Artikel Asli
*Korespondensi penulis:
Annisa Wuri Kartika
Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Jl Puncak Dieng, Kalisongo, Kecamatan Dau Malang, Telp: +62341 569117,
Email: annisa_tika@ub.ac.id
ABSTRACT
Self-care management is an important component in the management of
Keywords: Diabetes Mellitus Type 2 (DMT2). Knowledge, self-efficacy, and compliance in
DSME self-care are the main factors to improving quality of life and preventing
Self-care management complications. Diabetes Self-Management Education (DSME) in support groups
Type 2 Diabetes Mellitus was used in community nursing interventions to improve diabetes self-care
management. This study used a one-group pre-post design with t-test analysis
Support Group
to determine the ability of self-management levels and blood sugar values of the
group with diabetes before and after the intervention. The instrument used was
the Diabetes Self Care Management Questionnaire (DSMQ). Diabetes Mellitus
patients received DSME intervention for two months. The number of samplings
in this study was 49 people with diabetes. The findings show that in intervention
groups, self-care improves, and blood sugar levels fall. There were significant
changes in the diabetics' group (n = 48) before and after the intervention on
self-care and blood glucose levels (p = 0.000 and p = 0.011). We suggest that the
DSME might be given to the diabetes group by nurses as one of the strategies
for implementing health education in the public health care program
(PERKESMAS).
151
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 151-157 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.2 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license
152
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 151-157 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.2 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license
adalah penderita DM tipe 2 dengan usia (18- Kesehatan Kota Depok 2017). Data demografi
75 tahun), memiliki riwayat DM tipe 2 > 6 responden adalah sebagai berikut:
bulan, bisa membaca dan menulis, serta
bersedia mengikuti kegiatan selama 2 bulan. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelompok
Jumlah sampling yang didapatkan adalah 48 Diabetesi (n=48)
responden yang tergabung dalam 4 support Data Jumlah %
group. Responden diberikan informed consent Data Demografi
terlebih dahulu sebagai syarat legal etik dalam a. Usia
pengambilan data. Pra lansia 15 31%
Pelaksanaan intervensi dalam Lansia 33 69%
penelitian ini adalah dengan mengadakan b. Jenis Kelamin
Laki-laki 14 29%
pendidikan kesehatan selama 4 sesi setiap
Perempuan 34 71%
kelompok berfokus pada pemberdayaan dan c. Rata-rata Lama 6 tahun
pendekatan DSME. Topik yang diberikan Sakit
dalam 4 sesi adalah 1) Pengenalan masalah : Data Perilaku Pengobatan
pengetahuan mengenai DM; 2) Manajemen a. Kontrol Gula Darah
DM (manajemen nutrisi dan olahraga); 3) Rutin (min 1x/bln) 39 81%
Manajemen krisis untuk penanganan Tidak rutin 9 19%
komplikasi DM (manajemen hiperglikemia, Hasil GDS
hipoglikemia, komplikasi, senam dan Rata – rata 215,6 mg/dl
perawatan kaki) dan 4) Manajemen stress dan b. Obat yang diminum
koping (terapi relaksasi dan restrukturisasi - Metformin 34 71%
kognitif). Pelaksanaan tiap sesi dilakukan - Glibenclamide 1 2%
- Kombinasi 4 8%
selama 90 menit. Setiap sesi diakhiri dengan
(Metformin +
komitmen target bersama yaitu pelaksanaan Glibenclamide)
pengisian modul dengan kegiatan masing- - Insulin 5 10%
masing disesuaikan dengan sesi yang diikuti. Tidak minum obat 4 9%
Pada setiap sesi dilakukan pengukuran gula c. Keluhan Kesehatan
darah sewaktu (GDS) sebagai evaluasi Baal di kaki 30 62.5%
perilaku self-management selama intervensi. Gg.penglihatan 5 10%
Instrumen penelitian yang dipakai Tidak ada keluhan 5 10%
adalah Diabetes Self-Management d. Keluhan lain 8 17,5%
Questionnaire (DSMQ) dan pengukuran gula
darah sewaktu (GDS) menggunakan Data perilaku kesehatan dan
glucometer. Analisis data yang digunakan pengobatan dari diabetesi menggambarkan
adalah paired t-test dengan menggunakan perilaku kontrol ke pelayanan kesehatan
SPSS. sebesar 39 orang (81%) sedangkan yang tidak
rutin periksa adalah 9 orang (19%). Jenis obat
Hasil dan Pembahasan yang diminum oleh sebagian besar diabetesi
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui adalah metformin (71%), namun terdapat 9%
bahwa usia penderita DM Tipe 2 terbanyak klien tidak minum obat karena menggunakan
adalah lansia sebanyak 69%, jenis kelamin jamu dan tidak periksa ke pelayanan
perempuan yaitu sebanyak 71% dengan rata- kesehatan. Hasil pemeriksaan nilai rata-rata
rata lama sakit DM selama 6 tahun. Gula Darah Sewaktu (GDS) adalah 215,16
Berdasarkan data tersebut tergambar bahwa mg/dl dengan nilai terendah adalah 112
penderita DM rata-rata mendapatkan mg/dl dan tertinggi adalah 448 mg/dl. Rata-
diagnosis DM sejak usia dewasa atau pra- rata nilai gula darah yang tinggi dapat menjadi
lansia. Data laporan kesehatan Kota Depok faktor risiko terjadinya komplikasi pada
Tahun 2017 menyebutkan bahwa prevalensi diabetesi. Menurut WHO (2018) didapatkan
penyakit DM pada tahun 2017 di kelompok data bahwa tingginya kadar Glukosa Darah
usia 15-44 tahun sebanyak 6,26% (Dinas (GD) juga memiliki kontribusi penyebab
kematian dengan perkiraan jumlah 2,2 juta
153
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 151-157 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.2 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license
kematian pada tahun 2012 dan pada tahun peningkatan terbanyak adalah kebiasaan
2016 didapatkan data bahwa terdapat 1,6 juta olahraga.
kematian dengan hampir setengah dari Topik yang diberikan dalam DSME
kematian karena tingginya GD terjadi sebelum pada pendidikan kelompok sesuai dengan
usia 70 tahun. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan
Keluhan kesehatan yang dialami yaitu DM Tipe 2 di Indonesia tahun 2015 yang
baal di kaki (62,5%), gangguan penglihatan menyatakan bahwa perilaku sehat yang
(10%), tidak ada keluhan (10%), dan keluhan merepresentasikan perilaku manajemen diri
lain berupa cepat lelah, sering kencing, berat pada pasien DM antara lain mengikuti pola
badan turun. Penelitian menyebutkan bahwa makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani,
kadar gula darah yang tinggi menjadi menggunakan obat DM dan obat-obat pada
penyebab komplikasi neuropati perifer, keadaan khusus secara aman dan teratur,
kebutaan dan penyakit jantung melakukan pemantauan kadar gula darah
(Gnanasundaram, Ramalingam, dan Nath serta melakukan perawatan kaki secara
(2019); Aghdam et al., (2013). Terdapat 3 berkala (PERKENI, 2015). Hal ini
diabetesi yang melaporkan riwayat Diabetic membuktikan bahwa DSME memiliki
Foot, dan 3 orang lainnya juga mengalami pengaruh signifikan terhadap perubahan
stroke. manajemen diri anggota kelompok. Penelitian
Tang et al., (2014) menyatakan bahwa DSME
Tabel 2. Distribusi Nilai DSMQ dan GDS yang diikuti dengan monitoring oleh Peer
pada peserta kelompok DSME Sebelum Leader dan kader kesehatan memberikan
dan Sesudah Intervensi (n=48) dampak positif terhadap penurunan nilai
HbA1c, kontrol BB, kontrol stres dan
Variabel Mean SD Std. p. peningkatan dukungan sosial, Implementasi
Error Value dilaksanakan dengan metode coaching secara
Mean berkelompok yang memang tepat digunakan
Nilai DSMQ sebagai pendekatan untuk merubah perilaku
Sebelum 5,3550 1,4879 0,192 0,000 dengan berfokus pada mencapai tujuan
Sesudah 6,1086 1,0901 0,140
bersama dengan klien.
Nilai GDS
Sebelum 203,7037 83,44 11,354 0,011 Metode DSME dilaksanakan dengan
Sesudah 167,3704 59,87 8,148 bertahap dalam 4 sesi pertemuan selama 4
minggu. Setelah intervensi didapatkan bahwa
Berdasarkan tabel di atas dapat sebagian besar partisipan dalam kelompok
diketahui bahwa terdapat peningkatan nilai DSME mengalami kenaikan nilai DSMQ yaitu
DSMQ setelah intervensi asuhan keperawatan dari post-test yang didapatkan hasil 40% yang
dengan p value 0,000. Selain itu, hubungan adequate menjadi menjadi 69% adequate
antara DSME dan penurunan nilai gula darah pada akhir intervensi. Hal ini sesuai dengan
pada anggota kelompok didapatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heriansyah
signifikan dengan p value<0,05 (p=0,011). (2014) mengenai pengaruh edukasi
Penurunan nilai gula darah sewaktu dari pendekatan DSME didapatkan hasil bahwa
pertemuan pertama (203,7037±83,447) edukasi dengan pendekatan DSME dapat
menjadi (167,37±59,878) pada pertemuan meningkatkan pengetahuan dan sikap
keempat. Nilai DSMQ sebelum intervensi kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di
diketahui memiliki nilai rata-rata 5,35 dengan Puskesmas Makasar setelah diberikan edukasi
komponen yang mayoritas belum adequate selama 3 minggu.
adalah pengontrolan nutrisi dan kebiasaan Peningkatan kegiatan aktivitas
olahraga. Perilaku pemanfaatan pelayanan olahraga pada diabetesi menggambarkan
kesehatan dan pengobatan pada mayoritas peningkatan frekuensi pelaksanaan namun
responden sudah baik. Setelah dilakukan belum menunjukkan hasil optimal sesuai
intervensi terjadi peningkatan nilai rata-rata dengan anjuran PERKENI (2015) yaitu
DSMQ menjadi 6,10 dengan komponen olahraga minimal yaitu latihan intensitas
154
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 151-157 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.2 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license
sedang selama 150 menit/minggu. Jenis yang mempengaruhi kontrol gula darah
olahraga yang dianjurkan adalah jalan cepat, adalah kepatuhan dalam minum obat.
bersepeda, jogging dan berenang Rata-rata Kepatuhan minum obat akan meningkatkan
aktivitas olahraga yang dilakukan oleh kontrol gula darah, HbA1c, tekanan darah dan
diabetes adalah jalan pagi dan hanya 5 orang profil lipid serta mengurangi tingkat rawat
yang melakukan senam satu kali seminggu. inap, meminimalisir komplikasi serta
Faktor yang menyebabkan kurangnya menurunkan morbiditas (Yeoh et al., 2018;
intensitas olahraga adalah usia lansia, asam Wildenbos et al., 2019). Mayoritas anggota
urat dan kelemahan. Terdapat 3 orang kelompok yang sebelumnya tidak patuh dalam
responden mengalami Peripheral Arterial minum obat meningkat kepatuhannya setelah
Disease (PAD). Penelitian Johnson et al., mengikuti kegiatan DSME. Hal ini karena
(2019) yang menyatakan bahwa usia lansia peningkatan pengetahuan mereka mengenai
dan komplikasi kardiovaskuler maupun PAD pentingnya pengobatan untuk mengontrol
menyebabkan frekuensi aktivitas olahraga gula darah disamping manajemen nutrisi dan
pada diabetesi rendah. Sedangkan gangguan olahraga.
PAD menyebabkan penurunan kekuatan otot
kaki dan peningkatan rasa nyeri yang Kesimpulan
menyebabkan kesulitan dalam melakukan DSME menjadi salah satu strategi
olahraga (Correia et al., 2020). efektif yang dilakukan di komunitas untuk
Peningkatan yang tampak menonjol meningkatkan perilaku manajemen diri
pada perubahan perilaku diabetesi adalah diabetesi. Peningkatan kemampuan
pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk manajemen diri akan membawa dampak
kontrol gula darah dan mulai minum obat positif terhadap peningkatan kontrol gula
setelah sebelumnya tidak minum obat. Hal ini darah dan menurunkan insiden komplikasi.
dikarenakan model diskusi dengan berbagi Perawat memiliki peran penting sebagai
pengalaman dalam kelompok swabantu educator dalam memberikan pendidikan
memberikan pemahaman dan role model bagi kesehatan mengenai manajemen diri.
diabetesi lain. Kegiatan saling memotivasi juga Pelaksanaan DSME dengan pendekatan
menjadi salah satu faktor penentu perubahan promosi kesehatan yang dilakukan oleh
perilaku anggota kelompok. Ketika melihat perawat dapat meningkatkan kepatuhan dan
anggota kelompok lain memiliki nilai nilai gula bermanfaat untuk tindakan pencegahan
darah yang normal, maka diabetesi akan komplikasi luka kaki karena salah satu
merasa termotivasi untuk merasakan hal yang kegiatannya adalah skrining kaki dan edukasi
sama dan merasa malu jika hasil pengukuran perawatan kaki.
gula darah-nya tinggi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Mertha, Ribek dan Widastra (2016) Ucapan Terima Kasih
yang menyatakan bahwa intervensi kelompok Ucapan terima kasih penulis
swabantu dapat meningkatkan kepatuhan sampaikan kepada semua responden yang
kontrol klien DM di Puskesmas IV Denpasar. telah bersedia mengikuti kegiatan penelitian
Peningkatan kepatuhan dalam sampai dengan akhir. Terima kasih juga kami
manajemen diri memberikan dampak sampaikan kepada seluruh kader posyandu di
peningkatan kontrol gula darah. Peningkatan wilayah kelurahan Mekarjaya serta Kepala
partisipasi dalam program edukasi serta Puskesmas dan staf Puskesmas Sukmajaya
kepatuhan klien dalam melaksanakan Depok.
manajemen diri menjadi faktor penentu
kontrol gula darah. Hal ini sesuai dengan Referensi
penelitian Yaghoubi et al. (2019) yang Abdulrahman, M., Husain, Z. S. M., Abdouli, K.
menyatakan kemampuan kontrol gula darah A., Kazim, M. N., Sayed Mahdi Ahmad, F.,
pada diabetesi dipengaruhi oleh aktivitas fisik, & Carrick, F. R. (2020). Association
berat badan, social ekonomi, pengetahuan between knowledge, awareness, and
serta status perkawinan. Salah satu faktor practice of patients with type 2 diabetes
155
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 151-157 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.2 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license
156
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 151-157 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.2 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license
157