Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA


DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA
DI BPSLUT SENJA CERAH MANADO

DISUSUN OLEH :
Noval Mitrawan Panto
1601010

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH
MANADO
2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PROPOSAL
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA
DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA
DI BPSLUT SENJA CERAH MANADO

Diajukan oleh :
Nova Mitrawan Panto
1601010

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Ns. Sri Wahyuni, S.Kep.,M.Kes


NIDN.09210118205

Pembimbing II

Kristine Dareda, SKM., M.Kes


NIDN.0901019002
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah seorang yang telah mencapai usia 60
tahun (WHO, 2014). Menurut Sutianto dalam (Muhith, 2016). Lanjut usia
merupakan seorang yang usianya diatas 65 tahun. Lansia bukan
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Artinya semakin bertambah usia, maka
kemampuan melakukan aktivitas fisik akan menurun dan kualitas
hidupjuga ikut menurun. Perubahan fisik yang cenderung mengalami
penurunan yang menyebabkan berbagai gangguan yang mempengaruhi
kesehatan serta berdampak pada kualitas hidup (Pudjiastuti, 2003, dalam
Mutith, 2016).
Dukungan sosial berdampak positif terhadap peningkatan
kualitas hidup lansia dalam mengatasi tekanan psikologis pada masa
sulit dan menekan, misalnya dukungan sosial, membantu lansia dalam
mengatasi stressor di lingkungan panti sosial. (isnawati, 2013).
Dukungan sosial juga membantu memperkuat fungsi kekebalan
tubuh, mengurangi respon fisiologis terhadap stress, dan memperkuat
fungsi untuk merespon penyakit kronis (Taylor et al, 2009). Sebaliknya,
dukungan sosial yang buruk pada lansia dapat memperngaruhi kualitas
hidup lansia dimana hal tersebut akan menyebabkan lansia merasa
terisolir Alhasil lansia jadi suka menyendiri dan akan menyebabkan
depresi (Samper, pinontoan, &Katuuk, 2017).
Dibutuhkan perhatian yang cukup tinggi dari seluruh elemen
masyarakat terkait masalah ini karena lansia membutuhkan dukungan
dari lingkungan sekitar mereka mengingat hidup mereka lebih beresiko.
Sehingga pemerintahan telah menyediakan pelayanan sosial lansia
meliputi kegiatan di dalam panti dan luar panti, perlindungan, dan
pengembangan kelembagaan sosial lansia (BPS, 2018)
Adanya perubahan kualitas hidup yang dialami oleh lansia
biasanya cenderung mengarah ke arah yang kurang baik, Biasanya hal
tersebut berhubungan dengan lingkungan sosial ekonomi lansia seperti
berhenti bekerja karena pensiun, kehilangan anggota keluarga yang
dicintai dan teman, dan ketergantungan kebutuhan hidup mengakibatkan
penurunan kondisi fisik yang semakin melemah, penurunan fungsi
tubuh, keseimbangan penurunan kondisi fisik yang semakin melemah,
penurunan fungsi tubuh, keseimbangan tubuh dan resiko jatuh diiringi
dengan timbulnya berbagai penyakit seperti kanker, jantung reumatik,
katarak dan lain – lain (Kiik et al, 2018).
Menurut World Health Organization (WHO, 2012), jumlah lansia
pada tahun 2000 telah mencapai jumlah 605 juta jiwa dan pada tahun
2050 diprediksikan mencapai sekitar 2 miliar jiwa atau sekitar 22% dari
jumlah penduduk di dunia (WHO, 2010). Jumlah lansia di Indonesia pada
tahun 2011 adalah 36 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi
20% antara tahun 2015-2050 (Kemenkes RI, 2013). Jumlah lansia di
Provinsi Sulawesi Utara sebesar 8,45% (BPS Provinsi Sulawesi Utara).
Pada umumnya lansia mengalami keterbatasan, sehingga
kualitas hidup pada lansia mengalami penurunan. sedangkan keluarga
memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia. (Yuliati dkk, 2014).
Dalam menentukan kriteria-kriteria lanjut usia dibagi
berdasarkan tiga kelompok usia yaitu : usia pertengahan atau middle
age yang dikategorikan antara 45-59 tahun, usia lanjut atau elderly yaitu
60-74 tahun, lanjut usia tua atau old yaitu 75-90 tahun (World Health
Organization). Sehingga pada setiap pergantian tahun angka populasi
lanjut usia akan terus meningkat dan akan mempengaruhi secara
fisiologis dan mental pada lansia sehingga seseorng yang sudah masuk
dalam kategori lanjut usia bias berdampak pada mental dan
emosionalnya sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya.
Menurut World Health Organization Quality of Life
(HWOQOL) kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu
terhadap kehidupannya di tengah masyarakat dalam konteks budaya dan
system nilai yang ada terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan
perhatian.
WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu
tentang posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan
system nilai mereka tinggal, dan dalam kaitannya dengan tujuan
mereka, harapan, standar, dan masalah (Cankovic et al, 2015). Sedangkan
menurut Mia, kualitas hidup adalah kualitas yang dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari individu, yaitu suatu penilaian atas kesejahteraan
mereka atau ketiadaanya. Hal ini mencakup seluruh aspek emosi, sosial,
dan fisik dalam kehidupan individu. Kualitas hidup pada lanjut usia
menggambarkan fase kehidupan yang dimasuki lanjut usia (Mia et al,
2019)
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia
adalah dukungan sosial, dukungan sosial merupakan keberadaan orang
lain yang dapat diandalkan untuk member bantuan, semnagat,
penerimaan, dan perhatian, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan.
Dukungan sosial merupakan ketersediaan yang dirasakan
individu berupa dukungan, kasih saying dan bantuan instrumental dari
mitra sosial seperti anggota keluarga, teman dekat, tetangga dan rekan
kerja (Michael et al, 2015).
Kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya, faktor fisik yaitu energy dan rasa sakit yang di rasakan,
faktor psikologis seperti depresi dan kesulitan dalam berkonsentrasi dan
komunikasi, faktor klinis seperti efek samping dari pengobatan, serta
faktor sosial seperti dukungan sosial dari teman dan orang terdekat
(Khalid et al, 2016; Astuti et al, 2015; savira, 2015).
Permasalahan pokok yang berhubungan dukungan sosial dengan
kualitas hidup pada lansia adalah kumpulan orang-orang yang
mengalami masalah pada kesehatannya, memiliki kemungkinan akan
berkembang lebih buruk karena adanya faktor-faktor resiko yang
mempengaruhi 3 karakteristik resiko kesehatan yaitu, resiko biologis
termasuk resiko terkait usia, resiko sosial dan lingkungan serta resiko
prilaku atau gaya hidup (Stianhope dan Lancaster, 2016)
Berdasarkan penelitian sebelumnya di BPSLUT Senja Cerah
Manado di dapatkan data registrasi jumlah lansia sebanyak 55 orang
dengan usia 61 – 89 tahun. Dari hasil wawancara salah satu pengurus di
BPSLUT di dapatkan data bahwa ada beberapa lansia mengalami
masalah pada Kualitas Hidupnya. Contohnya mereka mengatakan
kesepian, merasa hidupnya kurang berarti karena tidak dapat
menceritakan masalahnya kepada teman-temannya, kemudian tidak
puas dengan kondisi fisiknya dan merasa malu untuk berbaur sesama
teman-temannya yang berada di BPSLUT.
Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Kualitas Hidup
Pada Lansia Di Balai Penyantun Sosial Lanjut Usia Terlantar
(BPSLUT) Senja Cerah Paniki Kecamatan Mapanget Manado”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Dukungan Sosial Teman
Sebaya Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia di Balai Penyantun Sosial
Lanjut Usia Terlantar (BPSLUT) Senja Cerah Paniki Kecamatan
Mapanget Manado”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan
Kualitas Hidup Lansia BPLSUT Senja Cerah Manado.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk Mengidentifikasi dukungan sosial teman sebaya pada
lansia di BPLSUT Senja Cerah Manado.
b) Untuk Mengidentifikasi kualitas hidup lansia pada lansia di
BPLSUT Senja Cerah Manado.
c) Untuk Menganalisa hubungan dukungan sosial teman sebaya
dengan kualitas hidup lansia di BPLSUT Senja Cerah Manado.
D. Manfaat penelitian
1) Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi
proses keperawatan gerontik untuk lebih meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam pemberian pelayanan kesehatan
2) Praktis
a. Bagi Instansi penelitian
Dapat memahami hubungan apa saja yang dapat mendukung
kualitas hidup lansia dan peran dukungan sosial teman sebaya di
yayasan
b. Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya di bidang komunitas keluarga gerontik
dan dapat menambah informasi untuk memperkaya bahan
pustaka
c. Bagi masyarakat & keluarga
Memberi informasi tentang pentingnya dukungan teman sebaya
dalam meningkatkan kualitas hidup lansia.

\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Dukungan Sosial Teman Sebaya


1. Pengertian Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dukungan sosial adalah informasi verbal atau non-verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-
orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau
yang berupa kehadiran yang dapat memberikan keuntungan
sosialnya (Gottlieb,2013). Dukungan sosial yang dimaksud adalah
dukungan dari teman sebaya, dukungan teman sebaya ini sangat
penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia, terutama bagi
para lansia yang sudah tidak lagi tinggal bersama keluarga . (Azwan et
al, 2015).
2. Menurut penelitian yang di lakukan oleh (Sarafino (2012)
menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan
kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya..
3. Adapun penelitian di lakukan oleh Gottlieb, dalam (Kartika, 2013),
bahwa kalau individu tersebut bisa bersikap terbuka dan memiliki
tingkat kepercayaan terhadap orang lain terutama teman
terdekatnya.
4. House dan Khan mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu
bentuk hubungan social yang bersifat menolong dengan melibatkan
aspek-aspek emosi, informasi, bantuan instrument, dan penilaian
5. Adapun penelitian yang di lakukan oleh (Santoso, 2014) kelompok
teman sebaya merupakan suatu kelompok yang iindividunya
merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lain seperti, usia,
kebutuhan dan tujuan, agama yag dapat memperkuat kelompok itu
6. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh (Mappiare, 2014) teman
sebaya merupakan lingkungan sosial tempat untuk hidup bersama
orang lain yang bukan anggota keluargannya, dan lingkungan teman
sebaya
7. Salah satu dukungan sosial yang sangat berpengaruh yaitu
dukungan yang berasal dari teman sebaya. Hal ini sejalan dengan
penelitian (Kusuma wardani,2014) bahwa ada signifikan antara
dukungan sosial teman sebaya dengan kualitas hidup pada lansia.
8. Bentuk Dukungan Sosial
Terdapat empat bentuk dukungan sosial menurut House & Kahn,
yaitu:
a. Dukungan emosional (emosional support).
Berupa ungkapan empati, perlindungan, perhatian dan
kepercayaan terhadap individu, serta keterbukaan dalam
memecahkan masalah seseorang. Dukungan ini akan membuat
seseorang merasa nyaman, tentram, dan dicintai.
b. Dukungan instrumental (instrumental support)
Dukungan dalam bentuk penyediaan sarana yang dapat
mempermudah tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk materi,
dapat juga berupa jasa, atau pemberian peluang waktu dan
kesempatan.
c. Dukungan informasi (informational support)
Bentuk dukungan yang meliputi pemberian nasehat, arahan,
pertimbangan tentang bagaimana seseorang harus berbuat untuk
tercapainya pemecahan masalah.
d. Dukungan penilaian
Berupa pemberian penghargaan atas usaha yang telah dilakukan,
memberikan umpan balik, mengenai hasil atau prestasi yang
diambil individu.
9. Manfaat Dukungan sosial menurut Brownell & Schumaker ada tiga
pengaruh atau manfaat dasar dari dukungan sosial diantaraanya,
pengaruh langsung dan tidak langsung.
 Pengaruh langsung
yaitu terciptanya hubungan interpersonal dan hubungan yang
bersifat menolong dan hubungan tersebut dapat menfasilitasi
terbentuknya prilaku yang lebih sehat.
 Pengaruh tidak langsung
yaitu membantu individu menghadapi dan mengatasi stressor
yang datang dengan cara membantu individu mengatasi cara
pemecahan masalajh dan mengontrol masalah-masalah kecil
sebelum menjadi masalah besar.

Dengan demikian, dukungan sosial teman sebaya dapat


didefinisikan sebagai pemberian dukungan yang berupa perhatian
secara emosional, menghargai, pemberian bantuan instrumental
sebagai pemberian dukungan maupun penyediaan informasi oleh
teman yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang sama.

2 Konsep Dasar Kualitas Hidup Lansia


1. Kualitas hidup adalah sejauh mana seseorang dapat merasakan
dan menikmati terjadinya segala peristiwa penting dalam
kehiduupannya sehingga kehidupannya menjadi sejahtera jika
seseorang dapat mencapai kualitas hidup yang tinggi.
2. Kualitas hidup adalah kondisi dimana system fungsional lansia
yang meliputi mobilitas fisik, perawatan diri, aktivitas, nyeri /
ketidak nyamanan serta kecemasan (WHO dalam Al jabi, et al, 2013)
3. WHO mengembangkan sebuah instrument untuk mengukur
kualitas hiudup itu sendiri menggunakan WHOQOL yang
terdiri, enam domain yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan
psikologis, tingkat kemandirian serta hubungan sosial dengan
lingkungan sekitar. WHOQOL dibagi lagi menjdi empat domain
yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, serta hubungan
sosial dan lingkungan itu sendiri. (WHO, 2015)
1) Fisik yaitu mengukur aktivitas sehari-hari yang dipengaruhi oleh
adekuatnya sistem persarafan, otot dan tulang atau sendi.
2) Psikologis yaitu bodily dan appearance, perasaan negatif,
perasaan positif, self esteem, berfikir, belajar, memori, dan
konsentrasi.
3) Sosial & Lingkungan mencakup sumber financial, freedom,
physical safety dan security, perawatan kesehatan dan social
care, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan
berbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan
kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang
menyenangkan, lingkungan fisik serta transportasi
4. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang
dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat
kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Reno,
2010)
5. Lanjut usia (lansia) adalah seorang yang telah mencapai usia 60
tahun (WHO, 2014).
6. Kualitas hidup lansia adalah dengan pertambahan usia maka
akan ada perubahan dalam cara hidup seperti merasa kesepian
dan sadar akan kematian, hidup sendiri, perubahan dalam hal
ekonomi, penyakit kronis, kekuatas fisik semakin lemah.
(nugroho 2014)
7. Agar kualitas hidup lansia meningkat, maka dalam penyesuai
diri dan penerimaan segala perubahan yang dialami, lansia harus
mampu melakukan hal tersebut. Selain itu, lingkungan yang
memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia membuat
lansia merasa dihargai. Tersedianya media atau, saran bagi lansia
membuat lansia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
(Sutikno, 2015).
8. Menurut World Health Organization Quality of Life
(HWOQOL) kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi
individu terhadap kehidupannya di tengah masyarakat dalam
konteks budaya dan system nilai yang ada terkait dengan tujuan,
harapan, standar, dan perhatian
9. Tujuan Peningkatan Kualitas hidup pada lansia
Peningkatan kualitas hidup bagi lansia bertujuan untuk
a. memberikan kesempatan bagi para lansia yang memiliki
kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan dan memiliki
keterampilan, baik untunk berkarya atau mengembangkan
hobi.
b. meningkatkan dan kepercayaan iman dan ketakwaan para
lansia sesuai agamanya atau kepercayaan terhadap tuhan
yang maha esa serta memandu pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup antara lain:
1) Usia Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, dan Lett
(2004) menunjukkan adanya perbedaan terkait usia dalam
aspek-aspek kehidupan yang penting bag iindividu.
2) Penyakit fisik
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Herwana dan Yenny
(2006), menunjukkan bahwa penyakit kronis merupakan
salah satu faktor yang dapat menurunkan kualitas hidup
lansia.
3) Jenis Kelamin
Bain, dkk (dalam Nofitri, 2009) menemukan adanya perbedaan
antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan,
dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik dari
pada kualitas hidup perempuan
4) Pendidikan
Sen (dalam Pukeliene dan Starkauskiene, 2011) mengatakan
pendidikan merupakan salah satu faktor dari kualitas hidup.
5) Status pernikahan Moons, Marquet, Budst, dan De Gees (2004)
mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara
individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun
janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi. Penelitian
empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa
individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih
tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai,
ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal. Kualitas
hidup yang baik pada laki-laki dan wanita yang sudah
menikah karena adanya dukungan sosial dari pasangannya
(Quan, Rong, Chan, Rong & Xiu, 2009).
6) Pekerjaan Moons, Marquet, Budst, dan De Gees (2004) mengatakan
bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk
yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja,
penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari
pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau
memiliki disabiliti tertentu). Wahl, Astrid, Rusteun & Hanested
(2004) menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan
dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.
7) Hubungan dengan orang lain
Baxter, dkk (2015) Menemukan adanya pengaruh dari faktor
demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas
hidup yang dihayati secara subjektif. Kahneman, Diener, &
Schwarz mengatakan bahwa hubungan pertemanan yang
saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia
akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara fisik
maupun emosional. baik melalui Penelitian yang dilakukan
oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani juga
menemukan bahwa faktor hubungan dengan orang 33 lain
memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan
kualitas hidup subjektif
11. kualitas hidup lanjut usia juga dapat di pengaruhi oleh
a. Standar harapan dalam hidup
b. hubungan sosial yang baik dengan keluarga, teman dan
tetangga.
c. keterlibatan dalam kegiatan sosial atau kegiatan amal.
d. kesehatan yang baik dan kemampuan fungsional
e. kepercayaan atau nilai diri positif.
f. kesejahteraan psikologis dan emosional
g. perasaan dihargai dan dihormati oleh orang lain.
h.
3) Pengertian Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuhuntuk beradaptasi
dengan streslingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stresfisiologis (Effendi, 2009).
Dalam menentukan kriteria-kriteria lanjut usia dibagi
berdasarkan tiga kelompok usia yaitu : usia pertengahan atau middle
age yang dikategorikan antara 45-59 tahun, usia lanjut atau elderly
yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua atau old yaitu 75-90 tahun (World
Health Organization)
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun, mengalami
penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.
4) Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017);Darmojo &
Martono (2006) yaitu :
1) Usia Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017).
2) Jenis kelaminData Kemenkes RI (2015), lansia
didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini
menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi
adalah perempuan (Ratnawati,2017).
3) Status pernikahan Berdasarkan Badan Pusat Statistik (RI
SUPAS 2015). penduduk lansia ditilik dari status
perkawinannyasebagian besar berstatus kawin (60 %) dan
cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia
perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 %dari
keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang
berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase
lansia perempuan yangberstatus cerai mati lebih banyak
dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi
(Ratnawati, 2017).

4) Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut
usiasehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap
sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap
sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota
masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar
pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%)
adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati,
2017)
5) .Pendidikan Terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo
menunjukkan bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai
tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai
tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan
diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Martono,
2006).
6) Kondisi kesehatan Angka kesakitan, menurut Pusat
Data dan Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan
salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka
kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk

yang semakin baik.

Masalah sosial Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan


berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga atau
dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan
perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti
mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek jika
bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti
anak kecil (Kuntjoro, 2007).

3 Teori Keterkaitan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya


dengan Kualitas Hidup Pada Lansia.
1. Dukungan sosial teman sebaya
Dukungan sosial teman sebaya adalah suatu pemberian bantua
atau dukungan yang diberikan teman sebaya yang dapat dirasakan
individu (perceived support) disaat yang diperlukan, sehingga
individu merasa dicintai dan dihargai oleh lingkungan sekitar. Taylor
(2012).
2. Kualitas hidup pada Lansia
Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia butuh dukungan dari
teman sebaya dikarenakan teman sebaya memiliki peran yang sangat
penting bagi perawatan lansia dipanti sosial (Yuliati, Boraya, Ririanty,
2016).
4 Penelitian Terkait
Ada beberapa penelitian yang berkaitan erat dengan penelitian
ini salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Ajuan, Helina, Darwin
Karim. Dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya
dengan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha”
Dalam penelitian tersebut jenis penelitian yang dgunakan deskriptif
korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan pada lansia di dapatkan hasil bahwa jumlah laki – laki
dan perempuan yang menjadi responden dalam penelitian tersebut
berimbang yanitu jumlah responden laki – laki sebanyak 26 orang
(50%) dan jumlah responden perempuan berjumlah 26 orang (50%).
Jenis kelamin juga sangat mempengaruhi interaksi dan dukungan sosial
yang tercipta, sehingga interaksi yang berbeda natar laki – laki dan
perempuan yang menghasilkan dukungan sosial yang berbeda pula.
Hasil penelitian didapatkan dukungan sosial teman sebaya
positif sebanyak 29 lansia (55,8%), sedangkan lansia yang memiliki
dukungan sosial teman sebaya negative sebanyak 23 lansia (44,2%).
Hasil penelitian didapatkan lansia yang memiliki kualitas hidup
yang tinggi sebanyak 31 lansia (59,6%), sedangkan lansia yang
memiliki kualitas hidup yang rendah sebanyak 21 lansia (40,4%).

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
tentang hubungan atau kaitan antara konsep – konsep atau variable –
variable yang akan di amati atau di ukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoadmojo, 2012)

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Sosial Kualitas Hidup


Teman Sebaya Lansia

keterangan :

:Variabel yang diteliti

: Hubungan

B. Hipotesis Penelitia
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atau kesimpulan
sementara dari apa yang menjadi permasalahan. Hipotesis adalah
pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang
harus diuji validitasnya secara empiris, jadi hipotesis tidak dinilai benar
atau salah. Melaikan diuji apakah sahih (valid) atau tidak (suyanto &
siswanto, 2018).

Ha : Ada Hubungan Antaran Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan


Kualitas Hidup Lansia.
Ho : Tidak ada Hubungan Antara dukungan sosial teman sebaya
dengan kualitas hidup pada lansia.
C. Variabel penelitian
1. Variabel independen (Bebas)
Variabel bebas adalah yang menentukan variabel lain. Dalam
ilmu keperawatan biasannya variabel bebas merupakan stimulus
atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk
mempengaruhi tingkah laku klien (Nursalam, 2011). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah dukungan sosial teman sebaya.
2. Variabel Dependen (terikat)
Merupakan variabel yang di pengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variable bebas. Variable terkait dalam penelitian ini
adalah kualitas hidup lansia.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penentuan kontrak atau sifat yang
akan dipelajari sehingga menjadi variable yang dapat diukur.
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk
meneliti dan mengoperasionalkan konstrak, sehingga memungkinkan
bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan
cara sama atau mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih
baik (sugiyono, 2014)

Tabel Definisi Operasional


No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skore
Operasional Ukur
1. Variabel Dukungan - Dukungan - Kuesi Ordin 1.≥ 30
Independe sosial teman Emosiona oner al Baik
n: sebaya sangat l 2. <
Dukungan membantu - Dukungan 30
sosial dalam instrumen kuran
teman pemberian tal g baik
sebaya bantuan atau - Dukungan
dukungan yang informasi
diberikan - Dukungan
teman sebaya penilaian
yang dapat
dirasakan oleh
lansia sehingga
lansia merasa
dicintai dan
dihargai oleh
lingkungan
sekitar.

2. Variabel Kualitas hidup -Usia Kuesio Ordin 1.≥ 30


Dependen lansia suatu -Penyakit ner al Baik
: pertambahan Fisik 2. <
Kualitas usia maka akan -jenis 30
hidup pada ada perubahan kelamin kuran
lansia dalam cara -pendidikan g baik
hidup seperti
merasa
kesepian dan
sadar akan
kematian,
hidup sendiri,
perubahan
dalam hal
ekonomi,
penyakit
kronis,
kekuatan fisik
semakin lemah
pada lansia.

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah dengan meggunakan
metode penelitian Deskriptif Analitik yang bersifat cross sectional, di
mana jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat [ CITATION
Nur14 \l 1033 ].
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di BPSLUT Senjah Cerah Manado.
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan, Maret 2021
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik
kesimpulannya [ CITATION Wir14 \l 1033 ].
Populasi pada penelitian inin adalah semua lansia yang berada di
BPSLUT Senja Cerah Manado berjumlah 38 lansia.
2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang


dimiliki oleh populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semuanya yang ada pada populasi, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang di ambil dari populasi itu (Sugiyono, 2016).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Total


Sampling, dimana pengambilan sampel secara keseluruhan dari
populasi yang berada di BPSLUT Senja Cerah Manado Sebanyak 38
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti [ CITATION
Wir14 \l 1033 ]. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a) Pasien yang bersedia menjadi responden
b) Pasien yang tinggal di BPSLUT
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
[ CITATION Wir14 \l 1033 ]. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
:
a) Pasien yang tidak hadir pada saat penelitian
b) Pasien yang tidak bersedian menjadi responden
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kuesioner merupakan alat teknik
pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya[
CITATION Wir14 \l 1033 ].
1. Variabel Independen
a. Lembar Kuesioner Dukungan Sosial
Lembar kuesioner Dukungan sosial sumber kuesioner
berasal dari penelitian sebelumnya dari Ferdhila Sifa Widowati,
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Kuesioner berisi 12 pertanyaan/pernyataan. Kriteria untuk
pemberian nilai untuk setiap jawaban menggunakan skala likert
yaitu nilai 4 untuk jawaban Sangat Setuju, nilai 3 Setuju, 2 nilai
Tidak Setuju, 1 nilai Sangat Tidak Setuju.
Menggunakan rumus Median:

n = (∑ Pertanyaan x skor tertinggi) + (∑ Pertanyaan x skor


terendah)
2
n = (12x4) + (12x1)
2
n = 48+12 n = 60 n = 30
2 2
Dukungan Sosial Teman Sebaya tertinggi apabila nilai median ≥30
dan Du,o0-[]
kungan Sosial Teman Sebaya rendah apabila nilai median ≤30
2. Variable Dependen kualitas Hidup
b. Lembar Kuesioner Kualitas hidup
Lembar kuesioner Kualitas hidup, sumber kuesioner berasal dari
penelitian sebelumnya Amira Viojuliani Widya Pratamaputri,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhamadiyah Ponorogo.
Kuesioner berisi 12 pertanyaan/pernyataan. Kriteria untuk
pemberian nilai untuk setiap jawaban menggunakan skala likert
yaitu nilai 4 untuk jawaban Sangat Memuaskan, nilai 3
Memuaskan, 2 nilai Tidak Memuaskan, 1 nilai Sangat Tidak
Memuaskan .
Menggunakan rumus Median:

n = (∑ Pertanyaan x skor tertinggi) + (∑ Pertanyaan x skor


terendah)
2
n = (12x4) + (12x1)
2
n = 48+12 n = 60 n = 30
2 2
Kualitas Hidup Pada Lansia tertinggi apabila nilai median ≥30 dan
Kualitas Hidup Pada Lansia rendah apabila nilai median ≤30
E. Pengolahan Data
Menurut Notoadmojo (2012), pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan komputer dengan program system pengelolahan data
komputer. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai
berikut :
1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode
ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
computer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode
dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari satu variabel.
3. Entri Data adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga
dengan membuat tabel kontigensi.
4. Tabulasi data yaitu kegiatan memasukan data ke dalam tabel-tabel
dan mengatur angka-angka yang diperoleh, sehingga dapat dihitung
distribusi dan presentasenya, serta dapat dianalisis secara inferensial.
5. Cleaning Data bila ditemukan penomoran yang salah atau huruf
yang kurang jelas.

F. Analisa Data
Agar lebih bermakna data yang telah di beri skor di analisa dengan uji
statistic. Analisa data dilakukan dengan dua tahap yaitu :
1. Analisa Univariat adalah analisa data dilakukan dengan menggunakan
daftar pertanyaan untuk distribusi frekuensi dari data demografi
responden masing-masing variabel independen dan variabel dependen
kemudian di interprestasikan.
Rumus distribusi frekuensi :
Keterangan :

F
P= x 100
N
P = Presentasi
f = Frekuensi
n = Jumlah sampel
2. Analisa Bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui
hubungan 2 variabel, dengan tingkat kemaknaan (α) : 0,05, jika nilai
signifikan (p) lebih kecil dari α maka dikatakan hasil penelitian
diterima, dan jika nilai signifikan (p) lebih besar dari α maka dikatakan
hasil penelitian ditolak. Setelah itu data di input dan diolah dengan
software computer SPSS versi 16.0
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Tujuan adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden[ CITATION
AHi14 \l 1033 ].
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembaran
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembaran persetujuan
pengumpulan data atau hasil yang disajikan [ CITATION AHi14 \l 1033 ].
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Hasil penelitian yang didapatkan harus memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya [ CITATION AHi14 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA

Azwan et al., (2015). Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan


kualitas hidup lansia dipanti sosial Tresna Werdha. Diakses
dari:https:/media.neliti.com/media/publications/183778-ID-
hubungan-dukungan-sosial-teman-sebaya-de.pdf (10 mei 2019)

Cankovic., S., Nikolic-Ac, E., Jovanovic,M., Kvrgic, S., Harhaji, S., & Radic, I.
(2015). Quality of life ofelderly people living in a retirement
home:Vojnosanitetski preledMilitary Medical and
Pbarmaceutical Journal Of Serbia, 73(1), 42-46.
https://doi.org/10.2298/vsp131205126c

Gottlieb., (2013). Social support strategis guideness formental health. New


York : sage Publication.

Isnawati., Dian Suhariadi rendi., (2013). Hubungan antara dukungan sosial


dengan penyesuain diri masa persiapan pension pada karyawan
PT pupuk Kaltim. jurnal Psikologi Industri dan organisasi.
Vol.1, Februari 2013, hal. 1-6. Depertemen Psikologi Industri
dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Kemenkes RI., (2013). Gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Jakarta:


Kemenkes RI

Kiik, S. M., Sahar, J., & Permatasari, H. (2018). Peningkatan Kualitas Hidup
Lanjut Usia (lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan
Keseimbangan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 21(2), 109.
https://doi.org/10.7454/jki.v21i2.584

Kusumawardani, A., (2014). Hubungan antara dukungan sosial dan kualitas


hidup pada lansia penderita hipertensi. Diperoleh pada tanggal 25
Desember 2014 Diakses dari: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2014/08/Hubungan-antara-Dukungan-Sosial-dan-
Kualitas-Hidup-pada-Lansia-Penderita-Hipertensi.pdf

Mia., Fatma Eka Sari., Ni Made Riasmini., Tien Hartini. (2019). Meningkatkan
Kualitas Hidup Lansia Konsep dan Berbagai Intervensi.

Michael A. LaRocca & Forrest R. Scogin (2015). The Effect of sosial support
on Quality of life in older Adults Receiving Cognitive Behavioral
Therapy. Clin Gerontol.38(2): 131-148.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik.


Yogyakarta: ANDI.

Pudjiastuti., Sri Surini., (2003). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.

Reno, R.B. (2010). Hubungan status interaksi sosial dengan kualitas hidup
lansia dip anti werda dharma bhakti Surakarta. Diperoleh pada
tanggal 25 desember 2014. Diakses dari:
http://etd.eprints.ums.ac.id//

Reno., (2010). Hubungan Status Interaksi Sosial Dengan Kwalitas Hidup


Lansia di Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Samper, T. P., Pinontoan, O. R., & Katuuk,, M. E. (2017). Hubungan interaksi


Sosial dengan kualitas Hidup lansia di BPLU senja Cerab
Provinsi Sulawesi Utara. e-Journal Keperawatan (e-Kp): Vol
5(1):pp.1-9

Savira., (2015). Hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup pada
pasien stroke. diambil dari:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/SKRIPSI
%20-%20Savira%20juniastira%2014320072.pdf?
sequence=1&isAllowed=y(20 juni 2019)

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016). public health nursing population


centered health care in the community (9th Ed.). Missouri:Elsevier.

Taylor, Shelley E., Letitia Anne Peplau & David O. Scars. (2009). Psikologi
Sosial Edisi Kedua Belas.Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

WHO, (2010). Definition of an older orelderly person. Diperoleh pada tanggal


25 November 2014 dari
http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefolder/en/

WHO. (2012). Are you ready? What you needto know about ageing. Diperoleh
pada tanggal 8 Maret 2015 dari http://www.who.int/world-health-
day/2012/toolkit/background/en

Yuliati dkk., (2014). Buku Ajaran Keperawatan Gerontik. (T. Ari, Ed). Jakarta:
Cv. Trans Info Medika

Anda mungkin juga menyukai