Anda di halaman 1dari 59

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS

HIDUP PASIEN PASCA STROKE DI RSUD H.A. SULTHAN


DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

Oleh:
ANA JIHAD ISLAMIA
NIM.A.18.10.010

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022
ABSTRAK

Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di RSUD H.A
Sulthan Daeng Radja kabupaten bulukumba. Ana jihad islamia 1 , A Nurlela Amin2 , Muh
Asri3

Latar belakang : Data dari Rsud H.A Sultan Daeng Radja bulukumba penderita stroke pada tahun
2019 sebanyak 101 orang, 2020 sebanyak 163 0rang, dan untuk tahun 2021 sebesar 490 orang,
sejak tahun 2019 hinggga 2021 tercatat sekitar 754 orang terdiagnosis penyakit stroke, jadi setiap
tahunya mengalami peningkatan, kualitas hidup penderita pasca stroke dapat mengalami
gangguan atau hambatan,oleh karena itu dukungan keluarga sangatlah dibutuhkan untuk
membantu pasien dalam fase rehabilitasi secara optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien pasca stroke.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien pasca
stroke di Rsud H. A sultahan daeng radja kabupaten bulukumba.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan jumlah populasi sampel yaitu
60 dan jumlah sampel sebanyak 42 orang. Tehnik pengambilan sampel yaitu sampel random
sampling di sebut juga simple.
Hasil : Hasil analisis menggunakan uji chi square. Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p
adalah 0,026, dengan demikian p <0,026< 0,05).
Kesimpulan dan saran : Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan dukungan
keluarga saat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pasca stroke. Agar dapat lebih
semangat dalam menjalni hidup,tidak segan untuk meminta bantuan kepada orang lain terutama
keluarga serta tidak berkecil hati atas apa yang telah terjadi

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Kualitas Hidup dan Pasien Pasca Stroke

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Stroke merupakan penyakit saraf yang paling sering menganggu

aktivitas fungsional bahkan menjadi masalah kesehatan utama dimasyarakat.

Stroke menunjukkan tanda dan gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat

fokal atau global dan berkembang pesat dalam hitungan detik atau menit.

Gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam, menyebabkan kecatatan dan mental,

bahkan kematian (Jam’anamany, 2021).

Pravelensi stroke menurut data World Health Organization menunjukkan

bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta

kematian terjadi akibat penyakit stroke, sekitar 70% penyakit stroke dan 87%

kematian dan disabilitas akibat stroke. Pravelensi stroke di Amerika Serikat

adalah sekitar 7 juta (3,0%), sedangkan di Cina berkisar antara 9,4% untuk

perkotaan dan 1,8% di area pedesaan (Kemenkes RI, 2018). Prevelensi

penderita stroke di Indonesia pada tahun 2018 menurut Riskesdas 2018

berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 10,9%,

atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. dimana provinsi dengan

penderita stroke tertinggi adalah provinsi Kalimantan Timur sebanyak

(14,7%) dan di yogyakarta sebanyak (14,6%) sedangkan Papua dan maluku

utara dengan penderita stroke terendah sebesar (4,6%), dan (4,1%)

(RISKESDAS, 2018).

Prevalensi penderita stroke diprovinsi Sulawesi selatan tahun 2018,

menurut data Riskesdas 2018, berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk

umur ≥15 tahaun sebasar (10,9%), proposi stroke berdasarkan karakteristik

1
2

menunjukkan bahwa kejadian penyakit stroke terjadi lebih banyak pada ≥75

(48,2%) dan proposi stroke paling sedikit pada kelompok umur 15-24 tahun

(0,7%) berdasarkan jenis kelamin, laki-laki (9,1%) dan perempuan lebih

sedikit (12%). Sebagian besar penduduk yang terkena stroke tidak memiliki

pekerjaan (20%) dan sebagian besar juga tidak memiliki pendidikan tidak atau

belum pernah sekolah (22,4%), dan paling banyak penderita stroke tinggal

didaerah perkotaan (12,3%) (RISKESDAS, 2018).

Stroke yang merupakan penyakit kronis yang mengenai sistem saraf

menimbulkan problematika pasca stroke seperti kelumpuhan baik pada

anggota gerak ataupun pada wajah, gangguan pada penglihatan, gangguan

persepsi dan status mental, termasuk gangguan kognitif dan fungsi memori.

Hal ini akan menimbulkan ketidakmampuan fungsi dasar, aktivitas sehari-hari,

sosialisiasi, kemunduran fungsi kognitif sampai dengan problematika

psikologis. Demikian pula akibat lanjut problematika pasca stroke adalah

ketidakmandirian pasien yang akan menjadikan kualitas hidup pasien pasca

stroke rendah (Ludiana and Supardi, 2020).

Kualitas hidup penderita pasca stroke dapat mengalami gangguan atau

hambatan. Oleh karena itu sehingga dukungan keluarga sangatlah dibutuhkan

untuk membantu pasien dalam fase rehabilitasi secara optimal sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien pasca stroke (Rahman, Dewi and

Setyopranoto, 2017).

Kualitas hidup berkaitan dengan penilaian subjektif tentang status

kesehatan seseorang dalam menilai kualitas hidupnya. Kualitas hidup

merupakan istilah untuk menyampaikan rasa kesejahteraan, termasuk aspek


3

kebahagiaan dan kepuasan hidup secara keseluruhan. Dukungan keluarga yang

diberikan kepada pasien selama masa rehabilitasi penting dalam meningkatkan

kualitas hidup. Kurang kasih sayang, perhatian dan dorongan keluarga dapat

menimbulkan penurunan kemampuan dalam beraktivitas (Ludiana and

Supardi, 2020).

Dukungan keluarga merupakan indikator yang paling kuat memberikan

dampak positif terhadap perawatan diri pada pasien. Dukungan keluarga

merupakan bagian dari kelompok sosial. Terdapat lima dimensi dalam

dukungan keluarga yaitu emosional, penghargaan, instrumental, informasi dan

jaringan sosial. Dukungan keluarga terdiri dari 4 dimensi dukungan yaitu

emosional, penghargaan, instrumental dan partisipasi (Suhartini, 2013).

Dukungan keluarga bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang

penting adalah bagaimana persepsi penerima terhadap makna bantuan

tersebut. Persepsi ini erat hubungannya dengan ketepatan dukungan yang

diberikan, dalam arti seseorang yang menerima sangat merasakan manfaat

bantuan bagi dirinya terhadap sesuatu hal yang aktual dan memberikan

kepuasan (Suhartini, 2013). Dukungan keluarga dapat membuat orang percaya

bahwa dirinya diperhatikan atau dicintai, dukungan keluarga juga

menyebabkan seseorang merasa bahwa dirinya dianggap atau dihargai

(Ludiana and Supardi, 2020).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Yaslina, 2011)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan emosional

berhubungan dengan perawatan pasien pasca stroke. Dukungan emosional

terkait dengan ekspresi, rasa empati dan perhatian terhadap anggota keluarga
4

sehingga akan menimbulkan perasaan lebih baik, memperoleh kembali

keyakinannya, merasa memiliki dan dicintai. Dukungan emosional dapat

mengurangi dan mencegah efek stres serta meningkatkan kesehatan individu

dan keluarga secara langsung.

(Vihandayani, Wiratmo and Hijriati, 2019) dalam penelitiannya di

RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat mengatakan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara dukungan psikologis keluarga terhadap kualitas hidup stroke

dengan nilai p value 0,000. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan (R.

Rahman, Dewi and Setyopranoto, 2017) mendapati bahwa dukungan

informasi dan dukungan pengahargaan adalah faktor yang berhubungan

dengan kualitas hidup penderita stroke pada fase pasca akut. Dan dalam

penelitian yang dilakukan (Ludiana and Supardi, 2020) menyatakan dukungan

keluarga terbukti memiliki hubungan kuat terhadap kualitas hidup pasien

pasca stroke baik berbentuk dukungan instrumental, informasional, apresiasi

maupun emosional.

Dukunga keluarga merupakan sumber daya eksternal utama yang

secara ekstensi mampu menjadi moderator stress kehidupan bagi pasien

sehingga pasien merasa bahwa dirinya diperhatikan atau dicintai, dihargai

serta menjadi bagian dari keluarga yang dibutuhkan. Oleh karena itu jelaslah

bahwa keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup

pasien pasca stroke sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien

pasca stroke dapat dilakukan melalui pendekatan keluarga dimana keluarga

diharapkan dapat memberikan dukungan keluarga sehingga kualitas hidup

pasien meningkat (Ludiana and Supardi, 2020).


5

Data dari RSUD. H. A. Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

pada tanggal 13 Desember 2021 menunjukkan penderita stroke pada tahun

2019 sebanyak 101 orang, 2020 sebanyak 163 0rang, dan untuk tahun 2021

sebesar 490 orang, sejak tahun 2019 hinggga 2021 tercatat sekitar 754 orang

terdiagnosis penyakit stroke, jadi setiap tahunya mengalami peningkatan. Serta

berdasarkan hasil wawancara peneliti pada keluarga dan pasien menyatakan

pasien mengalami keterbatasan bergerak dengan berjalan harus dengan

bantuan, sulit untuk berpergian dan selalu bergantung dengan orang lain

karena sakit yang dideritanya. Dengan demikian kondisi penyakit stroke yang

dialami pasien menimbulkan berbagai jenis masalah fisik dan psikologis yang

bermuara pada pentingnya dukungan orang-orang sekitar terutama keluarga.

Rendahnya dukungan keluarga akan berdampak terhadap keterlaksanaan

perawatan pasien stroke yang beresiko terhadap penurunan kualitas hidup.

Oleh karena itu peneliti berencana melakukan eksplore lebih

mendalam terkait “Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

pasca stroke” yang ditinjau dari empat dimensi dukungan keluarga.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana dukungan

keluarga terhadap kualitas hidup pasien pasca stroke di Rsud H. Andi Sulthan

Daeng Radja Kabupaten Bulukumba?


6

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas

hidup pasien pacsa stroke di Rsud sulthan daeng radja kabupaten

bulukumba

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga pasien pasca stroke di

RSUD H.A Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

b. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien pasca stroke di RSUD H.A

Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

c. Untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan kualitas

hidup pasien pasca stroke di RSUD H.A Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan tambahan informasi mengenai hubungan dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pasien pasca stroke serta dapat dijadikan

referensi bagi penelitian terkait selanjutnya.

2. Manfaat aplikatif

a. Pengembangan ilmu keperawatan

Mampu menambah keilmuan keperawatan dan dapat digunakan

sebagai dasar bagi peneliti selanjutnya yang berfokus pada efektifitas

keluarga terhadap kemampuan perawatan pasien pasca stroke dengan

kualitas hidup.
7

b. Pelayanan keperawatan

Sebagai dasar memberikan pelayanan keperawatan khusunya

dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stroke

1. Defenisi stroke

Stroke atau cedera serebrovaskular adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. Umumnya stroke

terjadi akibat kulmunasi penyakit serebrovaskular selama beberapa tahun.

Gangguan serebrovaskular ini menunjukkan beberapa kelainan otak, baik

secara fungsional maupun struktual, yang disebabkan oleh keadaan

patofiologi dari pembukuh darah serebral dari seluruh pembuluh darah

sebral atau seluruh sistem pembuluh darah otak (Susilo, 2018).

Stroke istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan

neurologis yang disebabkam oleh adanya gangguan suplai darah kebagian

dari otak, dua jenis stroke yang utama adalah iskemik dan hemoragik.

Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan gumpalan aliran

darah baik itu sumbatan di (pembuluh darah) atau embolik (pecahan

gumpalan darah/udara/denda asing yang berada dalam pembuluh darah

diotak) ke bagian otak (Jahe hokanson hawks, 2014).

2. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke menurut patologi dari serangan stroke terbagi

menjadi dua bagian (Muttaqin, 2011) :

a. Stroke Hemoragik

Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan

subarakhnoid. Yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah otak

tertentu. Kejadian ini dapat terjadi saat melakukan aktivitas atau saat
9

aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Dalam kasus ini kesadaran

dari klien umumnya akan menurun.

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut yang

disebabkan karena adanya perdarahan primer subtansi otak yang

terjadi secara spontan bukan karena trauma kapitis, disebabkan oleh

karena pecahnya pembulu arteri, vena, dan kapiler.

b. Stroke nonhemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosi serebri, yang dapat

terjadi ketika setelah beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari.

Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan

hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran

umumnya baik.

3. Etiologi Stroke

Stroke dapat disebabkan karena arteri yang tersumbat atau bocor

(stroke iskemik) dan dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

(stroke hemoragik). Beberapa orang mungkin mengalami gangguan

sementara aliran darah ke otak (transient ischemic attack atau TIA) yang

tidak menyebabkan kerusakan permanen (Haryono and Utami, 2020)

a. Stroke Iskemik

Sekitar 80% kasus stroke merupakan stroke iskemik. Stroke

iskemik ini dapat terjadi apabila arteri ke otak menyempit atau

terhambat, yang mengakibatkan aliran darah sangat berkurang

(iskemia). Stroke iskemik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai

berikut.
10

1) Stroke trombotik.

Stroke trombotik dapat terjadi apabila gumpalan darah

(trombus) terbentuk di antara salah satu arteri yang memasok darah

ke otak. Gumpalan tersebut disebabkan oleh deposit lemak (plak)

yang menumpuk di arteri dan menyebabkan aliran darah berkurang

(aterosklerosis) atau kondisi arteri lainnya.

2) Stroke embolik

Stroke embolik terjadi apabila gumpalan darah atau debris

lainnya menyebar dari otak dan tersapu melalui aliran darah. Jenis

gumpalan darah ini disebut embolus. Stroke embolik berkembang

setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar otak.

Sumber umum embolus menyebabkan stroke adalah jantung

setelah infark miokardium atau filbrilasi atrium, dan embolus yang

merusak arteri karotis komunis atau aorta (Haryono and Utami,

2020).

b. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak bocor atau

pecah. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh banyak kondisi yang

memengaruhi pembulu darah, antara lain tekanan darah tinggi yang

tidak terkontrol (hipertensi), overtreatment dengan antikoagulan

(pengencer darah), melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma).

Penyebab perdarahan yang kurang umum adalah pecahnya jalinan

abnormal pembuluh darah berdinding tipis (malaformasi

anteriovenosa). Jenis stroke hemoragik meliputi:


11

1) Perdarahan Intraserebral.

Dalam pendarahan intrase rebral, pembuluh darah di otak

pecah dan menyebar ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga

merusak sel-sel otak. Sel-sel otak di luar kebocoran kekurangan

darah dan rusak. Tekanan darah tinggi, trauma, malaformasi

vaskular, penggunaan obat pengencer darah dan kondisi lain dapat

menyebabkan perdarahan intra selebral.

2) Perdarahan Subrakanoid.

Perdalahan subrakanoid biasanya disebabkan oleh aneurisma

serebral atau kelainan arteri pada dasar otak. Aneurisma serebral

adalah area kecil bulat atau tidak teratur yang mengalami

pembekakan yang parah membuat dinding pembuluh darah

melemah dan rentan pecah. Penyebab aneurisma serebral sendiri

belum diketahui. Beberapa penderita aneurisma mengalami kondisi

ini sejak lahir dengan perkembangan yang sangat lambat (Haryono

and Utami, 2020)

c. Serangan Iskemik Transien (TIA)

Transient Ischemic Attack (TIA) adalah periode sementara dari

gejala yang mirip dengan gejala stroke. Penurunan sementara pasokan

darah ke bagian otak menyebabkan TIA, TIA terjadi ketika bekuan

atau debris menghalangi aliran darah ke bagian sistem saraf. Namun,

pada kasus TIA tidak ada kerusakan jaringan permanen dan tidak ada

gejala menetap. Jika seorang mengalami TIA, kemungkinan ada arteri


12

yang tersumbat atau menyempit mengarah ke otak atau sumber

gumpalan di jantung (Haryono and Utami, 2020).

4. Patofisiologi Stroke
Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau

hilangnya suplai darah. Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral

karena tidak seperti jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otot,

otak tidak bisa menggunakan metabolisme anaerobik jika terjadi

kekurangan oksigen glukosa. Otak diperfusi dengan jumlah yang

cukup banyak dibanding orang lain yang kurang vital untuk

mempertahankan metabolisme serebral. Iskemik jangka pendek dapat

mengarah kepada penurunanansistem neurologis sementara atau TIA.

Jika aliran darah tidak dipebaiki, terjadi `kerusakan yang tidak dapat

diperbaiki pada jaingan otak atau infark dalam hitungan menit luasnya

infark bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan

kekuatan siekulasi kolateral ke area yang disuplai.

Iskemia dengan cepat bisa mengganggu metabolisme, kematian sel

dan perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit.

Tingkat oksigen dasar klien dan kemampuan mengompensasi

menentukan seberapa cepat perubahan perubahan yang tidak bisa

diperbaiki akan terjadi aliran darah dapat terganggu oleh masalah

perfusi lokal, seperti pada stroke atau gangguan perfusi secara umum,

misalnya pada hipotesis atau henti jantung tekanan perfusi serebral

harus turun dua pertiga dibawah niali normal (nilai tengah tekanan

arterial sebanyak 50 mmHg atau dibawahnya dianggap nilai normal)

sbelum otak menerima aliran darah yang adekuat. Dalam waktu yang
13

singkat, klien yang sudah kehilngan kompensasi autoregulasi akan

mengalami manifestasi dari gangguan neurologis. (Jahe hokanson

hawks, 2014)

5. Tanda dan Gejala Stroke


Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana

yang terkena, rata – rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi

kolateral. Pada stroke akut gejala klinis meliputi:

a. Kesulitan berbicara dan kebingunan. Pesien mengalami kesulitan

berbicara untuk mengungkapkan kata-kata dan/atau mengalami

kesulitan memahami ucapan yang orang lain ucapkan secara

langsung.

b. Kesulitan berjalan, penderita stroke mungkin tersandung atau

mengalami pusing mendadak, kehilangan keseimbangan, atau

kehilangan koordinasi

c. Kesulitan melihat dalam satu arah atau kedua mata. Penderita

stroke akan mengalami gangguan penglihatan, seperti pandangan

kabur atau hitam di satu atau kedua mata

d. Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki,

penderita stroke bisa mengalami mati rasa tiba-tiba, kelemahan

atau kelumpuhan diwajah, lengan atau kaki. Hal ini sering terjadi

disatu sisi tubuh

e. Sakit kepala. Sakit kepala yang tiba-tiba dan parah, yang mungkin

disertai dengan muntah, pusing, atau perubahan kesadaran,

mungkin menunjukkan seseorang mengalami stroke (Haryono and

Utami, 2020).
14

6. Kriteria Diagnosis
a. CT-scan (Computerized Scanner)

Pemerikasaan ini dilakukan untuk membedakan stroke iskemik

atau stroke pendarah dan dapat menilai letak, besar, luas dari area

infark (setelah 24 jam).

b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Dapat mengukapkan pembengkakan otak atau kondisi lain

yang mungkin menyebabkan gejalah seperti tumor.

c. EEG (Electro Encefalo Graphy)

Untuk menilai apakah ada gangguan sirkulasi, perubahan aliran

listrik diotak akibat metabolisme sel saraf yang mengahambat

hantaran implus listrik.

d. ECG (Elektro Cardio Graphy)

Untuk menilai dan mencatat implus listrik jantung atau keadaan

aritmia. Aritmia menunjukkan adanya stroke embolik.

e. Angiografis serebral

Zat kontrak yang diinjeksi menunjukkan apakah ada sumbatan

pada daerah arteri-arteri karotis, arteri vertebral pembuluh darah

besar disirkulasi willisi, atau cabang arteri serbral yang kecil, dapat

menunjukkan lokasi stroke.

f. Pemeriksaan laboratorium/darah

Memantau sampel darah, urine atau ekskresi dari bagian belakang

tenggorakan dapat diuji unruk virus atau agen infeksi (Haryono and

Utami, 2020).
15

7. Komplikasi stroke
Stroke dapat menyebabkan cacat sementara atau permanen,

tergantung pada berapa lama otak kekurangan aliran darah dan bagian

mana yang terdampak. komplikasi yang bisa terjdi antara lain:

a. Kelumpuhan atau hilangnya pergerakan otot

Penderita stroke bisa menjadi lumpuh disatu sisi tubuh atau

kehilangan kendali atas otot-otot tertentu, seperti otot-otot disatu

sisi wajah atau bagian tubuh lain. Terapi fisik dapat membantu

penderita kembali aktivitas yang terkenan kelumpuhan seperti

berjalan, makan, dan berdandan.

b. Kesulitan berbicara atau menelan

Stroke dapat mempengaruhi kontrol otot-otot dimulut atau

tenggorokan, sehingga sulit bagi penderitanya untuk berbicara

dengan jelas (disrtria), menelan (disfagia), atau makan. Penderita

stroke juga mungkin mengalami kesulitan dengan bahasa (afasia),

termasuk berbicara atau memahami ucapan, membaca atau

menulis.

c. Kehilangan memori atau kesulitan berfikir

Banyak penderita stroke juga mengalami kehilangan ingatan.

Selain itu, penderita stroke juga dapat mengalami kesulitan berfikir,

membuat penilaian, dan memahami konsep.

d. Masalah emosional

Orang-orang yang mengalami stroke lebih sulit mengendalikan

emosi mereka atau mereka mungkin mengalami depresi.

e. Rasa sakit
16

Nyeri, mati rasa, atau sensasi aneh lainnya dapat terjadi

dibagian tubuh yang terkena stroke. Misalnya stroke dapat

menyebabkan seseorang mati rasa dibagian lengan kirinya,

sehingga penderita tersebut mengembankan sensasi kesemutan

yang tidak nyaman dilengan itu.

f. Orang juga mungkin sensitive terhadap perubahan suhu stroke,

terutama dingin ekstrem. Komplikasi ini dikenal sebagai nyeri

stroke atau sindrom nyeri (Tandra, 2014).

8. Penatalaksanaan Stroke
Dalam (Haryono and Utami, 2020) Perawatan darurat untuk stroke

tergantung pada apakah penderita stroke mengalami stroke iskemik

atau stroke hemoragik yang melibatkan pendarahan ke otak.

a. Stroke Iskemik

Untuk mengobati stroke iskemik, aliran darah ke otak harus

cepat dikembalikan dengan beberapa prosedur berikut.

1) Perawatan Darurat dengan Obat-obatan

Obat yang mungkin diberikan adalah injeksi intra vena

aktivator plasminogen jaringan (tPA). Obat penghancur

gumpalan ampuh ini idealnya diberikan dalam waktu tiga jam.

Dalam beberapa kasus, tPA dapat diberikan hingga 4,5 jam

setelah setelah gejala stroke dimulai. Obat ini mengembalikan

aliran darah dengan melarutkan gumpalan darah yang

menyebabkan stroke dan dapat membantu orang yang

mengalami stroke pulih sepenuhnya.

2) Prosedur Endovaskuler Darurat


17

Pengobatan stroke iskemik kadang-kadang melibatkan

prosedur yang dilakukan langsung di dalam pembuluh darah

yang tersumbat. Prosedur ini harus dilakukan sesegera

mungkin, tergantung pada fitur bekuan darah:

a) Obat-obatan dikirimkan langsung ke otak

Dokter dapat memasukkan tabung tipis (kateter) Panjang

melalui arteri di selangkangan dan memasukkannya ke otak

untuk mengirim tPA langsung ke area di mana stroke terjadi.

Ini disebut trombolisis intra anterial.

b) Menghilangkan bekuan dengan retriever stent

Dokter menggunakan kateter untuk mengarahkan perangkat

ke pembuluh darah yang tersumbat di otak, serta menjebak dan

menghilangkan bekuan. Prosedur ini sangat bermanfaat bagi

orang-orang dengan gumpalan besar yang tidak dapat

dilarutkan sepenuhnya dengan tPA, meskipun prosedur ini

sering dilakukan dalam kombinasi dengan tPA intravena.

b. Stroke Hemoragik

Perawatan darurat stroke hemoragik berfokus pada

pengendalian pendarahan dan mengurangi tekanan di otak.

Beberapa Tindakan yang dilakukan dalam perawatan stroke

hemoragik antara lain:

1) Tindakan Darurat

Pasien yang mengomsumsi warfarin (Coumadin Jantoven)

atau obat anti-plantelet seperti clopidogrel (Plavix) untuk


18

mencegah pembekuan darah, sebaiknya diberikan obat-obatan

atau transfuse produk darah untuk melawan efek pengencer

darah. Selain itu, pasien dapat diberikan obat untuk

menurunkan tekanan di otak (tekanan intracranial),

menurunkan tekanan darah, dan mencegah vasospasme atau

kejang. Setelah pendarahan di otak berhenti, perawatan

biasanya melibatkan perawatan medis yang membantu tubuh

menyerap darah. Jika area perdarahan besar, dokter mungkin

melakukan operasi untuk menghilangkan darah dari otak dan

mengurangi tekanan pada otak.

2) Operasi Perbaikan Pembuluh Darah

Pembedahan dapat digunakan untuk memperbaiki kelainan

pembuluh darah yang berhubungan dengan stroke hemoragik.

a) Surgical Clipping.

Sebuah prosedur untuk menutup aneurisma. Ahli bedah

saraf menghilangkan suatu bagian tengkorak untuk

mengakses aneurisma penyebab stroke. Selanjutnya, dokter

bedah akan menempatkan kliptogram kecil di leher untuk

menghentikan aliran darah yang masuk ke dalam.

b) Coiling (Embolisasi Endovaskular)

Seorang ahli bedah akan memasukkan kateter ke arteri

di pangkal paha menuju ke otak menggunakan pencitraan

X-ray. Kumparan kawat (koil) kecil dan tipis diarahkan ke

dalam aneurisma (aneurysm coiling). Koil akan mengisi


19

aneurisma yang menghalangi aliran darah dan

menyebabkan darah menggumpal.


20

B. Konsep dukungan keluarga

1. Defenisi dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan semua sikap dan Tindakan keluarga

dalam membantu anggota keluarga dengan memberikan perhatian atau

dorongan dalam mencapai kesejahteraan anggota keluarganya (Yaslina,

2011).

Dukungan keluarga adalah suatu system support yang diberikan

keluarga kepada yang mengalami gangguan kesehatan dimana didalamya

terdapat dukungan keluarga emosional, informasional, instrumental dan

penghargaan, dengan harapan keluarga yang sakit dapat pulih ataupun

meminimalisir dampak lain dari gangguan kesehatan yang dialami

(Ludiana and Supardi, 2020).

Perilaku atau gaya hidup klien stroke dapat dipengaruhi oleh

keluarga. Keadaan tersebut membuat klien stroke membutuhkan dukungan

dari lingkungan mereka khususnya adalah keluarga. Kesuksesan keluarga

dalam memberikan dukungan pada anggota keluarga dengan stroke dapat

mempercepat proses pemulihan mobilitas, pencapaian dalam aktivitas

sehari-hari dan kualitas hidup klien (Yaslina, 2011).

2. Dukungan keluarga pada pasien stroke

Dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian activity daily living

pada pasien pasca stroke sangat penting karena peran keluarga sangat

membantu dalam proses pemulihan anggota keluarganya. Sehingga

keluarga merupakan unit yang sangat dekat dengan pasien dan

merupakan perawat utama bagi pasien, sehingga semakin tinggi atau


21

semakin baik dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien pasca

stroke maka tingkat kemandirian dalam activity daily living pada pasien

tingkat pasca stroke semakin meningkat (Meo and Dikson, 2021)

Dukungan keluarga yang selalu memberi motivasi, penghargaan dan

informasi dapat meningkatkan semangat untuk melakukan aktivitas

sehari-harinya. Responden yang memiliki dukungan keluarga yang

kurang dikarenakan hidup terpisah dengan anggota keluarga yang lain

atau hidup sendiri, suami/istri salah satunya meninggal, dan hidup

dengan keluarga namun sudah tidak dipedulikan karena anggota keluarga

sibuk bekerja. Keputusan yang dibuat oleh anggota keluarga dan

dukungan unruk mengikuti terapi juga akan mempengaruhi kecepatan

pasien pasca stroke untuk mencapai kemandirian. Kemandirian akan

lebih cepat muncul apabila anggota keluaraga memberikan dukungan

yang tinggi untuk melakukan rehabilitasi (Meo and Dikson, 2021).

Dukungan keluarga sangat diperlukan pasien pasca stroke untuk

dapat bertahan dalam menjalani hidup, karena keluarga merupakan

bagian terdekat dari pasien, dukungan keluarga akan membuat pasien

stroke merasa dihargai dan diterimah, sehingga dapat meningkatkan

semangat dan motivasi dalam dirinya. Rendahnya dukungan keluarga

pada pasien stroke, akan mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Pasien

dapat menarik diri dari pergaulan dan merasa lebih sensitive, sehingga

pasien lebih mudah tersinggung (Friedman, 2013).


22

3. Jenis dukungan keluarga

Menurut friedman (1998), dalam zaidin 2010) menyatakan bahwa

keluarga berfungsi sebagai sistem pendukungan bagi anggotanya. Anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika (Syamsuddin, 2015). Terdapat

empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga

yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpa balik dan

penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang

aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi.

Bentuk dukungan emosional yang dapat dilakukan oleh keluarga

pada klien stroke yakni melakukan komunikasi yang terbuka dengan

keluaarga dengan mengungkapkan hal-hal yang dirasakan oleh klien,

menerima perubahan yang terjadi pada klien dan mendorong klien

untuk melakukan aktivitas sosial

b. Dukungan informasi

Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolekor

dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia, apabila

individu tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi maka

dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasehat,

dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah. Keluarga juga

merupakan penyebar informasi yang diwujudkan dengan


23

pemberian dukungan semangat, serta pengawasan terhadap pola

kegiatan sehari-hari.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan praktis dan kongkrit, dukungan ini bersifat nyata dan

bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang

membentuk dan keluarga dapat memenuhinya, sehingga keluarga

merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang

mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu, serta

modifikasi lingkungan.

d. Dukungan penilaian/penghargaan

Dukungan penghargaan, keluarga bertindak sebagai sebuah

bimbingan umpan balik, membimbing dan mempengaruhi pemecahan

masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota, misalnya:

pemberian pujian atau reward terhadap tindakan atau upaya

penyampaian pesan ataupun masalah, keluaraga bertindak sebagai

bimbingan umpan balik seperti dorongan bagi anggota keluarga (Ali,

2013).

C. Konsep kualitas hidup

1. Pengertian kualitas hidup

Kualitas hidup merupakan persepsi invidu terhadap posisi mereka

dalam konteks budaya dan nilai dimana mereka hidup dan dalam

hubunganya dengan tujuan hidup, harapan, standar dan perhatian. Hal ini

merupakan konsep yang luas yang mempengaruhi kesehatan fisik


24

seseorang, keadaan psikologis, tingkat ketergantungan, hubungan sosial,

keyakinan personal dan hubungannya dengan keinginan dimasa yang akan

datang (Ludiana et al, 2020).

Beberapa probelmatika pasca stroke yang menjadikan kulitas hidup

pasien pasca stroke rendah diantaranya adalah ketidakmampuan dalam

beraktivitas sehari-hari, ketidakmampuan bersosialisasi, kemunduran

fungsi kognitif dan gangguan psikologis (Ludiana et al, 2020).

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata kualitas

hidup pasien pasca stroke berada dibawah nilai tengah atau relative

memiliki kualitas hidup yang rendah, hal ini terjadi Karena stroke

merupakan salah satu penyakit yang memiliki berbagai komplikasi dan

berdampak pada keterbatsan fungsional baik bersifat fisik maupun mental

sehingga pasien akan memiliki tingkat ketergantungan pada orang lain

yang tinggi dan seiring berjalanya waktu maka akan menurunkan

keyakinan dan pandangan hidup pasien.

2. Domain kualitas hidup

Secara umum terdapat 6 bidang (domains) yang dipakai untuk

mengukur kualitas, yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan

sosial, lingkungan, tingakat kergantungan, spritual agama dan keyakinan

personal (Radiani, 2018)). Secara rinci, bidang-bidang penilaian kualitas

hidup antara lain:

a. Domain kesehatan fisik, hal-hal yang terkait didalamnya meliputi

aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada bahan-bahan medis atau


25

pertolongan medis, tenaga dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan

ketidaknyamanan, tidur dan I stirahat, serta kepastian kapasitas bekerja.

b. Domain psikologis, hal–hal yang terkait didalamnya seperti body image

dan penampilan, perasaan-perasaan negative dan positif, spritualitas

atau kepercayaan personal, pikiran, belajar, memori dan konsentrasi.

c. Domain sosial, hal-hal yang terkait didalamnya seperti hubungan sosial,

serta dukungan dan aktivitas seksual

d. Domain lingkungan, berkaitan dengan sumber-sumber finansial,

kebebasan, keamamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan

dan sosial (aksebilitas dan kualitas), lingkungan rumah, kesempatan

untuk memperoleh informasi dan belajar keterampilan baru,

kesempatan untuk reksreasi atau memiliki waktu luang, lingkungan

fisik (populasi, lalu lintas, iklim), serta transportasi

e. Domain Tingkat ketergantungan, hal-hal yang terkait didalamnya

seperti pergerakan, aktivitas sehari-hari, ketergantungan terhadap

subtansi obat dan bantuan medis

f. Domain Spiritual agama dan keyakinan personal, hal-hal yang terkait

didalamya seperti spiritual, Agama, dan keyakinan personal.

3. Faktor-faktor kualitas hidup

Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita pasca stroke antara

lain usia, jenis kelamin, pendidikan, penurunan fungsi motorik, kergantungan

dalam beraktivitas, depresi, depresi komordibitas, ekonomi rendah (Dharma,

2017). Pada penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah ketergantungan

dalam beraktivitas karena penderita pasca stroke akan mengalami kelemahan


26

ekstremitas yang dapat menyebabkan kesulitan dalam beraktivitas yang akan

mempengaruhi tingkat kemandirian aktivitas sehari-hari dan dapat menurunkan

kualitas hidup penderita pasca stoke. Hal tersebut sejalan (Kurnia et al, 2020)

dalam penelitianya mengatakan bahwa penderita pasca stroke mengalami

gangguan fisik dan fingsional tubuh yang bersifat jangka panjang dan

menimbulkan gangguan respon psikologis, sosial maupun spritualnya yang

mempengaruhi perubahan kualitas hidupnya.

4. Kualitas hidup pasien pasca stroke

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, tingginya

angka kecacatan akibat stroke disebabkan gangguan pada jaringan serebral

sehingga berakibat ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari, gangguan

mental emosi, dan penurunan produktivitas sehingga kondisi tersebut

berdampak pada kualitas hidup (Hafdia et al., 2018).

Dalam penelitian yang dilakukan (Hafdia et al., 2018) mendapati hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa pasien pasca stroke dengan kualitas hidup

baik lebih banyak pada cacat ringan dengan dibandingkan dengan cacat berat.

Demikian pula dengan pasien pasca stroke dengan kualitas hidup buruk lebih

banyak pada cacat ringan dibandingkan dengan cacat berat.

Pada penelitian yang dilakukan (Kurnia and Idris, 2020) mendapati

aspek yang paling buruk dari domain kualitas hidup pasien stroke adalah aspek

fisik dan aspek psikologis dengan kategori kurang baik.Sebaliknya aspek yang

lebih baik dari aspek-aspek tersebut yaitu hubungan sosial dan lingkungan. Hal

ini membuktikan bahwa aspek fisik merupakan domain yang sangat

berpengaruh dalam perubahan kualitas hidup pasien stroke diikuti oleh


27

psikologis. Faktor psikologis menjadi aspek yang menggangu kehidupan

pasien dimana pasien stroke merasa tidak lagi dapat menjalankan perannya

dalam keluarga seperti mengasuh anak dan mencari nafkah.

Pada penelitian dengan pasien stroke yang memiliki aktivitas dasar

sehari-hari pada kategori rendah, mereka akan cenderung mengalami stres

sesuai dengan tingkatan dalam beraktivitas. Hal ini memang wajar karena

mereka seperti merasa tertekan dengan keadaan tersebut. Jika mereka memiliki

keinginan, mereka harus menunggu orang lain yang dapat membantunya.

Selama belum ada orang yang dapat membantu, mereka akan merasa tertekan.

Apalagi bila keinginan tersebut merupakan keinginan untuk memenuhi

kebutuhan seperti BAB atau BAK yang sifatnya sangat pribadi dan perlu

bantuan orang yang terdekat di dalam hidupnya. Oleh karena itulah mereka

akan mudah stres karena segala yang menjadi kebutuhannya tidak segera dapat

terpenuhi (Kurnia and Idris, 2020).


28

D. Kerangka Teori Stroke

Tanda dan gejala terjadinya stroke menurut


(Haryono et al, 2020).

a. Kesulitan berbicara Gangguan pemenuhan


b. Kesulitan berjalan kebutuhan dasar
c. Kesulitan melihat satu arah atau
kedua mata
d. Kelumpuhan atau mati rasa pada
wajah, lengan, atau kaki
e. Sakit kepala
Kualitas hidup (Radiani,
2018)).

1. Kesehatan fisik
2. Lingkungan
3. Psikologis
4. Tingkat kergantungan
5. Hubungan sosial
6. Spiritual agama dan
keyakinan personal
Dukungan keluarga (H. Zaidin Ali,
S. KP. MBA.MM. )

1. Dukungan emosional
2. Dukungan informasi
3. Dukungan instrumental
4. Dukungan penilaian

Gambar 2. 1 Kerangka Teori


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITAN

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan suatu justifikasi secara ilmiah terhadap

penelitian yang telah dilakukan serta memberikan landasan yang kuat terhadap

topik yang dipilih sesuai dengan apa yang telah diidentifikasi dari setiap

masalah (Hidayat, 2014).

Kerangka konsep dari penelitan” Hubungan dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di RSUD H.A sulthan daeng radja

kabupaten bulukumba”
Kualitas hidup pasien pasca stroke

Dukungan keluarga pasien pasca - Kesehatan fisik


stroke - Lingkungan
- Psikologis
 Dimensi emosional
- Tingkat ketergantungan
 Dimesi penghargaan
- Hubungan sosial
 Dimesi informasi
- Spiritual agama dan
 Dimensi instrumen
keyakinan personal

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel dependen

: Variabel independen

: Penghubung antar setiap variable

Dari kerangka konsep diatas, dapat diketahui bahwa variabel yang

tidak terkait (variabel dependen) yang menjadi sebab timbulnya atau variabel

yang mempengaruhi (Sugiyono, 2013) adalah dukungan keluarga: dimensi

emosional, dimensi penghargaan, dimensi informasi, dimensi instrument.


30

Sedangkan variabel yang terkait (variabel independen) yang dipengaruhi atau

menjadi akibat adalah kualitas hidup pasien pasca stroke di RSUD H.A

Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba.

B. Variabel penelitian

Variabel penelitian merupakan segala susuatu baik itu atribut, sifat

ataupun nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk selanjutnya dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

1. Variabel bebas (independen variabel)

Yaitu dapat mempengaruhi variabel lain, sehingga suatu stimulus

yang dimanipulasi oleh peneliti sehingga dapat menciptakan suatu dampak

pada variabel dependen (Nursalam, 2018). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah dukungan keluarga.

2. Variabel terkait (dependen variabel)

Yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas atau

variabel independent (Nursalam, 2018).Variabel terkait dalam penelitian

ini adalah kualitas hidup.

C. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan abstraksi yang bisa diungkapkan

dalam bentuk kata-kata yang dapat membantu dalam meningkatkan

pemahaman (Ihsan, 2018).

1. Dukungan keluarga adalah suatu system support yang diberikan

keluarga kepada yang mengalami gangguan kesehatan dimana


31

didalamya terdapat dukungan keluarga emosional, informasional,

instrumental dan penghargaan, dengan harapan keluarga yang sakit

dapat pulih ataupun meminimalisir dampak lain dari gangguan

kesehatan yang dialami (Ludiana and Supardi, 2020).

2. Kualitas hidup merupakan persepsi invidu terhadap posisi mereka dalam

konteks budaya dan nilai dimana mereka hidup dan dalam hubunganya

dengan tujuan hidup, harapan, standar dan perhatian. Hal ini merupakan

konsep yang luas yang mempengaruhi kesehatan fisik seseorang,

keadaan p sikologis, tingkat ketergantungan, hubungan sosial, keyakinan

personal dan hubungannya dengan keinginan dimasa yang akan datang

(Ludiana and Supardi, 2020).

D. Defenisi Operasional

Definisi operasional mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang

dijadikan ukuran dalam penelitian (Hidayat, 2017).

Adapun defenisi operasional dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Dukungan keluarga

Suatu motivasi atau perhatian yang dibutuhkan oleh individu dalam

memahami kondisinya sehingga individu tersebut memahami dan tahu

bahwa dirinya diperhatikan.

a. Kriteria objektif :

1) Dukungan Baik : Apabila skor diperoleh 75-100


32

2) Dukungan sedang : Apabila skor diperoleh 50-74

3) Dukungan kurang : Apabila skor diperoleh 25-49

b. Alat ukur : Lembaran kuesioner yang

menggunakan skala liker

c. Skala ukur : Ordinal

2) Kualitas hidup

Sebagai suatu kepuasan individu dengan kehidupan secara

keseluruhan dan berhubungan dengan kesejahteraan pribadi.

a. Kriteria objektif

1) Kualitas Baik : Apabila skor diperoleh nilai ≥ 63

2) Kualitas kurang baik : Apabila skor diperoleh nilai < 63

b. Alat ukur : Lembaran koesioner yang

menggunakan skala liker

c. Skala ukur : Ordinal

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yaitu suatu jawaban sementara terhadap rumusan

masalah dalam penelitian, yang dimana telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Dikatakan jawaban sementara karena jawaban yang diberikan

masih berlandaskan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-

fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data sehingga hipotesis

juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

dalam penelitian, belum jawaban yang empirit (Sugiyono, 2017).


33

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Hubungan dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di RSUD H.A Sulthan

Daeng Radja Kabupaten Bulukumba.


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Pada pendekatan

cross sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh

saat ini juga, cara ini dilakukan dengan melakukan hasil survei, wawancara,

ataupun dengan penyebaran kuesioner pada responden penelitian. Pada

penelitian cross sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu

pengukuran atau observasi data tentang variabel independen dan juga variabel

dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2017).

B. Waktu dan lokasi penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD H.A Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai juli 2022.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah suatu wilayah generalisasi pada penelitian yang

terdiri dari objek dan subjek yang masing-masing memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

bisa ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).

43
44

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap yang

berkunjung dalam 6 bulan terakhir di RSUD H.A Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba, berjumlah 60 orang pada tahun 2021.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua data yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu,maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2014).

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap yang

berkunjung 6 bulan terakhir sebanyak 42 sampel


2 2
N Z 1−α / 2 σ
2 2 2
( N −1) d Z 1−α/ 2 σ

(60)(1,96)2 (3)2
( 60−1 ) 0,52 +(1,96)2 (3)2

60 . 3,84 . 9
59. 0,25+3,84 .9

2073,6
14,75+ 34,56

2073,6
49,31

¿ 42
45

3. Teknik sampling

Sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel, untuk

menentukan berapa jumlah sampel yang dibutuhkan oleh peneliti dalam

melakukan proses penelitiannya (Sugiyono, 2014).

Adapun tehnik pengambilan sampling pada penelitian ini yaitu

metode probability sampling dengan menggunakan tehnik penegambilan

sampel yaitu simple random sampling di sebut juga simple (sederhana),

dengan metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih

semua atau setiap individu yang temui dan telah memenuhi yang telah

ditentukan dalam pemilihan hingga jumlah sampel yang dibutuhkan

tersebut dapat terpenuhi (Dharma, 2017).

4. Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang dijadikan sampel dengan

memenuhi syarat yang telah ditentukan, sedangkan Kriteria eksklusi yaitu

kriteria yang tidak bisa dijadikan sampel karena tidak memenuhi syarat

dalam penelitian (Hidayat, 2017).

Adapun yang menjadi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yaitu:

a. Kriteria inklusi

1) Penderita yang bersedia menjadi responden dan menuntaskan

proses penelitian

2) Responden yang tidak mengalami gangguan kognitif dan gangguan

komunikasi

3) Responden yang mampu untuk berkomunkasi


46

b. Kriteria eksklusi

1) Memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk menjadi

responden.

D. Instrument penelitian

Instrument penelitian adalah alat ukur dalam penelitian yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Dimana

secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrument

penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan

demikian jumlah instrument yang akan digunakan untuk penelitian tergantung

pada jumlah variabel yang diteliti (Sugiyono, 2017).

1. Untuk variabel dukungan keluarga menggunakan lembar kuesioner

dimana kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan yang meliputi dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi/pengetahuan,

dukungan penilaian. Kuesioner ini diukur dengan menggunakan skala liker

dengan option jawaban sering sekali (4), sering (3), kadang – kadang (2),

dan tidak pernah (1).

2. Untuk variabel kualitas hidup menggunakan lembar kuesioner dimana

kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan dan diukur dengan menggunakan

skala liker dengan option jawaban sering sekali (4), sering (3), kadang –

kadang (2), dan tidak pernah (1).


47

E. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam

pengumpulan data penelitian. Cara pengumpulan data tersebut meliputi

wawancara berstruktur, observasi, angket, pengukuran, atau melihat data

statistic (data sekunder) seperti dokumentasi (Hidayat, 2017).

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan

data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono

and Anggraeni, 2017).

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan daya yang didapatkan dari pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Dimana data ini

biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia

(Saryono and Anggraeni, 2017).


48

F. Alur penelitian

Proposal Penelitian:
Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien pasca stroke di RSUD H.A Sulthan Daeng
Radja kabupaten bulukumba

Hipotesis:
Ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di
RSUD H.A Sulthan Daeng Radja kabupaten bulukumba

Populasi:
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang

Sampel:
42 reponden dengan menggunakan non probability sampling

Instrumen Penelitian:
Lembar Kuesioner

Tempat Penelitian:
RSUD H.A Sulthan Daeng radja
Kabupaten Bulukumba

Ijin Penelitian RSUD H.A Sulthan Daeng Radja Kabupaten


Bulukumba

Pengumpulan Analisa data:

Data sekunder Univariat


Bivariat

Gambar 4.1 Alur Penelitian


49

G. Teknik Pengelolaan Data dan Analisa Data

1. Teknik pengelolaan data

a. Editing

Upaya unutuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan,yaitu meliputi

1) Melengkapi data yang masih kosong atau kurang.

2) Meperbaiki kesalahan atau kekurang jelasan dari pecacatan data.

3) Memeriksa konsistensi data sesuai dengan data yang diinginkan.

4) Memeriksa reliabilitas data misalnya (membuang data-data yang

ekstrim).

5) Memeriksa keseragaman hasil pengukuran.

b. Coding

Merupakan kegiatan dalam membuat pengkodean terhadap data

sehingga dapat memudahkan dalam proses untuk menganalisis data,

yang kadang biasanya digunakan untuk data kualitatif. Dengan coding

ini, data kualitatif dapat dikonversi menjadi data kuantitatif. Proses

kuantifikasi mengikuti prosedur yang berlaku, misalnya dengan

menerapkan skala pengukuruan nominal dan skala ordinal

(Syamsuddin, 2015).

c. Tabulating

Kegiatan untuk membuat tabel data (menyajikan data dalam bentuk

tabel) untuk memudahkan analisis data maupun pelaporan. Tabel data


50

dibuat sesederhana mungkin sehingga informasi mudah ditangkap

oleh pengguna data maupun bagi bagian analisis data (Syamsuddin,

2015)..

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penilaian untuk

alasan tersebut digunakan uji statistik yang cocok dengan variabel

penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui:

a. Analisi Univariat

Analisis univariat digunakan secara deskriptif terkait dengan

distribusi frekuensi serta perbedaan proporsi dari setiap variabel

yangakan diteliti, baik variabel bebas (variable independent) ataupun

variabel terikat (variable dependent). Tujuan analisis univariat yaitu

untuk menjelaskan maupun mendeskripsikan karakteristik disetiap

variabel dalam sebuah penelitian (Sumantri, 2017).

b. Analisis Bivariate

Analisis Bivariat bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antara variabel independent dan variabel dependent. Uji

statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Uji ini bertujuan untuk

melihat ada atau tidaknya perbedaan proporsi yang bermakna antara

distribusi frekuensi yang diamati dengan derajat kemaknaan 0,05. Bila

P-Value, < 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna (Ho ditolak)

sedangkan P-Value > 0,05 itu artinya tidak ada hubungan yang

bermakna (Ho diterima)


51

H. Etika Penelitian

Secara umum dalam prinsip etika penelitian atau pengumpulan data

yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu prinsip keadilan, prinsip manfaat,

prinsip menghargai hak-hak subyek. Dalam melakukan sebuah penelitian,

peneliti tersebut perlu mempunyai rekomendasi sebelumnya dari pihak insitusi

atau pihak lainnya dengan mengajukan permohonan izin kepada Insitusi

terkait di tempat penelitian, setelah mendapat persetujuan barulah peneliti

melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian KNEPK

yang meliputi:

1. Respect For Person

Menghargai harkat martabat manusia, peneliti perlu

mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan informasi yang

terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan

menentukan pilhan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan penelitian.

2. Beneficience

Peneliti melaksankan penelitiannya sesuai dengan prosedur,

peneliti juga mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin

bagi subjek peneltian dan dapat digeneralisasikan ditingkat populasi.

3. Justice

Merupakan Prinsip keadilan memiliki konotasi latar belakang dan

keadaan untuk memenuhi prinsip keterbukaan. Penelitian dilakukan secara


52

jujur, hati-hati, profesional, berprikemanusian dan memperhatikan faktor-

faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intinitas, psikologis serta

perasaan religius subjek penelitian.

4. Informed Consent

Merupakan pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk

diambil datanya dan diikursertakan dalam penelitian. Dalam informad

consent harus ada penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan baik

mengenai tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang akan

diperoleh, resiko yang mungkin terjadi dan adanya pilihan bahwa subjek

penelitian dapat menarik diri kapan saja.


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Penderita Stroke Berdasarkan Jenis


Kelamin, Usia, dan Status Perkawinan RSUD H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten
Bulukumba pada tanggal 25 Agustus sampai 2 Oktober 2022

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)


Jenis kelamin :
Perempuan 28 66,7
Laki-laki 14 33,3
Usia :
42-50 20 47,6
51-60 22 52,4
Status perkawinan
Menikah 27 64.3
Janda 10 23.8
Duda 5 11.9
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1, jumlah pasien pasca stroke di RSUD H. A.

Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba berjenis kelamin perempuan

adalah sebanyak 28 orang atau sebesar 66,75% dari total pasien,

sedangkan pada jenis kelamin laki-laki adalah sebesar 14 orang atau

sebesar 33,3%.

Distribusi pasien pasca stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba yang berusia antara 42 sampai 52 tahun sebanyak

20 orang atau 47,6% sedangkan pada pasien yang berusia antara 51

sampai 60 tahun adalah sebanyak 22 orang atau sebesar 52,4% dari total

pasien.

Sementara status perkawinan pasien pasca stroke di RSUD H.A.

Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba sebagian besar bersatus


menikah yakni sebesar 64,3% atau sebanyak 27 orang, pasien yang

berstatus janda sebesar 10 orang atau 23,8% serta yang berstatus duda

sebanyak 5 orang atau 11,9%.

2. Analisis Univariat

a. Dukungan Keluarga Penderita Stroke

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Penderita Stroke


RSUD H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Bulukumba pada
tanggal 25 Agustus sampai 2 Oktober 2022

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)


Baik 37 88,1
Sedang 5 11,9
Kurang 0 0
Total 42 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan table 5.2 distribusi dukungan keluarga pada pasien

pasca stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten

Bulukumba setelah diberikan kuisioner pada 42 orang pasien maka

diperoleh 37 orang atau 88,1% pada dukungan kelurga kategori baik,

pada kategori sedang sebanyak 5 orang atau 11,9%, sedangkan pada

kategori kurang tidak ada pasien.

b. Kualitas Hidup Penderita Stroke

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Penderita Stroke


RSUD H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Bulukumba pada tanggal
25 Agustus sampai 2 Oktober 2022

Kualitas Hidup Frekuensi Persentase (%)


Baik 29 69
Kurang 13 31
Total 42 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi kualitas hidup pasien pasca

stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

setelah diberikan kuisioner pada 42 orang pasien maka diperoleh 29

orang atau 69% pada kualitas hidup kategori baik, sedangkan pada

kategori kurang sebanyak 13 orang atau 31%.

3. Analisis Bivariat
Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke
RSUD H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Bulukumba pada tanggal 25
Agustus sampai 2 Oktober 2022

Kualitas Hidup
Dukungan Baik Kurang Baik Total P
Keluarga
(N) (%) (N) (%) (N) (%)
Baik 28 75,7 9 24,3 37 100
Sedang 1 20 4 80 5 100 0,026
Total 29 69 13 31 42 100
Sumber* Uji SPSS Chi Square

Berdasarkan tabel 5.4, dukungan keluarga dengan kategori baik

dengan kualitas hidup yang baik terdapat 28 responden atau sebesar

75,7% dan dukungan keluarga kategori baik dengan kualitas hidup kurang

baik terdapat 9 responden atau sebesar 24,3%. Sedangkan, dukungan

keluarga kategori sedang dengan kualitas hidup baik sebanyak 1 orang

atau sebesar 20% dan dukungan keluarga kategori sedang dengan kualitas

hidup kurang baik sebanyak 4 orang atau sebesar 80%. Nilai Exact Sig.

(2-sided) hubungan dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien pasca

stroke Di Rsud H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba adalah

sebesar 0,026.
B. Pembahasan

1. Dukungan Keluarga pada Pasien Pasca Stroke

Pada penelitian ini, dukungan keluarga pada pasien pasca stroke

terbagi atas 3 kategori baik, sedang dan kurang baik. Pada dukungan

keluarga kategori baik terdapat 37 orang pasien atau sebesar 88,1%,

pada kategori sedang sebanyak 5 orang atau sebesar 11,9% serta tidak

terdapat responden pada kategori kurang baik.

Interaksi dengan orang-orang terdekat terutama keluarga

merupakan hal yang sangatlah penting, selain sebagai tempatnya

berbagi keluh dan kesah, juga sebagai pemberi rasa aman dan tenang

kepada pasien stroke. Menurut (Wardhani and Martini, 2015),

menyatakan bahwa dukungan keluarga akan membuat pasien stroke

merasa dihargai dan diterima, sehingga dapat meningkatkan semangat

dan motivasi dalam dirinya. Rendahnya dukungan keluarga pada

pasien stroke, akan mempengaruhi kondisi psikologi pasien. Pasien

dapat menarik diri dari pergaulan dan merasa lebih sensitif, sehingga

pasien lebih mudah tersinggung.

Menurut penelitian yang di lakukan oleh (Wahyuni and Dewi,

2018) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Efikasi Diri Pasien Pasca Stroke: Studi Cross Sectional di RSUD

Gambiran Kediri” dengan hasil penelitian : Variabel yang

berhubungan dengan efikasi diri pasien paska stroke adalah status


perkawinan, jenis stroke, serangan stroke yang ke berapa dan

dukungan keluarga. Dari penelitian tersebut, peneliti berasumsi bahwa

salah satu yang dibutuhkan oleh pasien pasca stroke adalah dukungan

keluarga yang mana dapat berupa pemberian motivasi sehingga

mereka memiliki motivasi hidup dan efikasi diri untuk sembuh,

peningkatan kualitas hidup serta mengurangi resiko depresi yang

sering terjadi kepada pasien pasca stroke.

Menurut (Jannah, Hariyono and Indrawati, 2020) dalam penelitiannya

yang berjudul “Dukungan Keluarga Dengan Self Care Pasien Post

Stroke” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Sebanyak 10 artikel

yang terpilih digunakan dalam penulisan literatur. Empat diantaranya

mengenai bahwa dukungan keluarga dapat memberikan efek peningkatan

dalam menjaga kualitas hidup pada pasien post stroke. Enam artikel lainnya

mengenai pemberian dukungan keluarga memili peranan penting terhadap

pasien post stroke dalam melakukan perawatan diri (self care) dalam

kehidupan sehari-hari. Dari penelitian tersebut, peneliti berasumsi bahwa

dengan adanya campur tangan keluarga dalam memberikan dukungan

kepada pasien pasca stroke dapat memberikan peningkatan pada pengaruh

dukungan keluarga terhadap pasien pasca stroke dalam menjalankan

kehidupannya sehari-hari.

Sesuai dengan pendapat di atas, dengan jumlah dukungan keluarga

dengan kategori baik lebih besar dari kategori yang sedang dan kurang

maka diharapkan kualitas hidup pasien pasca stroke juga lebih banyak

yang berada pada kategori baik pula.

2. Kualitas Hidup pada Pasien Pasca Stroke


Kualitas hidup pasien pasca stroke pada penelitian ini terbagi

menjadi dua kategori, yakni baik dan kurang baik. Berdasarkan pada

kuisioner yang di isi oleh responden, di temukan pasien pasca stroke

dengan kualitas hidup kategori baik terdapat 29 orang atau sebesar

69%, sedangkan pada kategori kurang baik sebesar 13 orang atau

31%.

Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap posisi mereka

dalam konteks budaya dan nilai dimana mereka hidup dan dalam

hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standar dan perhatian.

Hal ini merupakan konsep yang luas yang mempengaruhi kesehatan

fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat ketergantungan, hubungan

sosial, keyakinan personal dan hubungannya dengan keinginan dimasa

yang akan dating. Beberapa problematika pasca stroke yang

menjadikan kualitas hidup pasien pasca stroke rendah diantaranya

adalah ketidakmampuan fungsi dasar, ketidakmampuan dalam

beraktivitas sehari-hari, ketidakmampuan bersosialisasi, kemunduran

fungsi kognitif dan gangguan psikologis (Ludiana and Supardi, 2020).

Menurut Lombu dalam (Sari, 2021), mengenai gambaran kualitas

hidup pasien pasca stroke dimana nilai rata-rata domain terendah

adalah domain fisik. Faktor fisik yang kurang membuat pasien pasca

stroke di usia lanjut atau lansia kehilangan kesempatan dalam

mengaktualisasikan dirinya akibat keterbatasan fisik yang dimiliki.

Keterbatasan fisik inilah yang akan berdampak pada kualitas hidup

yang rendah. Skor rata-rata domain kualitas hidup yang tertinggi


adalah domain sosial. Hal ini karena responden dalam penelitian ini

masih tinggal bersama anggota keluarga sehingga meskipun mereka

menderita penyakit stroke, mereka masih dapat berinteraksi baik

dengan keluarga maupun masyarakat di sekitarnya. Lansia merasa

masih berguna bagi keluarga ataupun masyarakat di sekitar tempat

tinggalnya sehingga membuat kualitas hidup mereka menjadi lebih

baik.

Menurut (Pamungkas, 2017) yang berjudul “Pengaruh Program

Stroke Self Management terhadap Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke

di Kota Pontianak” dengan hasil penelitian: Terdapat perbedaan

kualitas hidup pada pasien pasca stroke yang diberikan program stroke

self management. Dari penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa

sangatlah penting peningkatan kualitas hidup bagi pasien pasca stroke

karena hal tersebut berkenaan dengan pengetahuan, perilaku, dan sikap

pasien dalam menangani masalah kesehatan yang dialaminya sendiri dan

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Pasca

Stroke

Hasil uji hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup

pasien pasca stroke dengan mengisi kuisioner yang diberikan kepada

42 orang responden pasien pasca stroke diperoleh dukungan keluarga

dengan kategori baik dengan kualitas hidup kategori baik terdapat 28

responden atau sebesar 75,7% dan dukungan keluarga kategori baik

dengan kualitas hidup kurang baik terdapat 9 responden atau sebesar


24,3%. Sedangkan, dukungan keluarga kategori sedang dengan

kualitas hidup baik sebanyak 1 orang atau sebesar 20% dan dukungan

keluarga kategori sedang dengan kualitas hidup kurang baik sebanyak

4 orang atau sebesar 80%. Serta, nilai Exact sig. 2-sided atau nilai

P=0,026 < 0,05. Sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan

dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien pasca stroke Di Rsud

H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba.

Setelah dilakukan uji Chi-Square diperoleh nilai Exact Sig. (2-

sided) sebesar 0,026, dimana nilai tersebut < 0,05 yang berarti

terdapat hubungan signifikan antara dukungan keluarga dan kualitas

hidup pasien pasca stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba.

Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ludiana and

Supardi, 2020) yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas

Banjarsari Metro” menyimpulkan bahwa dukungan keluarga yang

diberikan kepada lanjut usia pasca stroke di wilayah kerja Puskesmas

Gajahan Surakarta sebagian besar berada dalam kategori baik dengan

jumlah 25 responden (54,3%). Kualitas hidup lanjut usia pasca stroke

memiliki perbandingan yang sama yaitu sebagian berada dalam

kategori tinggi dengan jumlah 23 orang (50,0%). Sedangkan sebagian

lagi memiliki kualitas hidup yang rendah sebanyak 23 orang. Hasil

penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dengan kualitas hidup lanjut usia pasca stroke di


wilayah kerja Puskesmas Gajahan Surakarta dengan nilai signifikansi

sebesar 0,000 dan nilai r sebesar 0,829. Dari penelitian tersebut

beranggapan bahwa dukungan keluarga dapat menjadi moderator

stress bagi kehidupan pasien karena membuat pasien merasa

diperhatikan, dihargai dan dibutuhkan oleh keluarganya sehingga

memperjelas peranan keluarga dalam meningkatkan kualitas hidup

pasien pasca stroke dengan memberikan dukungan dalam berbagai

bentuk seperti dukungan instrumental, informasional, appraisal,

maupun emosional.

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2021) yang

berjudul “Literatur Review : Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Kualitas Hidup pada Pasien Pasca Stroke” yang melakukan literature

review pada 5 jurnal tentang analisis Hubungan dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pada pasien pasca stroke, diperoleh bahwa

semua artikel memiliki hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pada pasien pasca stroke. Dari

penelitian tersebut, memperkuat asumsi peneliti tentang pengaruh

dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien pasca stroke karena

dengan adanya keluarga sebagai support system dapat memberikan

percayaan diri dan rasa aman dari lingkungannya, keterbukaan dengan

keluarga tentang kendala yang dialaminya serta dukungan emosional

yang dibutuhkan untuk mendapatkan ataupun meningkatkan semangat

untuk melanjutkan hidupnya.


C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Responden dalam penelitian ini adalah pasien pasca stroke sehingga

terdapat beberapa responden yang kesulitan dalam mengisi kuisioner

yang diberikan, memerlukan waktu yang lebih lama ataupun

membutuhkan bantuan orang lain.

2. Peneliti harus mendatangi kediaman responden satu persatu, sehingga

waktu yang dibutuhkan dalam penelitian lebih lama.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di tarik dari penelitian in adalah sebagai

berikut:

1. Dukungan keluarga pasien pasca stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng

Radja Kabupaten Bulukumba 88,1% dengan kategori baik.

2. Kualitas hidup pasien pasca stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng

Radja Kabupaten Bulukumba diperoleh 69% dengan kategori baik.

3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien

pasca stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten

Bulukumba.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan diatas

maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi responden

Kepada para responden, peneliti berharap, agar dapat lebih semangat

dalam menjalani hidup, tidak segan untuk meminta bantuan kepada

orang lain terutama keluarga serta tidak berkecil hati atas apa yang

telah terjadi.

2. Bagi petugas kesehatan

Kerja sama antara perawat, dokter, dan keluarga sangat diperlukan

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pasca stroke dengan

memberikan dukungan baik bantuan maupun motivasi karena ini

penting bagi pasien stroke.

3. Bagi institusi

Penelitian ini perlu dijadikan sebagai sumber bacaan untuk

menerapkan dukungan keluarga kepada pasien pasca stroke untuk

membantu meningkatkan kualitas hidup pada pasien pasca stroke.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar melanjutkan penelitian

ataupun memodifikasi penelitian mengenai faktor – faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup pada pasien pasca stroke.

Anda mungkin juga menyukai