Anda di halaman 1dari 8

UPEJ 5 (3) (2016)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH


FISIKA BERBENTUK GRAFIK

Anton Setyono , Sunyoto Eko Nugroho, Ian Yulianti


Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik
Diterima Juli 2016 dan profil kesulitannya khususnya pada materi gerak lurus. Metode penelitian ini adalah
Disetujui Juli 2016
penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP N 06 Petarukan. Subjek penelitian ini
Dipublikasikan Oktober
adalah siswa kelas VIII A. Metode pengambilan data dengan tes diagnostik dan dengan didukung
2016
oleh wawancara. Analisis dilakukan dengan menggunakan deskriptif persentase. Hasilnya
Keywords: menunjukan bahwa rata – rata kemampuan pemecahan masalah grafik masih rendah dengan
graphs, diagnostic tests, persentase setiap kemampuannya dimulai kemampuan interpretasi grafik (48,30%), kemampuan
learning difficulties, problem interpolasi (34,36%), kemampuan ekstrapolasi (53,01%), dan kemampuan transformasi (48,61%).
solving Profil kesulitan siswa didasarkan pada pencapaian KKM, pengetahuan prasyarat, profil materi,
miskonsepsi, serta tahap – tahap pemecahan masalahnya. Berdasarkan penguasaan KKM, siswa
masih mengalami kesulitan untuk semua indikator. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan
pengetahuan prasyaratnya, siswa tidak mengalami kesulitan dalam menentukan luas bangun
datar, tetapi pada operasi hitung dan persamaan linier termasuk dalam kategori kesulitan sedang.
Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi, siswa masih mengalami kesulitan untuk
semua sub materi terutama percepatan. Profil kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi termasuk
dalam kategori kesulitan tinggi (63,89%). Serta yang terakhir, profil kesulitan siswa berdasarkan
tahap – tahap pemecahan masalah. Kesulitan siswa semakin naik dari mulai tahapan terendah
yaitu tahap memahami masalah dan tahapan tertinggi yaitu tahap peninjauan kembali.

Abstract
This study aims to find the ability of problem solving in graph and to describes the difficulty of students,
especially in the chapter straight motion. This research method is qualitative research. This research was
conducted in SMP N 6 Petarukan. The subjects were students of class VIII A. The data collection method
with diagnostic tests and supported by interviews. Analysis conducted by using descriptive percentages These
results indicate that the average problem-solving ability is still low with the percentage of each capability is the
interpretation of the graph (48.30%), the ability of interpolation (34.36%), the ability of extrapolation
(53.01%), and the ability of transformation (48, 61%). To describe the difficulty students in this research are
based achievement of KKM, prerequisite knowledge, the chapter describe, misconceptions, and step in solving
the problem. Description of student difficulties by KKM mastery, students are still experiencing difficulties for
all indicators. Description of difficulties students based knowledge prerequisites, students have no trouble in
determining the broad flat wake, but the arithmetic operation and linear equations included in the category of
medium difficulty. To describe student difficulties by chapter, students still have difficulties to all sub chapters
especially acceleration. Description of the difficulties students based on misconceptions included in the
category of high difficulty (63.89%). The last, description of the difficulties students based on the stage of
problem solving. Student difficulties getting up from the lowest stage is the stage of understanding the
problem, and the highest stage is the stage of reconsideration.

© 2016 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail : antonsetyonounnes@gmail.com
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)

PENDAHULUAN

Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan Tes diagnostik perlu dilakukan untuk
yang dekat dengan fenomena alam, dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa
diterjemahkan dalam berbagai bentuk terhadap penguasaan suatu bagian atau
representasi. Salah satunya yaitu representasi keseluruhan materi pelajaran. Dengan tes
dalam bentuk grafik. Pada era informasi ini, diagnostik, kesulitan-kesulitan belajar yang
kemampuan memahami grafik bagi siswa sangat muncul dapat diidentifikasi sehingga kegagalan
penting. Menurut Subali (2015), grafik sering dan keberhasilan siswa dapat diketahui. Fokus
dianggap sebagai perangkat matematika, karena utama masalah dalam penelitian ini, adalah
berkomunikasi melalui representasi grafik untuk mengetahui kemampuan pemecahan
membutuhkan kompetensi matematika seperti masalah fisika berbentuk grafik pada siswa dan
persepsi visual, berpikir logis, merencanakan profil kesulitan yang dialami siswa.
data, memprediksi gerakan garis, dan Pemecahan masalah merupakan salah
mendeduksi hubungan antara variabel. Salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut
satu alasan pentingnya pemahaman representasi Gagne (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih
grafik karena grafik mampu memberikan kompleks dari tipe keterampilan intelektual
informasi kuantitatif yang mudah dipahami. lainnya. Gagne (1992) berpendapat bahwa
Kemampuan menganalisis grafik dalam dalam menyelesaikan pemecahan masalah
bentuk kalimat verbal maupun non verbal diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat
sangat diperlukan oleh siswa, khususnya pada tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai
bidang fisika. Kemampuan menganalisis data setelah menguasai aturan dan konsep terdefinisi.
yang dimaksud mencakup kemampuan Menurut Whimbey & Lochhead (1999)
membuat grafik, mengungkapkan makna fisis menyatakan bahwa kesalahan dan hambatan
pada grafik, melakukan prediksi dan interpretasi yang sering muncul dalam memecahkan
dan melakukan transformasi grafik (Nugroho & masalah, sebagai berikut: (1) Ketidakcermatan
Darsono, 2007). dalam membaca; (2) Ketidakcermatan dalam
Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), berpikir; (3) Kelemahan dalam analisis masalah;
menunjukkan bahwa pembacaan grafik dan serta (4) Kekuranggigihan.
keterampilan menginterpretasi grafik pada Berdasarkan hal tersebut, banyak
siswa masih belum memadai. Hasil penelitian langkah-langkah diagnostik yang dapat
Bunawan et al. (2015), juga menunjukkan bahwa ditempuh guru untuk menentukan letak
kemahiran dalam menganalisis grafik kesulitan siswa, antara lain yang cukup terkenal
bergantung pada jenis grafik dan level atau tipe adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana
pertanyaan yang dikembangkan. Selain itu, hasil yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
penelitian Nazam et al. (2012), menemukan (1) melakukan observasi kelas untuk melihat
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
membaca, menafsirkan dan memahami pelajaran; (2) memeriksa penglihatan dan
informasi yang tergambar dalam grafik. pendengaran siswa khususnya yang diduga
Oleh karena itu, siswa memerlukan mengalami kesulitan belajar; (3) mewawancarai
bantuan secara cepat dan tepat, agar kesulitan orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal
yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan
bantuan yang diberikan dapat berhasil dengan kesulitan belajar; (4) memberikan tes diagnostik
efektif, terlebih dahulu guru harus memahami bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
letak kesulitan yang dihadapi oleh siswa. hakiki kesulitan belajar yang dialami siswa; serta
Masalah kesulitan belajar siswa dapat (5) memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ)
ditemukan dengan memberikan tes diagnostik. khususnya kepada siswa yang diduga mengalami
33
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)

kesulitan belajar. Dari langkah – langkah respons yang dijaring harus didesain memiliki
tersebut peneliti memilih menggunakan tes fungsi diagnostik, (2) dikembangkan berdasar
diagnostik untuk mengetahui kesulitan siswa. analisis terhadap sumber-sumber kesalahan
Menurut Depdiknas (2007: 1), tes atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab
diagnostik adalah tes yang digunakan untuk munculnya masalah (penyakit) siswa, (3) serta
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa menggunakan soal-soal bentuk supply response
sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga
dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa mampu menangkap informasi secara lengkap.
perlakuan yang tepat dan sesuai dengan Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan
kelemahan yang dimiliki siswa. Tes diagnostik bentuk selected response (misalnya bentuk
dapat berupa tes pilihan ganda dengan alasan pilihan ganda), harus disertakan penjelasan
yang sudah ditentukan, tes pilihan ganda dengan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga
alasan terbuka, dan tes esai tertulis. Secara garis dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan
besar langkah-langkah pengembangan tes dapat ditentukan tipe kesalahan atau
diagnostik menurut Ditjen Manajemen masalahnya.
Pendidikan Dasar dan Menengah (2007: 6) yaitu Ada lima pendekatan yang digunakan
mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum untuk menentukan kesulitan belajar dengan
tercapai ketuntasannya, menentukan pendekatan diagnostic menurut Depdiknas
kemungkinan sumber masalah, menentukan (2002) yang dikutip oleh Rusilowati (2006),
bentuk dan jumlah soal yang sesuai, menyusun yaitu pendekatan berdasarkan tujuan
kisi – kisi soal, menulis soal, mengulas soal, dan pembelajaran, profil materi, prasyarat
menyusun kriteria penilaian. Menurut pengetahuan, miskonsepsi, dan pengetahuan
Depdiknas (2007: 2), tes diagnostik memiliki terstruktur.
karakteristik: (1) dirancang untuk mendeteksi
kesulitan belajar siswa, karena itu format dan

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode Analisis penelitian menggunakan


penelitian kualitatif. Metode penelitian yang deskriptif persentase. Adapun rumus untuk
digunakan adalah metode penelitian kualitatif analisis deskripsi persentase menurut Ali yang
dengan pendekatan deskriptif. Menurut Sudjana dikutip oleh Irawati ( 2014) yaitu:
dan Ibrahim yang dikutip Bakri (2012),
penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat
Menurut Walandauw sebagaimana dikutip
sekarang. Dengan kata lain, penelitian ini
oleh Bakri (2012) untuk kriteria kemampuan
memusatkan perhatian pada masalah aktual
pemecahan masalah berbentuk grafik dapat
sebagaimana adanya pada saat penelitian
dilihat pada Tabel 1.
dilaksanakan.
Tabel 1. Kriteria Kemampuan Pemecahan
Metode pengambilan data menggunakan
Masalah Berbentuk Grafik
metode tes dan metode wawancara. Metode tes
ini menggunakan tes diagnostik yang digunakan Kategori Persentase
Baik Sekali 78% - 100%
untuk mengetahui kemampuan pemecahan
Baik 66% - 79%
masalah berbentuk grafik untuk materi gerak Sedang 56% - 65%
lurus dan profil kesulitan siswanya. Kurang ≤ 55%

34
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)

Metode pengambilan data menggunakan % skor ≤ 35% : kategori kuat


metode tes dan metode wawancara. Metode tes % skor > 35% : kategori lemah
ini menggunakan tes diagnostik yang digunakan
untuk mengetahui kemampuan pemecahan Untuk analisis kesulitan berdasarkan
masalah berbentuk grafik untuk materi gerak pengetahuan prasyarat miskonsepsi dan
lurus dan profil kesulitan siswanya. tahapan pemecahan masalah menggunakan
Analisis kesulitan siswa yaitu berdasarkan rumus yang sama tetapi bukan menggunakan
KKM, profil materi, prasyarat pengetahuan, skor melainkan frekuensi. Ketentuan kategori
miskonsepsi dan tahapan pemecahan masalah. kesulitan siswa terdapat pada Tabel 2 (Sudijono,
Untuk analisis berdasarkan KKM dan profil 2011).
materi menggunakan persentase skor siswa Tabel 2. Kriteria Kesulitan Siswa
digunakan Persentase (%) Kategori
rumus: 80 – 100 Sangat Tinggi
66 – 79 Tinggi
40 – 65 Sedang
0 – 39 Rendah
Ketentuan kategori kesulitan berdasarkan
pencapaian KKM : Metode Wawancara digunakan untuk
KKM ketuntasan: 65 %, siswa mengalami mengonfirmasikan jawaban siswa dan
kesulitan jika: mendukung hasil tes diagnostik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Proses pengambilan data dilakukan


Berbentuk Grafik dengan menggunakan tes diagnostik yang
Kemampuan pemecahan masalah disusun untuk mengukur kemampuan siswa
berbentuk grafik yang diukur disini yaitu dalam menyelesaikan masalah berbentuk grafik.
kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan Hasil kemampuan siswa dalam menyelesaikan
dengan kemampuan interpretasi grafik, masalah berbentuk grafik dilihat pada Gambar 1.
memprediksi grafik, baik interpolasi maupun Hasil penelitian dari kemampuan ini
ekstrapolasi dan transformasi suatu grafik disajikan pada Gambar 1 menunjukan bahwa
(Nugroho & Darsono, 2007). kemampuan siswa pada kemampuan
interpretasi tergolong kurang sesuai kriteria
60 yang ditunjukkan oleh Tabel 1. Pada
53.01
48.3 48.61 kemampuan interpretasi grafik disini siswa
50
dapat menghitung gradien tetapi tidak
Persentase ( % )

40 34.36 mengetahui besaran apa yang ditunjukan


30 gradien. Hal ini sesuai dengan Planinic et al.
(2011), melakukan penelitian yang
20
membandingkan arti / makna gradien suatu
10 grafik pada konteks fisika dan konteks
0 matematika. Planinic et al. (2011), mengatakan
Interpretasi Prediksi Prediksi Transformasi bahwa pemahaman makna gradien grafik pada
Interpolasi Ekstrapolasi
konteks fisika masih sangat lemah daripada
Jenis Kemampuan Grafik konteks matematika. Pada kemampuan
memprediksi keadaan di luar grafik/ekstrapolasi
Gambar 1. Kemampuan Pemecahan Masalah
didapatkan persentase yang lebih baik daripada
Berbentuk Grafik
35
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)

kemampuan interpolasi siswa sesuai dengan Pada profil kesulitan siswa berdasarkan
data yang disajikan pada Gambar 4.1 yaitu dapat KKM memiliki rata – rata persentase untuk
digolongkan dalam kategori kurang. Rata – rata semua indikatornya yaitu 53,01%. Nilai ini lebih
kemampuan memprediksi grafik baik interpolasi besar dari batas KKM untuk siswa SMP N 6
maupun ekstrapolasi didapatkan persentasenya Petarukan yaitu harus lebih rendah dari 35%.
yaitu 43,63 %. Keterampilan memprediksi Hal ini berarti secara umum siswa masih belum
termasuk memiliki tingkat kesulitan menengah, tuntas dan masih mengalami kesulitan. Dapat
sesuai hasil penelitian yang dilakukan Nugroho dilihat dari hasil pengerjaan siswa, bahwa siswa
dan Darsono (2007). dapat mengerjakan dengan tepat untuk soal
Kemampuan transformasi merupakan yang menentukan jarak tempuh berdasarkan
kemampuan yang termasuk kemampuan yang grafik tetapi dapat dilihat bahwa ada kesulitan
tergolong memiliki kesulitan yang paling tinggi yang terjadi pada soal selanjutnya menentukan
diantara yang lainnya sesuai dengan hasil kecepatan benda berdasarkan grafik gerak lurus
penelitian yang dilakukan Nugroho & Darsono beraturan. Berdasarkan wawancara yang
(2007). Pada kemampuan transformasi ini, dari dilakukan, siswa menjawab bahwa s/jarak dari
hasil pengerjaan siswa didapatkan persentase soal yang diminta untuk dicari kecepatannya
sebesar 48,61% sesuai yang ditunjukkan adalah 80 meter dan didapatkan dari s/jarak
Gambar 1. Hasil kemampuan transformasi grafik pada soal sebelumnya yaitu menentukan jarak
yang dimiliki siswa tergolong dalam kategori tempuh sampai detik ke 4. Dapat disimpulkan
kurang. bahwa siswa belum memahami konsep gerak
lurus beraturan yang memiliki kecepatan yang
B. Profil Kesulitan Siswa selalu tetap.
Profil kesulitan yang dicari disini Sejalan dengan itu Pujianto et al. (2013),
berdasarkan: melakukan penelitian tentang konsepsi siswa
a. Pencapaian KKM pada konsep gerak lurus beraturan menemukan
Hasil penelitian profil kesulitan siswa bahwa sebagian besar responden memiliki
berdasarkan pencapaian KKM digambarkan oleh konsepsi yang salah. Konsepsi yang salah ini
Gambar 2. dikarenakan siswa yang menjadi responden
70.00 menganggap jika suatu kendaraan bergerak
61.46
55.90
dengan arah dan kecepatan tetap selama 10
60.00 54.44
50.23 49.42 menit merupakan gerak lurus berubah
50.00
beraturan.
Persentase Skor(%)

40.00

30.00 b. Pengetahuan Prasyarat


20.00 Profil kesulitan siswa berdasarkan
kurangnya penguasaan pengetahuan prasyarat
10.00
dapat dilihat pada Gambar 3.
0.00
60 52.78 52.78
Persentase ( % )

50
40
30
16.67
20
10
0
Luas bangun Operasi Persamaan
datar hitung linier
Indikator Tes Diagnostik
Pengetahuan Prasyarat
Gambar 2. Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Gambar 3. Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan
KKM Pengetahuan Prasyarat
36
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)

Berdasarkan hasil analisis data yang d. Miskonsepsi


ditunjukkan pada Gambar 3, sesuai kriteria yang Pada penelitian ini, analisis terhadap
kesulitan menurut Sudijono (2011) maka tingkat pendekatan miskonsepsi pada materi
kesulitan siswa dalam hal penguasaan luas Kinematika Gerak Lurus terbatas pada sub
bangun datar tergolong rendah. Persentase materi kecepatan dan kelajuan. Persentase siswa
kesulitan pengetahuan prasyarat operasi hitung yang mengalami kesulitan berdasarkan
dan persaman linier termasuk dalam kategori miskonsepsi sub materi kecepatan dan kelajuan
kesulitan sedang. Kesulitan siswa dalam operasi didapatkan dari jumlah siswa yang mengalami
hitung sesuai dengan hasil penelitian dari miskonsepsi dibagi dengan jumlah keseluruhan
Rusilowati (2006) yang menyatakan bahwa siswa. Persentase kesulitan berdasarkan
salah satu penyebab kesulitan belajar siswa miskonsepsi yaitu sebesar 63,89 %. Miskonsepsi
yaitu kesulitan dalam operasi hitung atau yang terjadi yaitu siswa menganggap tidak ada
perhitungan matematisnya. Selain itu, penyebab perbedaan antara kelajuan dan juga kecepatan.
lainnya yaitu pemahaman konsep dan Sejalan dengan itu, Pujianto et al. (2013),
mengkonversian satuan. mengatakan siswa masih sulit membedakan
c. Profil Materi antara konsep kelajuan dan kecepatan.
Profil kesulitan siswa terhadap profil Miskonsepsi ini diawali ketika siswa tidak
materi yang diperlihatkan pada Gambar 4. mampu menentukan jarak dan perpindahannya.
70 59.55 61.46
57.22
60 53.5 e. Tahap – Tahap Pemecahan Masalah
Presesntase ( % )

50 Profil kesulitan siswa berdasarkan


35.94
40
tahapan pemecahan masalahnya yang disajikan
30
20 pada Gambar 5.
10
90
0 77.18
80
68.65
70
Presesntase ( % )

60
50 45.83

Sub - Sub Materi 40


30 25
Gambar 4. Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan
20
Profil Materi
10
Siswa paling mengalami kesulitan dalam 0
menguasai sub materi percepatan. Hal ini
dikarenakan siswa belum memahami konsep
percepatan sesuai dengan hasil penelitian
Pujianto et al. (2013), yaitu siswa memiliki
pemahaman bahwa percepatan adalah
kecepatan dibagi waktu. Konsepsi ini didasarkan
pada terhadap rumus percepatan, tetapi belum Langkah Pemecahan Masalah
memahami benda yang dipercepat maka jarak
yang ditempuh setiap detiknya mengalami Gambar 5. Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan
peningkatan. Persentase kesulitannya yaitu Tahapan Pemecahan Masalah
62,50 %.

37
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)

Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa memahami masalah adalah tahapan memahami
berdasarkan tahapan tahapan pemecahan masalah yaitu sebesar 25,00%.Urutan
masalah menurut Polya, siswa mengalami persentase ini sesuai dengan penelitan yang
kesulitan paling besar pada tahap peninjauan dilakukan oleh Andriani et al. (2016), tentang
kembali. Persentase kesulitan siswa pada tahap analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan
meninjau kembali sebesar 77,18%. Sementara soal gerak lurus.
itu, persentase kesulitan terendah pada tahap

KESIMPULAN DAN SARAN

Kemampuan siswa dalam memecahkan Persentase kesulitan siswa dalam tiap sub - sub
masalah fisika berbentuk grafik memilik materi yaitu sub materi jarak dan perpindahan
persentase tergolong rendah untuk kemampuan sebesar 59,55%; kecepatan dan kelajuan sebesar
interpretasi grafik sebesar 48,30%; kemampuan 57,22%; percepatan sebesar 61,46%; GLB
interpolasi sebesar 34,36%; kemampuan sebesar 35,94%; serta GLBB sebesar 53,50%.
ekstrapolasi sebesar 53,01%; dan kemampuan Keempat, profil kesulitan siswa
transformasi sebesar 48,61%. Pertama, Profil berdasarkan miskonsepsi. Persentase kesulitan
kesulitan siswa berdasarkan penguasaan KKM, siswa yaitu 63,89% dan termasuk dalam
siswa masih mengalami untuk semua indikator kategori tinggi. Serta yang terakhir, profil
pada profil kesulitan ini yaitu (1) memahami kesulitan siswa berdasarkan tahap – tahap
grafik GLB dan GLBB sebesar 50,23%; (2) pemecahan masalah. Persentase kesulitan siswa
menentukan posisi dan jarak tempuh untuk tiap tahapan yaitu tahap memahami
berdasarkan grafik sebesar 54,44%; (3) masalah sebesar 25,00% termasuk kategori
menentukan kecepatan berdasarkan grafik rendah, tahap membuat rencana sebesar 45,83%
sebesar 49,42%; (4) menentukan kelajuan termasuk kategori sedang, tahap melaksanakan
berdasarkan grafik sebesar 55,90%; serta (5) rencana sebesar 68,63% termasuk kategori
menentukan percepatan berdasarkan grafik tinggi, serta tahap peninjauan kembali sebesar
sebesar 61,46%. 77,28% termasuk kategori tinggi.
Kedua, profil kesulitan siswa berdasarkan Berdasarkan penelitian yang telah
pengetahuan prasyarat. Persentase siswa yang dilaksanakan, disarankan agar sebaiknya
mengalami kesulitan dalam menentukan luas dilakukan penelitian lanjutan untuk pemecahan
bangun datar 16,67% termasuk kategori rendah. masalah berbentuk grafik selain materi
Persentase kesulitan siswa dalam operasi hitung kinematika gerak lurus serta perlu adanya
dan persamaan linier sama yaitu 52,78% tindakan (treatment) remidiasi sebagai tindak
termasuk dalam kategori sedang. Ketiga, untuk lanjut dari tes diagnostik yang dilakukan.
profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, L.N.Y., Darsikin, & A. Hatibe. 2016. Thesis. Bandung : Universitas Pendidikan
Analisis Kesulitan Siswa dalam Indonesia.
Menyelesaikan Soal Gerak Lurus. Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 4(3): Beichner, R.J. 1994. Testing Student
36-41. Interpretation Of Kinetic Graph. American
Journal of Physics, 62:750-762 .
Bakri, M. 2012. Kemampuan Siswa Memahami
Grafik Pada Konsep Biologi : Studi Bunawan ,W., A. Setiawan, Nahadi, & A. Rusli.
Deskriptif Pada Siswa Kelas I Man Kupang. 2015. Penilaian Pemahaman Representasi
Grafik Materi Optika Geometri
38
Anton Setyono / Unnes Physics Education Journal 5 (3) (2016)

Menggunakan Tes Diagnostik. Cakrawala Understanding of Line Graph Slope in


Pendidikan, 34(2):257-267. Physics and Mathematics. International
Journal of Science and Mathematics
Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Tes Education, 10:1393-1414.
Diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP/MTs.
Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Pujianto, A., Nurjannah, & I.W.Darmadi. 2013.
Dasar dan Menengah. Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep
Kinematika Gerak Lurus. Jurnal
Gagne, L.J. Briggs, & W.W. Wager. 1992. Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 1(1):
Principles of Instructional Design. New 16-21.
York: Holt Rinehart & Winston.
Rusilowati, A. 2006. Profil Kesulitan Belajar
Irawati, D.R. 2014. Analisis Penguasaan Konsep Fisika Pokok Bahasan Kelistrikan Siswa
Fisika Pada Pokok Bahasan Besaran Dan SMA di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan
Satuan Kelas X Sma Negeri 1 Sale Fisika Indonesia, 10(2): 100-106.
Rembang. Skripsi. Semarang: FMIPA
UNNES. Subali, B., D. Rusdiana, H. Firman, & I. Kaniawati.
2015. Analisis Kemampuan Interpretasi
Nazam S, Meltem S., & Ali B. 2012. Investigating Grafik Kinematika pada Mahasiswa Calon
students’ abilities related to graphing Guru Fisika. Prosiding Simposium Nasional
skill. Procedia - Social and Behavioral Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015
Sciences, 46: 2942 – 2946. (SNIPS 2015), Bandung, 8 dan 9 Juni.

Nugroho, S.E., & Darsono. 2007. Model Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Statistik
Pembelajaran Dengan Peningkatan Guided Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan
Interpretasi Grafik Pada Mahasiswa Fisika. Wardani. 1991. Diagnosis Kesulitan Belajar dan
Laporan Penelitian. Semarang : FMIPA Perbaikan Belajar. Jakarta: Ditjen Binbaga
UNNES. Islam dan Universitas Terbuka.

Planinic, M., Z.M. Sipus, H. Katic, A. Susan, & L. Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar.
Ivanjek. 2011. Comparison of Students Jakarta: Dirjen Dikti.

39

Anda mungkin juga menyukai