Abstract
This study aims to find the ability of problem solving in graph and to describes the difficulty of students,
especially in the chapter straight motion. This research method is qualitative research. This research was
conducted in SMP N 6 Petarukan. The subjects were students of class VIII A. The data collection method
with diagnostic tests and supported by interviews. Analysis conducted by using descriptive percentages These
results indicate that the average problem-solving ability is still low with the percentage of each capability is the
interpretation of the graph (48.30%), the ability of interpolation (34.36%), the ability of extrapolation
(53.01%), and the ability of transformation (48, 61%). To describe the difficulty students in this research are
based achievement of KKM, prerequisite knowledge, the chapter describe, misconceptions, and step in solving
the problem. Description of student difficulties by KKM mastery, students are still experiencing difficulties for
all indicators. Description of difficulties students based knowledge prerequisites, students have no trouble in
determining the broad flat wake, but the arithmetic operation and linear equations included in the category of
medium difficulty. To describe student difficulties by chapter, students still have difficulties to all sub chapters
especially acceleration. Description of the difficulties students based on misconceptions included in the
category of high difficulty (63.89%). The last, description of the difficulties students based on the stage of
problem solving. Student difficulties getting up from the lowest stage is the stage of understanding the
problem, and the highest stage is the stage of reconsideration.
PENDAHULUAN
Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan Tes diagnostik perlu dilakukan untuk
yang dekat dengan fenomena alam, dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa
diterjemahkan dalam berbagai bentuk terhadap penguasaan suatu bagian atau
representasi. Salah satunya yaitu representasi keseluruhan materi pelajaran. Dengan tes
dalam bentuk grafik. Pada era informasi ini, diagnostik, kesulitan-kesulitan belajar yang
kemampuan memahami grafik bagi siswa sangat muncul dapat diidentifikasi sehingga kegagalan
penting. Menurut Subali (2015), grafik sering dan keberhasilan siswa dapat diketahui. Fokus
dianggap sebagai perangkat matematika, karena utama masalah dalam penelitian ini, adalah
berkomunikasi melalui representasi grafik untuk mengetahui kemampuan pemecahan
membutuhkan kompetensi matematika seperti masalah fisika berbentuk grafik pada siswa dan
persepsi visual, berpikir logis, merencanakan profil kesulitan yang dialami siswa.
data, memprediksi gerakan garis, dan Pemecahan masalah merupakan salah
mendeduksi hubungan antara variabel. Salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut
satu alasan pentingnya pemahaman representasi Gagne (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih
grafik karena grafik mampu memberikan kompleks dari tipe keterampilan intelektual
informasi kuantitatif yang mudah dipahami. lainnya. Gagne (1992) berpendapat bahwa
Kemampuan menganalisis grafik dalam dalam menyelesaikan pemecahan masalah
bentuk kalimat verbal maupun non verbal diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat
sangat diperlukan oleh siswa, khususnya pada tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai
bidang fisika. Kemampuan menganalisis data setelah menguasai aturan dan konsep terdefinisi.
yang dimaksud mencakup kemampuan Menurut Whimbey & Lochhead (1999)
membuat grafik, mengungkapkan makna fisis menyatakan bahwa kesalahan dan hambatan
pada grafik, melakukan prediksi dan interpretasi yang sering muncul dalam memecahkan
dan melakukan transformasi grafik (Nugroho & masalah, sebagai berikut: (1) Ketidakcermatan
Darsono, 2007). dalam membaca; (2) Ketidakcermatan dalam
Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), berpikir; (3) Kelemahan dalam analisis masalah;
menunjukkan bahwa pembacaan grafik dan serta (4) Kekuranggigihan.
keterampilan menginterpretasi grafik pada Berdasarkan hal tersebut, banyak
siswa masih belum memadai. Hasil penelitian langkah-langkah diagnostik yang dapat
Bunawan et al. (2015), juga menunjukkan bahwa ditempuh guru untuk menentukan letak
kemahiran dalam menganalisis grafik kesulitan siswa, antara lain yang cukup terkenal
bergantung pada jenis grafik dan level atau tipe adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana
pertanyaan yang dikembangkan. Selain itu, hasil yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
penelitian Nazam et al. (2012), menemukan (1) melakukan observasi kelas untuk melihat
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
membaca, menafsirkan dan memahami pelajaran; (2) memeriksa penglihatan dan
informasi yang tergambar dalam grafik. pendengaran siswa khususnya yang diduga
Oleh karena itu, siswa memerlukan mengalami kesulitan belajar; (3) mewawancarai
bantuan secara cepat dan tepat, agar kesulitan orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal
yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan
bantuan yang diberikan dapat berhasil dengan kesulitan belajar; (4) memberikan tes diagnostik
efektif, terlebih dahulu guru harus memahami bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
letak kesulitan yang dihadapi oleh siswa. hakiki kesulitan belajar yang dialami siswa; serta
Masalah kesulitan belajar siswa dapat (5) memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ)
ditemukan dengan memberikan tes diagnostik. khususnya kepada siswa yang diduga mengalami
33
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)
kesulitan belajar. Dari langkah – langkah respons yang dijaring harus didesain memiliki
tersebut peneliti memilih menggunakan tes fungsi diagnostik, (2) dikembangkan berdasar
diagnostik untuk mengetahui kesulitan siswa. analisis terhadap sumber-sumber kesalahan
Menurut Depdiknas (2007: 1), tes atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab
diagnostik adalah tes yang digunakan untuk munculnya masalah (penyakit) siswa, (3) serta
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa menggunakan soal-soal bentuk supply response
sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga
dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa mampu menangkap informasi secara lengkap.
perlakuan yang tepat dan sesuai dengan Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan
kelemahan yang dimiliki siswa. Tes diagnostik bentuk selected response (misalnya bentuk
dapat berupa tes pilihan ganda dengan alasan pilihan ganda), harus disertakan penjelasan
yang sudah ditentukan, tes pilihan ganda dengan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga
alasan terbuka, dan tes esai tertulis. Secara garis dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan
besar langkah-langkah pengembangan tes dapat ditentukan tipe kesalahan atau
diagnostik menurut Ditjen Manajemen masalahnya.
Pendidikan Dasar dan Menengah (2007: 6) yaitu Ada lima pendekatan yang digunakan
mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum untuk menentukan kesulitan belajar dengan
tercapai ketuntasannya, menentukan pendekatan diagnostic menurut Depdiknas
kemungkinan sumber masalah, menentukan (2002) yang dikutip oleh Rusilowati (2006),
bentuk dan jumlah soal yang sesuai, menyusun yaitu pendekatan berdasarkan tujuan
kisi – kisi soal, menulis soal, mengulas soal, dan pembelajaran, profil materi, prasyarat
menyusun kriteria penilaian. Menurut pengetahuan, miskonsepsi, dan pengetahuan
Depdiknas (2007: 2), tes diagnostik memiliki terstruktur.
karakteristik: (1) dirancang untuk mendeteksi
kesulitan belajar siswa, karena itu format dan
METODE PENELITIAN
34
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)
kemampuan interpolasi siswa sesuai dengan Pada profil kesulitan siswa berdasarkan
data yang disajikan pada Gambar 4.1 yaitu dapat KKM memiliki rata – rata persentase untuk
digolongkan dalam kategori kurang. Rata – rata semua indikatornya yaitu 53,01%. Nilai ini lebih
kemampuan memprediksi grafik baik interpolasi besar dari batas KKM untuk siswa SMP N 6
maupun ekstrapolasi didapatkan persentasenya Petarukan yaitu harus lebih rendah dari 35%.
yaitu 43,63 %. Keterampilan memprediksi Hal ini berarti secara umum siswa masih belum
termasuk memiliki tingkat kesulitan menengah, tuntas dan masih mengalami kesulitan. Dapat
sesuai hasil penelitian yang dilakukan Nugroho dilihat dari hasil pengerjaan siswa, bahwa siswa
dan Darsono (2007). dapat mengerjakan dengan tepat untuk soal
Kemampuan transformasi merupakan yang menentukan jarak tempuh berdasarkan
kemampuan yang termasuk kemampuan yang grafik tetapi dapat dilihat bahwa ada kesulitan
tergolong memiliki kesulitan yang paling tinggi yang terjadi pada soal selanjutnya menentukan
diantara yang lainnya sesuai dengan hasil kecepatan benda berdasarkan grafik gerak lurus
penelitian yang dilakukan Nugroho & Darsono beraturan. Berdasarkan wawancara yang
(2007). Pada kemampuan transformasi ini, dari dilakukan, siswa menjawab bahwa s/jarak dari
hasil pengerjaan siswa didapatkan persentase soal yang diminta untuk dicari kecepatannya
sebesar 48,61% sesuai yang ditunjukkan adalah 80 meter dan didapatkan dari s/jarak
Gambar 1. Hasil kemampuan transformasi grafik pada soal sebelumnya yaitu menentukan jarak
yang dimiliki siswa tergolong dalam kategori tempuh sampai detik ke 4. Dapat disimpulkan
kurang. bahwa siswa belum memahami konsep gerak
lurus beraturan yang memiliki kecepatan yang
B. Profil Kesulitan Siswa selalu tetap.
Profil kesulitan yang dicari disini Sejalan dengan itu Pujianto et al. (2013),
berdasarkan: melakukan penelitian tentang konsepsi siswa
a. Pencapaian KKM pada konsep gerak lurus beraturan menemukan
Hasil penelitian profil kesulitan siswa bahwa sebagian besar responden memiliki
berdasarkan pencapaian KKM digambarkan oleh konsepsi yang salah. Konsepsi yang salah ini
Gambar 2. dikarenakan siswa yang menjadi responden
70.00 menganggap jika suatu kendaraan bergerak
61.46
55.90
dengan arah dan kecepatan tetap selama 10
60.00 54.44
50.23 49.42 menit merupakan gerak lurus berubah
50.00
beraturan.
Persentase Skor(%)
40.00
50
40
30
16.67
20
10
0
Luas bangun Operasi Persamaan
datar hitung linier
Indikator Tes Diagnostik
Pengetahuan Prasyarat
Gambar 2. Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Gambar 3. Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan
KKM Pengetahuan Prasyarat
36
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)
60
50 45.83
37
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)
Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa memahami masalah adalah tahapan memahami
berdasarkan tahapan tahapan pemecahan masalah yaitu sebesar 25,00%.Urutan
masalah menurut Polya, siswa mengalami persentase ini sesuai dengan penelitan yang
kesulitan paling besar pada tahap peninjauan dilakukan oleh Andriani et al. (2016), tentang
kembali. Persentase kesulitan siswa pada tahap analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan
meninjau kembali sebesar 77,18%. Sementara soal gerak lurus.
itu, persentase kesulitan terendah pada tahap
Kemampuan siswa dalam memecahkan Persentase kesulitan siswa dalam tiap sub - sub
masalah fisika berbentuk grafik memilik materi yaitu sub materi jarak dan perpindahan
persentase tergolong rendah untuk kemampuan sebesar 59,55%; kecepatan dan kelajuan sebesar
interpretasi grafik sebesar 48,30%; kemampuan 57,22%; percepatan sebesar 61,46%; GLB
interpolasi sebesar 34,36%; kemampuan sebesar 35,94%; serta GLBB sebesar 53,50%.
ekstrapolasi sebesar 53,01%; dan kemampuan Keempat, profil kesulitan siswa
transformasi sebesar 48,61%. Pertama, Profil berdasarkan miskonsepsi. Persentase kesulitan
kesulitan siswa berdasarkan penguasaan KKM, siswa yaitu 63,89% dan termasuk dalam
siswa masih mengalami untuk semua indikator kategori tinggi. Serta yang terakhir, profil
pada profil kesulitan ini yaitu (1) memahami kesulitan siswa berdasarkan tahap – tahap
grafik GLB dan GLBB sebesar 50,23%; (2) pemecahan masalah. Persentase kesulitan siswa
menentukan posisi dan jarak tempuh untuk tiap tahapan yaitu tahap memahami
berdasarkan grafik sebesar 54,44%; (3) masalah sebesar 25,00% termasuk kategori
menentukan kecepatan berdasarkan grafik rendah, tahap membuat rencana sebesar 45,83%
sebesar 49,42%; (4) menentukan kelajuan termasuk kategori sedang, tahap melaksanakan
berdasarkan grafik sebesar 55,90%; serta (5) rencana sebesar 68,63% termasuk kategori
menentukan percepatan berdasarkan grafik tinggi, serta tahap peninjauan kembali sebesar
sebesar 61,46%. 77,28% termasuk kategori tinggi.
Kedua, profil kesulitan siswa berdasarkan Berdasarkan penelitian yang telah
pengetahuan prasyarat. Persentase siswa yang dilaksanakan, disarankan agar sebaiknya
mengalami kesulitan dalam menentukan luas dilakukan penelitian lanjutan untuk pemecahan
bangun datar 16,67% termasuk kategori rendah. masalah berbentuk grafik selain materi
Persentase kesulitan siswa dalam operasi hitung kinematika gerak lurus serta perlu adanya
dan persamaan linier sama yaitu 52,78% tindakan (treatment) remidiasi sebagai tindak
termasuk dalam kategori sedang. Ketiga, untuk lanjut dari tes diagnostik yang dilakukan.
profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, L.N.Y., Darsikin, & A. Hatibe. 2016. Thesis. Bandung : Universitas Pendidikan
Analisis Kesulitan Siswa dalam Indonesia.
Menyelesaikan Soal Gerak Lurus. Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 4(3): Beichner, R.J. 1994. Testing Student
36-41. Interpretation Of Kinetic Graph. American
Journal of Physics, 62:750-762 .
Bakri, M. 2012. Kemampuan Siswa Memahami
Grafik Pada Konsep Biologi : Studi Bunawan ,W., A. Setiawan, Nahadi, & A. Rusli.
Deskriptif Pada Siswa Kelas I Man Kupang. 2015. Penilaian Pemahaman Representasi
Grafik Materi Optika Geometri
38
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)
Nugroho, S.E., & Darsono. 2007. Model Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Statistik
Pembelajaran Dengan Peningkatan Guided Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan
Interpretasi Grafik Pada Mahasiswa Fisika. Wardani. 1991. Diagnosis Kesulitan Belajar dan
Laporan Penelitian. Semarang : FMIPA Perbaikan Belajar. Jakarta: Ditjen Binbaga
UNNES. Islam dan Universitas Terbuka.
Planinic, M., Z.M. Sipus, H. Katic, A. Susan, & L. Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar.
Ivanjek. 2011. Comparison of Students Jakarta: Dirjen Dikti.
39