Anda di halaman 1dari 49

WELL-BEING MAHASISWA

(Studi Kuantitatif Deskriptif di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)


Oleh
Anita Aisah, M.Psi., Psikolog
Anisa Dwi Makrufi, M.Pd.I
Fajar Rachmadhani, Lc., M.Hum

RINGKASAN

Salah satu tugas perkembangan remaja akhir adalah menerima diri baik secara positif. Studi
pendahuluan membuktikan bahwa beberapa mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta tingkat
pertama masih belum sepenuhnya menerima diri sehingga tidak nyaman dalam melakukan
aktivitasnya. Penerimaan diri yang rendah dan tidak nyaman dalam melakukan aktivitasnya
adalah indikator dari well-being yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan bagaimana kecenderungan well-being pada mahasiswa. Sebuah studi
kuantitatif deskriptif yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Proses
pengambilan data penelitian ini melalui angket well-being. Instrumen angket tersebut
berdasarkan teori psychological well-being oleh Ryff. Analisis dalam penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif dengan aplikasi SPSS 20. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kecenderungan wellbeing mahasiswa UMY masuk dalam kategori tinggi. Salah satu
faktor yang mempengaruhi adalah keaktifan mahasiswa pada organisasi.

Kata Kunci: Well-Being, Mahasiswa, UMY

1
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


UU No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa Tujuan Pendidikan di Indonesia tidak
hanya membentuk manusia yang sehat fisik tetapi juga manusia yang sehat secara
mental. Prof. Harry Minas dari Melbourne University pada acara School Well Being and
children Mental Workshop pada tahun 2015 menyatakan bahwa Sekolah dan perguruan
tinggi memiliki peran penting dalam meningkatkan kesehatan mental, sehingga
kurikulum yang diberlakukan tidak hanya fokus pada ranah akademik. Pendidikan
formal memang memiliki peranan penting dalam membentuk manusia sehat mental.
Sistem Pendidikan di Indonesia sudah berupaya melakukan sistem untuk
meningkatkan kesehatan mental peserta didik. Sejak tahun ajaran 2011, Indonesia sudah
mulai menanamkan pengembangan nilai nilai pendidikan budaya dan karakter di seluruh
jenjang pendidikan dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Namun
membentuk manusia yang memiliki sehat mental memang tidak mudah. Diantara peserta
didik dari berbagai jenjang pendidikan, mahasiswa merupakan golongan yang mudah
terkena stres dalam melaksanakan peranan dan tanggung jawab mereka (Talamati, 2012).
National Health Ministries (2006), pada saat menjadi mahasiswa individu menjadi tidak
berdaya dan stres apabila dibandingkan dengan sebelum masa perkuliahan.
Berdasarkan teori perkembangan, Mahasiswa masuk dalam fase remaja akhir.
Masa remaja akhir adalah masa transisi perkembangan antara masa remaja menuju
dewasa yang umumnya dimulai pada usia 17 – 22 tahun. Pada masa ini terjadi proses
perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan orangtua dan
cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakaan proses pembentukan
orientasi masa depan (Santrock, 2008).
Masa remaja sering disebut masa “badai” akibat adanya perubahan tuntutan tugas
perkembangan. Jika remaja tidak mampu melewatinya dengan baik, kemungkinan terjadi
gangguan psikologis yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh upaya tugas-tugas dan
tuntutan baru menimbulkan kelelahan emosi, kognitif dan sosial remaja (Bizzaro dalam
Estika, 2013).
Santrock (2008) menjelaskan ada beberapa tugas perkembangan yang harus
dipenuhi oleh remaja akhir. Salah satunya adalah timbul sikap positif atas dirinya. Sikap
positif ini terimplikasi dengan memiliki rasa bangga atas kemampuan dirinya. Jadi

2
remaja yang berperan sebagai mahasiswa juga harus mampu menerima kondisinya serta
nyaman melakukan aktivitas.
Studi pendahuluan melalui wawancara pada mahasiswa di Perguruan Tinggi
Muhammadiyah, hasilnya adalah mereka masih belum menerima aktivitasnya yaitu
kuliah di jurusannya sekarang. Dari 30 mahasiswa yang diwawancarai, semuanya
memiliki pilihan pertama Perguruan Tinggi Negeri. Pilihan ke universitas swasta adalah
pilihan yang kedua. Mahasiswa yang memasuki universitas swasta harus bersaing untuk
mendapatkan jurusan favorit, salah satunya adalah kedokteran. Beberapa mahasiswa FAI
UMY mengaku bahwa masuk FAI bukan pilihan pertamanya tetapi pilihan terakhir.
Dari beberapa kasus mahasiswa yang belum bisa menerima kondisi dan
aktivitasnya, tugas pengajar di Perguruan Tinggi Swasta adalah membuat mahasiswa
nyaman mengikuti perkuliahan dan bertahan sampai wisuda. Hal ini akan menimbulkan
rasa kebahagiaan pada mahasiswa. Rasa bahagia ini disebut dengan well-being. Well-
being memiliki peran penting bagi mahasiswa karena well-being merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil pembelajaran dan perkembangan (Frost, 2010).
Well being (Ryff, 1989) merupakan realisasi dari pencapaian penuh dari potensi
individu yang dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri,
mampu membina hubungan yang positif dengan orang lain dapat menguasai
lingkungannya, memiliki tujuan hidup serta terus mengembangkan pribadinya. Well
being bukan hanya kepuasan hidup tetapi keterbatan yang positif dalam menangangi
tantangan-tantangan hidup (Keyes dkk, 2010)
Well-being pada mahasiswa memiliki hubungan dengan peningkatan prestasi
akademik, kehadiran di perkuliahan, perilaku prososial, keamanan di Sekolah dan
kesehatan mental (Noble dkk, 2008). Mahasiswa yang memiliki well-being tinggi lebih
mampu mempelajari dan memahami informasi lebih efektif, lebih bersemangat untuk
meningkatkan prestasi akademik, menunjukkan perilaku sosial yang sehat dan
memuaskan. Namun mahasiswa yang memiliki well-being rendah cenderung menilai diri
negatif yang berpengaruh pada kebahagiaan dan kepuasan hidupnya serta rentang
mengalami hubungan sosial yang buruk.
Rasa belum bisa menerima diri untuk kuliah yang bukan pada pilihannya adalah
salah satu bentuk dari well-being yang rendah pada mahasiswa. Sehingga penulis perlu
menelusuri lebih lanjut bagaimana kondisi well being pada mahasiswa. Harapannya
penelitian ini adalah penelitian awal yang ada keberlanjutan penelitian yaitu pelatihan
untuk peningkatan well-being pada mahasiswa.
3
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana kecenderungan well-
being pada mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran well-being pada
mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah referensi tentang teori well-being pada mahasiswa yang masih
remaja akhir
b. Dapat menambah referensi sebagai bahan dasar pembuatan pelatihan peningkatan
well-being
2. Manfaat Praktis
a. Mengetahui kondisi well-being mahasiswa
b. Sebagai bahan evaluasi proses pembelajaran mahasiswa agar lebih
menyenangkan

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Well-being
Well being disini merujuk pada psychological well being. Psychological well
being adalah bagaimana individu berusaha mencapai tujuan yang bermakna, tumbuh dan
berkembang serta mengembangkan hubungan yang berkualaitas dengan seksama.

B. Aspek-Aspek Well-being
Aspek well-being menurut Ryff meliputi:
1. Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
Penerimaan diri tidak hanya mencakup adanya sikap positif terhadap diri sendiri
tetapi juga penerimaan terhadap kualitas baik dan kualitas buruk dalam diri
seseorang, termasuk juga perasaan positif terhadap masa lalu.
2. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relation With Other)
Kemampuan berhubungan dengan orang lain dalam memberi dan membangun
hubungan. Kemampuan tersebut dapat meningkatkan hubungan positif dengan orang
lain. Individu yang mendapatkan skor tinggi pada aspek ini memiliki ciri-ciri
memiliki kehangatan, kepuasan, hubungan kepercayaan dengan orang lain, peduli
mengenai kesejahteraan orang lain, mampu berempati, intiminacy serta memahami
konsep memberi dan menerima dalam hubungan manusia.
3. Otonomi (Autonomy)
Keadaan dimana seseorang mengatur nasib mereka sendiri, bebas, mampu mengatur
perilaku dan dapat mengambil keputusan sendiri. Selain itu Feist dan Feist (2006)
mengemukakan bahwa individu yang mencapai aktualisasi diri bergantung pada diri
mereka sendiri untuk tumbuh.
4. Penguasaan Lingkungan (Enviromental Mastery)
Kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang cocok
dengan kondisi psikis individu.Individu yang memiliki penguasaan lingkungan yang
baik memiliki ciri-ciri memiliki penguasaan dan kompetensi dalam mengatur
lingkungannya, dapat mengendalikan situasi eksternal yang kompleks, dapat
menggunakan kesempatan di lingkungan secara efektif, mengenali lingkungan serta
mampu untuk memilih dan menciptakan lingkungan sesuatu dengan nilai nilai yang
dimiliki.
5. Tujuan Hidup (Purpose in Life)
5
Tujuan hidup atau purposes in life adalah keyakinan yang memberikan individu
oerasaan adanya tujuan yang berarti dalam hidupnya. Individu yang memiliki tujuan
hidup yang baik adalah individu yang memiliki tujuan yang jelas dan terarah;
merasakan makna kehidupan sekarang dan masa lalu; serta memegang keyakinan
dalam hidupnya. Sebaliknya individu yang tujuan hidupnya rendah cenderung hanya
memiliki sedikit tujuan, tidak terarah serta tidak mengetahui tujuan dan makna
dalam hidupnya.
6. Perkembangan Diri (Personal Growth)
Perkembangan diri adalah kebutuhan untuk mengoptimalkan fungsi psikologis yang
tidak ahanya meningkatkan karateristik sebelumnya tetapi juga mengembangkan
potensi diri untuk terus berkembang sebagai pribadi.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Well-being


Menurut Jeyes, Shmotkin dan Ryff (2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi
well-being adalah usia, jenis kelamin, perbedaan status sosial, pendidikan dan pekerjaan,
dukungan sosial, kesehatan fisik dan kepribadian.
Pendapat yang lain mengemukakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi
well-being pada diri individu bisa dikategorikan pada lima hal, yaitu :
1. Faktor Demografis
a. Usia
Penelitian oleh Ryff menemukan adanya perbedaan tingkat well-being individu
dari berbagai kelompok usia. Ryff membaginya dalam tiga kategori usia yaitu
kelompok dewasa akhir, dewasa madya dan dewsaa awal. Individu yang berada
pada masa dewasa awal (young yakni usia 25-29 tahun) mempunyai skor tinggi
dalam dimensi pertumbuhan pribadi, penerimaan diri dan tujuan hidup
sementara itu skor terendah ada pada dimensi hubungan positif dengan orang
lain, penguasaan lingkungan dan otonomi. Skor tinggi yang dimiliki individu
pada masa dewasa madya (mildlife yaitu rentang umur 30-64 tahun) berada pada
dimensi penguasaan lingkungan, otonomi dan hubungan positif dengan orang
lain, adapun skor rendah pada dimensi pertumbuhan pribadi, tujuan hidup dan
penerimaan diri. Selanjutnya individu pada masa dewasa akhir (older yaitu >
65 tahun) memiliki skor tinggi dalam dimensi otonomi, hubungan positif
dengan orang lain, penguasaan lingkungan dan penerimaan diri sementara pada

6
dimensi pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup memiliki skor rendah. (Ryff
dalam NN USU)
b. Gender
Penelitian Ryff juga menjelaskan bahwa dibandingkan laki-laki, perempuan
lebih unggul pada dimensi hubungan yang positif dengan orang lain dan
pertumbuhan pribadi.
c. Status Sosial Ekonomi
Tidak bisa dipungkiri bahwa kelas social dalam masyarakat bisa mempengaruhi
kondisi well-being seseorang. Pendidikan tinggi dan status pekerjaan dapat
meningkatkan kondisi well-being seseorang terutama pada dimensi penerimaan
diri dan tujuan hidup.
d. Pendidikan
Faktor pendidikan berhubungan erat dengan dimensi tujuan hidup seseorang.
Semakin tinggi pendidikan seseorang diasumsikan bahwa individu tersebut akan
lebih mudah mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dibandingkan
dengan individu yang berpendidikan rendah (Rahayu, 2008).
e. Budaya
Orientasi budaya yang bersifat kolektif atau saling ketergantungan seperti di
Negara Korea Selatan memiliki skor tinggi pada dimensi hubungan positif
dengan orang lain dan skor yang rendah pada dimensi penerimaan diri. Akan
tetapi sebaliknya, orientasi budaya yang bersifat individu missal seperti
Amerika memiliki skor tinggi pada dimensi pertumbuhan pribadi (responden
wanita) dan dimensi tujuan hidup (responden pria) serta skor yang rendah pada
dimensi otonomi, baik pria ataupun wanita (Ryff dalam Rahayu, 2008).
2. Dukungan Sosial
Individu yang mendapat dukungan social mempunyai kondisi well-being
yang lebih tinggi. Dukungan ini bisa berasal dari pasangan, keluarga, saudara,
teman, rekan kerja ataupun berbagai sumber lainnya (Davis dalam Rahayu, 2008).
Empat jenis dukungan social yaitu :
a. Dukungan Emosional (Emotional Support)
Dukungan emosional meliputi empati, kepedulian serta perhatian.
b. Dukungan Penghargaan (Esteem Support)

7
Dukungan ini muncul melalui pemberian penghargaan yang positif terhadap
pemikiran atau perasaan, termasuk pula perbandingan yang positif antara
individu dan orang lain.
c. Dukungan Instrumental (Tangible or Intrumental Support)
Dukungan instrumental melibatkan tindakan konkret atau pertolongan secara
langsung.
d. Dukungan Informasional (Informational Support)
Pemberian nasehat, kritik dan saran serta umpan balik terhadap tingkah laku
seseorang merupakan dukungan informasional yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kondisi well-being seseorang.
3. Evaluasi terhadap Pengalaman Hidup
Evaluasi seseorang terhadap pengalaman hidupnya memiliki pengaruh yang
penting bagi kondisi well-being. Dimensi atau aspek well-being digunakan sebagai
indikator kesehatan mental seseorang, sementara itu interpretasi dan evaluasi
pengalaman hidup diukur dengan mekanisme evaluasi diri oleh Rosenberg (Ryy dan
Essex dalam Rahayu, 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Essex pada tahun 1992
menunjukkan bahwa mekanisme evaluasi diri memberikan pengaruh pada kondisi
well-being terutama pada dimensi penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan
hubungan positif dengan orang lain. Adapun mekanisme diri yang dikemukakan
oleh Rosenberg yaitu : mekanisme perbandingan social; mekanisme perwujudan
penghargaan; mekanisme persepsi diri terhadap tingkah laku; dan mekanisme
pemusatan psikologis
4. Locus of Control (LOC)
Locus of Control diartikan sebagai suatu ukuran harapan umum seseorang
mengenai control terhadap penguatan yang mengikuti perilaku tertentu (Rotter
dalam Rahayu, 2008). Robinson et.al (dalam Pratiwi 2000 dalam Rahayu, 2008)
menjelaskan bahwal ocus of control dapat memberikan prediksi atau peramalan
terhadap well-being seseorang. Individu dengan LOC internal pada umumnya
mempunyai tingkat well-being yang lebih tinggi dibanding dengan individu dengan
LOC eksternal.
5. Faktor Religiusitas
Penelitian yang ditulis oleh Levin (dalam Rahayu, 2008) yang berjudul
“Religious Involvement Among Older African Americans” ditemukan beberapa hal
8
yang menunjukkan fungsi daripada psikososial agama, antara lain: doa berperan
penting sebagai coping dalam menghadapi masalah; berpartisipasi aktif dalam
kegiatan keagamaan akan meningkatkan rasa penguasaan lingkungan dan self-esteem;
keterlibatan religius merupakan prediktor evaluasi kepuasan hidup.

D. Karakteristik Remaja Akhir


Perkembangan remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu remaja awal (12 – 14 tahun),
remaja tengah (15 – 17 tahun) dan remaja akhir (18 – 22 tahun). Karakteristik remaja
dapat dibagi menjadi tiga bagian mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial.
Perubahan biologis pada remaja terlihat tampak pada masa pubertas mencakup
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan alat reproduksi baik primer
maupun sekunder. Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituari
dan kelenjar hipotalamus. Kedua kelenjar itu menyebabkan terjadinya pertumbuhan
ukuran tubuh dan merangsang aktivitas serta pertumbuhan alat kelamin utama pada
remaja (papalia, 2005)
Piaget (Papalia, 2005) menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami
dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih
lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Remaja berfikir
secara logis yang mulai berfikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk
memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
Santrock (2008) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami
perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam
kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan.

9
III. METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel
Well-being mahasiswa adalah sikap mahasiswa untuk mencapai tujuan hidup yang
bermakna, tumbuh dan berkembang serta mengembangkan hubungan yang
berkualitas. Well-being pada mahasiswa ditunjukkan melalui cirri-ciri sebagai
berikut:
a. Adanya penerimaan diri
b. Memiliki hubungan positif dengan orang lain
c. Kemandirian
d. Menguasai lingkungan
e. Memiliki arah dan tujuan hidup
f. Dapat mengembangkan diri
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa remaja akhir di Perguruan Tinggi
Muhammadiyah di Yogyakarta
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah 300 mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dengan karakteristik masuk kategori remaja akhir (18-21 tahun).
3. Teknik Pengambilan Sampel
Prosedur pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non probability
sampling dimana tidka semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling yaitu berdasarkan ketersediaan dan kemudahan mengakses
populasi.
C. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data adalah angket well-being mahasiswa. Instrumen ini
berdasarkan aspek dari teori Psychological well-being dari Ryff (Papalia, 2002) yaitu:
1. Penerimaan diri
2. Hubungan Positif dengan Orang Lain
3. Kemandirian
4. Penguasaan Lingkungan
5. Tujuan Hidup
6. Pengembangan Pribadi
10
Berikut akan dipaparkan blue print angket well-being, yaitu:
No Aspek Indikator Jumlah Aitem
Favorabel Unfavorabel
1. Penerimaan Diri Menerima diri secara 3 3
positif pada saat
sekarang
Menerima diri pada
masa yang lalu

2. Hubungan Positif Kemampuan 3 3


dengan orang menjalin hubungan
lainj dengan teman
sebaya

Kemampuan
menjalin hubungan
dengan orang tua

Kemampuan
menjalin hubungan
dengan guru

3. Kemandirian Kemampuan untuk 3 3


merencanakan hidup
jangka pendek

Kemampuan untuk
merencanakan hidup
jangka panjang

4. Penguasaan Kemampuan 3 3
Lingkungan individu
menciptakan
lingkungan

Kemampuan
individu untuk
mengontrol
lingkungan

5. Tujuan Hidup Memahami tujuan 3 3


hidup

Keyakinan dapat
meraih tujuan hidup

6. Pengembangan Persepsi positif 3 3


Pribadi terhadap diri yang

11
selalu tumbuh dan
berkembang

Terbuka terhadap
pengalamn-
pengalaman baru

Mampu mengenali
potensi diri
Jumlah 18 18
Jumlah keseluruhan Aitem 36

D. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistk deskriptif. Statistik
deskriptif bertujuan untuk menguji kecenderungan atau gambaran well-being pada
mahasiswa. Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan Program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 20.0

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur
Pelaksanaan uji coba alat ukur skala well being dilakukan pada 18 September – 30
September 2017 di Kampus Terpadu UMY. Peneliti dibantu oleh empat asisten
lapangan yang bertugas membagikan skala uji coba. Pada Tahap I, Skala uji coba
dibagikan kepada 120 responden di delapan Fakultas. Setiap Fakultas terdapat 15
responden. Pada tahap II, skala uji coba dibagikan kepada 32 responden mahasiswa
Fakultas Agama Islam. Total responden
Uji coba skala wellbeing menggunakan skala wellbeing yang aspeknya berdasarkan
teori dari Ryff. Terdapat lima aspek dan 36 aitem yang terdiri dari aitem favorable
dan aitem unfavorable. Lima aspek tersebut adalah, penerimaan diri, hubungan Positif
dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan
pengembangan pribadi.

b. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Skala Wellbeing yang diujicobakan sebanyak 36 aitem dengan 120 respondken.
Indeks daya beda aitem adalah antara 0,187 sampai 0,551. Daya beda yang digunakan
dalam skala ini adalah 0,3 karena menurut Azwar (2014) semua aitem yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Berikut
adalah hasil uji indeks daya beda tahap I. Dari 36 aitem, yang memiliki indeks daya
beda aitem di atas 0,3 adalah 20 aitem. Namunada satu aspek yaitu aspek memiliki
hubungan positif dengan orang lain yang semua aitem dalam aspek tersebut di bawah
0,25. Nilai reliabilitas di tahap I adalah 0,832. Kemudian peneliti menambah
responden sebanyak 32 responden. Hasil nilai reliabilitas adalah 0,832 dan aitemnya
mewakili lima aspek dalam variabel wellbeing. Indeks daya beda aitem antara 0,269 –
0,540. Daya beda aitem dipilih dibawah 0,3 dengan pertimbangan aitem yang di atas
0,3 tidak memenuhi syarat. Menurut Azwar (2014), apabila jumlag aitem kurang dari
yang kita inginkan, maka indeks daya beda dapat diturunkan menjadi 0,25. Atas dasar
pendapat Azwar di atas peneliti memakai indek daya beda minimal 0,25.

c. Kecenderungan Well-being Mahasiswa UMY


Di bawah ini adalah kategori skor wellbeing:
Kategori Skor Wellbeing

13
No Kategori Range Skor Range Skor Pada
Skala Wellbeing
1. Sangat Rendah X   - 1,5 X  35
2. Rendah  - 1,5 < X ≤  - 0,5 35 < X  45
3. Sedang  - 0,5 < X ≤  + 0,5 45 < X  55
4. Tinggi  + 0,5 < X ≤  + 1,5 55 < X  65
5. Sangat Tinggi  + 1,5 < X 65 < X

PS * Kategori Wellbeing Crosstabulation

Count
Kategori Wellbeing
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total
PS FAI 0 8 21 7 36
FEB 0 11 26 1 38
FH 1 7 24 5 37
FISIPOL 0 9 21 7 37
FKIK 1 9 21 6 37
FP 1 9 24 3 37
FPB 0 10 21 8 39
FT 0 6 26 6 38
Total 3 69 184 43 299

Pada tabel kategori wellbeing di atas menunjukkan bahwa dari 299 responden, 43
responden memiliki wellbeing sangat tinggi. 184 responden memiliki kategori
wellbeing tinggi, 69 responden dengan kategori sedang dan tiga responden dengan
kategori rendah. Menurut Joronen (2005), individu yang memiliki ciri-ciri well-being
tinggi memiliki karateristik penilaian terhadap dirinya tinggi. 227 mahasiswa
memiliki kemampuan yang baik terhadap memaknai pengalaman hidupnya, cara
pandang terhadap hidup dan motivasinya untuk mengubah hidup. Well-being rendah
terdapat pada 3 mahasiswa memiliki karakteristik penilaian yang buruk terhadap
hidupnya dan tidak memiliki motivasi untuk merubah hidup. Individu yang memiliki
well-being rendah, tidak memiliki tujuan hidup dan pasrah terhadap keadaan
hidupnya.
Apabila ditinjau berdasarkan fakultas, maka penyebaran well-being berdasarkan lima
kategori (sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi) tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Jurusan atau fakultas di dalam universitas tidak
mempengaruhi perbedaan yang signifikan pada skor well-being pada mahasiswa.

14
Namun salah satu faktor yang mempengaruhi wellbeing adalah pendidikan. Semakin
tinggi pendidikan maka individu akan lebih mudah mencari solusi atas permasalahan
yang dihadapinya dibanding individu berpendidikan rendah. Responden dalam
penelitian ini adalah mahasiswa/ peserta didik yang menempuh di perguruan tinggi.
Hasil skor well-being pada penelitian ini yaitu 299 responden menunjukkan bahwa
75% memiliki skor well-being yang tinggi.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Well-being Mahasiswa UMY


Menurut Ryff dkk (2002) ada lima faktor utama yang mempengaruhi well-being.
Lima Faktor utama tersebut adalah faktor demografi, dukungan sosial, evaluasi
terhadap pengalaman hidup, locus of control dan religiusitas. Berdasarkan faktor
utama yang mempengaruhi well-being remaja tersebut maka di dalam penelitian ini
terdapat beberapa variabel pendukung yang diikut sertakan dalam penelitian. Variabel
tersebut dipilih berdasarkan lima faktor utama yang dipaparkan di atas. Variabel
pendukung meliputi: faktor demografi (variabel jenis kelamin, pekerjaan orangtua,
asal tempat tinggal, dan pendidikan sebelum masuk universitas/ setingkat SMA) dan
faktor dukungan sosial (tempat tinggal mahasiswa).
1. Faktor Jenis Kelamin
Peneliti akan menguji normalitas dan uji perbedaan. Jumlah responden
berdasarkan jenis kelamin adalah 154 mahasiswa laki-laki dan 145 mahasiswa
perempuan. Sebelum dilakukan uji perbedaan dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu.
Hasil uji normalitas skor well-being pada 299 mahasiswa adalah sig 0,185. Sig
0,185 artinya skor wellbeing pada 299 mahasiswa adalah datanya normal.
Sehingga uji perbedaan dapat menggunakan uji perbedaan parametrik. Uji
perbedaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t independet sample.
Hasil uji t independent sampel dengan tujuan menguji perbedaan well-being pada
mahasiswa laki laki dan mahasiswa perempuan menunjukkan nilai sig 0,339. Nilai
sig 0,339 (sig > 0,05) memiliki arti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.
antara skor well-being laki laki dan perempuan pada 299 mahasiswa UMY.
Menurut Ryff (2002), perempuan lebih tinggi dalam hal bersosialisasi dari pada
pria.
2. Faktor Pekerjaan Orangtua

15
Di dalam penelitian ini dipaparkan beberapa kategori pilihan pekerjaan orang tua,
yaitu wiraswasta, PNS, Petani, Ibu rumah tangga, petani, karyawan swasta, lain
lain. Bagi mahasiswa yang orangtuanya sudah meninggal, maka bagian pekerjaan
orangtua akan dikosongkan. Hasil dari analisis deskriptif menunjukkan bahwa
mahasiswa-mahasiswa yang memiliki skor well-being rendah memiliki ayah yang
bekerja sebagai PNS dan karyawan swasta. Mahasiswa yang memiliki skor well-
being sangat tinggi memiliki ayah yang bekerja sebagai petani, karyawan swasta
dan lain lain (di luar kategori). Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai
faktor orangtua selain pekerjaan yaitu faktor pengasuhan, dukungan sosial dan
interaksi sosial. Menurut Ryff (2002) dukungan sosial dari orangtua menjadi
faktor penting dalam meningkatkan well-being pada mahasiswa.
3. Faktor Asal dan Tempat Tinggal
Faktor asal dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu mahasiswa yang berasal
dari Jawa dan mahasiswa yang berasal dari luar Jawa. Faktor ini berdasarkan teori
dari Ryff (2002) yang menyatakan bahwa well-being dipengaruhi oleh budaya.
Terdapat 177 mahasiswa yang berasal dari pulau jawa dan 121 mahasiswa yang
berasal dari luar pulau jawa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor well-
being mahasiswa yang berasal dari luar jawa memiliki skor well-being lebih tinggi
dari pada mahasiswa di Jawa. Skor uji perbedaan uji t sample independent
menunjukkan nilai sig 0,267. Nilai sig 0,267 artinya tidak ada perbedaan
wellbeing pada mahasiswa yang berasal dari pulau jawa dan mahasiswa yang
berasal dari luar pulang jawa.
4. Faktor Pendidikan Sebelumnya
Faktor pendidikan pada penelitian ini dikategorikan menjadi menjadi 5 kategori
pendidikan menengah ke atas, yaitu MA/Sekolah menengah atas yang berbasis
islam, SMA, SMK, pondok pesantren dan ada kode khusus bagi yang tidak diisi
Hasilnya ditunjukkan pada tabel di bawah ini:.
Kate gori Wellbe ing * Asal Sekolah Crosstabulation

Count
Asal Sekolah
MA/SMA
MUH/SMA
ISLAM SMAN/SMA
Tidak Diisi YANG LAIN PONPES SWASTA SMK Total
Kategori Rendah 0 1 0 2 0 3
Wellbeing Sedang 2 12 8 41 6 69
Tinggi 6 39 21 103 15 184
Sangat Tinggi 1 7 5 27 3 43
Total 9 59 34 173 24 299

16
Pada tabel terlihat bahwa dari 299 mahasiswa, terdapat 173 mahasiswa yang
berasal dari SMA Negeri atau SMA swasta yang umum, 59 mahasiswa berasal
dari Sekolah Menengah atas yang bebasis islam, 24 mahasiswa berasal dari SMK
dan 34 mahasiswa berasal dari pondok pesantren. Secara keseluruhan terlihat asal
sekolah tidak mempengaruhi skor wellbeing pada mahasiswa. Apabila diuji
perbedaan antara mahasiswa yang berasal dari pondok pesantren dengan
mahasiswa dari MA/Sekolah islam terdapat nilai sig 0,495 yang memiliki makna
tidak ada perbedaan. Hal yang sama terjadi pada uji coba perbedaan antara skor
wellbeing pada mahasiswa alumni SMA dengan MA adalah menunjukkan skor
0,746. Skor sig 0,746 memiliki arti tidak ada perbedaan skor wellbeing pada
mahasiswa alumni sekolah negeri dengan sekolah berbasis islam.
5. Faktor Tempat Tinggal
Ryff (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor pendukung wellbeing adalah
dukungan sosial. Dukungan sosial bisa berupa dukungan sosial dari orangtua,
teman maupun maysrakat. Salah satu bentuk dukungan sosial adalah melalui
interaksi dengan orang-orang di sekitarnya (Kapllan & Saddock, 1998). Mengacu
pada hal tersebut, pada penelitian ini terdapat variabel pendukung yaitu tempat
tinggal karena melalui tempat tinggal itulah terlihat bagaimana mahasiswa
berinteraksi secara langsung baik dengan orangtua maupun musrif/musrifah.
Hasil tabulasi data dari pengisisn skala well being pada 299 responden adalah
pada tabel di bawah ini:
Kate gori Wellbeing * Tem pat Tinggal Crosstabulation

Count
Tempat Tinggal
Tinggal Tinggal Unires/
Bersama Bersama Pondok Kost/
Tidak Diisi Orangtua Saudara Pesantren Kontrakan Lain-lain Total
Kategori Rendah 0 1 1 0 1 0 3
Wellbeing Sedang 0 17 4 1 47 0 69
Tinggi 2 33 17 5 126 1 184
Sangat Tinggi 0 7 5 1 29 1 43
Total 2 58 27 7 203 2 299

Pada tabel di atas terlihat bahwa rata-rata setiap kategori memiliki skor tinggi.
Apabila diuji perbedaan antara skor well being mahasiswa yang tinggal di kost
dan mahasiswa yang tinggal dengan orangtua hasilnya adalah nilai sig 0,385. Nilai

17
sig 0,385 memiliki arti bahwa tidak ada perbedaan wellbeing antara responden
yang tinggal dengan orangtua dan mahasiswa yang tinggal di kost/kontrakan.
6. Keaktifan Organisasi
Fajrina (2015) melakukan penelitian tentang wellbeing pada mahasiswa yang aktif
mengikuti organisasi. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa mahasiswa yang
aktif di organisasi yang memiliki Flow tinggi akan berdampak pada well-being
yang tinggi. Flow adalah perasaan individu saat mudah melakukan sesuatu yang
menantang (Csikszentmihalyi, 1997).
Pada penelitian ini terdapat 185 responden yang mengikuti organisasi dan 114
responden yang tidak mengikuti organisasi. Hasil uji perbedaan memakai uji t
independent sampel adalah 0,000. Nilai sig 0,000 memiliki arti ada perbedaan
yang signifikan wellbeing pada mahasiswa yang mengikuti organisasi dengan
mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi.

e. PEMBAHASAN
Pada rumusan masalah ditanyakan bahwa bagaimana kecenderungan wellbeing pada
mahasiswa di UMY. Jawaban tersebut akan dipaparkan pada keterangan di bawah ini:
Remaja merupakan masa kritis karena individu mengalami ragam perubahan dari
perubahan biologis sampai pada perubahan psikologis. Responden pada penelitian ini
adalah seorang remaja yang berstatus mahasiswa. sebagai seorang mahasiswa juga
mengalami masa penyesuaian yang tidak mudah, terutama mahasiswa yang harus
berpisah tempat tinggal dari orangtua. Dari observasi dan wawancara awal pada
mahasiswa UMY merasa tidak nyaman kuliah di kampus dan akan mencoba lagi
masuk ke Universitas Negeri. Terutama untuk jurusan-jurusan yang merupakan
pilihan kedua. Penelitian pendahuluan berbeda dengan hasil penelitian. Hasil
penelitian pada 300 mahasiswa UMY di delapan Fakultas telihat bahwa 75% memiliki
skor wellbeing tinggi. Penelitian ini dilakukan pertengahan semester dan sebagian
besar responden adalah mahasiswa tingkat dua. Salah satu faktor eksternal yang
mendukung well-being adalah kehidupan sosial (Ryff, 2002). Kehidupan sosial
terutama di lingkungan pendidikan adalah di lingkungan pendidikan kampus ternama
yaitu kampus UMY. Dari segi sarana dan prasarana UMY sudah memenuhi kelayakan
kampus yang baik. Hal ini dibuktikan dengan perolehan lima bintang akreditasi
international oleh UMY (dilangsir dari web umy.ac.id). Apabila dilihat dari skor
wellbeing pada ke delapan jurusan, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan
18
antara skor wellbeing pada jurusan yang paling banyak diminati dengan jurusan yang
paling sedikit diminati. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Admisi UMY,
hampir semua jurusan di UMY terutama untuk S1, sudah memenuhi kouta bahkan
hamoir semuanya menolak mahasiswa karena keterbatasan kouta.
Pada penelitian ini juga dimasukkan beberapa variabel pendukung seperti tempat
tinggal mahasiswa, jenis kelamin, asal mahasiswa, keaktifan organisasi, pekerjaan
orangtua dan Pendidikan sebelumnya. Dari kelima faktor di atas yang paling
signifikan mempengaruhi well-being adalah kelatifan organisasi. Mahasiswa yang
aktif dalam organisasi memiliki wellbeing lebih tinggi dari pada mahasiswa yang
tidak mengikuti organisasi. Mahasiswa yang berorganisasi lebih tinggi wellbeing
karena melalui organisasi, mahasiswa tersebut akan menyadari tanggungjawab, dapat
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan serta kemampuan interaksi sosialnya
meningkat (Sarifudin dalam Fajrina, 2015).
Pada variabel yang lain yaitu variabel jenis kelamin, hasilnya tidak ada perbedaan
antara well-being laki laki dan perempuan. Berdasarkan teori Ryff (2002) mengenai
faktor jenis kelamin yang mempengaruhi wellbeing ternyata ada salah satu indikator
yang mempengaruhi. Indikator tersebut adalah kemampuan bersosialisasi. Perempuan
memiliki kemampuan bersosialisasi lebih tinggi daripada laki-laki. Dalam penelitian
ini kemampuan bersosialisasi laki-laki lebih tinggi tetapi tidak signifikan.

19
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah
1. Kecenderungan wellbeing pada mahasiswa UMY dengan responden 300 mahasiswa
adalah tinggi. Ada 75% yang memiliki kategori well-being tinggi. Individu dengan
Well-being tinggi memiliki indikator penerimaan diri yang baik, memiliki
kemmapuan untuk berinteraksi sosial, memiliki kemandirian, dapat menguasai
lingkungan, memiliki tujuan hidup dan mampu mengembangkan diri.
2. Pada penelitian ini, variabel jenis kelamin, tempat tinggal, asal daerah (jawa dan di
luar pulau jawa), dan asal sekolah tidak mempengaruhi well-being pada mahasiswa.
3. Variabel keaktifan berorganisasi mempengaruhi well-being mahasiswa. Mahasiswa
yang aktif berorganisasi memiliki well-being yang lebih tinggi daripada mahasiswa
yang tidak aktif berorganisasi.
Saran setelah penelitian ini berakhir adalah
1. Responden diperbanyak yaitu lebih dari 300 responden dan lebih bervariasi yaitu
tidak hanya satu kampus.
2. Uji keterbacaan alat ukur juga harus dilakukan dengan lebih banyak responden
3. Perlu adanya variabel lain dengan pengukuran yang lebih detail sehingga akan
bisa dianalisis lebih dalam bagaimana faktor tersebut dapat berpengaruh atau
tidak.
4. Diperlukan penelitian keberlanjutan untuk responden ini pada saat memasuki
masa dewasa awal (pada semester lebih tinggi), karena berdasarkan teori well-
being Ryff (2002), pada saat dewasa well-being akan lebih stabil mengikuti tugas
perkembangan dewasa.

20
LAPORAN BIAYA PENELITIAN

A. HONOR
PENELITI
KODE
HONOR KUINTANS
HONOR HONOR/ BULAN WAKTU PERBULAN I

Ketua 294630 5 1473150 A1


Anggota 1 200000 5 1000000 A2
Anggota 2 200000 5 1000000 A3
SUB
TOTAL A 3473150

B. HONOR ASISTEN PENELITI DAN KONSUMSI SELAMA DI LAPANGAN


KODE
KUINTANS
HONOR KETERANGAN JUMLAH I
Purwati Sebar skala 45000 B1
M. Iqbal M Sebar skala 22500 B2
Geza K. Sebar skala 45000 B3
Juni Mona Sebar skala 67500 B4
Purwati Skoring 45000 B5
Juni Mona Skoring 67500 B6
Juni Mona Skoring 52500 B7
Geza K. Skoring 45000 B8
Iqbal Skoring 22500 B9
Arum Sebar Skala Penelitian 84000 B10
Ulfa Sebar Skala Penelitian 84000 B11
Fatin Sebar Skala Penelitian 84000 B12
Ami Sebar Skala Penelitian 84000 B13
Geza K. Sebar Skala Penelitian 58500 B14
Juni Mona Sebar Skala Penelitian 55500 B15
Geza K. Sebar Skala Penelitian 88500 B16
Juni Mona Skoring 361500 B17
Anisa Sebar angket 52500 B18
Konsumsi Konsumsi Koordinasi 1 25000 B19
Konsumsi Konsumsi Koordinasi 2 62150 B20
Konsumsi Konsumsi Uji Coba 40000 B21
Konsumsi Konsumsi Penelitian 70000 B22
juni Mona Biaya Koordinator 500000 B23
SUB TOTAL (B) 2062150

C. PERALATAN PENUNJANG

21
BIAYA
JUSTIFIKASI KUANTITA HARGA PER- KODE
MATERIAL PEMAKAIAN S SATUAN TAHUN KUINTANSI
Pembuatan Proposal &
Kertas 1 rim Laporan 2 40000 40000 C1
Fotokopi Skala Uji Coba 120 1200 144000 C2
Kuintasi Kuintasi 1 2700 2700 C3
Fotokopi
booklet Skala Penelitian 300 600 180000 C4
Flasdisk Penyimpanan Data 1 85000 85000 C5
Suvenir 1 Suvenir Uji Coba 1 45000 45000 C7
Suvenir 2 Suvenir Uji Coba 130 3500 455000 C8
Suvenir 3 Suvenir Penelitian 300 1800 558000 C9
SUB
TOTAL C 1509700

D. BIAYA PERJALANAN
JUSTIFIKASI KUANTITA HARGA TOTAL KODE
MATERIAL PERJALANAN S SATUAN BIAYA KUINTASI
Perjalanan ke
UMY Survei 2 10000 20000 D1 D2
D3, D4, D5,
Ke UMY Sebar Angket 5 10000 50000 D6, D7
ke UMY Ongkir Suvenir 1 10000 10000 C8
SUB
TOTAL D 80000

D. TOTAL PENGELUARAN BIAYA PENELITIAN


NO KETERANGAN JUMLAH
1 PEMASUKAN 7500000

2 PENGELUARAN
A.Biaya Peneliti 3473150

B. Biaya Asisten Peneliti


dan Konsumsi Di
Lapangan 2062150

C.Peralatan Penunjang 1509700

D. Biaya Perjalanan 80000


Pajak Penelitian 375000
7500000

TOTAL PENGELUARAN 750000

22
DAFTAR PUSTAKA

Amawidyati & Utami (2007), Religiusitas dan Psychological Well-Being Pada Korban
Gempa. Universitas Sumatera Utara.

Azwar, S. (2014). Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Estika, R. (2013). Penyusunan Alat Ukur Student Well-being Untuk Siswa Sekolah
Menengah. Thesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Fajrina, A. D & Dewi R.(2015). Hubungan Flow dengan Psychological Well-Being


Mahasiswa Psikologi Unisba yang Aktif Berorganisasi. Skripsi. Bandung: Fakultas
Psikologi Universitas Islam Bandung.

Frost, P. (2010). The Effectiveness of Student Well-being Programs and Services. Victorian
Auditor-General's Report. Diunduh dari http://download.audit.vic.gov.aulfiles/2901 1 0-
Student Wellbeing-FullReport.pdf

Hapsari, D.F. (2015). Hubungan Antara Religiusitas dengan Kebahagiaan Pada Siswa Siswi
di SMA Muhammadiyah I Klaten. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

________. 2006. Stress & The College Student. New York: National Health Ministries.
Diunduh dari: http://wellnesscenter.uic.edu/docs/
Stress%20and%20the%20College%20Student.pdf

Joronen, Katja., 2005. Adolescentsí Subjective Well-being in their Social Contexts.


Dissertation. Findland: Department of Nursing Science University of Tampere.

Rahayu, M.A., (2008). Psychological Well-Being. FPSI UI.


Noble, T., McGrath, H., Roffey, S., & Rowling, L. (2008). A scoping study on student
wellbeing. Canberra, ACT, Australia: Department of Education, Employment &
Workplace Relations.

Papalia D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. 2009. Human Development (Perkembangan
Manusia edisi 10 buku 2). (Penerj. Brian Marwensdy). Jakarta: Salemba Humanika

Presiden Republik Indonesia. (2003). Diunduh pada http://www.slideshare.net/wincibal/uu-


nomor-20-tahun-2003-tentang-pendidikan-nasional#

Ryff, C.D. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of


Personality and Social Psychology, 69 (4), 719 - 727

Santrock. 2008. Educational Psychology, Third Edition. New York: Mc.GrowHill Company.

23
Talamati, B. 2012. Hubungan Antara Trait Kepribadian Neurotisicm dan Psychological Well
Being Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Indonesia. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.

24
LAMPIRAN

1. Biodata Ketua dan Anggota


2. Susunan Tim Organisasi
3. Laporan Anggaran Penelitian
4. Angket Uji Coba Skala Well Being
5. Angket Penelitian Skala Well Being
6. Dokumentasi di Lapangan (Foto)
7. Lampiran SPSS

25
LAMPIRAN 1
BIODATA KETUA DAN ANGGOTA

Ketua Peneliti:
a. Nama Lengkap : Anita Aisah, S.Psi., M.Psi., Psikolog
b. NIDN : 0505078702
c. Jabatan Fungsional :-
d. Program Studi : Pendidikan Agama Islam
e. No HP : 085641202899
f. Alamat Email : aisahanita@gmail.com

Anggota Peneliti (1):


a. Nama Lengkap : Anisa Dwi Makrufi, S.Pd.I., M.Pd.I
b. NIDN : 0505089001
c. Jabatan Fungsional :-
d. Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Anggota Peneliti (2):


a. Nama Lengkap : Fajar Rachmadhani, L.c., M.Hum
b. NIDN :-
c. Jabatan Fungsional :-
d. Program Studi : Pendidikan Agama Islam

26
LAMPIRAN 2
Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

Ketua dan Koordinator umum : Anita Aisah., M.Psi


Sekretaris dan Bendahara : Anisa Dwi Makrufi, M.Pd.I
Koordinator Lapangan : Fajar Rachmadani, M.Hum

27
LAMPIRAN 4
ANGKET UJI COBA SKALA WELL-BEING

28
SKALA PSIKOLOGI

Disusun oleh:
Anita Aisah, M.Psi., Psi dkk
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

29
Yth:
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dengan hormat,

Bersama ini saya mohon kesediaan adik-adik untuk meluangkan waktu guna mengisi skala
psikologi yang terlampir. Skala ini bukanlah suatu evaluasi belajar dan tidak akan berpegaruh
pada penilaian hasil belajar. Skala ini berisi pernyataan-pernyataan yang perlu adik jawab.
Pemberian jawaban dapat membantu adik mengenali diri sendiri dengan lebih baik. Setiap
mahasiswa bisa memilih jawaban yang berbeda tergantung dari kondisi masing-masing. Oleh
karena itu, saya berharap adik-adik mengisinya secara lengkap sesuai dengan keadaan yang
adik-adik alami. Adik-adik tidak perlu khawatir dengan jawaban yang adik berikan akan dijaga
kerahasiaanya.

Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.

Bantul, Agustus 2017

Hormat saya

(Anita Aisah, M.Psi)

30
Alur Pengisian Skala

1. Silahkan mengisi identitas lengkap, untuk bagian “nama” boleh dengan inisial
2. Terdapat 36 pernyataan, setiap pernyataan ada empat pilihan jawaban.
3. Pilihan Jawaban SS untuk sangat sesuai dengan diri anda, S sesuai dengan diri anda, TS
tidak sesuai dengan diri anda dan STS adalah sangat tidak sesuai.
4. Semua jawaban yang benar adalah sesuai dengan kondisi anda.
5. Silahkan memberikan tanda lingkaran pada salah satu jawaban yang anda pilih.
6. Silahkan diisi lengkap dan tidak ada yang terlewati
7. Selamat mengerjakan

31
Nama : .....
NIM : .....
No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai
1. Saya dilahirkan sebagai SS S TS STS
individu yang
berpotensi.;

2. Saya tidak akan SS S TS STS


membantu teman saya
mengurus nilai ketika
nilai saya juga belum
beres.

3. Saya sendiri yang SS S TS STS


memilih cita-cita saya.

4. Bagi saya dosen harus SS S TS STS


siap mendengarkan
mahasiswa,
bagaimanapun
kondisinya.

5. Saya sudah SS S TS STS


merencanakan agenda
setelah lulus kuliah.

6. Saya sulit ‘move on’ SS S TS STS


ketika mengalami
kegagalan
No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai
7. Sampai sekarang saya SS S TS STS
belum tahu bakat apa
yang ada dalam diri saya.

8. Saya memilih mengantar SS S TS STS


teman saya
menyelesaikan masalah
keluarganya daripada
berlibur ke pantai.

9. Orangtua saya berhak SS S TS STS


mengatur masa depan
saya.

32
10. Saya tahu bagaimana SS S TS STS
cara mengambil waktu
yang tepat untuk
berbicara serius dengan
dosen.

11. Saya masih bingung SS S TS STS


setelah kuliah kerja
dimana.

12. Saya mampu mengelola SS S TS STS


emosi agar bangkit dari
setiap kegagalan.

No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai
13. Saya sering merasa SS S TS STS
minder dengan teman-
teman sekelas.

14. Ketika saya menolong SS S TS STS


orang lain, sebenarnya
saya juga menolong diri
saya sendiri.

15. Saya mengerjakan tugas SS S TS STS


ketika sudah mendekati
waktu deadline.

16. Saya mampu mengatur SS S TS STS


jadwal saya kuliah dan
berorganisasi.

17. Saya menyesal masuk SS S TS STS


jurusan yang saya
tempuh sekarang.

18. Saya selalu belajar SS S TS STS


supaya bisa
menyampaikan materi di
depan kelas dengan
baik.

33
No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai
19. Saya tetap percaya diri SS S TS STS
walaupun saya
mempunyai kelemahan.

20. Mendengarkan curhat SS S TS STS


teman hanya akan
membuang-buang
waktu saja.

21. Saya mampu mengatur SS S TS STS


diri saya untuk selalu
tepat waktu.

22. Saya kesulitan SS S TS STS


beradaptasi ketika kuliah
bukan pada jurusan yang
saya pilih.

23. Saya mensyukuri jalan SS S TS STS


hidup yang ditetapkan
Allah pada saya
sekarang.

24. Saya tidak percaya diri SS S TS STS


ketika presentasi di
depan kelas.

34
No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai
25. Saya memaafkan semua SS S TS STS
orang yang telah
menyakiti saya.

26. Saya kesulitan menerima SS S TS STS


sahabat yang sifatnya
bertolak belakang
dengan saya.

27. Saya memilih jurusan SS S TS STS


kuliah ini atas pilihan
saya sendiri.

28. Saya mudah merubah SS S TS STS


prinsip saya asalkan saya
tidak ditolak oleh teman-
teman saya.

29. Saya yakin akan SS S TS STS


keputusan keputusan
yang saya ambil.

30. Saya mempercayakan SS S TS STS


pada teman sekelompok
ketika mengerjakan
tugas yang sulit.

35
No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai
31 Saya kesulitan SS S TS STS
melupakan perilaku
buruk sahabat saya di
masa lalu.
32 Saya mudah bersahabat SS S TS STS
dengan teman yang
memiliki keterbatasan
fisik.
33 Saya takut mengambil SS S TS STS
keputusan sendiri
terutama dalam memilih
jurusan di Universitas.

34 Dimanapun saya berada, SS S TS STS


bacaan sholat saya
sesuai dengan nilai nilai
yang saya yakini.
35 Saya ragu dengan kuliah SS S TS STS
sekarang bisa menjadi
orang sukses di masa
yang akan datang.

36 Salah satu penyebab SS S TS STS


kesuksesan yang saya
raih adalah
mengembangkan
kemampuan
bersosialisasi.

36
LAMPIRAN 5
ANGKET PENELITIAN WELL-BEING

37
SKALA PSIKOLOGI

Disusun oleh:

Anita Aisah, M.Psi., Psikolog & Team

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

38
Yth:
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dengan hormat,

Bersama ini saya mohon kesediaan adik-adik untuk meluangkan waktu guna mengisi skala
psikologi yang terlampir. Skala ini bukanlah suatu evaluasi belajar dan tidak akan berpegaruh
pada penilaian hasil belajar. Skala ini berisi pernyataan-pernyataan yang perlu adik jawab.
Pemberian jawaban dapat membantu adik mengenali diri sendiri dengan lebih baik. Setiap
mahasiswa bisa memilih jawaban yang berbeda tergantung dari kondisi masing-masing. Oleh
karena itu, saya berharap adik-adik mengisinya secara lengkap sesuai dengan keadaan yang
adik-adik alami. Adik-adik tidak perlu khawatir dengan jawaban yang adik berikan akan dijaga
kerahasiaanya.

Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.

Bantul, November 2017

Hormat kami

(Anita Aisah, M.Psi & Team)

39
Alur Pengisian Skala

8. Silahkan mengisi identitas lengkap, untuk bagian “nama” boleh dengan inisial
9. Terdapat 36 pernyataan, setiap pernyataan ada empat pilihan jawaban.
10. Pilihlah jawaban dengan melingkari salah pilihan andak
11. Pilihan Jawaban SS untuk sangat sesuai dengan diri anda, S sesuai dengan diri anda, TS
tidak sesuai dengan diri anda dan STS adalah sangat tidak sesuai.
12. Semua jawaban yang benar adalah sesuai dengan kondisi anda.
13. Silahkan memberikan tanda lingkaran pada salah satu jawaban yang anda pilih.
14. Silahkan diisi lengkap dan tidak ada yang terlewati
15. Selamat mengerjakan 

40
Identitas:

1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Program Studi :
5. Pekerjaan Ayah:
6. Pekerjaan Ibu :
7. Asal :
8. Organisasi yang diikuti (sekarang):k
a. .........................................................
b. .........................................................
c. ........................................................
9. Asal SMA/SMK/MA/Pondok Pesantren:
.....................................................................................................
10. Tempat tinggal sekarang (lingkari salah satu):
a. Rumah bersama orangtua
b. Unires
c. Kost
d. Tinggal bersama saudara
e. ............................................

41
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan diri anda!
No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai

1. Sampai sekarang saya SS S TS STS


belum tahu bakat apa
yang ada dalam diri
saya.

2. Saya tetap percaya diri SS S TS STS


walaupun saya
mempunyai
kelemahan.

3. Saya sendiri yang SS S TS STS


memilih cita-cita saya.

4. Saya sering merasa SS S TS STS


minder dengan teman-
teman sekelas.

5. Saya memilih jurusan SS S TS STS


kuliah ini atas pilihan
saya sendiri.

6. Saya mengerjakan SS S TS STS


tugas ketika sudah
mendekati waktu
deadline.

No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai
7. Saya takut mengambil SS S TS STS
keputusan sendiri
terutama dalam memilih
jurusan di Universitas.

8. Saya tahu bagaimana SS S TS STS


cara mengambil waktu
yang tepat untuk berbicara
serius dengan dosen.

9. Saya kesulitan SS S TS STS


beradaptasi ketika kuliah
bukan pada jurusan yang

42
saya pilih.

10 Saya mudah merubah SS S TS STS


. prinsip saya asalkan saya
tidak ditolak oleh teman-
teman saya.

11 Saya masih bingung SS S TS STS


. setelah kuliah kerja
dimana.

12 Saya mampu mengatur SS S TS STS


jadwal saya kuliah dan
.
berorganisasi.

43
No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai
13 Saya mensyukuri jalan SS S TS STS
. hidup yang ditetapkan
Allah pada saya
sekarang.

14 Saya ragu dengan SS S TS STS


kuliah sekarang bisa
menjadi orang sukses di
masa yang akan
datang.

15 Saya menyesal masuk SS S TS STS


jurusan yang saya
tempuh sekarang.

16 Saya yakin akan SS S TS STS


keputusan keputusan
yang saya ambil.

17 Saya mampu mengelola SS S TS STS


emosi agar bangkit dari
setiap kegagalan.

18 Saya tidak percaya diri SS S TS STS


ketika presentasi di
depan kelas.

No Pernyataan SS S TS STS
Sangat Sesuai Tidak Sangat
Sesuai Sesuai Tidak
Sesuai
19 Salah satu penyebab SS S TS STS
. kesuksesan yang saya
raih adalah
mengembangkan
kemampuan
bersosialisasi.

20 Saya sulit ‘move on’ SS S TS STS


ketika mengalami
kegagalan.

TERIMAKASIH

44
LAMPIRAN 6

DOKUMENTASI DI LAPANGAN

45
LAMPIRAN 7

LAMPIRAN SPSS

7.1 UJI RELIABILITAS UJICOBA

Case Processing Sum mary

N %
Cases Valid 120 78,9
Excludeda 32 21,1
Total 152 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,832 20

Item -Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00003 55,43 43,860 ,333 ,828
VAR00006 56,19 42,560 ,399 ,825
VAR00007 56,13 41,478 ,466 ,822
VAR00010 55,65 44,650 ,269 ,830
VAR00011 56,33 42,241 ,390 ,826
VAR00012 55,79 43,612 ,357 ,827
VAR00013 56,08 41,338 ,536 ,818
VAR00015 56,56 42,686 ,350 ,828
VAR00016 55,83 44,162 ,337 ,828
VAR00017 55,56 41,459 ,484 ,821
VAR00019 55,63 44,167 ,318 ,828
VAR00022 56,34 41,588 ,481 ,821
VAR00023 55,20 44,061 ,337 ,828
VAR00024 55,98 41,487 ,497 ,820
VAR00027 55,63 42,369 ,408 ,825
VAR00028 56,01 43,504 ,346 ,827
VAR00029 55,58 43,321 ,465 ,823
VAR00033 56,23 41,290 ,459 ,822
VAR00035 55,83 40,784 ,540 ,818
VAR00036 55,38 43,951 ,292 ,830

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


58,81 46,929 6,850 20

46
7.2 UJI DESKRIPTIF PENELITIAN

PS * Kategori Wellbeing Crosstabulation

Count
Kategori Wellbeing
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total
PS FAI 0 8 21 7 36
FEB 0 11 26 1 38
FH 1 7 24 5 37
FISIPOL 0 9 21 7 37
FKIK 1 9 21 6 37
FP 1 9 24 3 37
FPB 0 10 21 8 39
FT 0 6 26 6 38
Total 3 69 184 43 299

PS

40

30
Frequency

20

10

0
FAI FEB FH FISIPOL FKIK FP FPB FT
PS

47
7.3 UJI T INDEPENDENT SAMPLE (JENIS KELAMIN)

Group Statistics

Std. Error
Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Mean
Skor Wellbeing L 154 59,96 5,931 ,478
P 145 59,30 6,074 ,504

Independe nt Sam ple s Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Skor Wellbeing Equal variances
,403 ,526 ,957 297 ,339 ,664 ,694 -,702 2,031
assumed
Equal variances
,956 294,909 ,340 ,664 ,695 -,703 2,032
not assumed

7.4 UJI DESKRIPTIF PEKERJAAN ORANGTUA

Kate gori Wellbe ing * Pekerjaan Ay ah Crosstabulation

Count
Pekerjaan Ayah
Karyawan
Tidak Diisi Wiraswasta PNS Petani Lain-lain Swasta Total
Kategori 43 0 0 1 0 0 0 1
Wellbeing 44 0 0 0 0 0 2 2
46 0 1 1 0 0 0 2
47 0 1 1 0 0 0 2
48 1 3 1 0 0 0 5
49 0 0 1 0 0 1 2
50 1 3 0 1 0 1 6
51 0 2 3 0 1 0 6
52 0 4 1 0 0 2 7
53 1 2 3 0 0 0 6
54 2 5 5 1 1 2 16
55 0 5 4 1 2 5 17
56 2 3 6 0 2 4 17
57 1 1 6 2 1 6 17
58 0 7 6 2 1 3 19
59 1 5 9 1 1 2 19
60 0 3 7 0 2 3 15
61 1 7 8 2 1 5 24
62 3 2 8 6 1 7 27
63 4 3 7 0 0 5 19
64 4 2 9 1 0 3 19
65 1 3 1 0 2 1 8
66 0 2 8 0 1 3 14
67 2 0 1 0 2 1 6
68 1 0 1 1 0 1 4
69 0 0 1 0 0 0 1
70 0 2 1 1 0 1 5
71 0 0 1 0 0 0 1
72 2 1 1 0 0 0 4
73 0 1 0 0 1 0 2
74 0 0 1 0 0 0 1
75 1 0 1 0 0 0 2
76 0 0 0 1 0 1 2
77 0 0 0 0 1 0 1
Total 28 68 104 20 20 59 299

48
49

Anda mungkin juga menyukai