OLEH
MAHENDRA PRATAMAJATI
802018701
TUGAS AKHIR
FAKULTAS PSIKOLOGI
SALATIGA
2019
PENDAHULUAN
1
2
dengan interaksi sosial. Dijelaskan pula bahwa remaja khususnya yang memiliki
tipe kepribadian ekstrover yang melakukan keterbukaan diri pada keluarga atau
teman dekat juga memerlukan media online untuk mencari dukungan di saat
merasa tidak puas dengan kualitas hidupnya. Sementara itu Ekasari (2013)
menyatakan bahwa ada hubungan korelasi positif yang signifikan antara
keterbukaan diri melalui blackberry messenger dan kualitas hidup pada remaja.
Sedangkan menurut Johnson (dalam Gainau, 2009) dikatakan bahwa sesuai
dengan perkembangannya, remaja dituntut untuk lebih banyak belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas dan majemuk.
Keterampilan keterbukaan diri yang dimiliki oleh remaja akan membantu dalam
mencapai kesuksesan akademik dan penyesuaian diri, sementara apabila remaja
tidak memiliki kemampuan keterbukaan diri, maka dia akan mengalami kesulitan
berkomunikasi dengan orang lain.
Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan antara keterbukaan diri dengan kualitas hidup pada mahasiswa Fakultas
Psikologi UKSW.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
keterbukaan diri dengan kualitas hidup pada mahasiswa Fakultas Psikologi
UKSW.
4
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Ilmu Psikologi
sebagai bahan rujukan khususnya yang berkaitan dengan keterbukaan dan kualitas
hidup.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan pada Fakultas,
dalam memperhatikan keterbukaan diri mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan
mahasiswa, agar mampu untuk melakukan interaksi sosial dengan tujuan melihat
bagaimana kualitas hidup mahasiswa dan dapat menjadi masukan dalam membuat
kegiatan mahasiswa atau sarana prasarana Fakultas Psikologi demi sedikit
meningkatkan kualitas hidup mahasiswa.
Hasil dari penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan saran pada
mahasiswa untuk melatih diri melakukan keterbukaan diri, agar mahasiswa dapat
mengungkapkan perasaan, pendapat atau saran, kritik, dan keluhan dengan baik
dan tepat.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua
dalam memperhatikan keterbukaan dan kualitas hidup anak-anaknya, juga
menjadi masukan untuk mengambil tindakan agar dapat menjaga kedekatan
dengan anak. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
evaluasi diri terhadap perilaku keterbukaan diri.
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Hidup
Keterbukaan Diri.
Menurut Sherwin (1998) keterbukaan diri yaitu pengungkapan segala
pikiran, perasaan, dan informasi tentang diri sendiri secara sukarela dan sengaja
kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis.
3. Komunikasi efektif
Bila terjadi keterbukaan diri dalam sebuah komunikasi maka semua pihak
dalam komunikasi tersebut akan lebih memahami, lebih mengerti apa yang
sedang dikomunikasikan. Komunikasi akan menjadi lebih efektif bila
semua pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut sudah saling
mengenal.
5. Kesehatan mental
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini
adalah ada hubungan yang positif antara keterbukaan diri dengan kualitas hidup
pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Semakin
tinggi tingkat keterbukaan diri mahasiswa, maka semakin tinggi pula kualitas
hidupnya.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan desain
korelasional.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu keterbukaan diri (X)
sebagai variabel bebas dan kualitas hidup sebagai variabel terikat (Y).
Definisi Operasional
Kualitas hidup yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan
lingkungan
Partisipan
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga angkatan 2018 berjumlah 302 orang.
Peneliti mengambil angkatan 2018 sebagai populasi dikarenakan mahasiswa
angkatan ini termasuk dalam batasan kriteria umur, sedang dalam masa aktif
dalam kegiatan di lingkungan Universitas, baik perkuliahan atau kegiatan bakat
minat. Adapun partisipan penelitian adalah 143 orang mahasiswa Fakultas
10
yang diberi bobot 1, TS (Tidak Sesuai) yang diberi bobot 2, N (Netral) yang diberi
bobot 3, S (Sesuai) yang diberi bobot 4, dan SS (Sangat Sesuai) yang diberi bobot
5. Sedangkan untuk item unfavorable: STS (Sangat Tidak Sesuai) yang diberi
bobot 5, TS (Tidak Sesuai) yang diberi bobot 4, N (Netral) yang diberi bobot 3, S
(Sesuai) yang diberi bobot 2, dan SS (Sangat Sesuai) yang diberi bobot 1.
Hasil Penelitian
Setelah dilakukan proses pengambilan data pada bulan November 2019
selanjutnya dilakukan penghitungan dengan SPSS 16.0, yaitu hasil uji reliabilitas
dan seleksi item. Dari skala keterbukaan diri atau skala 1 (27 item) dan skala
kualitas hidup atau skala 2 (26 item), didapati 19 soal pada skala keterbukaan diri
dinyatakan valid, dan 22 soal pada skala kualitas hidup dinyatakan valid. Disini
peneliti menggunakan skor koefisien korelasi dengan batas bawah 0,25 (Azwar,
2012). Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan SPSS 16.0, skala keterbukaan diri
12
Keterbukaan Kualitas
diri hidup
N 143 143
linieritas. Kriteria uji linieritas adalah jika hubungan yang terjadi berbentuk linier
jika nilai signifikansi deviation from linearity > 0,05. Dengan menggunakan SPSS
16.0, didapatkan nilai signifikansi dari keterbukaan dengan kualitas hidup adalah
0,111, dimana lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan antara keterbukaan diri
dan kualitas hidup mempunyai hubungan linier.
Hasil dari SPSS 16.0, pada Pearson Correlation antara keterbukaan diri
dan kualitas hidup menunjukkan koefisien korelasi 1, dengan nilai 0,484 dan nilai
signifikansi 0.000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan adanya korelasi yang positif dan
signifikan antara kedua variabel yaitu keterbukaan diri dan kualitas hidup. Hasil
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keterbukaan diri mahasiswa fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana, semakin tinggi pula kualitas hidup
mereka, dan begitu pula sebaliknya.
TABEL 7. Correlations
Keterbukaan Kualitas
Diri Hidup
**
Keterbuk Pearson Correlation 1 .484
aan diri
Sig. (1-tailed) .000
N 143 143
**
Kualitas Pearson Correlation .484 1
hidup Sig. (1-tailed) .000
N 143 143
Sumbangan Efektif
SE = R2 X 100%
SE = (0,484)2 X 100%
SE = 23,42 %
Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan efektif yang diberikan keterbukaan diri
kepada kualitas hidup sebesar 23,42%.
Pembahasan
Dari hasil penelitian diperoleh hasil koefisien korelasi 1, dengan nilai
0,484 dan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05), dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian ini diterima, yaitu adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
keterbukaan diri dan kualitas hidup pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
keterbukaan diri mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana,
semakin tinggi pula kualitas hidup mereka, dan begitu pula sebaliknya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Aliyono, dkk (2012) yang menyatakan
bahwa individu dalam kualitas hidupnya memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi
dan bersinggungan dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan untuk
mendapatkan dukungan sosial, hubungan personal, dan penghargaan diri, yang
bisa didapatkan bila individu (dalam hal ini mahasiswa) mampu melakukan
keterbukaan diri. Ditambahkan menurut Gainau (2006) dengan keterbukaan diri
maka individu dapat mengungkapkan diri secara tepat, terbukti mampu
menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya diri sendiri, lebih kompeten, dapat
diandalkan, lebih mampu bersikap positif, percaya terhadap orang lain, lebih
objektif, dan terbuka. Didukung juga oleh pendapat Pan dkk (2018), keterbukaan
diri berfungsi untuk mendapatkan respon mencari dukungan dari orang lain.
Begitu pula dengan pendapat Ekasari (2013) yang menyatakan bahwa ada
hubungan korelasi positif yang signifikan antara keterbukaan diri melalui
blackberry messenger dan kualitas hidup pada remaja.
Keterbukaan diri mendorong individu untuk mengekspresikan diri yang
pada akhirnya mendapatkan dukungan dan penerimaan dari orang lain. Salah satu
alasan orang melakukan keterbukaan diri adalah untuk mendapatkan pemahaman
16
dari orang lain dalam relasi sosial. Dengan relasi sosial yang baik, seseorang akan
mendapatkan rasa kenyamanan psikologis. Pada akhirnya kenyamanan psikologis
ini akan berpengaruh pada kualitas hidup. Individu menjadi lebih mantap dalam
menetapkan tujuan, harapan dan standar hidupnya sebagaimana yang dimaksud
dalam definisi kualitas hidup (Fitriana & Ambarini, 2012).
Seseorang yang memiliki keterbukaan diri akan memahami informasi
tentang diri sendiri. Ia bukan saja mampu untuk mengatasi masalah, namun
mampu berkomunikasi efektif. Ia juga akan menjalin hubungan yang penuh
makna serta memiliki kesehatan mental yang memadai (DeVito, 2011). Dari sini
nampak bahwa manfaat-manfaat dari keterbukaan diri erat kaitannya dengan
kualitas hidup. Penelitian oleh James Pennecbacker dalam DeVito (2011)
menggambarkan bahwa orang yang terbuka akan lebih kebal dari penyakit yang
disebabkan oleh stres. Hal ini berkaitan dengan proses katarsis, bila individu
mengalami masalah dan beban mental, dengan menceritakan masalah dan atau
beban tersebut individu tersebut dapat meringankan perasaannya, dan pada
saatnya nanti merasa lega serta menjadi lebih rileks dalam menghadapi
kehidupan. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa ada hubungan yang
signifikan dari keterbukaan diri dengan kualitas hidup.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara keterbukaan diri dengan
kualitas hidup pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya
17
Wacana. Dengan kata lain semakin tinggi keterbukaan diri mahasiswa, semakin
tinggi pula kualitas hidupnya, dan begitu pula sebaliknya. Juga didapatkan adanya
sumbangan efektif dari keterbukaan diri terhadap kualitas hidup sebesar 23,42%,
dimana menunjukkan adanya sumbangan yang diberikan keterbukaan diri pada
kualias hidup mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana,
tetapi masih terdapat 76,58% sumbangan dari hal lain. Dari penelitian diatas dapat
dilihat bahwa tingkat keterbukaan diri mahasisawa fakultas psikologi Universitas
Kristen Satya Wacana memiliki rata-rata tergolong tinggi dengan persentase
54,55% dan kualitas hidup juga rata-rata tergolong tinggi dengan persentase
54,55%.
Saran
Bagi Fakultas, hasil penelitian dapat memberikan masukan bahwa adanya
wadah untuk berkegiatan dan bersosialisasi bagi para mahasiswa memungkinkan
terjadinya interaksi sosial yang pada saatnya nanti mendorong keterbukaan diri
serta bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup mahasiswa.
Bagi mahasiswa untuk turut serta memperhatikan rekan mahasiswa lain
yang terlihat memiliki keterbukaan diri yang rendah. Dengan adanya relasi sosial
dengan mahasiswa dengan tingkat keterbukaan yang tinggi, diharapkan
mahasiswa dengan tingkat keterbukaan yang rendah memiliki kesempatan untuk
meningkatkan tingkat keterbukaan diri, sehingga mampu mengutarakan pendapat-
pendapat, saran, dan bahkan keresahan yang dipendam, dengan tujuan untuk
mendapatkan dukungan dari orang lain. Pada saatnya nanti hal ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi pada kualitas hidupnya.
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
refrensi untuk keperluan akademis atau untuk penelitian selanjutnya dan bisa juga
melanjutkan penelitian ini dengan subjek yang sama untuk dikaitkan dan atau
ditambahkan dengan variabel lain, atau untuk meneliti apakah adanya pengaruh
antar variabel.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aliyono, Yosie Yuriqa., Tondok, Marselius S., & Ayuni. (2012). Studi deskriptif
kualitas hidup buruh pabrik rokok X di surabaya. Surabaya: Fakultas
Psikologi UBAYA.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2016). Berinvestasi pada
remaja. 26 Oktober 2016. Didapatkan dari
http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=158
Deswita. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
DeVito, J. A. (2011). Komunikasi antar manusia. (Edisi kelima). Tangerang
Selatan: Karisma Publishing Group.
Ekasari, N. (2013). Hubungan antara pengungkapan diri (self-disclosure) melalui
blackberry messenger dan kualitas hidup (quality of life) pada remaja.
Jurnal Anima. Vol. 2 No. 2.
Endarwati, M. L., Rahmawaty, P., & Wibowo, A. (2016). The quality of student
life (Kualitas hidup mahasiswa) fakultas ekonomi universitas negeri
yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional: Penguatan Hubungan antara
Pengembangan Ketermapilan, Pendidikan, dan Ketenegakerjaan Generasi
Muda. Fakultas Ekonomi UNY.
Fitriana, N. A., & Ambarini, T. K. (2012). Kualitas hidup pada penderita kanker
serviks yang mengalami pengobatan radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis
dan Kesehatan Mental. Vol. 1 No.03.
Gainau, M. B. (2009). Keterbukaan diri (Self disclosure) siswa dalam prespektif
budaya dan implikasinya bagi konseling. 12 Desember 2018. Didapatkan
dari
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/jiw/artikel/issue/view/17061
Ghozally, F. R., (2005). Kecerdasan emosi dan kualitas hidup. Jakarta: Edsa
Mahkota.
Santrock, J.W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup (Edisi
kelima). (Penerjenmah: Achmad chusairi & juda damanik; Editor: Herman
sinaga & yati sumiharti). Jakarta: Erlangga.
19
Shen, G. C. (2015). How quality of life affects intention to use social networking
sites: Moderating role of self. 25 oktober 2016. Didapatkan dari
https://pdfs.semanticscholar.org/e924/3a6041bef7bdcc6d68caadee55c6ff1
229e.pdf
Magno, Carlo, Cuason, Sherwin & Figueroa, C. (1998). The development of the
self disclosure scale. Manila: De La Salle University.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan r&d. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung:
Alfabeta.
Pan, Wenjing., Feng, Bo., & Wingate, V. Skype. (2018). What you say is what
you get: How self-disclosure in support seeking affects language use in
support provision in online support forums. Journal of Language and
Social Psychology. Vol. 37 (1) 3-27.
WHOQOL Group (2003). Development of the world health organization
WHOQOL-BREF quality of life assesment. Psychological Medicine.
WHOQOL-BREF. (1996). Introduction, administration, scoring and generic
version of the assessment. Programme on Mental Health World Health
Organization CH-1211 Geneva 27. Switzerland.