SKRIPSI
Oleh :
FITRIYAH MURSYIDAH
NIM. A.18.10.022
Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Stres Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Di Puskesmas Caile Kabupaten Bulukumba Tahun 2022. Fitriyah Mursyidah1, Fatmawati2,
Haerati3.
Latar belakang: data dari puskesmas caile Bulukumba ditemukan yang mengalami diabetes
akibat tingkat stres dengan jumlah penderita pada tahun 2021 sebanyak 1091 jiwa berdasarkan
fenomena yang ada bahwa pasien dengan penyakit DM mengalami stres karena faktor makanan,
penyakit berjangka lama (kronis), kesenjagan ekonomi serta kejadian buruk di kehidupan sehari-
hari. Terapi relaksasi otot progresif adalah terapi yang memusatkan perhatian pasien saat otot
dilemaskan dan di bandingkan ketika otot dalam kondisi tegang dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks.
Tujuan: untuk di identifikasi pengaruh relaksasi otot progresif terhadap stres pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Caile Kabupaten Bulukumba.
Metode penelitian: penelitian ini menggunakan desain pre-experimen menggunakan rancangan
one grup pretest and posttest desaign. Sampel peneliti ini sebanyak 30 responden yang diambil
dengan metode pourposive sampling. Kuosioner DASS 42 digunakan untuk menilai tingkat stres.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji paired samples test. Hasil analisis
menggunakan uji paired samples test dengan tingkat kepercayaan (∝= 0,05).
Hasil: hasil analisis menggunakan uji paired samples statistics dengan ingka kepercayaan ( ∝=
0,05). Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p adalah 0,000, dengan demikian p <0,000< 0,05).
Kesimpulan dan saran: kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh relaksasi otot
progresif terhadap stres pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Caile Kabupaten
Bulukumba dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat memberikan kontribusi dalam menangani
stres dengan melakukan terapi relaksasi progresif dan para responden untuk selalu bisa mengatasi
stres yang dialaminya.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
meningkat menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Indonesia adalah negara
diabetes pada tahun 2030 dibandingkan 463 juta di tahun 2019 dan tahun
global meningkat hampir dua kali lipat. Hal ini menandakan adanya
kenaikan faktor risiko berat badan yang berlebih atau obesitas. Dalam 10
2021).
viii
DM terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe I dan tipe II. Individu yang
tipe II resisten terhadap insulin, suatu kondisi dimana tubuh atau jaringan
tubuh tidak berespon terhadap aksi dari insulin. Sehingga individu tersebut
hidupnya, mulai dari olahraga, kontrol gula darah, minum obat dan
yang kuat dan kemudian berpengaruh terhadap tingginya tingkat drop out
baik. Menurut teori self care dari Orem, Self Care Defisit merupakan
ix
keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan
melakukan self care secara terus menerus. Pasien yang mengalami stres
2013).
secara langsung maupun tidak langsung. Hidup dengan diabetes setiap hari
dapat membuat klien DM tipe 2 merasa kecil hati, stres atau bahkan
berlangsung beberapa bulan atau lebih dari satu tahun. Penderita mulai
yang berkaitan dengan perawatan yang harus dijalani. Hal ini dapat
yaitu Relaxasi otot progresif merupakan salah satu cara dalam manajemen
x
stres yang merupakan salah satu bentuk mind-body therapy (terapi pikiran
satu bentuk dari suportif edukatif, yaitu sistem bantuan yang diberikan
agar pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri (Nurul Aeni,
2013).
hidup terutama mengatur pola makan yang sehat dan seimbang. Penerapan
timbul dan lamanyan stres ditentukan oleh berbagai kesulitan yang dialami
xi
pola kebiasaan makan yang salah sebelum sakit serta selama menderita
Apabila dilihat kembali terkait komplikasi yang bisa dialami oleh pasien
(Setyorini, 2017).
perawatan diri dengan baik dan resiko komplikasi yang di timbulkan dapat
di kurangi.
sekitar 6621, tahun 2020 sekitar 5,213 dan pada tahun 2021 sekitar 6926.
xii
Berdasarkan pendataan awal dan hasil wawancara dari salah satu
hari dan diikuti dengan peningkatan gula darah setiap 1 bulan sekali harus
B. Rumusan masalah
Bulukumba”
C. Tujuan
1.Tujuan umum
xiii
2. Tujuan khusus
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat aplikatif
terhadap stresnya.
xiv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1) Klasifikasi
15
b) Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin(DMTTI)
c) Diabetes Sekender
2) Etiologi
beberapa faktor:
a) Stres Berat
tetap stabil.
Karbohidrat.
infeksi.
e) Obat-obatan
f) Kontrol Insulin
3) Patofisiologi
pada sel endotel pembuluh darah otak, neuron, maupun sel-sel glia.
minggu.
terkontrol.
5) Manifestasi Klinis
kecil (Poliuria)
meningkat.
masaa otot.
pada lensa.
g) Ketonoria
letih.
(Wahyuni, 2019).
23
6) Kriteria Diagnosa
7) Komplikasi
a) Komplikasi Akut
untuk mengatasinya.
b) Komplikasi Kronik
diabetes timbul akibat kontrol gula tidak teratur, gaya hidup yang
Semakin disiplin dan semakin baik kendali gula darah, kita bisa
a. Definisi stres
dari dalam individu itu sendiri, yaitu suatu sifat atau ciri yang
fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau oleh kondisi
koping.
dan juga dengan hasil yang bervariasi. Seperti halnya penelitian yang
fisik, dan finansial. Stres yang tinggi yang dialami pasien disebabkan
Ada dua jenis stres, yaitu stres baik dan stres buruk. Stres
negatif
(b) Konflik. Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku
suatu penyesuaian.
a) stres tahap 1
berikut:
b) Stres tahap II
berikut:
merasa segar
(bowel discomfort)
debar)
semakin meningkat
d) Stres tahap IV
akan muncul:
sulit
lebih sulit
memadai (adequate)
sehari-hari
menegangkan
e) Stres tahap V
intestinal disorder)
f) Stres tahap VI
berikut:
bercucuran
biasanya.
menyenangkan
saja.
36
Hawari, 2013).
et al., (2003). Unsur yang dinilai antara lain skala stress. Pada
Normal : 0-14
Ringan : 15-18
Sedang : 19-25
Berat : 26-33
Relaxation (PMR) .
Latihan PMR ini terdiri atas tiga sesi dengan tujuan masing-
(pagi dan sore) dengan durasi 15 menit. Pada sesi satu bertujuan
dahi, pipi atas dan hidung, pipi bawah dan rahang, leher dan
dominan dan paha non dominan, betis dominan dan non dominan
dan kaki dominan dan non dominan. PMR dapat diajarkan oleh
sebagai berikut:
40
1) tahap persiapan
sepatu longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya
2) Tahap prosedur
hembuskan nafas
napas
41
area mulut
menghembuskan nafas
otot rahang
menghembuskan nafas
menghenbuskan nafas
menghembuskan nafas
belakang
(1) Tarik nafas selama 3 detik, tahan lalu angkat tubuh dari
nafas
tegang
menghembuskan nafas
menghembuskan nafas
penyaki jantung berat atau akut serta tidak dilakukan pada sisi
B. Kerangka Teori
DIABETES MELLITUS
Resistensi insulin
A. KERANGKA KONSEP
sebagai berikut:
Keterangan:
: Variabel independen
: Variabel dependen
B. VARIABEL PENELITIAN
46
47
C. DEFINISI KONSEPTUAL
yang hendak diteliti. Disisi lain, istilah konseptual itu sendiri mengacuh
pada sesuatu yang berkaitan dengan pikiran atau bahkan bisa dikatakan
stres.
kemampuannya.
48
D. DEFINISI OPERASIONAL
variabel.
likert
E. HIPOTESISI PENELITIAN
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
hanya satu kelompok atau kelas yang diberikan pra dan pasca uji.
Rancangan one grup pretest and posttest desaign ini, dilakukan terhadap
Relakasi otot progresif menampilkan vidio dengan durasi 9:24 detik selama
2 minggu.
1. Waktu penelitian
2. Lokasi penelitian
Bulukumba.
50
51
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
berikut:
N
ɳ=
1+ N (e)
Keterangan:
N : ukuran populasi
N
ɳ=
1+ N ( e ) ²
1091
ɳ=
1+1091 ( 0,18 ) ²
1091
ɳ=
1+1091 x 0,032
1091
ɳ=
36,3484
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
4. Teknik sampling
D. Instrumen penelitian
sosial yang diamati secara spesifik, semua fenomena ini disebut variabel
penelitian yaitu:
E. Alur penelitian
Prosedur penelitian
Sampel
30 responden
Kesimpulan
F. Teknik pengumpulan data
a. Editing data
b. Coding data
c. Entry data
menggunakan komputer.
d. Clining data
terjadi.
56
2. Analisa data
a) Analisa univariat
b) Analisa bivariat
H. Etika penelitian
tinggi harkat dan martabat individu yang dijadikan subjek pada penelitian.
dari peneliti, selain itu dalam penelitian subjek mempunyai hak untuk
57
tujuan dan manfaat itu dilakukan, prosedur penelitian, resiko yang bisa
terjadi pada saat proses penelitian berlangsung, serta hal positif yang bisa
confidentiality)
dimiliki oleh subjek dan bahkan bisa menyebabkan privasi subjek terbuka.
bisa memberikan keuntungan serta beban yang diberikan kepada subjek itu
bisa didapatkan oleh subjek pada penelitian dan pada populasi dimana
A. Hasil
1. Karakteristik responden
Jenis kelamin :
Perempuan 27 90
Laki-laki 3 10
Total 30 100
Usia :
41-50 17 56,7
51-60 13 43,3
Total 30 100
Status perkawinan
Menikah 25 83,3
Janda/duda 2 6,7
Cerai 3 10
total` 30 100
59
60
2. Analisis Univariat
Normal 2 6,7
Ringan 13 43,3
Sedang 15 50
Berat 0 0
Total 30 100
stres pada pasien Diabetes Mellitus sebelum diberikan relaksasi otot progresif di
( 6,7%), tingkat stres ringan 13 (43,3%), dan tingkat stres sedang 15 (50%).
61
Normal 4 13,3
Ringan 22 73,4
Sedang 4 13,3
Berat 0 0
Total 30 100
stres pada pasien diabetes mellitus setelah diberikan relaksasi otot progresif di
(13,3%), tingkat stres ringan 22 (73,4%) dan tingkat stres sedang 4 (13,3%).
3. Analisis Bivariat
Tabel 6.3 Hasil uji statistik paired sampel test Pengaruh pemberian Relaksasi
Otot progresif terhadap stres penderita Diabetes mellitus di Puskesmas Caile
Kabupaten Bulukumba Tahun 2022
Berdasarkan tabel 6.3 hasil uji statistik paired sampel T test dari 30 sampel
yang telah diteliti, dapat diketahui nilai rata-rata kelas pretest sebelum dilakukan
62
relaksasi progresif sebesar 18,40 dan rata-rata selisih kelas postest sebesar 16,63
serta nilai sig.(2-tailed) kelas pretest =0,000 < 0,05 dan nilai sig. (2-tailed) kelas
postest =0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh relaksasi otot
progresif terhadap stres pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas caile
kabupaten bulukumba.
B. Pembahasan
1. karakteristik sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin
Usia dan jenis kelamin merupakan karakteristik responden pada penelitian
kali ini, menurut Smeltzer & Bare dalam (Sitepu & Simanungkalit, 2019) usia tua
berisiko mengalami diabetes karena kemampuan tubuh pada usia tua terjadi
penurunan fungsi pankreas akibatnya fungsi pankreas untuk bereaksi terhadap
insulin menurun sehingga mengakibatkan gangguang kadar gula darah pada
penderita dengan usia antara 41-60 memiliki resiko lebih tinggi bertambahnya
usia responden karena adanya penurunan fungsi organ pankreas dalam
memproduksi insulin. Dalam penelitian ini, umur sampel yang diambil adalah
dimulai dari umur 41 tahun hingga umur 60 tahun. Jumlah sampel terbanyak
berada pada rentan usia 41-50 tahun yaitu sebesar 56,7% atau sebanyak 17 orang
dari 30 orang total sampel pada kelas pre dan post Sehingga pada hasil penelitian
yang dilakukan peneliti usia yang paling rentang terkena diabetes mellitus adalah
usia 41-50 tahun berdasarkan kategori umur menurut Riset Kesehatan Masyarakat
(RISKESDAS) dalam (Rabrusun, 2014) menunjukkan prevalensi DM mulai
meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meningkat pada umur 55-64 tahun.
Hasil penelitian dari Hartini dalam (Imelda, 2019) semakin bertambahnya usia
semakin tinggi kemungkinan terjadinya resistensi insulin, dimana insulin masih di
produksi tetapi dengan jumlah yang tidak mencukupi, proses menua yang
berlangsung setelah 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimia. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya
pada usia lebih dari 45-64 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai
terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Perubahan dimulai dari tingkat sel,
berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat
mempengaruhi fungsi homeostatis.
Keseluruhan sampel pada kelas pre adalah berjenis kelamin perempuan
sedangkan pada kelas post sebagian besar berjenis kelamin perempuan pula yaitu
63
sebesar 90 % atau sebanyak 27 orang. Hasil penelitian ini didukung oleh Irawan
dalam (Zainuddin & Utomo, 2015) yang mengatakan bahwa perempuan lebih
tinggi mengalami diabetes tipe 2 dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan lebih
beresiko mengidap diabetes, karena secara fisik perempuan memiliki peluang
penigkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan
(premenstrual syndrome), pasca monopause yang membua disribusi lemak–lemak
tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut. Perubahan
hormonal terjadi pada perempuan yaitu dimana telah terjadi penurunan hormon
estrogen progeseron akibat monopause. Estrogen pada dasarnya berfungsi untuk
menjaga keseimbangan kadar gulah darah dan meningkakan penyimpanan lemak,
serta penyimpanan progesteron yang berfungsi menormalkan kadar gulah darah
dan membantu menggunakan lemak sebagai energi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Leslie et al., dalam R. Tampa’i et al.,
2021) kejadian DM tipe 2 lebih rentan terjadi pada orang yang berjenis kelamin
laki-laki dibandingkan dengan perempuan, akan tetapi kenyataannya jenis kelamin
perempuan lebih banyak terkena DM tipe 2 dibanding laki-laki. Hal ini
sebebabkan perempuan mempunyai angka harapan hidup lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki, sehingga perempuan lanjut usia yang mengidap
DM tipe 2 lebih banyak dari pada laki-laki lanjut usia.
2. Hasil penelitian sebelum melakukan relaksasi otot progresif
Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan terapi teknik relaksasi otot
progresif pada penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Caile Kabupaten
Bulukumba, diketahui bahwa tingkat stres responden setelah diberikan teknik
relaksasi otot progresif dari yang mengalami stres sedang sebanyak 15 orang
(50%) stres ringan sebanyak 13 orang (43,3%) dan normal 2 (6,7%)
Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian dari studi literature dalam
(Asiah, 2018) yang diperoleh, menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi
relaksasi otot progresif sebanyak 7 responden (43%) masuk dalam kategori
ringan, 8 responden (50%) masuk kedalam kaegori stres sedang 1 responden
(6,2%) masuk kedalam kategori stres berat. Sehingga peneliti berasumsi dalam
penelitiannya sebelum dilakukan relaksasi otot progresif tingkat stres normal 2
orang (6,7%), tingkat stres ringan 13 orang (43,3%), dan tingkat stres sedang 15
(50%).
64
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengelolahan data maka dapat disimpulkan
bahwa:
2. Tingkat stres setelah dilakukan intervensi adalah stres sedang 4 orang , stres
B. Saran
1. Bagi responden
67
68
3. Bagi institusi
diabetes mellitus.
dengan metode lain atau solusi penanganan yang dapat membantu para