Anda di halaman 1dari 55

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS

HIDUP PASIEN PASCA STROKE DI RSUD H.A. SULTHAN


DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

Oleh:
ANA JIHAD ISLAMIA
NIM.A.18.10.010

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022
ABSTRAK

Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di RSUD H.A
Sulthan Daeng Radja kabupaten bulukumba. Ana jihad islamia 1 , A Nurlela Amin2 , Muh
Asri3

Latar belakang : Data dari Rsud H.A Sultan Daeng Radja bulukumba penderita stroke pada tahun
2019 sebanyak 101 orang, 2020 sebanyak 163 0rang, dan untuk tahun 2021 sebesar 490 orang,
sejak tahun 2019 hinggga 2021 tercatat sekitar 754 orang terdiagnosis penyakit stroke, jadi setiap
tahunya mengalami peningkatan, kualitas hidup penderita pasca stroke dapat mengalami
gangguan atau hambatan,oleh karena itu dukungan keluarga sangatlah dibutuhkan untuk
membantu pasien dalam fase rehabilitasi secara optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien pasca stroke.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien pasca
stroke di Rsud H. A sultahan daeng radja kabupaten bulukumba.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan jumlah populasi sampel yaitu
60 dan jumlah sampel sebanyak 42 orang. Tehnik pengambilan sampel yaitu sampel random
sampling di sebut juga simple.
Hasil : Hasil analisis menggunakan uji chi square. Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p
adalah 0,026, dengan demikian p <0,026< 0,05).
Kesimpulan dan saran : Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan dukungan
keluarga saat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pasca stroke. Agar dapat lebih
semangat dalam menjalni hidup,tidak segan untuk meminta bantuan kepada orang lain terutama
keluarga serta tidak berkecil hati atas apa yang telah terjadi

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Kualitas Hidup dan Pasien Pasca Stroke

i
ii
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Stroke adalah penyakit neurologis yang terutama mempengaruhi

fungsi fungsional dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.

Tumbuh cepat dalam hitungan detik atau menit. Gejala-gejala ini berlangsung

2 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kecacatan, masalah kesehatan

mental, dan bahkan kematian. (Jam’anamany, 2021).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, prevalensi stroke menunjukkan

bahwa Setiap tahun ada 13,7 juta stroke baru dan sekitar 5,5 juta orang

meninggal karena stroke. Frekuensi stroke di Amerika Serikat sekitar 7 juta

orang (3,0%), sedangkan di Cina sekitar dari 9,4% di daerah perkotaan hingga

1,8% di daerah pedesaan. (Departemen Kesehatan RI, 2018). Menurut

Riskesdas 2018, prevalensi penderita stroke di Indonesia tahun 2018

berdasarkan diagnosis dokter adalah 10,9% atau diperkirakan 2.120.362.

Provinsi dengan jumlah penderita stroke terbanyak adalah Kalimantan Timur

(14,7%) dan Yogyakarta (14,6%), sedangkan Papua dan Maluku Utara

memiliki stroke paling sedikit. (4,6 ± 4,1%)..(RISKESDAS, 2018).

Prevalensi penderita stroke diprovinsi Sulawesi selatan tahun 2018,

menurut data Riskesdas 2018, Sebasar Berdasarkan diagnosis dokter pada

populasi berusia 15 tahun (10,9%), angka stroke berdasarkan karakteristik

tertinggi pada usia 75 (48,2%), dengan angka stroke terendah pada usia 75

(48,2%). Kelompok umur Menurut jenis kelamin 15-24 tahun (0,7%), laki-laki

(9,1%)
3

dan perempuan lebih sedikit (12%). Sebagian besar penduduk yang terkena

stroke tidak memiliki pekerjaan (20%) dan sebagian besar juga tidak memiliki

pendidikan tidak atau belum pernah sekolah (22,4%), dan paling banyak

penderita stroke tinggal didaerah perkotaan (12,3%) (RISKESDAS, 2018).

Stroke, penyakit kronis pada sistem saraf, menyebabkan masalah pasca

stroke seperti kelumpuhan anggota badan dan wajah, gangguan penglihatan,

gangguan kognitif, dan kondisi kejiwaan, termasuk gangguan kognitif dan

fungsi memori. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan

fungsi dasar, aktivitas sehari-hari, sosialisasi, penurunan kognitif, dan masalah

psikologis.(Ludiana and Supardi, 2020).

Kualitas hidup pasien stroke mungkin terganggu atau terganggu. Oleh

lantaran itu, dukungan famili sangat diharapkan buat mendukung pasien

secara optimal selama fase rehabilitasi sehingga kualitas hidup pasien stroke

dapat ditingkatkan. (Rahman, Dewi and Setyopranoto, 2017).

Kualitas hidup mengacu pada penilaian subjektif dari keadaan

Kesehatan manusia dalam menilai kualitas hidup. Kualitas hidup adalah istilah

yang menggambarkan kesejahteraan, inklusif kesejahteraan secara

keseluruhan dan kepuasan hidup. Dukungan keluarga selama Rehabilitasi

penting untuk meningkatkan kualitas hidup. Kurangnya kasih sayang,

perhatian dan dorongan dari keluarga dapat mempengaruhi kemampuan untuk

melakukan aktivitas (Ludiana and Supardi, 2020).


4

Dukungan keluarga adalah prediktor terkuat dari dampak positif pada

perawatan diri pasien. Dukungan Keluarga adalah anggota dari suatu

kelompok sosial. Dukungan keluarga memiliki lima dimensi: Emosional,

bermanfaat, instrumental, informatif, dan mudah bergaul. keterlibatan.

(Suhartini, 2013).

Bantuan Keluarga bukan sekedar membantu, yang penting bagaimana

penerima mempersepsikan arti bantuan. Persepsi ini berjalan seiring Dengan

akurasi dukungan yang diberikan. Dengan kata lain, orang yang menerima

dukungan dapat merasakan kepuasan berada di sana dan menyadari manfaat

dari dukungan tersebut. (Suhartini, 2013). Dukungan keluarga dapat membuat

Anda merasa dihargai dan dicintai. (Ludiana and Supardi, 2020).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. (Yaslina, 2011)

menunjukkan hubungan dengan dukungan emosional dalam perawatan pasca

stroke. Dukungan emosional mengarah pada ekspresi, empati dan kepedulian

terhadap keluarga,mengarah pada perasaan yang lebih baik, memulihkan

kepercayaan, merasa disertakan, merasa dicintai, serta Mengurangi &

mencegah dampak stres. , secara pribadi bisa menaikkan kesehatan individu &

keluarga.

(Vihandayani, Wiratmo and Hijriati, 2019) dalam penelitiannya di

RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat mengatakan Pada p-value 0,000

dukungan psikologis keluarga memiliki dampak yang signifikan terhadap

kualitas hidup, pasca stroke. Dalam studi selanjutnya (R. Rahman, Dewi and

Setyopranoto, 2017) menemukan faktor pendukung yang bermanfaat dan


5

cukup besar dalam kualitas hidup pasien setelah stroke akut. dan penelitian

selesai (Ludiana dan Supardi, 2020) Fokus pada dukungan keluarga berupa

dukungan instrumental,informatif, apresiatif, dan emosional terbukti sangat

terkait dengan kualitas hidup korban stroke.

Dukungan keluarga merupakan sumber eksternal terpenting yang

secara signifikan dapat mengurangi stres dalam kehidupan pasien, membantu

pasien merasa diperhatikan, dicintai, dihargai, dan keluarga yang mereka

butuhkan dapat menjadi anggota. Dengan demikian, Jelas bahwa keluarga

berperan penting dalam peningkatan kualitas hidup penderita stroke, dan

upaya peningkatan kualitas hidup penderita stroke dapat difasilitasi dengan

pendekatan kekeluargaan kepada keluarga. Saya ingin menghidupi keluarga

sayadalam meningkatkan kualitas hidup pasien. (Ludiana and Supardi, 2020).

Data dari RSUD. H. A. Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

pada tanggal 13 Desember 2021 menunjukkan penderita stroke pada tahun

2019 sebanyak 101 orang, 2020 sebanyak 163 0rang, dan untuk tahun 2021

sebesar 490 orang, sejak tahun 2019 hinggga 2021 tercatat sekitar 754 orang

terdiagnosis penyakit stroke, jadi setiap tahunya mengalami peningkatan. Serta

berdasarkan hasil wawancara peneliti pada keluarga dan pasien menyatakan

pasien mengalami keterbatasan bergerak dengan berjalan harus dengan

bantuan, Penyakitnya membuatnya sulit untuk bepergian dan dia Selalu

bergantung pada orang lain. Jadi penting untuk mendukung orang-orang di

sekitar Anda. terutama keluarga Anda, karena stroke dapat menyebabkan

berbagai masalah fisik dan psikologis bagi pasien. Menurunnya dukungan

keluarga menurunkan kualitas hidup beresiko.


6

Oleh karena itu, peneliti berencana untuk meneliti lebih lanjut

hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien stroke

dengan menggunakan empat dimensi dukungan keluarga.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah penelitian Bagaimana dukungan keluarga terhadap

kualitas hidup pasien stroke di RS H. Andy Sultan Daeng Raja Kabupaten

Bulukumba?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Menggali hubungan antara dukungan keluarga dan kualitas hidup

pada pasien pasca stroke di Rsud sulthan daeng radja kabupaten

bulukumba

2. Tujuan khusus

a. Identifikasi dukungan keluarga untuk pasien pasca stroke di RSUD

H.A Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

b. Menentukan Kualitas Hidup pada Pasien StrokeRSUD H.A Sulthan

Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

c. Analisis hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasca

stroke di RSUD H.A Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

D. Manfaat penelitian
7

1. Manfaat teoritis

Memberikan tambahan informasi tentang interaksi dukungan

famili menggunakan kualitas hayati pasien pasca stroke serta dapat

dijadikan referensi bagi penelitian terkait selanjutnya.

2. Manfaat aplikatif

a. Pengembangan ilmu keperawatan

Pengetahuan keperawatan dapat ditambahkan dan Hal ini Hal

ini akan berfungsi sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut yang

berfokus pada kinerja keluarga dalam kapasitas pengasuhan mereka

yang berkualitas kepada pasien pasca stroke.

b. Pelayanan keperawatan

Sebagai dasar pemberian pelayanan medis khususnya dalam

pengobatan pasien stroke.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stroke

1. Defenisi stroke

Stroke, atau kecelakaan serebrovaskular, adalah hilangnya fungsi

otak yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak.Stroke umumnya

hasil dari akumulasi penyakit serebrovaskular selama beberapa tahun.

Penyakit serebrovaskular ini menghadirkan gangguan otak multipel, baik

fungsional maupun struktural, yang disebabkan oleh kondisi patofisiologi

sistem serebrovaskular, serebrovaskular, atau serebrovaskular.(Susilo,

2018).

Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perubahan neurologis yang diakibatkan oleh gangguan aliran darah ke otak.

Dua jenis utama stroke adalah iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik

disebabkan oleh bekuan darah yang menghalangi pembuluh darah

(pembuluh darah) atau oleh emboli (darah, udara atau bekuan benda asing

yang tersangkut di pembuluh darah di otak). dari otak (Jahe hokanson

hawks, 2014).

2. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke dari patologi menurut agresi stroke terbagi menjadi

dua bagian (Muttaqin, 2011) :

a. Stroke Hemoragik

Perdarahan serebral dan perdarahan subarachnoid dapat terjadi.

Hal ini Hal Hal ini disebabkan oleh pecahnya beberapa pembuluh

darah di otak.Event ini bisa diaktifkan saat aktif atau aktif, tetapi juga
9

bisa diaktifkan saat tidak aktif. Dalam hal ini, kesadaran klien

umumnya diturunkan. spontan daripada trauma kepala akibat ruptur

arteri, vena, dan kapiler.

b. Stroke nonhemoragik

Ini Ini bisa Dapat terjadi setelah istirahat, setelah bangun tidur,

atau di pagi hari, dalam bentuk iskemia atau emboli serebral dan

trombosis. Meskipun tidak ada perdarahan, iskemia dapat terjadi,

menyebabkan hipoksia dan edema sekunder. Kesadaran umumnya

baik.

3. Etiologi Stroke

Stroke dapat disebabkan oleh penyumbatan atau kebocoran

arteri (stroke iskemik) dan pembuluh darah yang pecah (stroke

hemoragik). Beberapa orang mengalami penghentian sementara aliran

darah ke otak yang tidak menyebabkan kerusakan permanen (transient

ischemic attack, atau TIA).(Haryono and Utami, 2020)

a. Stroke Iskemik

Sekitar 80% stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik

terjadi ketika arteri di otak menyempit atau tersumbat.mengakibatkan

penurunan parah dalam aliran darah (iskemia). Stroke iskemik dapat

dibagi menjadi dua bagian:


10

1). Stroke trombotik

Stroke trombotik dapat terjadi ketika gumpalan darah

(penyumbatan) terbentuk di antara salah satu arteri yang memasok

darah ke otak. Gumpalan darah ini disebabkan oleh timbunan

lemak (plak) di arteri, yang menyebabkan berkurangnya aliran

darah (aterosklerosis) dan penyakit arteri lainnya.

2).Stroke embolik

Stroke emboli terjadi ketika gumpalan darah atau kotoran

lain menyebar ke luar otak dan tersapu oleh aliran darah.

Gumpalan darah jenis ini disebut embolus. Stroke emboli terjadi

setelah arteri tersumbat oleh gumpalan yang terbentuk di luar otak.

Alasan umum emboli yang mengarah ke stroke adalah emboli yang

merusak jantung dan karotis umum atau aorta setelah infark

miokard atau fibrilasi atrium. (Haryono and Utami, 2020).

b. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak bocor

atau pecah. Pendarahan di otak dapat disebabkan oleh banyak kondisi

yang mempengaruhi pembuluh darah, seperti:

B. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol (hipertensi), pengobatan

berlebihan dengan antikoagulan (hemotin) dan kerusakan,

melemahnya pembuluh darah (aneurisma). Robekan jaringan yang

tidak normal pada vena berdinding tipis (malformasi vena anterior).

Jenis-Jenis Stroke Hemoragik:


11

1) Perdarahan Intraserebral

Pada Perdarahan Pembuluh darah di otak pecah, menyebar

ke jaringan otak di sekitarnya dan merusak sel-sel otak. Sel-sel

otak di luar bocor dan menjadi rusak. Tekanan darah tinggi,

trauma, malformasi pembuluh darah, penggunaan pengencer darah

dan penyakit lainnya dapat menyebabkan pendarahan otak.

2) Perdarahan Subrakanoid.

Perdarahan subkranial biasanya disebabkan oleh aneurisma

otak atau kelainan pada arteri serebral. Aneurisma otak adalah area

melingkar kecil atau tidak beraturan yang mengembang

sedemikian rupa sehingga dinding pembuluh darah melemah dan

cenderung pecah. Penyebab aneurisma otak tidak diketahui.

Beberapa orang dengan aneurisma terlahir dengan kondisi ini

tersebut dan berkembang sangat lambat (Haryono and Utami,

2020).

c. Serangan Iskemik Transien (TIA)

Serangan iskemik transien (TIA) adalah kondisi sementara yang

meniru gejala stroke. TIA terjadi ketika aliran darah ke otak untuk

sementara berkurang. TIA terjadi ketika gumpalan darah atau puing-

puing menyumbat aliran darah ke bagian sistem saraf tersebut. Namun,

TIA tidak menyebabkan kerusakan atau gejala jaringan permanen

menetap. Ketika seseorang memiliki TIA, arteri mengarah ke sumber

pembekuan darah di otak atau jantung mungkin tersumbat atau

menyempit. (Haryono and Utami, 2020).


12

4. Patofisiologi Stroke
Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi di mana aliran darah

berkurang atau tidak ada. Hipoksia dapat menyebabkan iskemia

serebral. Otot tidak bisa melakukan ini memanfaatkan metabolisme

anaerobik karena kekurangan oksigen glukosa. Otak menerima lebih

banyak aliran darah daripada bagian tubuh lainnya, tetapi kurang

penting dalam menjaga metabolisme otak. Iskemia jangka pendek

dapat menyebabkan neuropati sementara, atau TIA. Kerusakan akan

terjadi jika aliran darah tidak dipulihkan jaringan otak atau infark yang

tidak dapat diperbaiki dapat terjadi dalam beberapa menit, tergantung

pada kekuatan perisai sekunder.

Iskemia mempengaruhi metabolisme dengan cepat, dan kematian

sel serta perubahan permanen dapat terjadi dalam 3-10 menit. Tingkat

oksigen dasar pasien dan kemampuan untuk mengkompensasi akan

menentukan seberapa cepat itu berubah ireversibel terjadi. Sirkulasi

dapat terganggu oleh gangguan sirkulasi lokal seperti B. Sepertiga

lebih rendah dari normal sebelum terjadi aliran darah yang memadai ke

otak (tekanan arteri rata-rata kurang dari 50 mm Hg dianggap normal).

Dalam waktu singkat, pasien kehilangan autoregulasi kompensas

mengalami gejala neuropati. (Jahe hokanson hawks, 2014)

5. Tanda dan Gejala Stroke


Manifestasi klinis stroke tergantung pada tempat atau tempat

yang terkena, kecepatan stroke, ukuran lesi dan efek samping. Gejala

Klinis Stroke Akut adalah:


13

a. Sulit untuk Bicara dan bingung, Pasien mengalami kesulitan

berbicara buat menyampaikan istilah-istilah dan/atau kesulitan

memahami secara langsung apa yang dikatakan orang lain

b. Kesulitan berjalan, penderita stroke bisa jatuh, mengalami pusing

mendadak, kehilangan keseimbangan, atau kehilangan koordinasi

c. Kesulitan melihat dalam satu atau ke 2 mata. Korban stroke

mengalami gangguan penglihatan misalnya mata kabur atau hitam

dalam keliru satu atau ke 2 mata

d. Kelumpuhan atau mati rasa di wajah, lengan atau kaki. Seorang

penderita stroke mungkin mengalami mati rasa, kelemahan, atau

mati rasa secara tiba-tiba di wajah, lengan, atau kaki. Ini sering

terjadi di satu sisi tubuh

e. Sakit kepala parah yang tiba-tiba yang mungkin disertai dengan

muntah, pusing, atau kehilangan kesadaran dapat mengindikasikan

stroke. (Haryono and Utami, 2020).

6. Kriteria Diagnosis
a. CT-scan (Computerized Scanner)

Tes Hal ini berguna dalam membedakan antara stroke iskemik

dan hemoragik dan dapat digunakan untuk menilai lokasi, ukuran

dan luasnya. (setelah 24 jam) dari area infark.

b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Dapat mengukapkan pembengkakan otak atau kondisi lain

yang mungkin menyebabkan gejalah seperti tumor.


14

c. EEG (Electro Encefalo Graphy)

Untuk mengevaluasi gangguan peredaran darah (perubahan

pada otak yang disebabkan oleh metabolisme sel saraf yang

mengganggu transmisi impuls listrik).

d. ECG (Elektro Cardio Graphy)

Untuk menilai dan merekam impuls listrik atau aritmia

jantung. Aritmia menunjukkan stroke embolik.

e. Angiografis serebral

Konstriktor Pembuluh darah yang diinfuskan menunjukkan

apakah ada berkas arteri karotis, pembuluh besar Willis di arteri

vertebralis, atau cabang dari arteri serebral kecil yang mungkin

mengindikasikan lokasi stroke.

f. Pemeriksaan laboratorium/darah

Memantau sampel darah, urine atau ekskresi dari bagian

belakang tenggorakan dapat diuji unruk virus atau agen infeksi

(Haryono and Utami, 2020).

7. Komplikasi stroke
Stroke dapat menyebabkan cacat sementara atau permanen,

tergantung pada berapa lama otak tanpa aliran darah dan bagian mana

yang terpengaruh, yaitu:

a. Kelumpuhan atau hilangnya pergerakan otot

Penderita stroke dapat menjadi lumpuh di satu sisi tubuh

atau kehilangan kendali atas otot-otot tertentu, seperti bokong,


15

otot-otot di sisi lain wajah atau bagian tubuh lainnya. Terapi fisik

membantu pasien berjalan, makan, dan berpakaian.

b. Kesulitan berbicara atau menelan

Stroke merusak kontrol otot-otot mulut dan tenggorokan,

sehingga sulit untuk berbicara (disfagia), menelan (disfagia), dan

makan. Penderita stroke juga dapat mengalami gangguan bicara

(afasia) saat berbicara, memahami, membaca dan menulis.

c. kehilangan ingatan atau kesulitan berpikir

Banyak penderita stroke juga menderita kehilangan ingatan.

Selain itu, penderita stroke mungkin mengalami kesulitan berpikir

menciptakan keputusan, & tahu konsep.

d. Masalah emosional

Orang yang mengalami stroke merasa lebih sulit untuk

mengendalikan emosi mereka dan menderita depresi.

e. Rasa sakit

Nyeri, mati rasa, atau sensasi aneh lainnya di bagian tubuh

Anda yang terkena stroke. Misalnya, stroke dapat menyebabkan

mati rasa di lengan kiri atau sensasi kesemutan yang tidak nyaman

di lengan kiri.

f. Mereka Mereka juga bisa sensitif terhadap perubahan suhu tubuh

setelah stroke, terutama pada cuaca dingin yang ekstrem.

Komplikasi ini dikenal sebagai dampak nyeri atau sindrom nyeri

(Tandra, 2014).
16

8. Penatalaksanaan Stroke
Dalam (Haryono and Utami, 2020) Perawatan awal untuk

stroke tergantung pada apakah stroke tersebut merupakan stroke

iskemik atau hemoragik dengan perdarahan intraserebral.

a. Stroke Iskemik

Untuk mengobati stroke iskemik, langkah-langkah berikut

harus dilakukan untuk mengembalikan aliran darah ke otak. cepat.

1) pertolongan pertama medis

Obat yang dapat diberikan adalah injeksi tissue

plasminogen activator (tPA) secara intravena. Antikoagulan kuat

Ini idealnya diberikan dalam waktu 3 jam. Dalam beberapa kasus,

tPA dapat diberikan dalam waktu 4,5 jam setelah timbulnya gejala

stroke. Obat-obatan ini mengembalikan aliran darah dengan

memecah gumpalan darah yang menyebabkan stroke, dan dapat

membantu orang yang menderita stroke untuk pulih sepenuhnya.

2) Prosedur Endovaskuler Darurat

Pengobatan stroke iskemik mungkin termasuk operasi

langsung pada Pembuluh darah tersumbat. Prosedur ini harus

dilakukan sesegera mungkin, tergantung pada kasusnya jenis

gumpalan

a) obat mencapai otak secara langsung

Seorang Dokter mungkin memasukkan tabung tipis panjang

(kateter) ke dalam otak, yang disuntikkan melalui arteri


17

selangkangan ke otak untuk mengirimkan tPA langsung ke area

stroke. Ini disebut trombolisis intra-arteri.

b) Menghilangkan bekuan dengan retriever stent

Dokter menggunakan kateter untuk memasukkan alat ke

dalam pembuluh darah yang tersumbat di otak untuk

mengumpulkan dan mengeluarkan bekuan darah. Prosedur ini

sangat berguna untuk orang dengan gumpalan darah besar

yang tidak sepenuhnya larut dengan tPA, tetapi sering

dikombinasikan dengan tPA intravena.

a. Stroke Hemoragik

Perawatan pertolongan pertama untuk stroke hemoragik

berfokus pada pengendalian perdarahan dan penurunan tekanan

intrakranial. dilakukan dalam perawatan stroke hemoragik antara

lain:

1) Tindakan Darurat

Pasien yang memakai obat anti-herbal seperti warfarin

(Coumadin Jantoven) atau Clopidogrel (Plavix), yang digunakan

Untuk mencegah pembekuan darah, orang harus diberikan obat

atau produk darah untuk melawan efek pengencer darah. Obat-

obatan dapat diberikan untuk menurunkan tekanan darah dan

mencegah vasospasme dan kram. Setelah pendarahan di otak

berhenti, pengobatan biasanya mencakup perawatan untuk

membantu tubuh menyerap darah. Jika area pendarahan besar,

dokter mungkin melakukan operasi untuk mengeluarkan darah dari


18

otak dan mengurangi tekanan di otak.Operasi Perbaikan Pembuluh

Darah

Pembedahan dapat digunakan untuk memperbaiki

gangguan vaskular terkait episode perdarahan.

a) Surgical Clipping.

Prosedur buat menutup aneurisma. Seorang pakar bedah

saraf mengangkat bagian berdasarkan tengkorak buat

menerima akses ke aneurisma yang menyebabkan stroke.

Dokter bedah kemudian menempatkan kriptogram kecil di

leher Anda untuk menghentikan aliran darah.

b) Coiling (Embolisasi Endovaskular)

Ahli bedah menggunakan sinar-x untuk memasukkan

kateter ke dalam arteri inguinalis yang menuju ke otak.

Sebuah kumparan kecil, kawat tipis dimasukkan Aneurisma

(aneurisma bulat). Kumparan mengisi aneurisma,

menghalangi aliran darah dan memungkinkan darah

mengalir menggumpal.
19

B. Konsep dukungan keluarga

1. Defenisi dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mencakup semua sikap dan perilaku keluarga

untuk membantu keluargadengan memberikan perhatian atau dorongan

dalam mencapai kesejahteraan anggota keluarganya (Yaslina, 2011).

Dukungan famili merupakan sistem dukungan yg diberikan

seseorang anggota famili kepada seseorang dengan masalah kesehatan,

dengan tujuan untuk menyembuhkan atau meminimalkan efek lain dari

masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit., kemudian dukungan

keluarga yang bersifat emosional, informatif, instrumental, dan

bermanfaat. (Ludiana and Supardi, 2020).

Perilaku dan gaya hidup penderita stroke dapat dipengaruhi oleh

anggota keluarga. Situasi ini berarti bahwa penderita stroke Yang

terpenting, mereka membutuhkan dukungan dari orang yang dicintai dan

orang yang dicintai. dukungan keluarga yang berhasil untuk keluarga

stroke dapat mempercepat proses pemulihan mobilitas pasien, kinerja

dalam aktivitas sehari-hari, dan kualitas hidup (Yaslina, 2011).

2. Dukungan keluarga pada pasien stroke

Karena peran keluarga dalam proses pemulihan keluarga sangat

membantu, maka sangat penting bagi keluarga untuk memiliki

kemandirian dan dukungan dalam aktivitas sehari-hari penderita stroke.

Karena anggota keluarga berada di dekat pasien dan pengasuh utama,

penderita stroke yang memiliki lebih banyak dukungan dari anggota


20

keluarga lebih mungkin untuk dapat menjalani kehidupan yang lebih

mandiri.(Meo and Dikson, 2021)

Dukungan keluarga yang terus menerus memotivasi, apresiatif, dan

informatif dapat meningkatkan semangat dalam menyelesaikan aktivitas

sehari-hari Responden dengan dukungan rendah, yang pasangannya

meninggal dan tinggal bersama keluarga tetapi tidak lagi dirawat karena

anggota keluarganya bekerja. mandiri. Kemandirian datang lebih cepat

ketika keluarga adalah pendukung kuat rehabilitasi(Meo and Dikson,

2021).

Anggota keluarga adalah bagian terdekat dari pasien, sehingga

penderita stroke membutuhkan dukungan mereka untuk menjalani hidup.

Dengan dukungan keluarga, korban Stroke dapat membuat Merasa

dihargai dan diterima meningkatkan antusiasme dan motivasi Anda.

Rendahnya dukungan keluarga pada korban stroke berdampak pada

kesehatan mental pasien. Pasien cenderung tersinggung karena dapat

menarik diri dari masyarakat dan merasa lebih sensitive (Friedman, 2013).

3. Jenis dukungan keluarga

Menurut friedman (1998), dalam zaidin 2010) Ini menyatakan

bahwa keluarga bertindak sebagai sistem pendukung bagi anggotanya.

(Syamsuddin, 2015). Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga

yaitu:

a. Dukungan emosional

Umpan Balik dan Validasi Keluarga, keluarga adalah tempat

yang aman beristirahat dan mendapatkan kembali kendali emosi.


21

Bentuk dukungan emosional keluarga korban stroke dapat

memberikan mengungkapkan perasaan pasien, menerima perubahan

yang terjadi pada pasien, dan mendorong pasien untuk berpartisipasi

dalam kegiatan sosial berkomunikasi secara terbuka .

b. Dukungan informasi

Pendukung informasi, keluarga berperan sebagai pengumpul

dan penghasil informasi tentang dunia. Jika orang tersebut tidak dapat

memecahkan masalah yang dihadapi, dukungan ini diberikan dengan

informasi, saran dan bimbingan tentang cara memecahkan masalah.

Anggota keluarga juga merupakan sumber informasi. Ini tercapai

mendorong dan memantau pola aktivitas sehari-hari.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental, keluarga merupakan sumber dukungan

yang praktis dan nyata, dandukungan ini tulus dan bentuk materinya

ditujukan untuk mengurangi beban individu dan keluarga. bertanggung

jawab untuk mewujudkannya Bantuan konkret adalah bantuan yang

berwujud, meliputi bantuan dan bantuan berupa uang, peralatan,

waktu, perubahan lingkungan, dan lain-lain.

d. Dukungan penilaian/penghargaan

Dengan mendukung rasa syukur, Keluarga tidak hanya

berfungsi sebagai panduan umpan balik, panduan pemecahan masalah,

dan pemberi pengaruh, tetapi juga berfungsi sebagai sumber dan

penegasan identitas anggota. (Ali, 2013).


22

C. Konsep kualitas hidup

1. Pengertian kualitas hidup

Kualitas hidup adalah persepsi seseorang tentang di mana mereka

berdiri dalam kaitannya dengan tujuan hidup, harapan, standar dan

perhatian mereka dalam konteks budaya dan nilai-nilai di mana mereka

tinggal. dalam kondisi apa luas memengaruhi hubungan kita dengan

kesehatan fisik, kondisi mental, keandalan, hubungan sosial, kepercayaan

pribadi, dan keinginan masa depan.(Ludiana et al, 2020).

Masalah Kondisi Faktor pasca stroke yang mempengaruhi kualitas

hidup penderita stroke antara lain disabilitas untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari, sosialisasi, penurunan kognitif, dan gangguan kejiwaan.

(Ludiana et al, 2020).

Berdasarkan uraian di atas, stroke merupakan penyakit dengan

banyak sekali komplikasi & keterbatasan fungsional fisik & mental, dapat

dikatakan tergolong rendah. Akibatnya, pasien menjadi lebih tergantung

pada orang lain dan, seiring waktu, keyakinan dan pandangan hidup

mereka menurun.

2. Domain kualitas hidup

Secara umum, ada enam area yang digunakan buat mengukur kualitas.

kesehatan fisik, kesehatan mental, interaksi sosial, lingkungan,tingkat

ketergantungan, agama spiritual, dan keyakinan pribadi. (Radiani, 2018).

Secara khusus, area ini mencakup penilaian kualitas hidup:


23

a. Hal-hal yang terkait seperti ranah psikologis, Citra & penampilan

tubuh, emosi negatif & positif, spiritualitas atau keyakinan pribadi,

pemikiran, pembelajaran, memori & konsentrasi.

b. Hal-hal yang relevan seperti lingkungan sosial, hubungan sosial,

bantuan dan aktivitas seksual

c. Sumber daya keuangan Kebebasan Keamanan fisik Perawatan

kesehatan & sosial (ketersediaan & kualitas) Lingkungan tempat tinggal

Peluang buat memperoleh pengetahuan & menyelidiki keterampilan

baru Peluang saat luang & rekreasi Lingkungan fisik

d. (penduduk, transportasi, iklim).Domain lingkungan yang relevan dan

transportasi

e. Domain Tingkat ketergantungan, Apa pun yang berhubungan dengan

olahraga, aktivitas sehari-hari, kecanduan narkoba, bantuan medis, dll.

f. Domain Agama Spiritual dan Keyakinan Pribadi, Hal Terkait

Spiritualitas, Agama, Keyakinan Pribadi.

3. Faktor-faktor kualitas hidup

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita stroke meliputi

usia, jenis kelamin, pendidikan, gangguan fungsi motorik, ketergantungan

aktivitas, depresi, komorbiditas depresi, dan kelangsungan hidup finansial.

yang buruk. (Dharma 2017). Dalam penelitian ini, pasien pasca stroke

mengalami kelemahan pada ekstremitas yang membuat aktivitas menjadi sulit

dan dapat mempengaruhi kemandirian mereka dari aktivitas sehari-hari, yang

dapat menghipnotis kualitas hayati mereka.setelah stroke. , faktor yang kami

selidiki adalah ketergantungan aktivitas. Kesabaran. (Kurnia et al, 2020)


24

Dalam penelitiannya, setelah stroke, pasien mengalami gangguan fisik dan

fungsional dalam jangka panjang di tubuh mereka, menyebabkan gangguan

pada respons psikologis, sosial, dan mental mereka yang memengaruhi

perubahan kualitas hidup mereka.

4. Kualitas hidup pasien pasca stroke

Stroke merupakan penyebab primer kecacatan jangka panjang.Kondisi ini

mempengaruhi kualitas hidup. Hal ini dikarenakan tingginya proporsi

kecacatan stroke disebabkan oleh ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari, gangguan emosi, gangguan jiwa dan penurunan fungsional akibat

kerusakan jaringan otak.(Hafdia et al., 2018).

Dalam penelitian yang dilakukan (Hafdia et al., 2018) mendapati Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pasien pasca stroke dengan kualitas hidup yang

baik memiliki disabilitas ringan dibandingkan pasien dengan disabilitas berat.

Demikian juga pasien stroke dengan kualitas hidup yang buruk mungkin untuk

memiliki kecacatan ringan dibandingkan dengan cacat berat.

Pada penelitian yang dilakukan (Kurnia and Idris, 2020) mendapati

aspek Daerah dengan kualitas hidup terburuk Pasien stroke adalah kategori

fisik dan psikologis yang lebih buruk, dan sebaliknya untuk pasien yang lebih

baik. aspek tersebut adalah hubungan sosial dan lingkungan. Hal ini

membuktikan bahwa dimensi fisik merupakan domain yang sangat

berpengaruh dalam mengubah kualitas hidup pasien stroke, diikuti oleh

dimensi psikologis yang menjadi aspek yang mempengaruhi kehidupan pasien

ketika mereka merasa tidak mampu memenuhi tanggung jawab keluarga,

seperti membuat hidup dan mencari nafkah.


25

Sebuah penelitian terhadap pasien stroke yang melakukan aktivitas

dasar sehari-hari dengan kategori rendah menunjukkan kecenderungan untuk

mengalami stres sesuai dengan tingkat aktivitasnya. Hal ini dapat dimengerti

karena mereka tampaknya merasakan tekanan dari situasi tersebut. Jika saya

punya keinginan, saya harus menunggu orang lain untuk membantu saya.

Mereka depresi kecuali ada seseorang yang membantu mereka. Apalagi jika

menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sifatnya sangat Pribadi, misalnya

buang air akbar & buang air kecil, serta membutuhkan bantuan orang terdekat

dalam hidup Anda. Karena itu, mereka mudah stres karena apa pun

kebutuhannya, tidak bisa langsung dipenuhi (Kurnia and Idris, 2020).


26

D. Kerangka Teori Stroke

Tanda dan gejala terjadinya stroke menurut


(Haryono et al, 2020).

a. Kesulitan berbicara Gangguan pemenuhan


b. Kesulitan berjalan kebutuhan dasar
c. Kesulitan melihat dalam satu atau
ke 2 mata
d. Kelumpuhan atau mati rasa pada
wajah, tangan atau kaki
e. Sakit kepala
Kualitas hidup (Radiani,
2018)).

1. Kesehatan fisik
2. Lingkungan
3. Psikologis
4. Tingkat kergantungan
5. Hubungan sosial
6. Spiritual agama dan
keyakinan personal
Dukungan keluarga (H. Zaidin Ali,
S. KP. MBA.MM. )

1. Dukungan Emosional

2. Dukungan Informasi

3. Dukungan Instrumental

4. Dukungan peneliaian

Gambar 2. 1 Kerangka Teori


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITAN

A. Kerangka konsep

Kerangka konseptual memberikan alasan ilmiah untuk penelitian dan

memberikan dasar yang kuat untuk topik yang dipilih berdasarkan apa yang

ditanyakan setiap pertanyaan..(Hidayat, 2014).

Kerangka Konseptual Kajian “Hubungan Kualitas Hidup dengan

Dukungan Keluarga Pada Pasien Stroke” di rs ha sultan daeng raja kecamatan

burukumba”
kualitas hidup pasien stroke

- Kesehatan fisik
- Lingkungan
- Psikologis
- Tingkat ketergantungan
Dukungan keluarga untuk pasien
stroke - Hubungan sosial
 Dimensi emosional - Spiritual agama dan
 Dimesi penghargaan keyakinan personal
 Dimesi informasi
 Dimensi instrumen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel dependen

: Variabel independen

: Penghubung antar setiap variable

Dari kerangka konseptual di atas, kita dapat melihat bahwa

Variabel bebas (dependent variable) merupakan variabel yg

mengakibatkan atau mempengaruhi terjadinya. (Sugiyono, 2013)


28

Dukungan keluarga adalah dimensi emosional, dimensi syukur, dimensi

informasi, dimensi alat. Variabel terkait (variabel bebas) yang dipengaruhi

atau diakibatkan adalah kualitas hidup pasien stroke di RS H.A Sultan

Daeng Raja Kabupaten Bulukumba.

B. Variabel penelitian

Variabel adalah properti, karakteristik, atau nilai seseorang, objek,

atau aktivitas yang memiliki variasi tertentu yang peneliti ingin pelajari dan

selidiki. pelajari lebih lanjut. ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2017).

1. Variabel bebas (independen variabel)

Artinya peneliti dapat memanipulasi rangsangan untuk

mempengaruhi variabel lain, seperti mempengaruhi variabel terikat.

(Nursalam, 2018). Variabel bebas pada penelitian ini merupakan dukungan

keluarga

2. Variabel terkait (dependen variabel)

Ini merupakan variabel yg nilainya adalah variabel bebas atau

ditentukan sang variabel bebas (Nursalam, 2018). Variabel yang relevan

dalam Studi itu kualitas hidup.


29

C. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah abstraksi verbal yang membantu Anda

memahami (Ihsan, 2018).

1. Dukungan Dukungan famili merupakan sistem dukungan yg diberikan

sang anggota famili kepada penderita gangguan kesehatan, dengan

harapan anggota keluarga yang sakit akan sembuh atau meminimalkan

dampak lain dari masalah kesehatan tersebut, dukungan keluarga secara

emosional, bermanfaat, instrumental, dan bermanfaat.(Ludiana and

Supardi, 2020).

2. Kualitas hidup adalah pandangan tentang posisi individu dalam

kaitannya dengan budaya dan nilai-nilai di mana mereka hidup dan

dalam kaitannya dengan tujuan hidup, harapan, standar, dan perhatian

mereka. Ini adalah konsep yang luas memengaruhi hubungan dengan

kesehatan fisik, kondisi mental, kecanduan, hubungan sosial, keyakinan

pribadi, dan keinginan. mereka. (Ludiana and Supardi, 2020).

D. Defenisi Operasional

Definisi operasional secara operasional mendefinisikan sebuah Sebuah

Variabel berdasarkan sifat yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

secara akurat mengamati atau mengukur suatu objek atau fenomena. Definisi

operasional didefinisikan berdasarkan parameter yang digunakan sebagai

pengukuran dalam penelitian (Hidayat, 2017).


30

Definisi operasional dari penelitian ini adalah:

2. Dukungan keluarga

Suatu motivasi atau perhatian yang dibutuhkan oleh individu dalam

memahami kondisinya Bantu individu memahami dan mengetahui bahwa

mereka menerima perawatan.

a. Kriteria objektif :

2) Dukungan Baik : Apabila skor diperoleh 75-100

3) Dukungan sedang : Apabila skor diperoleh 50-74

4) Dukungan kurang : Apabila skor diperoleh 25-49

b. Alat ukur : Lembaran kuesioner yang

menggunakan skala liker

c. Skala ukur : Ordinal

2) Kualitas Hidup

Sebagai kepuasan hidup individu, hal ini juga berkaitan dengan

kesejahteraan individu.

a. Kriteria objektif

1) Kualitas Baik : Apabila skor diperoleh nilai ≥ 63

2) Kualitas kurang baik : Apabila skor diperoleh nilai < 63

b. Alat ukur : Lembaran koesioner yang

menggunakan skala liker

c. Skala ukur : Ordinal


31

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban pertama atas pertanyaan penelitian

yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Jawaban yang diberikan adalah

yang pertama karena berdasarkan teori terkait daripada fakta empiris dari

pengumpulan data. Dengan demikian, hipotesis juga diberikan sebagai

jawaban teoritis untuk pertanyaan penelitian, tetapi belum ada jawaban

empiris.(Sugiyono, 2017).

Hipotesis Dari penelitian ini ``Hubungan antara dukungan keluarga

dan kualitas hidup pada pasien pasca stroke di RSUD H.A Sulthan Daeng

Radja Kabupaten Bulukumba.


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi dan pendekatan analitik tunggal, cross sectional Dalam pendekatan

lintas sektoral, yaitu data yang sedang dikumpulkan atau diperoleh, metode ini

dilakukan dengan cara menyebarkan hasil survei, wawancara, atau kuesioner

kepada subjek penelitian. Studi Sebuah studi cross section yang hanya

menekankan satu kali waktu pengukuran atau pengamatan data untuk variabel

bebas dan terikat. (Nursalam, 2017).

B. Waktu dan lokasi penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD H.A Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai juli 2022.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi dalam penelitian, terdiri dari objek

dan subjek yang masing-masing memiliki satu ciri dan ciri khusus yang

ditentukan oleh peneliti yang diteliti, dari mana kesimpulan dapat ditarik.

(Sugiyono, 2014).

43
44

Populasi pada Dalam penelitian ini, semua dirawat di rumah sakit

dalam waktu 6 bulan terakhir di RSUD H.A Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba, berjumlah 60 orang pada tahun 2021.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil dari jumlah dan karakteristik populasi.

Jika populasi besar dan peneliti tidak dapat memeriksa semua data dalam

populasi (misalnya karena keterbatasan sumber daya, tenaga, dan waktu),

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

(Sugiyono, 2014).

Adapun sampel berpartisipasi dalam penelitian ini pasien rawat inap

yang berkunjung 6 bulan terakhir sebanyak 42 sampel


2 2
N Z 1−α / 2 σ
2 2 2
( N −1) d Z 1−α/ 2 σ

(60)(1,96)2 (3)2
( 60−1 ) 0,52 +(1,96)2 (3)2

60 . 3,84 . 9
59. 0,25+3,84 .9

2073,6
14,75+ 34,56

2073,6
49,31

¿ 42
45

3. Teknik sampling

Sampling adalah teknik dimana peneliti menentukan jumlah sampel

yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses penelitian. (Sugiyono,

2014).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah probability sampling, yang juga dikenal sebagai simple random

sampling. atau sampel sederhana. sampel dibuat dilakukan dengan

memilih semua atau setiap orang yang memenuhi dan memuaskan sesuatu.

ditentukan oleh seleksi sampai jumlah sampel yang dibutuhkan

tercapai(Dharma, 2017).

4. Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang dipilih dengan memenuhi

syarat yang telah ditentukan, dan kriteria eksklusi adalah kriteria yang

tidak dapat diekstraksi karena tidak memenuhi persyaratan. penelitian.

(Hidayat, 2017).

Kriteria inklusi & sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

1) Penderita siap menjawab dan menuntaskan proses penelitian

2) Responden yang tidak mengalami gangguan kognitif dan gangguan

komunikasi

3) Responden yang mampu untuk berkomunkasi


46

b. Kriteria eksklusi

1) Memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk menjadi

responden.

D. Instrument penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur fenomena

alam dan sosial yang diamati. Lebih khusus lagi, kami menyebut semua

fenomena ini sebagai variabel penelitian. Instrumen penelitian digunakan

untuk mengukur nilai-nilai variabel penelitian. Oleh karena itu, jumlah

instrumen yang digunakan dalam penelitian tergantung pada jumlah

variabel yang diteliti.(Sugiyono, 2017).

1. Untuk variabel dukungan keluarga menggunakan lembar kuesioner

dimana kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan ini termasuk Dukungan

emosional, dukungan kelembagaan, dukungan informasi/pengetahuan, dan

dukungan penilaian. Survei ini diukur pada skala Liker dengan tanggapan

sering (4), sering (3), kadang-kadang (2) dan tidak pernah (1).

2. Untuk Variabel kualitatif terdiri dari 15 pertanyaan dan pilihan jawaban

Liker sering (4), sering (3), kadang-kadang (2) dan tidak pernah (1) diukur

dalam skala.

3.
47

E. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan metode pengumpulan data penelitian.

metode pengumpulan data meliputi penyajian data statistik (data

sekunder).seperti wawancara terstruktur, observasi, angket, pengukuran, atau

dokumen. (Hidayat, 2017).

1. Data Primer

Data primer adalah informasi yang dikumpulkan langsung dari

yang diteliti menggunakan alat ukur dan alat pengumpulan data yang

tersedia sebagai sumber data yang dapat dicari. (Saryono and Anggraeni,

2017).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah pengamatan yang peneliti terima dari orang

lain, bukan langsung dari peneliti.ini biasanya berupa data dokumen atau

laporan yang ada.(Saryono and Anggraeni, 2017).


48

F. Alur penelitian

Hubungan dukungan keluarga dengan


kualitas hidup pasien pasca stroke di RS
H.A Sulthan Daeng Radja Kabupaten
Bulukumba
Hipotesis:
Ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di
RSUD H.A Sulthan Daeng Radja kabupaten bulukumba

Populasi:
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang

Sampel:
42 reponden dengan menggunakan non probability sampling

Instrumen Penelitian:
Lembar Kuesioner

Tempat Penelitian:
RSUD H.A Sulthan Daeng radja
Kabupaten Bulukumba

Ijin Penelitian Rumah Sakit H. A. Sultan Dane Raja,


Kabupaten Bulkumba

Pengumpulan Analisa data:

Data sekunder Univariat


Bivariat

Gambar 4.1 Alur Penelitian


49

G. Teknik Pengelolaan Data dan Analisa Data

1. Teknik pengelolaan data

a. Editing

Upaya verifikasi ulang atas kebenaran data yang diterima atau

dikumpulkan, antara lain:

1) ) Lengkapi data yang kosong atau hilang.

2) Meperbaiki Kesalahan atau ambiguitas karena data yang hilang.

3) Cek integritas data sesuai dengan data yang diinginkan

4) Misalnya, pengecekan reliabilitas data (menolak data ekstrim).

5) Periksa konsistensi hasil pengukuran.

b. Coding

Suatu kegiatan pengkodean data untuk memudahkan proses

analisis data, sering digunakan untuk data kualitatif Dengan

pengkodean ini Anda dapat mengubah data kualitatif menjadi data

kuantitatif. Proses kuantifikasi mengikuti prosedur yang telah

ditentukan, misalnya menggunakan skala pengukuran nominal dan

skala ordinal (Syamsuddin, 2015).

c. Tabulating

Membuat tabel data (menampilkan data dalam bentuk tabel)

untuk memudahkan analisis dan pelaporan data. Oleh karena itu tabel

informasi dirancang sesederhana mungkin.pengguna data dan bagian


50

analisis data dapat dengan mudah mengumpulkan informasi

(Syamsuddin, 2015)..

2. Analisa Data

Analisis Data dikumpulkan untuk memenuhi hipotesis evaluasi

dan uji kompatibilitas statistik digunakan dengan variabel yang

diteliti. Analisis data dilakukan untuk penelitian ini oleh .

a. Analisi Univariat

Analisis univariat digunakan secara deskriptif baik untuk

variabel independen (variabel bebas) maupun variabel terikat (variabel

terikat) berdasarkan perbedaan distribusi frekuensi dan proporsi

variabel survei. Tujuan Analisis univariat terdiri dari menggambarkan

atau menjelaskan karakteristik masing-masing variabel dalam suatu

penelitian(Sumantri, 2017).

b. Analisis Bivariate

Tujuan dari analisis bivariat adalah untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang

digunakan adalah uji chi-square. Tujuan dari pengujian ini adalah

untuk menentukan apakah ada bagian dari distribusi frekuensi yang

diamati berbeda nyata pada tingkat signifikansi 0,05. P-value < 0 >

0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan (Ho diterima).


51

H. Etika Penelitian

Prinsip-prinsip etik Survei atau pengumpulan data secara umum dibagi

menjadi tiga bagian: Prinsip Keadilan, asas kemanfaatan, dan asas

penghormatan terhadap hak-hak subyek manusia. Peneliti saat melakukan

penelitian harus mendapat rujukan terlebih dahulu dari suatu lembaga atau

pihak lain dengan mengajukan permohonan persetujuan dari lembaga yang

bersangkutan di lokasi penelitian. Setelah disetujui, para peneliti akan

melakukan pekerjaan mereka dengan menyoroti masalah etika penelitian

KNEPK, termasuk:

1. Respect For Person

Untuk menghormati Martabat manusia, peneliti harus menghormati

hak subjek penelitian untuk menerima informasi publik tentang proses

penelitian, membuat keputusan secara bebas dan tidak dipaksa untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

2. Beneficience

Peneliti mempelajari proses penelitian, peneliti mencapai hasil

terbaik untuk subjek dan hasilnya dapat digeneralisasikan pada tingkat

populasi.

3. Justice

Untuk memenuhi asas keterbukaan, asas keadilanlah yang memiliki

implikasi kontekstual dan tidak langsung. Penelitian dilakukan secara

jujur, cermat, profesional, dan berperikemanusiaan dengan memperhatikan


52

ketelitian, ketelitian, keakraban, serta faktor perasaan psikologis dan

keagamaan subjek penelitian.

4. Informed Consent

Ini Merupakan pernyataan kesediaan subjek untuk menerima data

dan berpartisipasi dalam penelitian.Penelitian yang akan dilakukan harus

dijelaskan dalam formulir persetujuan, baik dari segi tujuan penelitian,

metode penelitian, manfaat yang ingin dicapai, risiko yang mungkin

timbul, maupun pilihan yang dapat dicabut oleh peneliti. kapan pun.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Penderita Stroke Berdasarkan Jenis


Kelamin, Usia, dan Status Perkawinan RSUD H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten
Bulukumba pada tanggal 25 Agustus sampai 2 Oktober 2022

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)


Jenis kelamin :
Perempuan 28 66,7
Laki-laki 14 33,3
Usia :
42-50 20 47,6
51-60 22 52,4
Status perkawinan
Menikah 27 64.3
Janda 10 23.8
Duda 5 11.9
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1, jumlah pasien pasca stroke di RSUD H. A.

Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba berjenis kelamin perempuan

adalah sebanyak 28 orang atau sebesar 66,75% dari total pasien,

sedangkan pada jenis kelamin laki-laki adalah sebesar 14 orang atau

sebesar 33,3%.

Distribusi pasien pasca stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba yang berusia antara 42 sampai 52 tahun sebanyak

20 orang atau 47,6% sedangkan pada pasien yang berusia antara 51

sampai 60 tahun bahkan ada 22 orang, yaitu 52,4%dari total pasien.

Sementara status perkawinan pasien pasca stroke di RSUD H.A.

Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba sebagian besar bersatus

menikah yakni sebesar 64,3% atau sebanyak 27 orang, pasien yang


berstatus janda sebesar 10 orang atau 23,8% serta yang berstatus duda

sebanyak 5 orang atau 11,9%.

2. Analisis Univariat

a. Dukungan Keluarga Penderita Stroke

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Penderita Stroke


RSUD H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Bulukumba pada
tanggal 25 Agustus sampai 2 Oktober 2022

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)


Baik 37 88,1
Sedang 5 11,9
Kurang 0 0
Total 42 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan table 5.2 distribusi dukungan keluarga pada pasien

pasca stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten

Bulukumba setelah diberikan kuisioner pada 42 orang pasien maka

diperoleh 37 orang atau 88,1% pada dukungan kelurga kategori baik,

pada kategori sedang sebanyak 5 orang atau 11,9%, sedangkan pada

kategori kurang tidak ada pasien.

b. Kualitas Hidup Penderita Stroke

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Penderita Stroke


RSUD H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Bulukumba pada tanggal
25 Agustus sampai 2 Oktober 2022

Kualitas Hidup Frekuensi Persentase (%)


Baik 29 69
Kurang 13 31
Total 42 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi kualitas hidup pasien pasca

stroke di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

setelah diberikan kuisioner pada 42 orang pasien maka diperoleh 29

orang atau 69% pada kualitas hidup kategori baik, sedangkan pada

kategori kurang sebanyak 13 orang atau 31%.

3. Analisis Bivariat
Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke
RSUD H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Bulukumba pada tanggal 25
Agustus sampai 2 Oktober 2022

Kualitas Hidup
Dukungan Baik Kurang Baik Total P
Keluarga
(N) (%) (N) (%) (N) (%)
Baik 28 75,7 9 24,3 37 100
Sedang 1 20 4 80 5 100 0,026
Total 29 69 13 31 42 100
Sumber* Uji SPSS Chi Square

Berdasarkan Tabel 5.4, 28 responden (75,7%) memiliki dukungan

keluarga dalam kategori “baik” dengan kualitas hidup yang baik, dan 9

responden (75,7%) memiliki dukungan keluarga dalam kategori “baik”

dengan kualitas hidup yang buruk. %). Sebaliknya, pada kelas menengah

dengan kualitas hidup yang baik, tingkat dukungan keluarga adalah 1 atau

20, sedangkan pada kelas menengah dengan kualitas hidup yang rendah,

tingkat dukungan keluarga sebesar 4 orang atau 80%. . Nilai pasti Sig.

(kedua belah pihak) Sultan Daeng Radja Bulukumba H.A. Hubungan

antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien stroke

adalah 0,026.
B. Pembahasan

1. Dukungan keluarga pasien stroke

Pada penelitian ini, Dukungan keluarga setelah stroke terbagi

atas 3 kategori baik, sedang dan kurang baik. Pada dukungan keluarga

kategori baik terdapat 37 orang pasien atau sebesar 88,1%, pada

kategori sedang sebanyak 5 orang atau sebesar 11,9% serta tidak

terdapat responden pada kategori kurang baik.

Interaksi dengan orang-orang terdekat terutama keluarga

merupakan hal yang sangatlah penting, selain sebagai tempatnya

berbagi keluh dan kesah, juga sebagai pemberi rasa aman dan tenang

kepada pasien stroke. Menurut (Wardhani and Martini, 2015),

menyatakan Adanya Dukungan keluarga membuat penderita stroke

merasa dihargai dan diterima, meningkatkan semangat dan

motivasi,serta berdampak pada kesehatan mental pasien sensitif.lebih

frustasi karena dapat membuat Anda merasa jengkel.

Menurut penelitian berjudul Faktor-faktor yang berhubungan

dengan self-efficacy pada pasien pasca stroke:

Studi potong lintang di RS Kedir Gambilan” (Wahyuni dan Dewi,

2018), penelitian tersebut menemukan: faktor yang terkait dengan

self-stroke stroke efikasi Variabel efikasi pasien pasca stroke adalah


status perkawinan, jenis stroke, jumlah stroke, dan dukungan keluarga.

Dari penelitian ini, peneliti berhipotesis Ini adalah salah satu hal yang

dibutuhkan pasien setelah stroke.adalah dukungan keluarga yang

mana dapat berupa pemberian motivasi sehingga mereka memiliki

motivasi hidup dan efikasi diri untuk sembuh, peningkatan kualitas

hidup serta mengurangi resiko depresi yang sering terjadi kepada

pasien pasca stroke.

Menurut (Jannah, Hariyono and Indrawati, 2020) dalam

penelitiannya yang "Dukungan keluarga untuk perawatan diri pasien

pasca stroke Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa total 10 artikel

terpilih digunakan untuk menulis literatur. Empat dari mereka percaya

bahwa dukungan keluarga dapat membuat perbedaan besar dalam

mempertahankan kualitas hidup seseorang setelah stroke. Enam artikel

lain tentang memberikan dukungan keluarga memainkan peran

penting dalam perawatan diri dalam kehidupan sehari-hari penderita

stroke. Dari penelitian tersebut, peneliti berasumsi bahwa dengan adanya

campur tangan keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien pasca

stroke dapat memberikan peningkatan pada pengaruh dukungan keluarga

terhadap Seorang pasien stroke yang hidup normal.

Sesuai dengan pendapat di atas, jika jumlah Dukungan dari

keluarga Harapan terhadap Kualitas hidup pasien stroke berada pada

kategori baik, karena kategori baik lebih tinggi dari kategori rata-rata

dan sedang.
1. Kualitas Hidup pada Pasien Pasca Stroke

Kualitas hidup pasien stroke dibagi menjadi dua kategori, baik

dan buruk. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh responden,

ditemukan bahwa kualitas hidup pasien pasca stroke lebih baik pada 29

orang atau 69%, sedangkan pada kelompok kurang baik sebanyak 13

orang atau 31%.

Kualitas hidup adalah bagaimana seorang individu merasakan

tempatnya dalam budaya dan nilai-nilai di mana mereka tinggal dan

dalam kaitannya dengan tujuan hidup, harapan, standar, dan perhatian

mereka. Ini adalah konsep luas yang mengacu pada kesehatan

fisik,kondisi mental, kecanduan, hubungan sosial, keyakinan dan

keinginan pribadi. Termasuk ketidakmampuan melakukan aktivitas,

ketidakmampuan bersosialisasi, penurunan kognitif, dan gangguan

kejiwaan. (Ludiana and Supardi, 2020).

Menurut Lombu dalam (Sari, 2021), Kami menunjukkan

bahwaRerata minimum domain adalah rentang fisik yang digunakan

untuk menggambarkan kualitas hidup pasien pasca stroke. Ketiadaan

faktor fisik berarti lansia dan pasien geriatri yang pernah mengalami

stroke kehilangan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri karena

keterbatasan fisik. Keterbatasan fisik ini mempengaruhi kualitas hidup.


Nilai rata-rata untuk daerah dengan Kualitas hidup terbaik adalah

bersosialisasi. Ini karena responden survei ini masih tinggal bersama

keluarganya. Hal ini memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan

keluarga dan masyarakat sekitar meskipun mengalami stroke.Lansia

masih merasa berguna bagi keluarga dan masyarakat sekitar, yang

meningkatkan kualitas hidup mereka.

Menurut (Pamungkas, 2017) yang Hasil penelitian yang

berjudul “Pengaruh Program Manajemen Diri Stroke Menuju Kualitas

Hidup Penderita Stroke di Pontianak: Program Manajemen. Dari

penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan Kualitas

hidup pasien stroke sangat penting sangat penting. Mengacu pada

pengetahuan, tindakan, dan sikap untuk menghadapi masalah

kesehatan pasien dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkanterkait.

2. Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien stroke

Hasil uji interaksi Dukungan keluarga terhadap kualitas hidup

pasien pasca stroke dengan mengisi kuesioner yang diberikan kepada

42 responden dari Modalitas ini meningkatkan kualitas hidup pasien

stroke baik. dukungan keluarga 28 responden atau 75,7% Kualitas

hidup buruk kategori baik dukungan keluarga 9 responden atau 24,3%.

Di sisi lain, kelas menengah dengan kualitas hidup yang baik memiliki

tingkat dukungan keluarga 1 atau 20. Tingkat dukungan untuk

keluarga dalam kategori sedang dengan kualitas hidup buruk tinggi

pada 4. atau sebesar 80%. Serta, sig dengan nilai eksak. Dua sisi atau

nilai-P = 0,026 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

stroke di H.A. Sultan Daeng Raja Kecamatan Burukumba.

Setelah melakukan uji Chi-Square, diperoleh nilai Exact Sig.

(2 sisi) adalah 0,026, dimana nilai < 0,05 berarti ada hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada

pasien pasca stroke di RS HA Sultha Daeng Radja Kabupaten

Bulukumba.

Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ludiana

and Supardi, 2020) Hubungan kualitas hidup pasien stroke dengan

dukungan keluarga pasien stroke di ruang belajar Puskesmas Metro

Banjarsari. Di wilayah kerja Puskesmas Gajahan Surakarta I sebanyak

25 responden (54,3%), sebagian besar dalam kategori positif. Kualitas

hidup orang tua setelah stroke telah terbukti proporsi yang sama,

dengan 23 (50,0%) secara keseluruhan berada pada kategori tinggi.

Sebanyak 23 Beberapa orang memiliki kualitas hidup yang buruk.

Hasil penelitian Wilayah kerja Puskesmas Gajahan Surakarta

menunjukkan hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dan kualitas hidup.

lansia pasca stroke. Nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai r

sebesar 0,829. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperjelas

peran anggota keluarga dalam meningkatkan kualitas hidup pasien

pasca stroke mengeksplorasi peran anggota keluarga karena pasien

merasa diperhatikan, dihargai, dan dibutuhkan oleh keluarganya.


dalam kehidupan pasien. Format seperti instrumental, informasional,

apresiasi, dan sentimen.

Kemudian, penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kualitas Hidup Pasien Stroke Kualitas Hidup Pasca Stroke dilakukan

oleh (Sari, 2021). stroke akibat kehadiran keluarga.sebagai support

system dapat memberikan percayaan diri dan rasa aman dari

lingkungannya, keterbukaan dengan keluarga tentang kendala yang

dialaminya serta dukungan emosional yang dibutuhkan untuk

mendapatkan ataupun meningkatkan semangat untuk melanjutkan

hidupnya.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini merupakan menjadi berikut:

1. Responden dalam penelitian ini adalah pasien pasca stroke sehingga

terdapat beberapa responden yang kesulitan dalam mengisi kuisioner

yang diberikan, memerlukan waktu yang lebih lama ataupun

membutuhkan bantuan orang lain.

2. Peneliti harus mendatangi kediaman responden satu persatu, sehingga

waktu yang dibutuhkan dalam penelitian lebih lama.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah:

1. Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Stroke di RSUD H. A. Sulthan

Daeng Radja Kabupaten Bulukumba 88,1 dalam kategori baik.

2. Kualitas Hidup Pasien Stroke di H.A. RS Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba mendapatkan 69 kategori baik.

3. Ada interaksi Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

pasien stroke di RS H. A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba.

B. Saran
Berdasarkan penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, maka

penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi responden

Kepada para responden, peneliti berharap, agar dapat lebih semangat

dalam menjalani hidup, tidak segan Carilah bantuan dari orang lain,

terutama anggota keluarga, Dan jangan biarkan apa yang terjadi

membuat Anda putus asa.

2. Bagi petugas kesehatan

Perawat, dokter, dan keluarga perlu bekerja sama untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien stroke melalui dukungan baik bantuan maupun

motivasi karena ini penting bagi pasien stroke.

3. Bagi institusi

Penelitian ini harus digunakan sebagai sumber bacaan untuk

mendukung penderita stroke dari keluarganya dan meningkatkan

kualitas hidup mereka setelah stroke.

4. Untuk peneliti

Peneliti juga diharapkan untuk melanjutkan atau mengubah penelitian

tentang Faktor yg bisa menghipnotis kualitas hayati pasien pasca

stroke.

Anda mungkin juga menyukai