel Perancu dengan Hasil uji asumsi dan uji kolinearitas
Selisih Efikasi diri pada Kelompok menunjukkan semua asumsi terpenuhi
Kontrol sehingga model dapat digunakan untuk
Variabel Residual Durbin VIF P
Watson valu memprediksi selisih pemberdayaan
e
Kelompok 0,000 1,989 1,00 0,01 6. Hasil Multivariat dengan Regresi
Lama 0 1 Linear Ganda
Menderita
DM
Tabel 15
Hasil Analisis Pemodelan Multivariat
Variabel Perancu dengan Selisih Efikasi
1) Asumsi Eksistensi (Variabel Random) diri
Asumsi ini berkaitan dengan teknik Variabel R B Std P
Square Error value
pengambilan sampel. Untuk memenuhi Selisih Efikasi 0,362 4,448 2,509 0,097
asumsi ini, sampel yang diambil harus diri
Lama 0,602 0,206 0,011
dilakukan secara random. Hasil analisis Menderita DM
pada tabel 5.13 menunjukkan angka
residual 0,000, artinya asumsi Z = α + β1X1 + β2X2 ........ βiXi
eksistensi terpenuhi.
2) Asumsi Independensi
Asumsi ini dilakukan dengan cara Selisih Efikasi diri = 4,448+ 0,602 lama
mengeluarkan uji Durbin Watson. menderita DM = 5,050. Dengan demikian
Hasil analisis pada tabel menunjukkan setiap nilai selisih efikasi diri akan naik
Durbin Watson:1,989 berarti asumsi sebesar 5,050 setelah dikontrol lama
independensi terpenuhi (nilai Durbin menderita DM.
(2s.d+2) E. PEMBAHASAN
3) Asumsi Linieritas 1. Interprestasi dan diskusi Hasil
Asumsi linieritas dapat diketahui dari p Penelitian
value < α, maka model berbentuk a. Analisa Univariat Karakteristik
linier. Hasil analisis pada tabel 5.20 Responden
menunjukkan p value 0,005 < 0,011, 1) Jenis Kelamin
Berdasarkan Jenis kelamin
berarti asumsi linieritas terpenuhi. responden sebagian besar adalah
perempuan sebanyak 19 orang
Asumsi Homoscedascity (55.9%). Diabetes mellitus
Hasil analisis tabel 5.13 hasil plot merupakan penyakit kronis
menunjukkan tebaran titik yang sama, progresif yang ditandai dengan
maka homoscedascity terpenuhi. ketidakmampuan tubuh untuk
Asumsi Normalitas melakukan pemecahan
metabolisme karbohidrat, lemak
Hasil analisis tabel 5.13 menunjukkan
dan protein, sehingga
data menyebar di sekitar garis diagonal hiperglikemia / kadar gula darah
dan mengikuti arah garis diagonal, tinggi (Black & Hawk, 2014).
maka model regresi memenuhi asumsi. Prevalensi diabetes mellitus pada
Diagnostik Multicollinearity perempuan lebih banyak
Analisis ini dapat diketahui dari nilai dibandingkan laki-laki. Beberapa
VIF (Variance Inflation Factor), bila faktor resiko seperti obesitas,
nilai VIF >10 maka telah terjadi kurang olah raga, usia dan riwayat
14
diabetes mellitus saat hamil atau mempunyai usia 51-60 tahun
diabetes gestasional menyebabkan sebanyak 17 orang (53,1%).
tingginya kejadian diabetes
mellitus pada perempuan 3) Pendidikan
(Ernawati, 2013). Menurut Hasil penelitian mengenai
Riskesdas 2013, prevalensi karakteristik pasien diabetes
diabetes mellitus pada perempuan mellitus tipe 2 yang tercantum
cenderung lebih tinggi dari pada dalam tabel 5.1 menunjukkan
laki-laki. bahwa karakteristik pendidikan
Hasil penelitian ini responden mayoritas dari
menunjukkan bahwa sebagian pendidikan rendah yaitu sebanyak
responden berjenis kelamin 23 orang(67.6%)sedangkan
perempuan. Sejalan dengan pendidikan tinggi sebanyak 11
penelitian yang telah dilakukan orang (32.4%). Melihat dari data
oleh Nuari, 2014 sebagian besar tersebut dapat dikemukakan
responden perempuan sebanyak 30 bahwa penyakit diabetes mellitus
orang (93,7%) dan responden laki- dapat terjadi baik pada pendidikan
laki sebanyak 2 orang (6,3%). tinggi maupun pendidikan rendah.
Frekuensi penderita diabetes
2) Usia melitus lebih banyak terjadi pada
Berdasarkan hasil penelitian responden yang berpendidikan
yang telah dilakukan peneliti dasar sampai menengah, artinya
terhadap pasien Diabetes Mellitus peningkatan kejadian diabetes juga
Tipe 2 di Rumah Sakit PMI Bogor didorong oleh faktor tingkat
menunjukkan bahwa karakteristik pendidikan pasien. Tingkat
responden berdasarkan umur pendidikan biasanya mampu
mayoritas 40-60 tahun sebanyak mempengaruhi kemampuan
17 orang (50%). Umur sangat erat individu dalam menerima
kaitannya dengan kenaikan kadar informasi. Sebagaimana yang
gula darah, sehingga semakin diungkapkan oleh Irawan (2010)
meningkat umur maka prevalensi pendidikan memiliki pengaruh
DM tipe 2 semakin tinggi. WHO terhadap kejadian diabetes melitus
menyatakan setelah usia 30 tahun, tipe 2. Orang yang tingkat
maka kadar glukosa darah akan pendidikannya tinggi biasanya
naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat akan memiliki banyak
puasa akan naik 5,6 – 13 mg/dL pengetahuan tentang kesehatan.
pada 2 jam setelah makan Dengan adanya pengetahuan
(Suyono, 2011 dalam Nuari tersebut orang akan memiliki
2015).Menurut Riskesdas 2013 kesadaran dalam menjaga
bahwa prevalensi diabetes mellitus kesehatannya.
meningkat dengan bertambahnya
usia hingga tertinggi pada 4) Lama Menderita Diabetes
kelompok usia 55-64 tahun. Hasil Mellitus
penelitian ini menunjukkan bahwa Berdasarkan riwayat
rata-rata usia kelompok intervensi mengalami DM, mayoritas
lebih dari 52.9 tahun dan responden yang menderita DM
kelompok kontrol mempunyai dalam kategori ≤ 10 tahun yaitu 30
rata-rata usia 64.7 tahun. Sejalan responden (88.2%), sedangkan
dengan penelitian yang telah responden yang menderita DM
dilakukan Nuari, 2014 bahwa dalam kategori > 11 tahun
sebagian besar responden sebanyak 4 responden (11.8%).
Melihat dari data tersebut
15
menunjukkan lama menderita responden (52.9%), sedangkan
sebagai indikasi lama pengobatan, responden yang mendapat
pola hidup dan resiko komplikasi dukungan keluarga sebanyak 16
yang terjadi pada penderita DM. responden (47.1%). Hasil
Lama menderita DM akan makin penelitian didapatkan masih
meningkatkan terjadinya adanya pasien yang tidak memiliki
komplikasi berupa kerusakan dan dukungan keluarga. adanya
gangguan fungsi organ-organ. responden menganggap bahwa
Seperti penelitian oleh Samberka keluarga kurang mendukung
(2008), mengemukakan bahwa dalam upaya penyembuhan
dari 30 responden priayang lama penyakitnya. Hasil penelitian
menderita diabetes mellitus> 5 Susanti(2013) Dukungan keluarga
tahun, 70 % mengalami disfungsi dapat meningkatkan kepatuhan
ereksi. Penelitian lain oleh Yuliani diet pada pasien DM. Dukungan
(2014) mengatakan bahwa keluarga ini dapat berasal dari
terdapat hubungan bermakna hubungan darah, hubungan
antara lama menderita DM dengan perkawinan/pengangkatan, hal ini
kejadian PJK pada penderita DM disebabkan oleh sumber dukungan
tipe 2. keluarga yang ada. Dukungan
Secara teoritits setiap orang keluarga sangat membantu paisen
yang menderita DM tipe 2 DM tipe 2 untuk dapat
beresiko mendapatkan komplikasi meningkatkan keyakinan akan
kronis, diantara faktornya adalah kemampuannya melakukan
penderita yang telah lama tindakan perawatan diri.
mengidap DM. Perasaan nyaman dan aman
yang imbul pada diri pasien DM
5) Pekerjaan tipe 2 akan muncul karena adanya
Berdasarkan pekerjaan, dukungan baik emosional,
mayoritas responden tidak bekerja penghargaan, instrumental dan
yaitu sejumlah 21 orang (61,8%) informasi dari keluarga.
dan responden yang bekerja yaitu
sebanyak 13 orang (38.2%). 7) Depresi
Melihat dari data tersebut, Berdasarkan tingkat depresi,
mayoritas responden tidak
sebagian besar responden adalah
mengalami depresi yaitu 13
tidak bekerja, artinya mayoritas responden (38.2%), sedangkan
responden kurang memiliki responden yang mengalami
aktivitas fisik. Sebagaimana depresi sebanyak 21 responden
penelitian yang dilakukan oleh (61.8%). Depresi merupakan salah
Grant et al (2009) yang berjudul satu perubahan psikologis yang
Gender-Specific Epidemiology of paling sering terjadi pada
Diabetes di Adelaide Australia penderita DM. Studi melaporkan
mendapatkan hasil bahwa mereka bahwa pasien DM dua kali lebih
yang memiliki status pekerjaan besar mengalami gejala depresi
tidak bekerja beresiko terkena DM atau di diagnosa depresi
baik pada pria / wanita. dibandingkan dengan populasi
umum (Isworo dan Saryono,
6) Dukungan Keluarga 2010). Hal ini berbeda dengan
Berdasarkan dukungan penelitian yang dilakukan oleh
keluarga terdapat kesamaan rata- Kuminingsih (2013) di RSUD
rata, responden tidak mendapat Ambarawa yaitu 20 orang
dukungan keluarga yaitu 18 mengalami depresi ringan
16
(37,7%), depresi sedang sebanyak responden untuk
19 orang (35,8%) dan depresi berat meningkatkan kemampuan
sebanyak 14 orang (26,4%). responden dalam
Kemudian diperkuat oleh mengekspresikan perasaan,
penelitian lain oleh Safitri, D mengkomunikasikan segala
(2013) dalam penelitiannya yang sesuatu namun tetap
dilakukan di RSUD Surakarta menghargai orang lain. Hal ini
menunjukan pasien yang tidak sesuai dengan teori yang
mengalami gejala depresi dikemukakan Hanna (2006)
sebanyak 0%, 58,6% responden yang mengatakan bahwa
mempunyai depresi tingkat ringan edukasi Diabetes telah
yaitu 51 orang, depresi tingkat menjadi komponen penting
sedang sebanyak 41,4% yiatu 36 dari manajemen diabetes dan
orang dan depresi berat sebanyak semakin diakui sebagai bagian
0% dengan total responden 87 integral dari manajemen
orang. penyakit kronis. Tujuan
mendidik orang dengan
8) Analisa Bivariat diabetes tipe 2 adalah untuk
a) Efikasi diri pasien diabetes mengoptimalkan kontrol
melitus tipe 2 sebelum dan metabolik; mencegah
setelah diberikan SEEIP pada komplikasi akut dan kronis;
kelompok intervensi. Hasil meningkatkan kualitas hidup
penelitian didapatkan rata-rata dengan mempengaruhi
skor efikasi diri sebelum perilaku pasien dan
SEIPP pada kelompok menghasilkan perubahan
itervensi memiliki rata-rata dalam pengetahuan, sikap dan
sebesar 59.65 menjadi 69.06. perilaku yang diperlukan
Sehingga terdapat untuk memelihara atau
peningkatan sebesar 9.41. meningkatkan kesehatan
Melihat dari data tersebut Penelitian menunjukkan
penulis berpendapat bahwa pasien yang diberi informasi
adanya perbedaan efikasi diri tentang penyakit mereka dan
pada penderita DM pada pengobatan, lebih mungkin
kelompok intervensi untuk berhasil dalam
merupakan bagian dari proses mengelola penyakit.
yang telah dilalui oleh Perubahan efikasi diri pada
responden melalui intervensi responden yang rendah
SEEIP. Hal ini diperkuat menjadi tinggi merupakan
dengan Hasil uji statistik dampak atau akibat dari
didapatkan nilaip value 0.000 intervensi yang dilakukan..
(< α = 0,05). Dengan Adanya perbedaan efikasi diri
demikian terdapat perbedaan pada penderita DM pada
yang bermakna efikasi diri kelompok intervensi sebelum
sebelum dan sesudah dan sesudah intervensi
intervensi pada pasien merupakan hasil akhir yang
diabetes melitus tipe 2 pada diperoleh setelah diberikan
kelompok intervensi di SEEIP. SEEIP tersebut dapat
Rumah Sakit PMI Bogor. membantu meningkatkan
Adanya intervensi yang kepercayaan, kemampuan,
diberikan pada penderita DM interkasi, pada penderita
dapat menggugah atau untuk proses
menjadi stimulus bagi penyembuhannya.
17
b) Efikasi diri pasien diabetes cara individu dalam mengatur
melitus tipe 2 sebelum dan tugas dan peranannya dengan
setelah diberikan SEEIP pada baik disebabkan oleh
kelompok kontrol. keyakinan akan kemampuan
Hasil penelitian didapatkan yang dimiliki oleh individu
rata-rata skor efikasi diri tersebut. Efikasi diri yang
sebelum SEEIP sebesar 60.24, dimiliki seseorang memiliki
dan setelah SEEIP meningkat perbedaan, dapat ditinjau dari
menjadi 67.82. Sehingga aspek-aspek yang memiliki
terdapat peningkatan sebesar pengaruh penting terhadap
7.58. Melihat dari data sikap yang terdiri dari tiga
tersebut penulis berpendapat dimensi, yaitu magnitude,
bahwa adanya peningkatan generality dan strengh
efikasi diri pada kelompok (Bandura1997 dalam
kontrol sebelum dan sesudah Sulistiyawati, 2012). Ketiga
intervensi meurpakan bagian dimensi efikasi diri tersebut
dari proses yang telah dilalui dapat dicapai dengan SEEIP
oleh responden. Dalam c) Perbedaan efikasi diri pasien
penelitian ini intervensi atau kelompok intervensi dengan
perlakuan pada kelompok kelompok kontrol.
kontrol, namun efikasi Hasil penelitian didapatkan
mengalami peningkatan rata-rata skor efikasi diri
walaupun dalam jumlah sesudah SEEIP pada
sedikit sehingga dari hasil uji kelompok intervensi sebesar
statistik didapatkan p value 69.06, dan pada kelompok
0.000 (<α=0,05). terdapat kontrol sebesar 61.12.
perbedaan yang bermakna Sehingga terdapat perbedaan
efikasi diri sebelum dan sebesar 7.94. Melihat dari
sesudah intervensi pada perbedaan efikasi diri sesudah
pasien diabetes melitus tipe 2 dilakukan intervensi pada
pada kelompok kontrol di RS kelompokintervensi dan kontrol
PMI Bogor. Efikasi diri tidak terlepas oleh adanya faktor
menggambarkan kepercayaan yang mempengaruhi efesien diri.
Seperti yang telah dikemukakan
atau keyakinan tentang
sebelumnya bahwa efikasi dapat
kemampuan diri sendiri pada dipengaruhi oleh tingkat
kelompok kontrol masih pendidikan, pekerjaan, lama
rendah. Efikasi diri DM, dukungan keluarga dan
merupakan kepercayaan depresi. Melihat perbedaan
seseorang dalam menentukan skor rata-rata sebelum dan
bagaimana orang merasakan, sesudah intervensi antara
memikirkan, menggerakkan kelompok intervensi dan
dan bertindak (Bandura, kelompok control yaitu
1994). sebesar 7.94 point. Hal ini
Hasil penelitian ini didapatkan juga diperkuat dengan hasil uji
responden yang mempunyai statistik yang berbeda, dimana
effikasi yang rendah akan kelompok intervensi memiliki
terlihat pesimis, rendah diri nilai p value sebesar 0.000 (<
dan memiliki pandangan α) sedangkan kelompok
negatif dipenuhi rasa kontrol memiliki nilai p value
kahwatir. Efikasi diri sangat sebesar 0,.239 (> α). Dengan
berpengaruh terhadap demikian terdapat perbedaan
kebermaknaan hidup dimana efikasi diripasien diabetes
18
melitus tipe 2 pada kelompok menderita diabetes mellitus tipe
intervensi dan kontrol di II sebenarnya bukan merupakan
Rumah Sakit PMI Bogor. variabel perancu dalam
Walaupun efikasi diri tidak penelitian ini. Hasil analisis
menjamin individu untuk peneliti, semakin lama
memperoleh apa yang menderita diabetes melitus
diinginkannya, namun
semakin tinggi efikasi diri
perilaku ini dapat memberikan
konsekuensi yang positif. penderita. Lama menderita
Perilaku efikasi diri yang baik dapat menentukan banyaknya
dapat membantu dalam pengalaman yang dimiliki
meningkatkan kepercayaan penderita diabetes melitus, serta
diri individu tersebut, berupa lebih matang untuk mengambil
kemampuan, keyakinan untuk keputusan yang diambil untuk
dapat menjalani penyakit pengobatan penyakit diabetes
dengan penuh optimis. melitusnya. Program intervensi
d) Pengaruh Variabel Jenis peningkatan efikasi diri ini
Kelamin, Pendidikan, Lama lebih tepat diterapkan kepada
Menderita Diabetes Mellitus, responden yang memiliki lama
Usia dan Pekerjaan terhadap
menderita >5 tahun untuk
efikasi diri pada pasien
meningkatkan efikasi diri.
Diabetes Mellitus Tipe 2.
Hasil penelitian ini Penelitian ini sejalan dengan
menunjukkan tidak ada peneliti an Setyawati, 2013
perbedaan yang signifikan bahwa lama menderita
antara jenis kelamin, mempunyai hubungan
pendidikan, usia, lama signifikan dengan efikasi diri
menderita diabetes mellitus dengan kekuatan hubungan
dan pekerjaan dengan nilai kuat dan positif. Hal ini dapat
selisih efikasi sesudah diartikan bahwa semakin tinggi
perlakuan pada kelompok lama menderita DM seseorang
intervensi (p value >α). Tidak maka mempunyai efkasi diri
ada perbedaan yang signifikan semakin baik.
antara jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan 2. Implikasi Hasil Penelitian
usia dengan nilai selisih a. Pelayanan Keperawatan
efikasi diri sesudah perlakuan Perawat mampu melakukan kajian
pada kelompok kontrol (p efikasi diri, mengidentifikasi masalah
value >α). psikosoial pasien DM dan
Ada perbedaan yang signifikan berkolaborasi dengan rohaniawan
antara lama menderita diabetes untuk memenuhi kebutuhan spiritual
melitus dengan nilai selisih pasien. Dengan demikian diharapkan
efikasi diri sesudah perlakuan akan meningkatnya keyakinan pasien
pada kelompok kontrol (p value akan kesembuhan penyakitnya serta
<α). Jenis kelamin, pendidikan, dalam menghadapi masalah
kesehatannya, sehingga akan
lama menderita disbetes
meningkatkan angka kesembuhan
mellitus, usia dan pekerjaan
pasien. Sebagaimana hasil dari
tidak mempengaruhi pengaruh penelitian ini yang menunjukan
efikasi diri atau dapat adanya pengaruh SEEIP terhadap
disimpulkan bahwa usia, jenis efikasi diri pasien dengan DM tipe 2
kelamin, pendidikan dan lama di Rumah Sakit PMI Bogor, dimana
19
ada peningkatan keyakinan pasien a. Karakteristik responden dalam
setalah diberikan asuhan penelitian ini adalah Usia responden
keperawatan. Peneliti kira hasil pada kelompok intervensi sebagian
penelitian ini bisa dijadikan acuan besar adalah 9 orang (52,9%) dan
untuk melakukan ASKEP secara jenis kelamin responden pada
komprehensif, dan juga bisa kelompok intervensi adalah
dilakukan kepada pasien dengan perempuan sebanyak 11 orang
kasus-kasus kronis. (64,7%).
Hasil penelitian ini juga dapat b. Sebagian besar kelompok intervensi
memperkuat keilmuan keperawatan dan kelompok kontrol memiliki
dengan demikian institusi pendidikan pendidikan rendah yaitu sekolah
keperawatan perlu melakukan dasar (SD) sebanyak 11 orang
sosialisasi dan aplikasi intervensi (64,7%) dan 12 orang (70,6%). Lama
keperawatan mandiri dalam menderita diabetes mellitus pada
memberikan ASKEP kepada peserta responden kelompok intervensi
didiknya. adalah selama <10 tahun sama-sama
b. Penelitian Selanjutnya berjumlah 14 orang (82,4%),
Memberikan gambaran tentang dukungan keluarga sebagai besar
pengaruh Self–Efficacy Enhancing pada kelompok intervensi adalah 11
Intervention Progran (SEEIP) responden (64,7 %) dan yang terakhir
terhadap efikasi diri diri pada pasien adalah defresi pada kelompok
diabetes mellitus. Penelitian ini dapat intervensi sebayak 12 responden
dijadikan data dasar bagi penelitian (70,6%)
selanjutnya dengan menerapkan c. Ada perbedaan yang signifikan antara
metode observasi untuk efikasi diri sebelum dan sesudah
meningkatkan efikasi diri pada perlakuan pada kelompok intervensi
pasien diabetes mellitus. dan kelompok kontrol (p value
0,000).
3. Keterbatasan Penelitian d. Tidak ada perbedaan efikasi diri pada
Keterbatasan yang peneliti kelompok intervensi dan kelompok
temukan selama melakukan kontrol sebelum dilakukan Self–
penelitian ini adalah pengumpulan Efficacy Enhancing Intervention
data penelitian terbatas hanya Program (SEEIP) di ruang rawat inap
menggunakan kuesioner, akan lebih RS PMI Bogor.
baik disertai dengan observasi e. Ada perbedaan efikasi diri pada
terhadap pasien diabetes mellitus di kelompok intervensi dan kelompok
rumah oleh pasien atau keluarga. kontrol setelah Self–Efficacy
Suasana tempat penelitian yan kurang Enhancing Intervention Program
kondusip karena di ruangan kelas 3 (SEEIP) di ruang rawat inap RS PMI
sehingga beresiko menganggu Bogor.
konsentrasi responden. Selanjutnya f. Ada perbedaan pengaruh Efikasi Diri
adalah waktu penelitian yang kurang sebelum dan sesudah dilakukan Self–
tepat seiring berdekatan dengan Efficacy Enhancing Intervention
jadwal besuk, sehingga dapat Program (SEEIP) antara kelompok
mengganggu waktu penelitian. intervensi dan kelompok kontrol di
ruang rawat inap RS PMI Bogor.
F. PENUTUP g. Tidak ada perbedaan yang signifikan
1. Kesimpulan antara Usia, jenis kelamin,
Berdasarkan hasil penelitian makan pendidikan, pekerjaan, dan dukungan
kesimpulan yang didapatkan adalah keluarga serta depresi dengan nilai
sebagai berikut: selisih efikasi diri sesudah perlakuan
pada kelompok intervensi. Tidak ada
20
perbedaan yang signifikan antara G. DAFTAR PUSTAKA
Usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan dukungan keluarga Baradero. (2009). Seri Asuhan
serta depresi dengan nilai selisih Keperawatan Klien Gangguan
efikasi diri sesudah perlakuan pada Endokrin. Jakarta : EGC.
kelompok kontrol. Black, J. M. & Hawk H. M. (2014).
h. Ada perbedaan yang signifikan antara Keperawatan Medikal Bedah
lama menderita DM / riwayat DM Manajemen Klinis untuk Hasil yang
dengan nilai selisih efikasi diri Diharapkan. Singapore : Elsevier
sesudah perlakuan pada kelompok Damayanti, S. (2012). Penerapan Evidence
intervensi. Based Nursing Self-Efficacy
2. Saran Enhancing Intervention Program di
a. Bagi Ilmu Keperawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Tidak
Hasil penelitian ini dapat Dipublikasikan.
meningkatkan pemberdayaan diri Ernawati. (2013). Penatalaksanaan
pasien diabetes mellitus tipe 2 Keperawatan Diabetes Mellitus
dalam mengontrol kadar gula Terpadu dengan Penerapan Teori
darah. Program intervensi Keperawatan Self Care Orem. Jakarta:
peningkatan efikasi diri dapat Mitra Wacana Media.
dijadikan salah satu evidence Ernawati. (2015). Pemberdayaan Pasien
based practice dalam memberikan Berbasis Experiental Learning
asuhan keperawatan pada pasien terhadap Pencegahan Komplikasi Akut
diabetes mellitus tipe 2 dalam dan Kadar Gula Darah Pasien
mengontrol kadar gula darah. Diabetes Melitus. Fakultas
b. Bagi Pelayanan Keperawatan Keperawatan Universitas Airlangga.
Peneliti menyarankan pihak rumah http://obstetri-
sakit dapat bekerja sama dengan nekologi.fk.unair.ac.id/index.php/JNE
institusi pendidikan untuk RS/article/view/11/1080. Diakses
mensosialisasikan intervensi ini tanggal 25 Januari 2018.
kepada perawat ruangan, Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian
selanjutnya disusun dan ditetapkan Keperawatan dan Teknik Analisis
dalam kebijakan rumah sakit untuk Data. Jakarta : Salemba Medika.
dijadikan intervensi keperawatan. International Diabetes Federation. (2015).
Perawat dapat memberikan IDF Diabetes Atlas Seventh Edition
edukasi tentang program 2015. www.diabetesatlas.org diakses
intervensi peningkatan efikasi diri tanggal 11 Maret 2018.
agar dapat meningkatkan efikasi Kemenkes. (2011). Pedoman Pelaksanaan
diri pada pasien diabetes mellitus Promosi Kesehatan di Puskesmas.
tipe 2. Metode ini dapat dijadikan Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan
intervensi pilihan untuk Kementrian Kesehatan Republik
meningkatkan efikasi diri pada Indonesia.http://perpustakaan.depkes.g
pasien diabetes mellitus tipe 2. o.id:8180/bitstream//123456789/2023/
c. Bagi Peneliti Lain 2/BK2011-455.pdf. Diakses tanggal 11
Penelitian ini dapat dijadikan data Februari 2018.
dasar bagi penelitian selanjutnya Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi
dengan menerapkan metode lain dan Analisis Diabetes. Jakarta Selatan
untuk meningkatkan efikasi diri : Infodatin Pusat Data dan Informasi
pada pasien diabetes mellitus tipe Kementrian Kesehatan RI.
2. Kusuma & Hidayati. (2013). Hubungan
Antara Motivasi Dengan Efikasi Diri
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Di Persadia Salatiga. Jurnal
21
Keperawatan Medikal Bedah . Volume Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian
1, No. 2, November 2013; 132-141. Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/J Salemba Medika.
KMB/article/view/1105/1155. Diakses Potter & Perry. (2009). Fundamental of
tanggal 11 Maret 2018. Nursing, Fundamental Keperawatan.
Lemone, E. Et all. (2016). Buku Ajar Jakarta : Salemba Medika.
Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Polit & Beck. (2012). Essensial Nursing
Edisi 5. Jakarta: EGC. Reseach 9th ed. Philadelpia:
Machfoedz, Ircham & Suryani, Eko. Lippincott.
(2009). Pendidikan Kesehatan Bagian Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : (2012). Profil Kesehatan Provinsi
Fitramaya. Jawa Barat.
Ndraha, Suzann. (2014). Diabetes Melitus www.dinkes.jabarprov.go.id diakses
Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. 11 Maret 2018.
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Purwanti, E. (2014). Hubungan Motivasi
Kedokteran Universitas Krida Wacana Dengan Efikasi Diri Pasien Dm Tipe 2
Jakarta. Jurnal Medicius Vol. 27, No.2, DalamMelakukan Perawatan Kaki Di
Agustus 2014. Wilayah Kerja Puskesmas Ponorogo
http://cme.medicinus.co/file.php/1/LE Utara. GASTER Vol. 11 No. 2
ADING_ARTICLE_Diabetes_Mellitu Februari 2014. http://jurnal.stikes-
s_Tipe_2_dan_tata_laksana_terkini.pd aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/
f. Diakses tanggal 20 Februari 2016. view/71/66. Diakses tanggal 11 Maret
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan 2018.
Masyarakat: Ilmu & Seni. Jakarta : Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan
Rineka Cipta. Penelitian dan Pengembangan
_________. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Kemenkes RI Tahun 2013.
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Rondhianto. (2012). Keterkaitan Diabetes
Nuari, N. A. (2014). Analisis Korelasi Self Management Education Terhadap
Personal Factor, Perceived Benefit Self Efficacy Pasien Diabetes Mellitus.
Dan Perceived Barrier Dengan Jurnal Keperawatan, ISSN 2086-3071.
Pemberdayaan Diri Pasien Diabetes http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ke
Mellitus Tipe Ii Berbasis Teori Health perawatan/article/download/2599/324
Promotion Model. Jurnal Gaster Vol. 4
XI No. 2 Agustus 2014. Diakses tanggal 28 Maret 2016.
http://download.portalgaruda.org/articl Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku
e.php. Diakses tanggal 11 Februari Ajar Keperawatan Medikal Bedah
2018. Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2.
Nuari, N. A. & Kartikasari, Melani. (2015). Jakarta : EGC.
Peningkatan Self Empowerment dan ___________. (2008). Buku Ajar
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Melitus Tipe II dengan Pendekatan & Suddarth, Edisi 8 Vol 2. Jakarta :
DEE Berbasis Health Promotion EGC.
Model. Suyono, S. dkk. (2015). Penatalaksanaan
http://ejournal.unair.ac.id/index.php/J Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta :
NERS/article/view/14/1097. Diakses Fakultas Kedokteran Universitas
tanggal 11 Februari 2018. Indonesia.
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Tarwoto, dkk. (2012). Keperawatan
Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
berdasarkan Diagnosa Medis dan Endokrin. Jakarta : TIM.
NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta : Tidy, C. (2014). Self-monitoring in
Mediaction. Diabetes Mellitus.
patient.info/doctor/self-monitoring-in-
22
diabetes-mellitus diakses 11 Maret
2018
Tomey & Alligod. (2010). Nursing Theorist
and Their Work (6th Edition). Elsevier
Mosby.
Waspadji, S. (2009). Diabetes Mellitus:
Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya
yang Rasional, dalam Soegondo, dkk.
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Terpadu. Jakarta: FKUI.
Wu, et all. (2006). Selfefficacy,outcome
expectation and self care behavior in
people with type diabetes in taiwan.
http://web.ebscohost.com. Diakses
tanggal 11 Maret 2018
_________. (2007). Effectiveness of Self
Management for Person with Type 2
Diabetes Following the
Implementation of a Self-Efficacy
Enhancing Intervention Program In
Taiwan. Queensland: Queensland
University of Technology.
http://eprints.qut.edu.au/16385/1/Shu-
Fang_Wu_Thesis.pdf. Diakses pada
tanggal 01 April 2018
Zuryati, Masmun. (2013). Tesis Hubungan
Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup
Pasein DM Tipe 2 Di Rawat Inap
Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun
2013. Program Magister Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

23
24

Anda mungkin juga menyukai