Anda di halaman 1dari 8

BAB 4

ANALISIS SITUASI

A. Profil Lahan Praktik

Tinaro adalah salah satu dusun yang terletak di desa Dukuhagung,

Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan yang merupakan bagian dari wilayah

Jawa Timur. Dusun Tinaro terdiri dari 5 RT yang mayoritas penduduknya bekerja

sebagai petani. Dusun Tinaro merupakan salah satu dusun terluas di Desa

Dukuhagung yang memiliki jumlah penduduk 1.186 jiwa terdiri dari 601 jiwa

laki-laki dan 585 jiwa perempuan dengan jumlah KK sebanyak 215 KK, luas

wilayah (176,80 Ha) yang berupa Sawah (98,81 Ha), Rumah (80,89 Ha), Tegalan

(2,90 Ha) dan Pekarangan (2,79 Ha). Batas wilayah dusun Tinaro : Dusun

Mojoranu Kecamatan Tikung (Utara), Dusun Bendil Kecamatan Sarirejo (Timur),

Dusun Culik Kecamatan Tikung (Barat) dan Desa Dukuhagung Kecamatan

Tikung (Selatan).

Dusun Tinaro memiliki fasilitas berupa Balai desa, Pengairan, Masjid,

Taman pendidikan yang terdiri dari Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak,

Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Diniyah, dan Taman Pendidikan Al-Quran,

PDAM dan Pos kesehatan desa yang kebetulan terletak di dusun Tinaro.

Kegiatan yang terdapat di dusun Tinaro dari bidang kesehatan adalah

posyandu balita, di desa ini belum terdapat kegiatan posyandu lansia ataupun

pemantauan kader kesehatan kepada para penderita penyakit tidak menular.

Poskesdes di wilayah ini berfungsi cukup baik dimana setiap hari poskesdes

melayani warga yang ingin memeriksakan diri seperti periksa tekanan darah, dan

cek gula darah.

31
32

B. Analisis Masalah Keperawatan Kesiapan Peningkatan Manajemen

Kesehatan pada Penderita DM Tipe 2

Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan oleh peneliti pada tanggal

22 Juni 2020 kepada Tn.K dan Ny.S yang juga berasal dari dusun Tinaro dengan

gejala dan tanda pasien sudah melakukan pengendalian sesuai yang ia ketahui

yaitu mengurangi minum manis dan mengurangi porsi makan selain itu pasien

juga senang dengan kehadiran mahasiswa untuk melakukan penyuluhan. Menurut

asumsi peneliti tindakan yang dilakukan oleh keluarga untuk mengendalikan

penyakit yang dialami sudah cukup baik dan sesuai dengan pengetahuan yang

mereka ketahui. Hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh

penderita berperan penting terhadap keberhasilan penatalaksanaan DM tipe 2.

Pendidikan dan pedoman dalam perawatan diri akan meningkatkan pola hidup

penderita DM sehingga dapat mengontrol gula darah dengan baik. Selain itu

pendidikan kesehatan yang diberikan akan berdampak positif terhadap kondisi

penyakit dan kepatuhan pasien dalam melakukan tatalaksana diabetes. Hasil ini

didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2011)

membuktikan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan DM berhubungan secara

signifikan dengan keberhasilan pengelolaan DM tipe 2. Hal ini menunjukkan

bahwa orang yang mempunyai pengetahuan baik mempunyai resiko 4 kali untuk

berhasil dalam pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang

berpengetahuan kurang secara statistik bermakna.

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian DM tipe 2 diantaranya adalah

usia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada kedua klien keduanya

merupakan kategori usia dewasa dimana Tn.K berusia 42 tahun dan Ny.S berusia
33

43 tahun. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa dengan peningkatan usia

maka resiko menderita diabetes akan semakin meningkat dimana pada usia

dewasa terjadi kenaikan kadar gula darah akibat resistensi insulin yang

disebabkan karena menurunnya aktifitas, perubahan pola makan, penurunan

fungsi neurohormonal, diet yang buruk, peningkatan berat badan, dan kebiasaan

merokok merupakan faktor resiko DM yang banyak terjadi pada kelompok

tersebut (Rahmawati, 2016). Penelitian ini didukung dengan American Diabetes

Association (2015) mengatakan bahwa kelompok usia 40 tahun keatas merupakan

kelompok usia yang berisiko tinggi mengalami DM dan penyakit jantung. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2016) juga dijelaskan bahwa kategori

usia mayoritas yang menderita DM adalah 36-45 tahun.

Selain itu keberhasilan penatalaksanaan dipengaruhi oleh dukungan

keluarga terhadap penderita. Penerapan intervensi keperawatan dengan

memberdayakan keluarga untuk meningkatkan kesiapan manajemen kesehatan

dengan diabetes mellitus tipe 2 perlu dilakukan agar pasien dan keluarga tidak

jatuh dalam kondisi stres. Untuk mencegah komplikasi akut dan resiko komplikasi

jangka panjang pada penyakit ini maka dibutuhkan perawatan medis dan

pendidikan pengelolaan mandiri (ADA, 2010). Keperawatan berbasis keluarga

merupakan salah satu keperawatan yang memiliki dampak positif bagi pasien

diabetes karena keperawatan berbasis keluarga terbukti dapat menurunan secara

signifikan kadar glukosa dan HBA1c (Shamsaei et al., 2015). Sehingga keluarga

dengan diabetes mellitus tidak hanya dibekali dalam sisi pengetahuan dan sisi

sikap saja yang menjadi tujuan intervensi namun pada sampai tingkat kemampuan
34

untuk hidup secara sehat dan produktif dengan anggota keluarga yang mengalami

diabetes mellitus tipe 2.

C. Analisis Implementasi Diabetes Self Management Education (DSME)

1. Implementasi

Penanganan penderita DM tipe 2 dengan masalah kesiapan

peningkatan manajemen kesehatan difokuskan pada edukasi kesehatan

dengan menerapkan Diabetes Self Management Education (DSME) yang

meliputi pengaturan pola makan, baik jadwal, jenis maupun jumlah serta

aktivitas, olahraga dan manajemen stres sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup penderita. Menurut PERKENI (2011) pilar penatalaksanaan DM

tipe 2 salah satunya adalah edukasi. Dijelaskan pula dalam Standart Intervensi

Keperawatan Indonesia (2018) bahwa salah satu intervensi yang bisa diterapkan

untuk meningkatkan masalah kesiapan peningkatan manajemen kesehatan yaitu

dengan edukasi kesehatan. Bentuk edukasi yang dapat memperbaiki hasil klinis

dan kualitas hidup pasien DM adalah Diabetes Self Management Education

(DSME) (McGowan, 2011). Menurut Williams and Pickup, (2004) dalam

Ardhiyanto, (2019) strategi yang efektif untuk meminimalkan komplikasi

DM adalah peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan diabetes self

manajemen.

Menurut Funnell et.al. (2011) tujuan umum DSME adalah mendukung

pengambilan kepuusan, perawatan diri, pemecahan masalah, dan kolaborasi aktif

dengan tim kesehatan untuk meningkatkan hasil klinis, status kesehatan, dan

kualitas hidup. Sedangkan komponen dalam Diabetes Self Management


35

Education (DSME) yaitu: pengetahuan dasar tentang diabetes, nutrisi, olahraga

dan aktivitas, stres dan psikososial, perawatan kaki.

Diabetes Self Management Education (DSME) adalah suatu proses

berkelanjutan yang dilakukan untuk memfasilitasi pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan pasien Diabetes Mellitus untuk melakukan

perawatan mandiri (Funnel et,al, 2008 dalam Dalimunthe, 2016). Menurut

Sidani dan Fan (2009), DSME merupakan suatu proses pemberian edukasi

kepada pasien mengenai aplikasi strategi perawatan diri secara mandiri

untuk mengoptimalkan kontrol metabolik, mencegah komplikasi, dan

memperbaiki kualitas hidup pasien (dalam Saehu, 2018).

Pemberian Diabetes Self Management Education (DSME) ini

diterapkan pada Tn.K dan Ny.S selama 4 hari mulai tanggal 22-25 Juni 2020 dan

dilaksanakan setiap malam hari setelah maghrib.

Langkah-langkah pelaksanaan Diabetes Self Management Education (DSME):

a. Beri salam terapeutik kepada pasien dan keluarga

b. Perkenalkan diri sebaik mungkin

c. Tanyakan kondisi dan perasaan pasien saat ini

d. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan

e. Berikan Diabetes Self Management Education (DSME) menurut materi tiap

sesi:

1) Sesi 1: pegetahuan dasar tentang konsep diabetes mellitus, tanda gelaja,

faktor resiko, komplikasi seta cara mencegah komplikasi, bahaya diabetes

yang tidak terkontrol, mengetahui kadar normal gula darah;


36

2) Sesi 2: diet dan nutrisi penderita diabetes meliputi cara pengaturan makan dan

prinsip diet, jumlah kalori, jadwal dan jenis makan;

3) Sesi 3: aktivitas dan olahraga meiputi syarat olahraga, manfaat aktifitas fisik

dan jenis aktivitas sehari-hari;

4) Sesi 4: menejemen stres dan perawatan kaki diabetes meliputi langkah-

langkah, hal-hal yang bisa dilakukan untuk manajemen stres, pemeriksaan

kaki diabetes, perawatan kaki, senam kaki diabetes dan manfaat senam kaki

diabetes;

f. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya di setiap sesi.

g. Lakukan follow up terhadap kondisi pasien, diskusi dan review program di

tiap sesi.

h. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti Diabetes Self Management

Education (DSME)

i. Memberi pujian atau reward

j. Anjurkan agar pasien dan keluarga senantiasa melakukan perawatan mandiri

yang telah dipelajari bersama

2. Evaluasi

Berdasarkan penerapan Diabetes Self Management Education (DSME)

yang dilakukan peneliti selama 4 hari dengan kunjungan 1x/hari selama 60

menit pada kedua klien yang mengalami masalah keperawatan kesiapan

peningkatan manajemen kesehatan dapat disimpulkan bahwa penerapan

Diabetes Self Management Education (DSME) dapat dilakukan sebagai

salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kesiapan peningkatan

manajemen kesehatan pada penderita DM tipe 2. Hal ini dibuktikan dengan


37

hasil penelitian yang mana pada saat dilakukan Pengkajian didapatkan Klien

1 Tn. K selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas maupun

klinik ketika sakit. Untuk obat-obatan biasanya beli diwarung dan bila tidak

kunjung membaik mereka pergi ke klinik atau puskesmas untuk memeriksakan

kesehatannya. Info kesehatan biasanya mereka mengetahui dari dokter yang

merawat. Keluarga sedikit-sedikit mengetahui tentang penyakit yang dialami oleh

anggota keluarga selama ini yaitu kencing manis. Ny.Z selama ini sudah

membatasi minuman manis berlebihan dan memberikan nasi bercampur dengan

jagung. Sedangkan Klien 2 Ny. S selalu memberikan obat herbal jika ada keluarga

yang sakit. Bila tidak kunjung membaik mereka pergi ke klinik atau dokter

terdekat untuk memeriksakan kesehatannya. Info kesehatan biasanya mereka

mengetahui dari menantunya yang mencarikan di internet dan dokter ketika

periksa. Keluarga mengetahui tentang penyakit yang dialami oleh anggota

keluarga selama ini yaitu kencing manis. Ny.S selama ini membatasi minum atau

makan manis dan makan sedikit tapi sering, dan setelah dilakukan penerapan

Diabetes Self Management Education (DSME) kedua klien sudah

mengetahui dan mampu untuk mengontrol penyakitnya dengan perubahan

dalam segi pola makan maupun aktivitas sehari-hari.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang tela h dilakukan

oleh Sari (2018) di Kelurahan Penggaron Lor Kecamatan Genuk Kota

Semarang. Pada penelitian tersebut interverni Pendampingan Diabetes Self

Management Education (DSME) berbasis keluarga memiliki pengaruh pada

peningkatan kesiapan anggota keluarga untuk melakukan perawatan diri


38

pada anggota keluarga yang menderita DM dan meningkatkan perilaku

perawatan diri diabetisi.

Menurut peneliti Diabetes Self Management Education (DSME)

merupakan suatu intervensi yang tidak hanya dapat meningkatkan

pengetahuan namun juga keterampilan dan kemampuan diabetisi maupun

keluarga dalam melakukan perawatan mandiri dirumah, sehingga nantinya

akan meningkatkan self care behavior pada penderita yang akan

meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup masyarakat khususnya

penderita DM.

D. Keterbatasan Implementasi

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah waktu penelitian yang singkat

dan hanya dilakukan dalam waktu 4 hari sehingga peneliti tidak bisa menentukan

keefektifan penerapan DMSE dalam jangka waktu yang panjang.

E. Alternatif Problem Solving yang Dapat Dilakukan

Cara untuk mengatasi masalah dalam penelitian ini peneliti memberikan

modul tentang DMSE yang berisi konsep dasar DM, pengaturan pola makan dan

takarannya, contoh menu sehari-hari, aktivitas dan olahraga serta cara

memanajemen stres agar tidak memperburuk keadaan, sehingga modul ini

diharapkan dapat menjadi pedoman untuk mengendalikan kadar glukosa pada

penderita agar tetap dalam batas normal.

Anda mungkin juga menyukai