Anda di halaman 1dari 36

SEJARAH PERILAKU

A. Pengertian Perilaku Manusia


Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu yang kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).
Menurut Soekidjo (dalam Sunaryo, 2004), Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia
itu sendiri. Secara operasional dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap
rangsangan dari luar subjek tersebut.
Menurut Sri Kusmiyati dan Desminiarti (dalam Sunaryo, 2004) perilaku manusia pada
hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkunganya sebagai manifestasi hayati
bahwa dia adalah makhluk hidup.
Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungan. Menurut T. Parson (dalam Noorkasiani, dkk, 2009), perilaku individu sangat
dipengaruhi oleh sistem sosial, sistem budaya, serta sistem keperibadian dari individu itu sendiri.
Menurut T. Weber (dalam Noorkasiani, dkk, 2009), perilaku merupakan hasil pengalaman,
persepsi, pemahaman, dan penafsiran individu, yang mendapat stimulus internal berupa
persepsi, motivasi, dan emosi individu yang bersangkutan.
B. Perilaku Manusia Secara Historis
Menurut pendapat para ahli psikologi modern bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan, selain dipandang sebagai makhluk biologis, juga makhluk unik yang berbeda dengan
makhluk hidup lainnya yang berada di muka bumi. Manusia adalah subjek sekaligus objek, serta
makhluk individual serta sosial (dalam Sunaryo, 2004). Manusia pada umumnya tidak bersifat
pasif, yaitu menerima keadaan dan tunduk kepada suratan tangan dan kodrat-Nya., tetapi
secara sadar dan aktif menjadikan dirinya sesuatu. Proses perkembangan perilaku manusia
ditentukan oleh kehendaknya sendiri, dan sebagian bergantung pada alam, sedangkan makhluk
lain sepenuhnya bergantung pada alam. Ciri khas manusia adalah memiliki kebutuhan yang
secara terus menerus untuk dipenuhinya. Manusia dibekali cipta (cognitive), rasa (affective) dan
karsa (psychomotor), serta dapat mengatur dunia untuk kepentingan hidupnya sehingga
timbulah kebudayaan dengan segala macam corak dan bentuknya, yang membedakan dengan
makhluk hidup lainya di muka bumi.
Manusia adalah makhluk biologis yang memiliki ciri-ciri: bernapas, membutuhkan
makanan dan minuman, mengembangkan keturunan, tumbuh dan berkembang, serta bergerak.
Secara biologis, sebenarnya manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Modal utama manusia
untuk dapat bertahan hidup dalam dunia ini karena memiliki akal dan kecerdasan (Sunaryo,
2004). Sumber dari perilaku manusia adalah berpikir. Memang, ada perilaku manusia yang
dilakukan secara insting, atau tidak memerlukan kegiatan berpikir. Namun, perilaku-perilaku
manusia yang menunjukan kualitas kemanusiaan, pasti diawali dengan proses berfikir (Moeljono,
2006).
Pola pertumbuhan dan perkembangan manusia sudah ditentukan sejak masih dalam
kandungan. Setiap sel tumbuh dan berkembang sesuai dengan

pola perkembangan masing-

masing, yang semuanya mengarah pada satu tujuan menjadi makhluk manusia dengan organorgan yang tersusun secara serasi.
Perilaku manusia tidak terlepas dari proses pematangan organ-organ tubuh. Menurut Bimo
Walgito (dalam Sunaryo, 2004) perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat
adanya rangsangan (stimulus), baik dalam dirinya (internal) maupun dari luar individu

(eksternal). Pada hakekatnya perilaku individu mencangkup perilaku yang tampak (overt
behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert behavior atau covert behavior). Jadi perilaku
individu timbul sebagai akibat ineraksi antara rangsangan dan organisme (individu).
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan tersebut
adalah secara setimulan. Menurut Abraham Harold Maslow (dalam Sunaryo, 2004), mausia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu :
a. kebutuhan fisiologis atau biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama. Apabila tidak
b.
c.
d.
e.

terpenuhi akan terjadi ketidak seimbangan fisiologis;


kebutuhan rasa aman;
kebuthan mencintai dan dicintai;
kebutuhan harga diri;
kebutuhan aktualisasi diri.

Konsep dan Teori Perilaku


Pengertian
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang
bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Perilaku manusia adalah suatu aktifitas manusia itu sendiri. (Soekidjo,N.,1993:58)
Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menumbulkan
reaksi yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi
atau perilaku tertentu. (Notoadmodjo,S.,1997:60)
Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Umum, perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses perilaku individu dengan
lingkungannya hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. (Sunaryo,2004)
Untuk meningkatkan motivasi perilaku manusia ada 4 yaitu:
a.
b.
c.
d.

Memberi hadiah;
Persaingan yang sehat;
Memperjelas tujuan;
Memberi informasi keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan.

KONSEP DAN TEORI PERILAKU


1.1 Konsep Perilaku
1.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah suatu kegiatan manusia itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya
sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah maakhluk hidup. Perilaku manusia adalah
refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan
sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu
sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut
dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan.
1.1.2 Ciri-ciri Perilaku Manusia yang Membedakan dari Makhluk Lain
Menurut Drs. Sunaryo,M.Kes. (2002:), ciri-ciri dari perilaku manusia yang membedakan
dengan makhluk lainnya yaitu kepekaan social, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas,
usaha dan perjuangan, tiap individu adalah unik.
1. Kepekaan Sosial
Kepekaan social artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya
sesuai pandangan dan harapan orang lain.
Contoh:

a. Perilaku manusia pada saat membesuk orang yang sedang sakit di rumah sakit, berbeda
dengan perilaku pada saat menghadiri resepsi;
b. Perilaku pada saat taziah (melayat) berbeda dengan perilaku pada saat mengikuti pesta;
c. Perilaku manusia akan berbeda pada saat menghadapi orang sedang marah, sedang
bersenang-senag, sedang tertimpa musibah, sedang belajar, mengikuti seminar, dan
sebaginya.
2. Kelangsungan Perilaku
Kelangsungan perilaku artinya antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan perilaku
yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru lalau, dan seterusnya.
Perilaku pada masa lalu merupakan persiapan bagi perilaku kemudian merupakan
kelanjutan perilaku sebelumnya.
Contohnya:
Seorang mahasiswa D-III keperawatan yang setiap hari mengikuti kuliah, akhirnya luus dan
memiliki kepandaian serta keterampilan di bidang keperawatan, kemudian mendapat
pekerjaan, memperoleh penghasilan, berumah tangga, memiliki keturunan, mendapatkan
cucu, dan seterusnya.
3. Orientasi Pada Tugas
Orientasi pada tugas artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi pada
suatu tugas tertentu.
Contohnya :
a. Seorang mahasiswa yang sedang giat-giatnya belajar untuk menghadapi ujian
semester, pada malam hari perlu tidur agar besok paginya badan terasa segar dan
mampu mengerjakan soal denga baik.
b. Seoarang pegawai/pekerja yang seharian bekerja perlu beristirahat dan perlu
berekreasi. Perilaku itu sebenarnya berorientasi pada tugas dan harus dipenuhi dapat
menghimpun tenaga atau energy kembali sehingga dapat bekerja dengan semangat.
4. Usaha dan Perjuangan
Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri, serta tidak
akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan. Jadi, sebenarnya
manusia memiliki cita-cita (aspiration) yang ingin diperjuangkannya, sedangkan hewan
hanya berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang sudah tersedia di alam.
Contohnya:
Seorang mahasiswa yang akan pergi kuliah ke kampus dengan bus. Calon penumpang
pada saat jam-jam pagi sangat banyak sehingga tiap orang harus berusaha dengan susah
payah untuk dapat naik bus. Walaupun banyak bus yang tersedia, mahasiswa tersebut
hanya akan berusaha naik bus yang tersedia, mahasiswa tersebut hanya akan berusaha
naik bus ke jurusan kampus tempat ia kuliah, sedangkan bus-bus ke jurusan lainnya akan
dibiarkan saja, walaupun bus tersebut penumpangnya tidak sepenuh bus yang akan
ditumpangi.
5. Tiap-tiap Individu Manusia Adalah Unik
Unik berarti bahwa manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda dan tidak ada dua
manusia yang sama persis di muka bumi ini, walaupun ia terlahir kembar. Manusia
memiliki

cirri-ciri,

sifat,

watak,

tabiat,

kepribadian,

motivasi

tersendiri

yang

membedakannya dari manusia lainnya. Perbedaan pengalaman yang dialami individu


pada silam dan cita-citanya kelak dikemudian hari, menentukan perilaku individu di masa
kini yang berbeda-beda pula.
1.1.3 Proses Pembentukan Perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham Harold Maslow
dalam Buku Psikologi Untuk Keperawatan, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2, H2O,
cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi
ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya kekurangan O2 yang menimbulkan sesak napas
dan kekurangan H2O dan elektro yang menyebabkan dehidrasi.
2. Kebutuhan rasa aman, misalnya:
a. Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan, dan kejahatan lain;
b. Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan peperangan, dan lain-lain;
c. Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit;
d. Rasa aman memperoleh perlindungan hokum.
3. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya:
a. Mendambakan kasih saying/cinta kasih orang lain baik orang tua, saudara, teman,
kekasih dan lain-lain;
b. Ingin dicintai/mencintai orang lain;
c. Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.
4. Kebutuhan harga diri, misalnya:
a. Ingin dihargai dan menghargai orang lain;
b. Adanya respek atau perhatian dari orang lain;
c. Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya:
a. Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain;
b. Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita;
c. Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha, kekayaan dan lainlain.
A. Motivasi
Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik disadari
ataupun tidak disadari (Drs. Sunaryo,M.Kes, 2002:7).
Contoh:
1. Seseorang mahasiswa belajar degan tekun dan giat karena ada motivasi untuk
memperoleh indeks prestasi (IP) 3,5 (motivasi intrinsik);
2. Seorang mahasiswa termotivasi masuk akademi keperawatan karena melihat keberhasilan
saudaranya yang menjadi perawat (motivasi ekstrinsik).
Cara meningkatkan motivasi berperilaku dapat dilakukan 4 cara sebagai berikut:
1. Memberikan hadiah dalam bentuk penghargaan, pujian, piagam, hadiah, promosi
pendidikan, dan jabatan;
2. Kompetensi persaingan yang sehat;
3. Memperjelas tujuan atau menciptakan tujuan;
4. Member informasi keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, untuk mendorong agar
lebih berhasil.
B. Pengaruh Sikap dan Kepercayaan
Menurut

Buku

Psikologi

Untuk

Keperawatan

(2002:8),

sikap

seseorang

sangat

memengaruhi perilaku baik sikap positif maupun negative.


Contoh:
1. Sikap ibu terhadap pentingnya imunisasi bagi bayi (sikap positif) atau sebaliknya (sikap
negatif);
2. Sikap seseorang yang benci dan iri terhadap keberhasilan orang lain (sikap negatif).
Hal lain yang memengaruhi perilaku adalah kepercayaan yang dimiliki seseorang.
Contohnya :
1. Kepercayaan seseorang bahwa perbuatan yang baik akan memperoleh pahala di
kemudian hari (sikap positif);
2. Kepercayaan pasien terhadap seorang dokter yang merawatnya, akan menimbulkan sikap
yang positif terhadap dokter tersebut, dengan memperhatikan apa nasehatnya atau
sebaliknya.
1.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
1. Faktor genetik atau faktor endogen

Adalah factor yang merupakan konsepsi dasar atau muda untuk kelanjutan
perkembangan perilaku makhluk hidup tersebut. Factor genetic berasal dari dalam
individu seperti jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan,
dan intelegensi.
2. Faktor eksogen atau factor diluar individu
Adalah factor yang datang dari luar suatu individu. Factor-faktor tersebut meliputi
factor lingkungan, pendidikan, agama, social ekonomi, dan kebudayaan. Adapun faktorfaktor lainnya yang termasuk dalam factor eksogen yaitu susunan saraf pusat, dan emosi.
1.1.5 Prosedur pembentukan Perilaku
Sebelum diuraikan tentang prosedur pembentukan perilaku maka terlebih dahulu
akan diuraikan tentang macam-macam tanggapan. Menurut Notoatmodjo (1997) dalam
buku Psikologi Untuk Keperawatan, ada 2 macam tanggapan yaitu:
1. Responden Respons
merupakan tanggapan yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau stimulus tertentu
yang menimbulkan tanggapan yang relative tetap. Contohnya cahaya kilat halilintar yang
menimbulkan reflex menutup mata.
2. Operant Respons (instrumiental behavior)
Tanggapan ini timbul dan diikuti oleh perangsang tertentu atau penguat dan memperkuat
tanggapan atau perilaku yang telah dilakukan. Contohnya seorang mahasiswa karena
ketekunannya dalam belajar maka memperoleh IP diatas 3,00, kemudian diberi hadiah
oleh kedua orang tuanya. Karena prestasinya baik maka ia akan lebih giat lagi belajar agar
kelak dapat mendapatkan hadiah lagi.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning, menurut Notoatmodjomo
(1997) dalam Buku Psikologi untuk Keperawatan yang diambil dari pendapat Skinner sebagai
berikut:
1. Langkah pertama: Melakukan pengenalan terhadap sesuatu yang merupakan penguat,
yaitu berupa hadiah.
2. Langkah kedua: Melakukan analisis, dipergunakan untuk mengenal bagian-bagian kecil
pembentuk perilaku sesuai yang diinginkan. Selanjutnya bagian-bagian tersebut
disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya perilaku yang
diinginkan.
3. Langkah ketiga: menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, yaitu:
a. Bagian-bagian perilaku ini disusun secara urut dan dipakai untuk tujuan sementara.
b. Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian tadi.
c. Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah tersusun tersebut.
d. Apabila bagian perilaku pertama telah dilakukan hadiah-hadiahnya akan diberikan,
yang mengakibatkan tindakan tersebut akan sering dilakukan.
e. Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua dan seterusnya sampai terbentuk perilaku
yang diharapkan.
1.1.6 Bentuk Perilaku
Secara garis besar bentuk perilaku ada 2 macam yaitu:
1. Perilaku pasif / respon internal
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, dimana perilaku tersebut terjadi di dalam diri
satu individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Contohnya berfikir, berfantasi,
berangan-anga, mengetahui manfaat KB namun tidak mau mengikuti KB.
2. Perilaku aktif/ respon eksternal
Perilaku yang sifatnya terbuka, dimana perilaku tersebut dapat diamati secara
langsung karena berupa tindakan yang nyata. Contohnya membaca buku, mengerjakan

soal ulangan, seseorang yang menganjurkan orang lain untuk berobat jika sakit, hal
tersebut sama seperti yang telah ia lakukan selama ini.
Menurut Notoatmodjo (1997), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan
terdiri dari empat unsure, yaitu: sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan,
makanan, dan lingkungan.(Notoatmodjo dalam Buku Psikologi untuk Keperawatan,
2002:16)
1. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan denga
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Respon
dapat berupa perilaku aktif ataupun pasif.
2. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit
Perilaku seseorang dimana merasakan sakit karena enyakit yang telah menyerang
a.
b.
c.
d.
3.

tubuhnya tersebut. Perilaku yang ditunjukkan untuk pencegahan penyakit yaitu:


Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan;
Perilaku pencegahan penyakit;
Perilaku pencarian pengobatan;
Perilaku pemulihan kesehatan.
Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Perilaku ini adalah respons seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang terwujud
dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas maupun

penggunaan obat-obatan.
4. Perilaku Terhadap Makanan (nutrition behavior)
Perilaku ini adalah respons seseoarang terhadap makanan yang meliputi pengetahuan,
persepsi, sikap dan praktik terhadp makanan serta unsure-unsur yang terkandung
dalam makanan tersebt sesuai dengan kebutuhan tubuh kita.
5. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan (environmental behavior)
Perilaku ini adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai factor penentu
kesehatan manusia.
1.1.7 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Menurut Drs. Sunaryo,M.Kes (2002:18), perilaku kesehatan (health behavior), yaitu
perilaku manusia yang berkaitan dengan health promotion, health prevention, personal
hygiene, memilih makanan, dan sanitasi. Sedangkan perilaku sakit (illness behavior), yaitu
setiap aktivitas yang dilakukan oleh orang sakit untuk mengenai keadaan kesehatan atau
rasa

sakitnya,

pengetahuan

dan

kemampuan

individu

untuk

mengenal

penyakit,

pengetahuan dan kemampuan individu tentang penyebab penyakit, dan usaha-usaha untuk
mencegah penyakit. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas
individu yang sedang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Biasanya seseorang yang sedang sakit akan memiliki perasaan takut misalnya saja
takut akan penyakitnya yang tidak akan sembuh, takut mati, takut mengalami kecacatan
dan takut tidak mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga merasa diisolasi.
1. Perilaku Orang Sakit dan Perilaku Orang Sehat
Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang
sakit agar memperoleh kesembuhan. Sedangkan perilaku sakit menurut Suchman adalah
tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari
timbulnya gejala tertentu. Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatanny, termasuk pencegahan penyakit, perawatan
kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
2. Penyebab perilaku sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa penyebab
sakit itu sebagai berikut:
a. Dikenal dan dirasakannya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
b. Gejala penyakit akan menimbulkan dampak terhadap hubungan dengan keluarga,
hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.


Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat dilihat.
Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit.
Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti fasilitas, tenaga, obat-

obatan, biaya, dan transportasi.


3. Perubahan Perilaku pada Orang Sehat
Konflik adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidakharmonisan antara kondisi atau
dorongan yang dikehendaki. Konflik pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Approach-approach conflict adalah konflik yang terjadi apabila keinginan, kondisi atau
dorongan yang ada, sama-sama dikehendaki dan akibatnya positif.
b. Avoidance-avoindance conflict adalah konflik yang terjadi apabila semua keinginan,
kondisi, dan bersifat negative.
c. Approach- avoindance conflict adalah konflik yang terjadi apabila keinginan, kondisi, dan
dorongan yang dikehendaki mengandung risiko positif dan negative seimbang.
1.1.8 Domain Perilaku
Terbentuknya perilaku yang baru terutama pada orang dewasa dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Diawali dari cognitive domain, yaitu individu tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
berupa objek sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada individu.
2. Affective domain, yaitu timbul respons batin dalam bentuk sikap dari individu terhadap
objek yang diketahuinya.
3. Berakhir pada psikomotor domain, yaitu objek yang telah diketahui dan disadari
sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respons berupa tindakan.
Cognitive domainaffective domainpsycomotor domain
1.2 Teori Perilaku
Beberapa teori perilaku yaitu:
1. Teori Insting
Teori insting dikemukakan oleh McDougall, sebagai pelopor dari psikologi social. Menurut
McDougall perilaku itu disebabkan karena insting, dan McDougal mengajukan suatu
daftar insting. Insting merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan dan insting
akan mengalami perubahan karena pengalaman.
2. Teori Dorongan
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organism itu mempunyai dorongandorongan atau drivw tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhankebutuhan organism yang mendorong organism perilaku. Bila organism itu mempunyai
kebutuhan dan organism ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan
dalam diri organism itu. Bila organism berperilaku dan dapata memenuhi kebutuhannya,
maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut.
3. Teori Insentif (Incentive Theory)
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organism itu disebabkan karena
andanya isentif. Dengan insentif akan mendorong organism berbuat atau berperilaku.
Insentif atau juga disebut sebagai reinforcement ada yang positif dan ada yang negative.
Reinforcement yang positif adalah berkaitan dengan hadiah, sedangkan reinforcement
yang negative berkaitan dengan hukuman.
4. Teori Atribusi
Teori ini ingin menjelaska tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu
disebabkan oleh disposisi internal (missal=motif, sikap, dan sebagainya) ataukah oleh
keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider (Hukum Baron dan Byrne, 1984)
dan teori ini menyangkut lapangan psikologi social. Pada dasarnya perilaku juga dapat
atribusi eksternal. (Walgito, 1991:21)
A. Konsep Perilaku Manusia

A.1 Pengertian
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai cakupan
yang sangat luas. Dari sudut biologis, Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri
(Soekidjo, 1993 dalam Sunaryo, 2004). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Contohnya: Cahaya kilat halilintar menimbulkan reflex menutup mata.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Dari sudut operasional, perilaku adalah suatu respon organism seseorang terhadap
rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, 1993 dalam Sunaryo, 2004).
A.2 Ciri-ciri Perilaku Manusia
1. Kepekaan Sosial artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai
pandangan dan harapan orang lain. Sikap manusia akan berbeda-beda atau berubah sesuai
dengan kondisi yang mendukungnya atau berbeda pula. Contohnya: Perilaku manusia akan
berbeda ketika menghadapi orang yang sedang marah dengan orang yang sedang gembira.
2. Kelangsungan Perilaku artinya perilaku manusia berkesinambungan antara yang satu ada
kaitannya dengan perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru
lalu, begitu seterusnya. Contohnya: manusia lahir kemudian bisa
3. Orientasi pada tugas artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi pada
suatu tugas tertentu. Contohnya: seorang mahasiswa belajar untuk menempuh ujian. Tetapi,
dia butuh istirahat agar keesokan harinya badan dan pikiran tetap segar dan siap untuk
mengahadapi ujian.
4. Usaha dan perjuangan. Usaha dan perjuangan manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri,
serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan
memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan.
A.3 Proses Pembentukan Perilaku
Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis: merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2, H2O, cairan elektrolit,
makanan, dan sel.
b. Kebutuhan rasa aman: Rasa aman untuk terhindar dari rasa sakit, konflik, pencarian dan
memperoleh perlindungan hukum.
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai: mendambakan kasih sayang, ingin dicintai dan ingin
diterima oleh kelompok tempat ia berada.
d. Kebutuhan harga diri: ingin dihargai dan menghargai orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri: ingin dipuja, ingin sukses dan ingin menonjolkan diri lebih dari
orang lain.
A.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
A.4.a Faktor intgenetik

Faktor genetik merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan
perilaku makhluk hidup, seperti ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat
pembawaan, inteligensi.
A.4.b Faktor dari Luar Individu
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan keseluruhan adalah proses total dimana semua komponen terlibat dan
ditandai dengan kelangsungan dan perubahan hubungan antar komponen tersebut.
Lingkungan adalah sesuatu yang aktif dan proses yang berlanjut atas dasar partisipasi
komponennya

dan

dinyatakan

oleh

hubungan

diantaranya

yang

bebas/alami

(Hadinugroho, 2002). Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena


lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan individu
Contoh: mahasiswa yang lingkungan kosnya buruk, dia akan terpengaruh sehingga tidak
pernah belajar dan nilai ujiannya menjadi jelek.
b. Pendidikan
Pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga
meninggal, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun
informal. Contoh: Seseorang dengan lulusan S1 akan berbeda dengan orang yang
pendidikannya lulusan SMP.
c. Agama merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan. Contoh:
seseorang yang rajin melaksanakan ajar agama dalam kehidupan akan berperilaku
berbudi luhur sesuai dengan ajaran agamanya.
d. Sosial ekonomi: Seseorang yang status sosial ekonominya tidak berkecukupan, maka tidak
akan mencukupi segala kebutuhannya.
e. Kebudayaan: diartikan sebagai kesenian adat-istiadat atau peradaban manusia. Ternyata
hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
A.5 Bentuk Perilaku
1. Perilaku aktif: merupakan perilaku yang sifatnya terbuka, dapat diamati langsung karena
berupa tindakan nyata. Contoh: Seseorang menganjurkan orang lain untuk berobat ke
tempat x seperti yang dilakukan saat ini.
2. Perilaku kesehatan: perilaku kesehatan tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan
lingkungan.
3. Perilaku terhadap sakit dan penyakit adalah perilaku tentang bagaimana seseorang
menanggapi rasa sakit dan penyakit yang bersifat respon internal maupun eksternal, baik
respon pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit.
4. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan: perilaku ini adalah respons individu
terhadap system pelayanan kesehatan modern maupun tradisional.
5. Perilaku terhadap makanan
6. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respons individu terhadap lingkungan seba
determinant (faktor penentu) kesehatan manusia.
A.6 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
yaitu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
dan atau kecelakaan.

3. Perilaku

kesehatan

lingkungan

adalah

apabila seseorang

merespon

lingkungan,

baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.


A.7 Perilaku Orang Sakit dan Perilaku Orang Sehat
Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
agar memperoleh kesembuhan.
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam kesehatan di masyarakat (Dinkes Sulawesi).
A.8 Domain Perilaku
Secara operasional, tindakan manusia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Pengetahuan, yaitu stimulus yang dapat menghasilkan respon atau mengetahui kondisi
rangsangan
2. Sikap, yaitu tindakan dari individu baik dari dalam maupun dari luar. Respon dari individu
tersebut dalam menanggapi rangsangan yang ada di luar individu, seperti lingkungan
akan mempengaruhi individu tersebut dalam bersikap.
3. Tindakan, yaitu perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.
A.8.a Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari proses penangkapan indera kita terhadap sesuatu hal yang
ada disekitar kita. Pengetahuan bisa datang dari orang lain melalui informasi yang disampaikan,
media cetak maupun elektronik, ataupun dari pengalaman individu baik sengaja maupun tidak
disengaja. Pengetahuan mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam pembentukan
perilaku terbuka (overt behavior).
1) Proses Adopsi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tabu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefinisikan dan
mengatakan.
b. Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap
objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan cotoh, menyampaikan,
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dlam konteks atau situasi lain. Misalnya adalah dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang
diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan

analisis

ini

dapat

dilihat

dari

penggunaan

kata

kerja,

seperti

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

dapat

e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyususun,
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan Justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang
telah ditentkan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulasi atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi
yag bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 1993).
Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya : sikap orang terhadap lingkungandapat dilihat dari kesediaan dan perhatian
orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang lingkungan.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban, apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi
menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa
si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi.
Psikomotor
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap
menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan
(Notoatmojo, 19993).
Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoptioan)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah berkembang dengan baik, artinya tindakan
itu sudah di modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tingkat tersebut.
B. TEORI PERILAKU MANUSIA
B.1 Teori Psikoanalitik
Teori ini pertama kali muncul sekitar abad 19, yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939).
Freud saat menangani pasien Neurotik atau pasien yang mempunyai ciri mudah cemas,
disebabkan oleh konflik yang terjadi pada saat seseorang masih amat kecil, kemudian
depresi/ditekan (didorong masuk dari kesadaran kea lam tak sadar). Hal yang diukur adalah
perilaku berasal dari proses yang tidak disadari. Teori ini secara tegas memperhatikan struktur
jiwa manusia. Perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi subsistem dalam kepribadian
manusia.
Contoh: Seorang anak yang melihat orang tuanya selalu bertengkar dan akhirnya berpisah
sehingga anak mengalami deperesi dan tidak bisa memposisikan dirinya terhadap orang tuanya.
Anak mempunyai kebiasaan memukul dan juga memainkan benda-benda tajam. Sebagai
perawat sebaiknya memfasilitasi anak untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan dan
mengajarkan tingkah laku yang sesuai dengan situasi kepada anak tersebut dengan berbagai
cara seperti permainan peran (role playing) dan member kesempatan bagi individu untuk
melatih respon.
B.2 Teori Behavioral
Behaviorisme adalah sebuah aliran yang didirikan John B Watson (1878-1978) pada tahun
1913 yang berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif dalam arti harus
dipelajari sebagaimana ilmu pasti atau ilmu alam. Teori ini terkenal dengan eksperimen operant
conditioning dengan tikus. Aliran behaviorisme menganalisa perilaku yang nampak saja yang
dapat diukur dilukiskan dan diramalkan. Teori ini terkenal dengan teori belajar, karena menurut
mereka perilaku manusia adalah hasil belajar. Efek yang diukur adalah efek lingkungan terhadap
perilaku yang tampakl pada manusia dan binatang. Dasar pemikiran dari pengamatan terhadap
kejadian-kejadian (hubungan stimulus-respon) yang bisa dipelajari secara ilmiah.
Behaviorisme mempersoalkan bagaimana perilaku manusia dikendalikan oleh factor-faktor
lingkungan.
Contoh: Pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pengetahuan ibu
terhadap gizi buruk pada balita.
B.3 Teori Kogntif
Manusia dalam konsepsi psikologi kognitif adalah mahkluk yang aktif mengorganisasikan
dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens). (Sosiawan). Artinya manusia adalah
makhluk yang berpikir dan tidak pasif dalam merespon lingkungannya serta berusaha memahai
lingkungannya. Lebih tegasnya bahwa manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan
bahkan mendistorsi lingkungannya. Dasar pemikirannya adalah perilaku manusia tidak dapat
dipahami secara keseluruhan tanpa mengetahui bagaimana ia memperoleh, menyimpan dan
memproses informasi.
Contoh: Setiap perawat harus melihat setiap saat kondisi pasiennya. Perawat melayani pasien
untuk pemulihan dan kesembuhan kondisi pasien. Dengan menyediakan lingkungan yang bersih
yang bersih, pencahayaan yang cukup sebagai proses penyembuhannya.
B.4 Teori Humanistik

Manusia menurut konsepsi psikologi humanistik adalah mahkluk aktif alam merumuskan
strategi transaksional sengan lingkungannya (homo ludens). Teori ini mempunyai pandangan
bahwa tiap-tiap individu di pengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Efek yang diukur adalah keunikan
pengalaman manusia. Teori ini menyatakan bahwa manusia akan dapat mengaktulisasikan diri
dan percaya diri, manakala kebutuhan akan makanan, kesehatan, rasa aman, dan diterima
dalam suatu kelompok.
B.5 Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
B.6 Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi
dari :
1. Niat

seseorang

untuk

bertindak

sehubungan

dengan

kesehatan

atau

perawatan

kesehatannya (behavior itention).


2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
4. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan
(personal autonomy).
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
B.7 Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung
pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman
orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.
2. Tokoh penting sebagai panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia
katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut
kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik
lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia
B.8 Teori Orem
Menurut

Orem

asuhan

keperawatan

dilakukan

dengan

keyakinan

bahwa

setiap

orang

mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal dengan teori self
care (perawatan diri). Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia
dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Pasien
merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan).
KONSEP DIRI
A.

PENGERTIAN KONSEP DIRI


Konsep diri adalah sesuatu yang pasti dimiiliki atau ada didalam diri setiap individu.

Dalam hal ini banyak para ahli yang menjelaskan tentang konsep diri. Konsep diri adalah semua
ide,

pikiran,

kepercayaan

dan

pendirian

yang

diketahui

individu

tentang

dirinya

dan

mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998, dalam
duniapsikologi.com/salbiah/konsep-diri.pdf). Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya
secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual, sosial dan spiritual (Willian dan Rawlin, 1986,
dalam duniapsikologi.com/salbiah/konsep-diri.pdf). Sedangkan menurut Suyarno (2004) konsep
diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkutkan fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual. Dari ketiga pengertian konsep diri yang dikemukakan oleh para
ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang
tentang dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis, yang diperoleh melalui
interaksi dengan orang lain. Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan dan konsisten
pada seseorang. Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat kestabilan yang tinggi dan
membangkitkan perasaan negative atau positif yang ditunjukan pada diri. Dan berdasarkan
pengetian-pengertian tersebut, konsep diri adalah kombinasi dinamis yang dibentuk selama
bertahun-tahun dan didasarkan pada hal berikut:

B.

1. Reaksi orang lain terhadap tubuh seseorang;


2. Persepsi berkelanjutan tentang reaksi orang lain terhadap diri;
3. Hubungan dengan diri dan orang lain;
4. Struktur kepribadian;
5. Persepsi terhadap stimulus yang mempunyai dampak pada diri;
6. Pengalaman baru atau sebelumnya;
7. Pearasaan saat ini tentang fisik, emosional, dan sosial diri;
8. Harapan tentang diri (Potter & Perry, 2005).
KOMPONEN KONSEP DIRI
Konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak

komponen didalamnya. Dimana dalam konsep diri terdapat lima komponen, kelima komponen
tersebut meliputi citra tubuh, harga diri, ideal diri, peran, dan indentitas diri. Penjelasan tentang
kelima komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Citra
tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal.
Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi
oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari
pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).

Citra tubuh berhubungan dengan kepribadian seseorang. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap
dirinya, manerima dan mengukur bagian tubuhnya akan
rasa

cemas

dan

meningkatkan

harga

rasa aman, sehingga terhindar dari


diri

(Keliat,

1992,

dalam

duniapsikologi.com/salbiah/konsep-diri.pdf). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap


citra tubuhnya maka akan memperlihatkan kemampuan yang baik terhadap realisasi yang akan
memacu

kesukses

dalam

kehidupan.

Dibawah

ini

ada

beberapa

faktor

dapat

yang

mempengaruhi citra tubuh (Body image) seseorang, seperti:

pandangan diri terhadap dirinya sendiri;

persepsi diri terhadap pandangan orang lain;

pertumbuhan kognitif & perkembangan fisik;

perubahan hormonal (remaja);

nilai kultural dan sosial.


Selain adanya hal-hal yang dapat mempengaruhi citra tubuh, dalam hal ini ada juga

beberapa stresor yang dapat mengganggu citra tubuh. Stresor-stresor tersebut dapat berupa:
1. Operasi.
Operasi dapat mengganggu citra tubuh seseorang karena operasi yang dilakukan pada
orang tersebut dapat mengubah penampilan orang tersebut. misalnya saja amputasi, dimana
suatu individu kehilangan salah satu angota tubuhnya sehingga individu tersebut merasa
tidak sempurna dan minder.
2. Kegagalan fungsi tubuh.
Kegagalan fungsi tubuh yang dimaksud dalam masalah ini yaitu sepertu tuli, bisu, buta,
dan masik banyak lagi. Hal tersebut mengakibatkan depersonlisasi yaitu tidak mengkui atau
asing dengan bagian tubuh, dimana hal tersebut juga sering berkaitan dengan fungsi saraf.
3. Perubahan tubuh berkaitan (tumbuh kembang)
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan
pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya
dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati
perubahan tubuh yang tidak ideal.
4.

Umpan balik interpersonal yang negatif


Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga

dapat membuat seseorang menarik diri.


5.

Standard sosial budaya.


Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda pada setiap orang dan

keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada


citra tubuh suatu individu, seperti adanya perasaan minder.
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika
tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif
sehingga terjadi gangguan citra diri seperti:
1. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusasaan.
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi.

9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.


2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang perilaku, disesuaikan dengan standar pribadi yang
terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe, orang yang diidam-idamkan, dan nilai
yang ingin dicapai (Sunaryo, 2004). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan
diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan citacita dan
harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan.
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanakkanak yang di pengaruhi orang yang penting
pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja. Ideal diri akan di
bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Dimana menurut Ana Keliat (
1998 dalam Sunaryo, 2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :
1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
3. Hasrat melebihi orang lain
4. Hasrat untuk berhasil
5. Hasrat memenuhi kebutuhan realistic
6. Hasrat menghindari kegagalan
7. Adanya perasaan cemas dan rendah diri (Sunaryo, 2004).
Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial. Ideal diri
yang terlalu tinggi akan menyebabkan frustasi jika orang tersebut tidak dapat mencapainya. Dan
ideal diri yang terlalu rendah akamn menyebabkan individu tersebut malas karena tidak ada
motifasi atau dorongan untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Maka dari itu agar individu
mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal
diri yang dimiliki oleh individu hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi
dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992 dalam
duniapsikologi.com/salbiah/konsep-diri.pdf).
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan cara menganalisa
seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Dimana aspek utama harga diri
adalah dicintai, disayangin, dikasihi orang lain, dan mendapat penghargaan dari orang lain
(Sunaryo, 2004). Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten, dan bernilai (Potter &
Perry, 2005). Harga diri di bagi menjadi dua bagian yaitu: harga diri tinggi dan harga diri rendah.
Dimana harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan
diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal
yang buruk, merasa tidak dicintai dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia. Dan menurut
beberapa ahli seseorang akan mengalami harga diri rendah apabila:
a. Kehilangan kasih sayang atau cinta-kasih orang lain.
b. Kehilangan penghargaan dari orang lain.
c. Hubungan interpersonal yang buruk.
d. Mengalami traumatik yang berulang,misalnya memiliki pengalaman aniaya fisik, emosi
dan seksual (Sunaryo, 2004).
Dan suatu Individu akan merasa berhasil atau hidupnya bermakna apabila individu tersebut
diterima dan diakui orang lain atau merasa mampu menghadapi kehidupan dan mampu
mengontrol dirinya. Individu yang sering berhasil dalam mencapai cita-cita akan menumbuhkan
perasaan harga diri yang tinggi atau sebaliknya. Akan tetapi, pada umumnya individu memiliki
tendensi negative terhadap orang lain, walaupun dalam hatinya mengakui keunggulan orang lain
(Sunaryo, 2004).
4. Peran

Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas,
dan kultur. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat (Sunaryo. 2004). Peran dibagi menjadi dua bagian yaitu
peran yang ditetapkan dan peran yang diterima. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana
seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau
dipilih oleh individu. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Selain itu, dalam peran kita juga bisa mengenal stress
peran. Dimana stress peran terjadi karena adanya konflik peran yang tidak jelas dan peran yang
tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di
lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 (duniapsikologi.com/salbiah/konsep-diri.pdf) adalah :
1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.
2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran.
Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik yang
sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya
disebut dengan transisi peran.

Dimana transisi peran tersebut merupakan suatu gangguan

peran yang terjadi pada suatu individu. Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat
ditandai dengan tanda dan gejala, seperti :
1. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran
2. Mengingkari atau menghindari peran
3. Kegagalan trnsisi peran
4. Ketegangan peran
5. Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran
6. Proses berkabung yang tidak berfungsi
7. Kejenuhan pekerjaan.
5. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan
penilaian, sebagai sintesis aspek konsep diri dan menjadi kesatuan yang utuh (Sunaryo, 2004).
Dalam identitas diri ada hal-hal penting yang terkait dengan identitas diri, hal-hal penting
tersebut yaitu:
a. Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri.
b. Individu yang memilki perasaan identitas diri kuat akan memandang dirinya tidak sama
dengan orang lain, unik, dan tidak ada duanya.
c. Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi.
d. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri, kemampuan, dan
pengusaan diri.
e. Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya (Sunaryo, 2004).
Cirri-ciri identitas diri adalah sebagi berikut.
a. Memahami diri sendiri sebagai organism yang utuh, berbeda dan terpisah dari orang lain.
b. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
c. Mengakui jenis kelamin sendiri.
d. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
e. Memandang berbagi aspek dalam diri sebagai sesuatu kerahasian dan kesehatan.
f. Mempunyai tujuan hidup yang berniali dan dapat direalisasikan (Sunaryo, 2004).
C. Stressor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Selye (1956) menyatakan bahwa stress adalah kehilangan dan kerusakan normal dari
kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses
normal dari kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stressor. Stressor konsep diri

adalah segala perubahan nyata atau yang diserap yang mengancam identitas, citra tubuh, harga
diri, atau perilaku peran.
Stressor identitas selama masa remaja mencakup harapan tentang orang lain untuk
persiapan karier dan kemandirian, untuk mengatasi seksualitas seseorang, membuat pilihan
tentang hubungan dan peran; stressor ini dapat menimbulkan kebingungan identitas.
Stressor citra tubuh (gambaran diri) mencakup perubahan dalam penampilan fisik,
struktur atau fungsi yang disebabkan oleh perubahan perkembangan normal atau penyakit.
Stressor harga diri meliputi perubahan perkembangan dan hubungan, penyakit (terutama
penyakit kronik yang melibatkan perubahan dalam aktivitas normal), pembedahan, dan
kecelakaan serta respon individu lain terhadap perubahan individu yang diakibatkan oleh
kejadian ini.
Stressor peran mencakup konflik peran, ambiguitas peran, ketegangan peran, dapat
berasal dari harapan peran yang tidak jelas atau berkonflik dan diperberat oleh efek penyakit
(Potter dan Perry, 2005).
D. Intervensi Keperawatan
Penerimaan perawat terhadap

klien

dengan

perubahan

konsep

diri

membantu

menstimulasi rehabilitasi yang positif. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu
klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan
bawah sadar perawat. Perawat harus mengkaji diri mereka sendiri secara jujur sebelum mereka
dapat mulai memahami bagaimana mereka mempengaruhi klien mereka baik dengan kata-kata
atau tindakan.
Perencanaan dan implementasi intervensi keperawatan untuk klien dengan gangguan
konsep diri dapat dilakukan dengan cara:
Meningkatkan kesadaran diri klien
Mendorong eksplorasi diri klien untuk membantu klien dalam evaluasi diri
Membantu klien merumuskan tujuan dalam upaya adaptasi
Membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Potter dan Perry, 2005)
LA2
TEORI KEPRIBADIAN
1.1

Definisi Kepribadian dan Teori Kepribadian


Kepribadian adalah segala corak tingkah laku individu yang terhimpun dalam dirinya

yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsang yang
berassal dari luar maupun dalam. Sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu
kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu. Setiap orang pasti memiliki kepribadian yag
berbeda-beda.
Teori kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain
berkaitan mengenai tingkah laku manusia. Teori kepribadian memiliki fungsi deskriptif dan
prediktif.
Boeree (2005 : 29) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori
kepribadian, yaitu :
1. Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir
sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama;
2. Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua;
3. Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga.
Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu :
Psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis.
a. Teori Psikoanalisis
Teori

Psikoanalisis

dikembangkan

oleh

Sigmund

Freud.

Sebagai

aliran

psikologi,

psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur,


dinamika, dan perkembangannya.

Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious),
prasadar (preconscious),dan tak sadar (unconscious). Kemudian, Freud juga menyatakan
bahwa struktur kepribadian manusia itu terdiri dari 3 aspek, yaitu Id, Ego dan Super ego.
Teori freud ini menyatakan bahwa individu melewati tahap psikoseksual (fase oral, anal, falik,
laten dan genital).
b. Teori Psikologi Individual
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937).
Menurut Adler, manusia merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial.
Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat
utama

kesehatan

jiwanya.

Berdasarkan

paradigma

tersebut,

kemudian

Adler

mengembangkan teori psikologi individual ini.


Pembahasan ringkas mengenai teori Adler
a. Adanya Dua dorongan pokok, yaitu dorongan kemasyarakatan dan dorongan keakuan;
b. Perjuangan menjadi sukses atau ke arah superior;
c. Gaya hidup (style of life);
d. Minat sosial (social interest);
e. Kekuatan kreatif self (creative power of the self);
f. Konstelasi keluarga;
g. Posisi tidur dan kepribadian.
c. Teori Kepribadian Analitis
Psikologi analitis merupakan aliran psikologi dinamis yang dikembangkan oleh Carl
Gustav Jung.
Pokok-pokok Teori Carl Gustav Jung adalah teorinya mencakup strukutur kepribadian,
dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
Menurut Jung, kepribadian terdiri dari sejumlah sistem yang berbeda namun saling
berinteraksi satu sama lain.
Strukutur kepribadian manusia terdiri dari dua alam, yakni alam sadar (berupa Ego) yang
berfungsi untuk penyesuaian terhadap dunia luar, dan alam tak sadar yang berfungsi untuk
penyesuaian terhadap dunia dalam.
d. Teori Kepribadian Behaviorisme
Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J.B. Watson.
Selain Watson, ada juga tokoh lain dari teori ini, yaitu Skinner. Menurut Skinner, tingkah laku
hanya dapat diubah dan dikendalikan dengan mengubah lingkungan.
1)

Dinamika kepribadian
Kepribadian dan belajar
Hakikat toeri Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru,
menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu dan mampu, dst.
Menurut Skinner, kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan
tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan lingkungannya. Cara yang
efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan
(reinforcement).
e. Teori Kepribadian Humanistik
Tokoh yang memperkenalkan adalah Abraham Maslow.
Pokok-pokok teori:
1. Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai
kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa

dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan dan tiap
bagian akan mempengaruhi bagian yang lain.
2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri.
3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain
dari sebelumnya (becoming).
4. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral.
Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari
lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
5. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi
sebagai berikut (Boeree, 2004)
(1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
(2) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
(3) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
(4) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
(5) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
f. Teori Fritz Kunkel
Fritz berpendapat bahwa dinamika kehidupan jiwa disebabkan adanya dua dorongan pokok
yang saling bertentangan, yaitu:
Dorongan keakuan dan dorongan kekitaan. Dorongan keakuan dan kekitaan pada setiap
individu berbanding terbalik, artinya makin besar dorongan keakuan maka makin kecil
dorongan kekitaannya, begitu juga sebaliknya.
g. Teori Ludwig Klages
Menurutnya, tingkah laku individu terbentuk karena adanya dua kekuatan, yaitu kekuatan
pendukung dan kekuatan penghambat. Dua kekuatan tersebut terwujud dalam temperamen
dan perasaan. Perasaan ada dua, yaitu perasaan afek dan suasana perasaan. Perasaan afek:
senang,

kecewa,

galau,

sedangkan

suasana

perasaan,

misalnya:

sedih,

rindu,dll.

Temperamen dan perasaan akan bisa menjadi kekuatan pendukung ataupun penghambat
bagi setiap individu, tergantung pada individu tersebut bagaimana menyikapi hal yang
sedang dirasakannya.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
1. Menurut Freud, struktur kepribadian manusia terdiri atas aspek

Das Es ( The id), Das Ich

( The ego), dan Das Ueber Ich ( The super ego).


a. Das Es ( the id) :
1) Merupakan sistem Kepribadian yang asli ( orisinil).
2) Aspek biologis kepribadian dan berkaitan dengan aspek jasmaniah.
3) Realitas kejiwaan yang sebenarnya ( the true psychic reality).
4) Dunia batin atau subjektif manusia yang tidak memiliki hubungan langsung dengan
dunia luar atau objektif.
5) Tempat tumbuh Das Ich ( The ego) dan Das Ueber Ich ( The super ego).
6) Unsur biologis yang diwariskan sejak lahir, termasuk insting.
7) Reservoir energi psikis yang menggerakkan Das Ich (The ego) dan Das Ueber Ich
( The super ego). Energi psikis ini dapat meningkat karena perangsang ( stimulus ) dari
dalam maupun luar. Apabila energi psikis meningkat, akan timbul tegangan dan
pengalaman tidak menyenangkan, kemudian oleh Das Es ( The id ) direduksi untuk
menghilangkan rasa tidak enak.
Das Es ( The id ) berfungsi untuk menghindarkan rasa ketidakenakan dan
mengejar keenakan/ kenikmatan, disebut prinsip kenikmatana/ prinsip keenakan ( The
pleasure principle) atau disebut pula proses primer.

Cara menghilangkan ketidakenakan atau atau menghindarkan ketidakenakan dan


mencari kenikmatan melalui:
a) Refleks- Reaksi tidak disadari dan berlangsung di luar kemauan atau dengan
reaksi otomatis yaitu gejala gerak yang berlangsung dengan sendirinya, tidak
disadari, dan di luar keinginan ( misalnya bersin, batuk, dan berkedip).
b) Proses primer- Seperti orang lapar yang membayangkan makanan atau orang
haus yang membayangkan minuman.
Kedua cara tersebut perlu dihubungkan dengan dunia kenyataan ( realitas)
sehingga perlu ada struktur kepribadian lain, yaitu Das Ich ( The ego).
b. Das Ich ( The ego)
Yang dimaksud dengan Das Ich
disini adalah aspek psikologis kepribadian
seseorang dimana aspek ini muncul karena ada kebutuhan organisme untuk melakukan
hubungan baik deangan dunia nyata ( realitas).
Yang mrnjadi perbedaan menonjol antara Das Es ( the id), Das Ich ( The ego), dan
Das Ueber Ich ( the super ego) adalah yaitu pada Das Es hanya mengenal dunia subjektif
atau batin, sedangkan Das Ich lebih dapat membedakan yang ada di dunia batin dengan
yang ada di dunia nyata. Di sini peran Das Ich lebih ke arah perantara antara kebutuhan
instingtif dengan keadaan lingkungan demi tercapainya kepuasan organisme.
Aspek eksekutif kepribadian karena mengontrol tindakan yang akan ditempuh
memilih kebutuhan, cara memenuhinya, dan objek yang dapat memenuhi kebutuhan
( Sunaryo, 2004).
Saat terjadi pertentangan antara Das Es dan Das Ueber Ich serta dunia nyata, disini
Das Ich berfungsi untuk mempersatukan pertentangan tadi. Berpatokan pada prinsip
kenyataan dan berorientasi menurut prinsip kenyataan, yaitu berpikir realistis. Prinsip
kenyataan berfungsi untuk mencari tempat dimana tempan tersebut mengalami
tegangan, dan tegangan inilah yang akan dikurangi atau bahkan dihilangkan. Prinsip
sekunder merupakan kondisi dimana Das Ich merencanakan suatu tindakan untuk
memuaskan kebutuhan dan hal ini adan diuji dengan sebuah tindakan yang disebut
dengan reality testing.
c. Das Ueber Ich ( The Super Ego)
Merupakan aspek sosiologis kepribadian dan aspek moral kepribadian karena lebih
mengejar kesempurnaan bukan kenikmatan atau kesenangan dan cermin sesuatu yang
ideal bukan yang ril ( nyata) (Sunaryo, 2004).
Di sini Das Ueber Ich mherupakan perwujutan nilai tradisional yang turun temurun
diajarkan olh orang tua. Dimana bila dikatakan sebagai tidak baik atau yang akan
memunculkan suatu hukuman, maka akan cenderung mgenjadi suara hati ( concientia)
anak, dan apa yang dikatakan baik atau menghasilkan hariah akan cenderung menjadi
ego-ideal. Disini anak akan menerima dan mengintroyeksikan ( menyatukan suara hati
dan ego-ideal) norma-norma moral dari oran tua.
Das Ueber Ich lebih memiliki fungsi bagaimana sesuatu dilihat. Apakah itu baik atau
buruk, boleh atau tidak, pantas atau tidak, sesuai atau melanggar.
Jadi disini dapat dilihat bila Das Ueber Ich lebih mengarah untuk menentang,
sedangkan Das Es dan Das Ich lebih pada membuat dunia menurut keidealan.
2. Carl Gustav Jung ( 26 Juli 1875-6 Juni 1961 )
Teori yang dikemukakan oleh Jung disebut psikologi analitis atau psikologi
kompleks. Teorinya mencakup struktur psyche atau kepribadian, dinamika psyche, dan
perkembangan kepribadian (Sunaryo, 2004).
Setiap orang adalah unik karena dipenuhi oleh pengalaman-pengalaman histories
yang begitu banyak dan beragam. Tanggapan kita terhadap pengalaman-pengalaman ini
adalah hasil dari temperamen yang belum tampak (inborn temperament) dan bahan dasar

yang sifatnya majemuk dari tanggapan-tanggapan yang kita tunjukkan sebelumnya ( Puji,
2010 ).
Setiap orang berdasarkan teori Kepribadian Jung, memiliki Ego, Persona dan
kompoknen lain dari Psyche, masing-masing dengan karakter kepribadian individual.
Sekalipun demikian, ada kesamaan di antara individu yang berbeda tersebut yang dapat
ditarik benang merahnya untuk membentuk suatu dimensi. Setiap orang memiliki potensi
atas semuanya itu, tetapi dengan derajat atau tingkat yang berbeda-beda. Satu atau dua
unsure bisa jadi merupakan cara yang dominan atau menonjol bagi seseorang dalam
memandang atau menghadapi dunia (luar) nya ( Puji, 2010 ).
3. Teori Adler ( 1870-1937)
Adler adalah bapak individual psykologie. Beberapa catatan penting terkait teori
Adler, yaitu :
a. Bahwa manusia sebagai makhluk sosial, bertingkah laku karena adanya dorongandorongan sosial bukan karena dorongan seksual ( Freud) dab bukan juga karena
dikuasai oleh archetypus yang dibawa sejak lahir ( Jung ).
b. Konsep diri yang kreatif.
c. Keunikan kepribadian individu, yaitu indivisualitas, atrinya adalah bahwa setiap orang
adalah konfigurasi yang unik dari sekap, minat, sifat, dan nilai yang menentukan gaya
hidup berbeda.
d. Kesadaran sebagai pusat kepribadian (Sunaryo, 2004).
Unntuk mengerti kepribadian individu, harus berpedoman pada pengertian tentang
individualitas, finalisme fiktif, rasa rendah diri, superioritas dan kompensasi, gaya hidup,
dan diri yang kreatif.
Teori psikologi individual Adler ini, memang lebih banyak berupaya menyadarkan
manusia, bahwa ia merupakan mahluk yang berdaya dan memiliki rasa sosial yang dalam,
sehingga itu pulalah ia dapat survive dalam menjalani hidup. Teori ini pula, memiliki
kekuatan dalam hal memprediksi perilaku manusia melalui tujuan semu atau akhir dari
perilaku yang diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran dari diri
manusia tersebut. hal ini sangat menarik karena merupakan pandangan yang kami kira
sangat positif dan futureristik, dan hal ini tentunya dapat membangkitkan semangat dan
gaya hidup manusia dalam melakukan aktivitas ( Zulkifli, tidak ada tahun).
4. Teori Fritz Kunkel
Pendapat Fritz Kunkel menyangkut dua dorongan pokok, termometer penilaian diri,
apersepsi bertendensi dan dresat, umfinalisierum, serta lingkarang setan dan proses
pencerahan (Sunaryo, 2004).
a. Dua Dorongan Pokok
Dinamika kehidupan jiwa disebabkan adanya dua dorongan pokok yang saling
bertentangan yaitu :
1) Dorongan keakuan, yaitu dorongan yang mengabdi kepada aku ( diri sendiri).
2) Dorongan kekitaan, yaitu dorongan untuk mengabdi kepada kita ( dunia luar
dirinya-umum).
Disini berbanding terbalik antara besarnya dorongan keakuan dengan dorongan
kekitaan. Jadi bila dorongan keakuannya besar, maka dorongan kekitaanya kecil,
begitu pula sebaliknya.
b. Termometer penilaian
Hubungan antara dua dorongan pokok dalam diri manusia dapat digambarkan dalam
termometer penilaian diri.
c. Apersepsi Bertendensi dan Dresat
Apersepsi bertendensi adalah sebuah pemikiran dimana pemikiran ini akan
mengarahkan seseorang ke arah penyimpangan. Apersepsi betendensi ini lebih
mengarahkan seseorang untuk hidup individualistis, dan bila berkelanjutan akan
mengarah ke dresat. Dresat memandang suatu hal yang tidak dapat di ubah ( di

ganggu

gugat

),

sifatnya

memaksa,

dan

mendorong

seseorang

ke

arah

ketidakberanian.
Contoh :
1. Aku tidak bisa melakukannya
2. Semua laki-laki itu pembohong
d. Umfinalisierung
Perilaku yang tidak semestinya dimana perilaku ini dilakukan bukan utuk
mencapai kesempurnaan tetapi untuk menarik simpati dari orang lain demi
kepentingan akunya. Sebagai contoh seorang anak mencoret-coret tembok rumah
bukan demi melatih kesempurnaan melukis tetapi demi menarik perhatian orang
tuanya.
e. Lingkaran Setan dan Proses Pencerahan
Lingkaran setan adalah suatu rasa takut yang mengikat seseorang dimana
karena tidak memiliki rasa berani, mengakibatkan seseorang rendah diri. Dari sini
akhirnya seseorang memiliki kompensasi yang tinggi terhadap dirinya. Hal ini
menyebbkan tantangan yang harus dia hadapi semakin besar dan semakin sulit.
Proses pencerahan timbul setelah seorang individu menyadari kesalahannya.
Dalam buku Psikologi untuk Perawat (Sunaryo, 2004) Ada tiga fase dalam proses
pencerahan, yaitu sebagai berikut.
1. Fase untuk mendapatkan pengertian yang tentang doro sendiri.
2. Fase berani menghadapi kenyataan hidup yan sewajarnya, fase mengakui
kesesatan diri, fase meniadakan sikap menolak kepada nasib sendiri.
3. Fase berani mengatasi kesukaran hidup secara wajar sehingga terjadi
perubahan radikal dari sikap hidup yang keakuan ke kekitaan.
5. Ludwig Klages
Menurut Ludwig, perilaku manusia terbentuk karena 2 kekuatan yaitu kekuatan
pendorong dan penghambat.
a. Tempramen merupakan sifat dari kepribadian
b. Perasaan
1) Inner activity merupakan kegiatan batin, suara hati, insan kamil. Kekuatan yang
membedakan antara keinginan dari dalam hati ( perasaan).
2) Corak perasaan merupakan taraf-taraf suatu kejelasan.
Perasaan dibedakan menjadi afek, yaitu adanya keinginan yang kuat dalam
perasaan dan suasana perasaan ( stimung), yaitu perasaan yang lebih menonjolkan
warna atau corak tertentu.
Fungsi perasaan ada dua, yaitu fungsi ekspansif arahnya ke luar dan depresif
yang arahnya ke dalam.
Sifat perasaan ada tiga macam yaitu sebagai berikut.
a) Pasif, terdapat rasa terharu dan takjub serta memungkinkan daya
penerimaan yang besar sekali.
b) Aktif, yaitu bekerja adalah

nafsu

kebencian

dan

seksual,

serta

menimbulkan rasa mudah tersinggung ( irritability) yang kuat.


c) Reaktif, timbul rasa kasihan yang dalam (Sunaryo, 2004).
6. Kurt Lewin ( 1890-1947)
Menurut Lewin struktur kepribadian terdiri dari sebagai berikut.
a. Pribadi
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sifat seorang individu dalam bereaksi
dengan diri sendiri maupun dengan lingkungan sehingga memunculkan ruang hidup,
gejala dalam ruang hidup, dan pribadi dalm ruang hidup.
b. Lingkungan psikologis
Merupakan semua realitas psikologis yang berisi semua
mempengaruhi perilaku individu pada suatu saat.
c. Diferensiasi ruang hidup

fakta

yang

dapat

Struktur ruang hidup adalah heterogen sehingga antara pribadi dan lingkungan
psikologisnya selalu terdapat diferensiasi yang mencakup pribadi yang diferensiasi,
lingkungan psikologis berdiferensiasi, dan banyaknya daerah (Sunaryo, 2004).
d. Dimensi ruang hidup
Teriri dari dimensi waktu dan dimensi realias-irealitas. Dimensi waktu adalah
keaktualan, dimana yang dapat mempengaruhi tingkah laku masa kini adalah sikap,
perasaan, dan pikiran masa lalu dan masa yang akan datang. Sedangkan dimensi
realitas di dalamnya berisi kebenaran yang nyata, dan dimensi irealitas berisi
kebenaran yang khayal.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1.1

Definisi Kepribadian

a. Suatu organisasi psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan tingkah laku
yang khas ( unik) dari orang tersebut (ALLPORT).
b. Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak
di dalam tingkah lakunya yang unik.
1.2 Tahap Perkembangan Kepribadian Menurut Freud
a. Tahap Oral (mulut)
Tahapan ini berlangsung selama 0-1 tahun. Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua
macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi
banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari
inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah
memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang
mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah
menelan apa saja yang dikatakan orang lain.
b. Tahap Anal
Tahapan ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Kenikmatan akan dialami anak dalam
fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang
bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari. Kepuasan ada pada anal
terutama pada saat eliminasi dasar belajar toilet training. Dari segi kepribadian bila anak
dididik dengan sikap keras maka anak akan menjadi kurang bebas, kurang berani, tertekan.
Apabila anak dididik dengan kasih sayang , dan memuji maka anak akan memperoleh pengertian
yang baik.
c. Tahap Phallic
Tahapan ini berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun. Tahap ini sesuai dengan nama genital
laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak
wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi
penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan
mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua
yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis
kelamin dengannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai
keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan
kenikmatan pada ibunya.

d. Tahap Latent
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap
yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini
seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
e. Tahap Genital
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan
dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini,
sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.
1.3. Perkembangan Kepribadian Menurut Allport
1.3.1 Kanak - Kanak
1. Belum memiliki kepribadian
2. Anak merupakan makhluk yang mempunyai tegangan-tegangan dan perasaan enak atau
tidak enak.
3. Anak telah menunjukkan perbedaan-perbedaan kwalitet. Misal : perbedaan ekspresi
emosional.
4. Anak menunjukkan sifat-sifat yang khas.
1.3.2 Transformasi Kanak-Kanak
1

Manusia adalah organisme yang pada waktu lahir adalah makhluk biologis, lalu
berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang , struktur-struktur sifatnya
meluas dan merupakan inti dari tujuan-tujuan dan aspirasi masa depan.

Peranan yang menentukan ada autonom fungsional.

1.3.3 Orang Dewasa


Individu yang normal mengerti dan menyadari apa yang dikerjakan dan mengapa itu dikerjakan.
Yang harus ada pada pribadi dewasa:

3.

1.

Extention of the self

2.

Self objectification

Filsafat hidup
1.4

Perkembangan Kepribadian Menurut Erikson

Perkembangan ini dibagi dalam beberapa tahap, sebagai berikut :


1.

Basic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan vs Ketidak percayaan).


Periode

perkembangan

terjadi

pada

masa

bayi

(lahir

hingga

12-18

bulan).Bayi

mengembangkan perasaan nyaman pada suatu tempat yang baik dan aman. Perasaan nyaman
secara fisik dan sejumlah harapan yang akan terjadi keesokan harinya atau dikemudian hari.
Pada masa tahapan ini peranan orang tua sangat di butuhkan untuk cepat tanggap dan peka
terhadap setiap kejadian yang di alami si bayi. Jika si bayi sudah merasa nyaman dan aman akan
memiliki rasa percaya kepada dunia luar maupun diri sendiri.
Contoh:

Anak akan menangis saat tau dirinya tidak ada di pelukan ibunya karena ia merasa asing
dengan orang yang menggendongnya.

Anak yang sadar bahwa ibunya tidak ada disampingnya saat ia bangun tidur ia akan
menangis tetapi saat ibunya menggendongnya ia akan kembali tenang, karena ia sudah
merasa terbiasa dengan pelukan ibunya.

2.

Autonomy vs Shame and Doubt (Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu-ragu).


Periode perkembangan terjadi pada masa bermain (12-18 bulan hingga 3 tahun).Pada
tahap ini menentukan tumbuhnya kemauan baik dan kemauan keras, anak mempelajari apa
yang diharapkan, apa kewajiban dan haknya disertai batasan-batsannya yang dikenakan pada
dirinya. Sebaiknya para orang tua mampu membantu dan memberi dorongan kepada anak
sesuai dengan kemampuan dan keinginan tanpa paksaan yang membuatnya tertekan.
Jika orang tua terlalu membatasi, terlalu keras memberikan hukuman atau pun terlalu
melindungi anak secara berlebihan akan menimbulkan rasa malu dihadapan orang lain, seakan
akan anak tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik dan perilaku tersebut dapat
menimbulkan pribadi pemalu dan ragu-ragu yang besifat menetap. Pada periode ini sebaiknya
orang tua harus sering berbicara dengan anak, mananyakan pendapat anak, selalu menciptakan
suasana yang menyenangkan atau memberikan nilai-nilai moral secara tidak langsung, berikan
pujian jika anak melakukan sesuatu yang bersifat positif sehingga anak dapat mengembangkan
dirinya dan percaya diri, dan kurangi berkata yang kurang menyenangkan.
Contoh:
1. Anak menggambar pemandangan, ibu memuji anak gambar adik bagus ya? Mau jadi
pelukis ya? Hebat dengan kata-kata tersebut dapat memotivasi anak terus berkarya.
2. Anak yang senang memukul-mukul kaleng seakan- akan kaleng itu adalah drum yang ia
lihat ditelevisi dan ia ingin menirunya tetapi dimarahi oleh orang tuanya. Ia akan merasa
tidak mampu dan tidak berani untuk mencobanya.
3.

Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah).


Periode perkembangan pada masa awal anak-anak (tahun pertama pra-sekolah 3-6 tahun).

Tahap ini menumbuhkan inisiatif anak pada masa awal anak masuk sekolah atau taman kanakkanak (play group), suatu masa untuk mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk
mengatasi tantangan-tantangan dan tanggung jawab. Anak akan lebih kreatif dan secara fisik
akan lebih seimbang maupun kejiwaannya. Ditambah lagi jika orang tua mampu memberikan
dorongan dan mengasah kemampuan dalam berkreativitas atau membantu anak untuk
melaksanakan tugasnya, dan jika orang tua tidak memberikan dorongan atau tidak membantu
anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya ataupun orang tua terlalu keras mendidik dengan
banyak hukuman saat anak sedang berusaha menunjukkan dirinya bahwa ia bisa atau pun ia
ingin, maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah dan tidak ingin mencoba
sesuatu yang baru.
Contoh:
1. Saat anak melihat pensil warna tergeletak ia akan mengambilnya dan mencoret-coret
tembok. Orang tua yang melihatnya langsung memberikan buku gambar agar ia tidak
mencoret-coret tembok dan agar anak terbiasa menggambar di buku gambar.

4. Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri).


Periode perkembangan pada masa pertengahan dan akhir anak-anak (tahun- tahun
sekolah, 6 tahunpubertas). Pada masa ini berkembang kemampuan berfikir deduktif, disiplin diri
dan kemampuan berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan meningkat. Ia
mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari sebab akibat dari apa yang mereka lakukan.
Lebih memperhatikan apa yang trejadi disekitarnya, anak-anak berimajinasi memperoleh
kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi pemikiran & idenya dengan peristiwa tertentu ke
dalam sistem pemikirannya sendiri. Yang sangat dikhawatirkan pada tahap ini adalah jika anak
tidak dapat menyesuaikan diri atau tidak dapat mengembangkan dirinya anak tidak akan merasa
kemampuan lebih yang dapat ia lakukan dan merasa tidak yakin atas apa yang kerjakan.
Contoh:
1. Anak akan mencoba sesuatu yang ia inginkan, seperti berorganisasi dan selalu
menyumbangkan ide-idenya untuk memajukan organisasi yang ia jalani.
2. Anak yang selalu berdiam diri dan tidak ingin membaur dengan lingkunan baru ia tidak
dapat mengembangkan dirinya seperti anak yang lain. Ia merasa dirinya tidak seperti
anak-anak

yang

sering

berkumpul

atau

pun

berorganisasi

padahal

ia

berhal

melakukannya.
5.

Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan Peran)


Periode perkembangan pada masa remaja 12 -20 tahun. Pada tahap ini remaja atau individu
dapat mengenal lebih dalam tentang dirinya, sifat-sifat mereka, keinginan atau cita-cita, tujuan
mereka hidup, dan lain-lain yang bersifat mengenal pribadi masing-masing. Masa ini
mengembangkan perasaan identitas ego yang mantap pada kutup positif dan identitas ego yang
kacau pada kutub negatif. Erickson menegaskan bahwa ada tiga unsur yang merupakan
persyaratan didalam pembentukan identitas ego, yaitu :
a. Individu yang bersangkutan harus menerima atau menggangap dirinya itu sama didalam
berbagai situasi pengalaman dengan teman sebayanya.
b. Orang orang disekitarnya, dalam satu lingkungan sosial harus memiliki persepsi yang sama
terhadap diri individu tersebut.
c. Persepsi diri individu yang bersangkutan harus memdapat uji validitas dalam pengalaman
hubungan antara manusia. Jadi, identitas ego positif akan menggambarkan kemampuan
pemuda pemudi yang memahami dan menyakini tuntutan norma norma sosial, sehingga
tumbuh rasa kesetiaan.

6.

Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan)


Periode perkembangan pada masa awal dewasa (20-24 tahun). Menurut Erickson, masa ini
menumbuhkan kemampuan dan kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa
takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut Intimasi. Ketidak
mampuan

untuk

masuk

kedalam

hubungan

yang

menyenangkan

serta

akrab

menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup ( menutup diri ).

dapat

Contoh:
1. Orang yang senang mengikuti organisasi kebanyakan dari mereka lebih mudah
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan mudah, karena ia sudah terbiasa
berkomunikasi ataupun berhadapan dengan orang banyak yang menjadikan ia terbiasa
berbaur dengan sesuatu hal yang baru.
2. Orang yang pendiam bukan berarti tidak dapat berorganisasi tetapi kebanyakan dari
mereka tidak bisa mencairkan suasana dalam suatu suasana, mereka takut di anggap sok
kenal atau jika ingin membaur terkadang tidak tau bagaimana cara yang tepat.
7.

Generativity vs Stagnation (Perluasan vs Stagnasi).


Periode perkembangan pada masa pertengahan dewasa (sekitar 25 -50an). Masa dewasa
tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun. Generativitas yang ditandai jika individu mulai
menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk-produk, ide-ide,
dan keadaan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi-generasi mendatang
adalah merupakan hal yang positif. Sebaliknya, apabila generativitas lemah atau tidak
diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami pemiskinan serta stagnasi, jika
pada usia ini kehidupan individu didominasi oleh pemuasan dan kesenangan diri sendiri saja.
Individu negatif tidak menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik sebagai perseorangan maupun
sebagai anggota masyarakat.
Contoh:
1. Seorang yang berprofesi sebagai perancang busana ia harus menambahkan atau
memberikan koreksi-koreksi dari desain pakaiannya agar telihat lebih indah jika digunakan
oleh pemesannya.
2. Dalam acara 17 Agustus di RT-nya ia tidak ikut meramaikan acara yang diadakan 1 tahun
sekali di lingkungan rumahnya, padahal jika ia mau ia bisa ikut meramaikannya.

8.

Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan).


Periode perkembangan pada masa akhir dewasa (60 tahunan). Masa untuk melihat
kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan positif. Kehidupan baik
akan merasa puas atau yang disebut integritas. Masa lalu negatif akan timbul rasa
keputusasaan. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai
seseorang setelah memelihara benda -benda dan orang- orang, produk-produk dan ide-ide,
dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan- keberhasilan dan kegagalankegagalan

dalam

hidup.

Sedangkan

keputusasaan

tertentu

menghadapi

perubahan-

perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis.


Contoh:
1. Seorang HRD yang bekerja disuatu perusahaan tidak akan merasa karirnya atau
pekerjaannya akan tamat saat ia pensiun, karena selama ia bekerja ia sudah
mempersiapkan dirinya dengan membangun toko kecil-kecilan untuk usahanya jika ia
sudah tidak bekerja.

2. Seorang karyawan suwasta merasa was-was karena ia belum memiliki tunjangan hari tua.
1.5

Perkembangan kepribadian Menurut Harry Sullivan


Harry membagai perkembngan kepribadian menjadi beberapa masa, diantaranya :
1. Masa bayi : Kebutuhan akan rasa aman dalam

mengembangkan rasa percaya yang

mendasar (basic trust).


2. Masa kanak-kanak awal: belajar berkomunikasi
3. Pra sekolah : mengembangkan body image
4. Usia sekolah : mengembangkan hubungan dengan sebaya, melalui
kompetisi, kompromi dan kooperatif
5. Remaja :mengembangkan kemandirian,melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang
berbeda
6. Dewasa : belajar untuk saling tergantung, tanggung

jawab terhadap orang

lain.

KEPRIBADIAN, WATAK TABIAT


2.1 Pengertian Kepribadian, Watak dan Tabiat
2.1.1 Pengertian Kepribadian
Kepribadian ialah sebagai organisasi dinamis di dalam diri individu sebagai sistem
psikofisik yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya yang
dimaksud dengan organisasi dinamis yaitu kepribadian manusia merupakan organisasi,
kebiasaan, sikap, sifat, dan karacter yang terus menerus berkembang dan berubah. Maksud dari
istilah psikofisik adalah untuk member cirri pada sistem-sistem kepribadian yang mengakui
kenyataan bahwa baik proses mental maupun proses fisik, semuanya harus turut diperhitungkan
(Naisaban, 1989),. Allport meyakini bahwa sistem-sistem motivasional otonom secara fungsional
dan bergantung pada kondisi-kondisi yang terdahulu dmana sistem-sistem itu mncul. Contohnya
seorang pematung secara trus menerus dapat membuat patung degan indah meskipun
penghailannya tidak bergantung pada karya tersebut.
2.1.2 Pengertian Watak
Watak secara tradisional mengisyaratkan norma tingkah laku tertentu atas dasar dimana
individu dan perbuatannya dinilai, dan dalam menggambarkan watak seseorang selalu dikaitkan
dengan kata baik-buruk yang selalu digunakan untuk menilai watak orang (Naisaban, 1989),. Jadi
pada dasarnya watak ialah pribadi jiwa yang menyatakan dirinya dalam segala tindakan dan
pernyataan dalam hbungannya dengan bakat, pendidikan, pengalaman dan alam sekitarnya.
2.1.3 Pengertian Tabiat (Temperamen)
Temperamen menunjuk pada disposisi yang erat dengan faktor fisik biologis dan sedikit
mengalami perubahan dan perkembangan (Naisaban, 1989),. Temperamen berasal dari kata
temper artinya campuran. Maka temperamen adalah sifat-sifat seseorang yang disebabkan
adanya campuran-campuran zat di dalam tubuhnya, yang juga mempengaruhi tingkah laku dari
individu. Jadi temperamen berarti sifat laku jiwa dlam hubungannya dengan sifat-sifat
kejasmanian.
2.2 Tipe dan Ciri Kepribadian
Menurut Hippocrates dan galenus (400 SM dan 175 SM) dalam Semiun, 2006 bahwa tipe
kepribadian ada empat tipe atas dasar proporsi campuran cairan-cairan badan dan apabila suatu
cairan tersebut dominan maka akan timbul sifat-sifat yang khas pada diri individu.
Cairan

badan

yang dominan
Chole

prinsip

Tipe

ciri

Tegangan

Kolerik

tipe

Sifat-sifat yang khas


terbuka

biasanya

tetapi

Hidup

tingkat

keras,

keterbukaannya

Melanchole

Phlegma

sanguinis

lebih

(besar

terbakar,

semangat),

hatinya

mudah

daya

juang

rendah daripada tipe

besar, optimis
Mudah kecewa, daya juang

Penegasa

Melankol

Sanguin
Tipe
yang

n rididity

ik

berbakat dari semua

kecil, muram, pesimistik

Plastisitas

Phlegma

tipe
tertutup yang sangat

Tidak

tic

diam

(kalem,

ekspansivi

Sanguini

tipe yang paling Super

mudah terpengaruh, setia


Hidupnya mudah berganti

tas

terbuka

haluan, ramh

paling

suka

buru-buru

tenang),

tidak

Kretschmer (1888-1964) dalam Sujanto, 1995 menggolongkan manusia atas dasar bentuk
tubuhnya menjadi empat tipe dengan ciri-ciri kepribadian yang berhubungan dengannya, antara
lain.
1. Piknis, bentuk badanya: agak pendek, dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar, leher
pendek dan kuat, lengan dan kaki sedikit lemah, kepala agak merosot ke muka diantara kedua
bahu sehingga bagian atas dari tulang punggung tampak sedikit melengkung dan banyak
lemak. Seseorang yang yang memiliki sifat ini, cenderung bersifat ekstrovert yaitu suasana
hati yang cenderung buerubah-rubah, suka bergaul dan memiliki banyak teman.
2. Asthenis, bentuk badanya: badan langsing, kurus, rongga dada kecil sempit pipih, tulang rusuk
mudah dihitung, perut kecil, bahu sempit, tengkorak kecil, tulang muka kelihatan jelas, berat
relative kurang, mukanya sempit dan anggota badanya panjang-panjang. Seseorang yang
yang memiliki sifat ini, cenderung bersifat introvert yaitu suasana hati yang cenderung tetap
atau tidak goyah, sukar bergaul dan tidak banyak kawan.
3. Atletis, bentuk badannya: campuran antara piknis dan astenis. Seseorang yang yang memiliki
sifat ini, cenderung bersifat introvert yaitu suasana hati yang cenderung tetap atau tidak
goyah, , sukar bergaul dan tidak banyak kawan.
4. Displastis, bentuk badannya: besar dan tinggisekali atau pendek dan kecil. Seseorang yang
yang memiliki sifat ini, cenderung bersifat introvert yaitu suasana hati yang cenderung tetap
atau tidak goyah, , sukar bergaul dan tidak banyak kawan.
2.3 Perbedaan kepribadian, watak dan Tabiat
Kepribadian, watak dan tabiat ketiganya ini sulit untuk dibedakan namun sebenarnya dari
ketiga kata ini memiliki perbedaan antara lain.
1. Kepribadian (personality)
Kepribadian ialah dimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lain
(Sunaryo, 2004). Dengan kata lain suatu kualitas seseorang yang menyebabkan ia disenangi
atau tidak disenangi oleh orang lain.
2. Watak (karakter)
Watak ialah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan
sehingga orang tersebut bertindak. Jadi dimaksudkan bahwa kepribadian seseorang
menunjukkan tindakan akibat kemauan yang teguh dan kokoh maka seseorang tersebut
dinamakan berwatak.
Menurut Sumadi, 1985 keseluruhan atau totalitas kemungkinan bereaksi secara emosional
dan valisional seseorang terbentuk selama hidupnya oleh unsure dari dalam (keturunan) dan
unsur-unsur dari luar (pendidikan pengalaman).
Menurut Alllport, 1937 bahwa kepribadian dan watak adalah satu dan sama, tetapi
dipandang dari segi berlainan. Apabila seseorang akan mengenakan norma-norma yang
berarti penilaian lebih tepat dipergunakan istilah watak. Apabila tidak mengadakan penilaian
sehingga menggambarkan apa adanya tentang diri seseorang maka itulah kepribadian.
3. Tabiat (temperamen)
Tabiat adalah kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badaniah. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa tabiat adalah konstitusi kejiwaan. Menurut Allprt yang dikutip oleh
Sumadi Suryabrata (1985) temperamen adalah gejala karakteristik dari sifat emosi individu,
termasuk mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan dan kecepatannya bereaksi,
kualitas kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas, serta bergantung pada factor
konstitusional yang karenanya berasal dari keturunan. Jadi temperamen sifatnya turun-temurun
dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Aspek-aspek temperamen antara lain.
a. Motalitas (kegesitan atau kelincahan) ditentukan oleh otot, tulang dan saraf perifer.
Contohnya: -orang bekerja dengan lincah dan gesit
-orang bekerja dengan tenang.

b. Vitalitas (daya hidup) lebih ditentukan oleh hormonal dan syaraf otonom. Contonya: orang
dengan vitalitas tinggi, baru bangun pagi ia sudah penuh gaira dan memiliki rencana.
c. Emosionalitas (daya rasa) lebih ditentukan oleh keadaan neurohormonal dan saraf pusat.
Contohnya: bila ada sesuatu yang menakutkan, seseorang bereaksi sepontan secara
emosional.
SIFAT, SIKAP, KEBIASAAN,TIPE
SIFAT
Sifat didefinisikan sebagai struktur neuropsikis yang memiliki kapasitas untuk menjadi
banyak stimulus ekuivalen secara fungsional, dan memulai serta membimbing tingkah laku
adaptif dan ekspresif yang ekuivalen (yang konsisten dari segi maknanya (Allport, 1951: 347).
Disposisi pribadi atau sifat morfogenik didefinisikan sebagai struktur neuropsikis umum (yang
khas bagi individu) dengan kapasitas menjadikan banyak stimulus secara fungsional ekuivalen
dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk konsisten (ekuivalen) tingkah laku adaptif dan
stilistik.
Dengan kata lain sifat merupakan sesuatu yang telah melekat di dalam diri seseorang dan
merupakan bagian yang khas dari seorang individu. Sifat terbentuk karena dipengaruhi faktor
keturunan, lingkungan, maupun psikis. Dari faktor keturunan, karena individu awal pembentukan
jati diri adalah di dalam keluarga. Semenjak bayi, manusia selalu berusaha untuk menirukan apa
pun yang berada disekitarnya. Figur yang pertama kali dilihat adalah figur ibunya karena ibulah
yang mengandung dan merawat sejak di dalam kandungan. Sehingga menjadikan seorang ibu
memiliki kontak batin yang sangat kuat dengan ibunya, jika ibunya memiliki sifat yang lemah
lembut, maka sifat itu akan menurun kedalam kepribadiannya. Sang anak pun akan memiliki
sifat yang sama dengan ibunya. Jadi sifat seseorang dipengaruhi oleh keturunan. Sedangkan
faktor lingkungan, seorang individu memiliki interaksi dengan lingkungan sosial, setelah anak
mendapat cukup bekal yang baik dari lingkungan keluarga maka saatnya sang anak berinteraksi
dengan dunia di luar lingkungan keluargannya. Anak mulai mengenal berbagai sifat dari temantemannya, dari situ si anak mengadaptasi sifat-sifat yang ada. Jika pondasi kepribadian di dalam
keluarga tidak kuat, maka anak ini akan mengikuti sifat-sifat dari lingkungannya. Dari dimensi
psikis, seorang manusia memiliki kondisi psikis yang berbeda-beda dan tergangtung pada faktorfaktor internal maupun eksternal. Dalam hal ini pengalaman di masa lalu, kondisi lingkungan,
merupakan faktor eksternal. Sedangkan faktor internal disini adalah kondisi di dalam diri
seseorang tersebut (emosional). Faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap
sifat seseorang, karena sifat yang ditampakkan merupakan gambaran atau cerminan kondisi
kejiwaan atau emosional yang terbentuk selama beberapa lama dan ditampakkan sebagai suatu
sifat yang khas oleh orang tersebut.

SIKAP
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi
atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk
merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Sikap diarahkan kepada
benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain. Sikap juga merupakan
sebagian dari output sifat. Kecenderungan sikap terbentuk berdasarkan sifat yang dimiliki oleh
seseorang. Jika sifat bersifat khas, maka sikap juga bersifat khas namun bedanya sikap langsung
berhubungan dengan objek dalam lingkungan yang diajak berinteraksi. Para pakar psikologi

sosial selalu mengkaji sikap sebagai komponen dari sistem yang terdiri atas tiga bagian atau
disebut juga skema triadik yaitu; keyakinan mencerminkan komponen kognitif, sikap merupakan
komponen afektif, dan tindakan mencerminkan komponen perilaku (Atkinson, R, L., Atkinson, R,
C., & Hilgard, E, R., 1983:371).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap:
1. Pengalaman pribadi
Dasar pembentukan sikap berdasarkan pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang
kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional.
2. Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan. Contoh
pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.
3. Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)
Yaitu orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini
kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya: orangtua, pacar,
suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap
yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting.
4. Media massa
Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan, media massa
membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif
yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga membentuk sikap tertentu.
5. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama
Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan
seseorang sehingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.
6. Faktor Emosional
Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi
atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun
menetap (persisten/tahan lama). Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair).
KEBIASAAN
Kebiasaan (habit) adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang mengandung unsur afektif perasaan (Kartono. K., 1996). Artinya kebiasaan
merupakan suatu perilaku seseorang yang dilakukan karena telah melakukan perilaku yang sama
secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Kebiasaan sulit di ubah, karena cenderung
telah melekat di dalam kepribadian seseorang. Kebiasaan dapat dipengaruhi oleh minat terhadap
suatu hal yang disukai dan seseorang tersebut tertarik untuk melakukannya, sehingga timbul
perilaku yang berulang-ulang. Sebagai contoh adalah orang yang memiliki ketertarikan atau
minat di budang seni, maka kebiasaannya adalah menggambar ataupun melukis. Kebiasaan juga
bisa dipengaruhi oleh bakat, bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap individu namun
tidak semua individu mampu mengenali bakatnya sendiri. Seseorang yang memahami bakatnya,
maka akan tertarik untuk mengasah bakatnya tersebut hal ini yang membuatnya menjadi suatu
kebiasaan. Kebiasaan juga dipengaruhi oleh lingkungan, lingkungan yang mendukung adanya
suatu perilaku dapat menunjang seseorang memiliki perilaku yang dilakukan secara berulang
sehingga menimbulkan suatu kebiasaan. Contohnya adalah anak di pinggir pantai yang
lingkungannya mendukung untuk melakukan kegiatan nelayan, akan memiliki kebiasaan untuk
mengangkap ikan.

TIPE
1. Menurut C.G. Jung
Tipe Kepribadian yang paling terkenal dari dimensi ini adalah polaritas introvert dan ekstrovert,
atau kecenderungan kepribadian yang mengarah ke dalam diri dan keluar diri.
Ekstrovert : aktif, sibuk, sosialitasnya sangat tinggi, objektif, pragmatis, bicara banyak, tampil
dengan penuh percaya diri, gampang mengungkapakan diri, senang berada di tangah banyak
orang, objektif. Contohnya adalah orang yang sangat mudah bergaul (supel) dengan lingkungan
yang baru, karena sifatnya yang suka berada di tengah banyak orang dan aktif bergaul dengan
orang-orang baru.
Introvert : refleksif, serius, pendiam, suka menyelidiki, independen, subjektif, punya disiplin diri
yang tinggi, senang sendirian, kadang sulit mengungkapkan diri, hati-hati dan teliti senang
bekerja sendiri, berpikir banyak sebelum memulai sesuatu. Contohnya adalah orang yang
cenderung berdiam diri dan susah berbaur dengan teman-temannya karena dia sangat senang
menyendiri dari lingkungannya.
Ambivert : tipe kepribadian seseorang yang memiliki kedua tipe dasar sehingga sulit untuk
memasukkan ke dalam salah satu tipe (Sunaryo, 2004)
Menurut Jung, terdapat empat fungsi kegiatan mental kepribadian yang berpasangan dan
berlawanan satu sama lain. Yaitu sensation-intuition (pengindera-Intuitif), thinking-feeling
(berpikir-perasa).
a. Pengindera : realistis, pengamat yang baik, punya kesadaran yang tinggi, suka mencoba,
cepat tanggap, sangat dipengaruhi keadaan sekitar, suka meniru, sabar dengan segala
kegiatan rutin.
VS
Intuitif : punya imajinasi yang tinggi, suka meramal, selalu berpikir tentang masa depan,
kadang melamun, seuka berfantasi, acuh terhadap keadaan sekitar, melihat segala
sesuatu mungkin, senang memecahkan persoalan baru, sangat entusias, tidak sabar
dengan hal rutin
b. Berpikir : kurang human, suka berpikir logic, cenderung mengritik, sangat teliti, bersikap
wajar, minat pada bisnis tinggi, jujur, orang yang dingin dan kurang memerhatikan
perasaan orang lain.
VS
Perasa : karakter hangat, punya perhatian dengan sesama, sangat bersahabat,
sentimental, punya perhatian pada orang lain, cenderung setuju, menjauhkan diri dari
pertentangan, sulit menerima kritik, sulit mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara
logis, suka harmoni, baik dengan semua orang, sangat simpatik (Naisaban, tanpa tahun).
2. Menurut Kretschmer
Kretschmer menghubungkan antara konstitusi jasmaniah dan konstitusi kejiwaan
(temperamen), yang akan membentuk kepribadian, maka dibedakan menjadi dua, yaitu
schizothym dan cyclothym.
a. Tipe schizothym
Tipe kepribadian ini sulit kontrak dengan dunia luar dan menutup diri sendiri (autisme).
Bersifat pemalu, banyak fantasi, penyendiri, dan lekas tersinggung. Tipe ini dijumpai pada
kondisi tubuh, seperti:
1) Leptosom (tubuh jangkung)
Sifat khas: badan langsing kurus, rongga dada kecil-sempit pipih, rusuknya mudah
dihitung, perut kecil, bahu sempit, lengan dan kaki kurus, tengkorak kecil, tulang muka
kelihatan jelas, muka bulat telur, dan berat relatif kurang.
2) Athletis (tubuh selaras)

Sifat khas: tulang, otot, dan kult kuat, badan kokoh dan kuat, tinggi cukup, bahu lebar
dan kuat, dad besar dan kuat, perut kuat, panggul dan kaki kuat, tengkorak kuat dan
besar, kepala dan leher tegak, muka bulat telur, dan lebih pendek dari pada tipe
leptosom.
3) Dysplastis
Tipe ini merupakan penyimpangna dari tipe leptosome, athletis, dan piknis.
b. Tipe cycloothim
Tipe kepribadian ini mudah kontak dengan dunia luar, mudah menyesuaikan diri dengan
orang lain, mudah merasakan suka dan duka, dan terbuka. Tipe cycloothim bersifat aktif,
lekas bereaksi dengan emosi yang keras terhadap stimulus dari luar, dan emosi tidak
stabil. Tipe ini dijumpai pada kondisi tubuh piknis atau stenis dengan ciri badan gemuk
dan pendek.
Sifat khas: badan agak pendek, dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar, leher
pendek dan kuat, lengan dan kaki lemah, kepala agak merosot ke bawah, tulang
punggung tampak sedikit melengkung, banyak lemak, serta urat, dan tulang kelihatan
nyata.
3. Menurut G. Heymen
G. Heymen membagi tipe kepribadian seseorang berdasarkan sifat dasar, yaitu:
a. tipe emosionalitas
1) Emosional, mudah tergoyah oleh perasaan sehingga mudah bertindak.
2) Tidak emosional, perasaan sedikit, artinya tidak mudah tergoyah oleh perasaan lain
sehingga tidak mudah bertindak.
b. tipe aktivitas
1) Aktif, dengan dorongan atau motif yang lemah sudah dapat menggerakkan untuk
bertindak.
2) Tidak aktif, dengan dorongan atau motif kuat belum dapat menggerakkan untuk
bertindak.
c. tipe akibat perasaan
1) Primer, respons dan afek hanya bekerja apabila berada pada pusat kesadaran dan
pemikiran.
Sifatnya: banyak bergerak, kurang tekun, tidak tabah, suasana hati berubah-ubah,
daya ingatan kurang, menghamburkan uang, tidak cermat, tidak berprinsip, dan
pendapat berlawanan dengan tindakan.
2) Sekunder, respons dan afek masih tetap bertahan, masa lampau masih tetap
berpengaruh terhadap masa kini, pikiran, perasaan, dan kehendaknya.
Sifatnya: tenang, tekun, suasana hati tetap, bijaksana, ingatan baik, dapat menabung,
suka membantu, menaruh kasian, dapat dipercaya, memiliki pendirian yang tetap,
berkeyakinan, konsekuen, dan konservatif (Sunaryo, 2002).
PERBEDAAN SIFAT DENGAN SIKAP, KEBIASAAN, DAN TIPE KEPRIBADIAN
a. Sifat (trait) dengan Sikap (attitude)
Perbedaan antara pengertian sifat (trait) dan sikap (attitude) sukar diberikan. Bagi Allport
kedua-duanya itu adalah predisposisi untuk berespon, kedua-duanya adalah khas, keduaduanya dapat memulai atau membimbing tingkah laku; kedua-duanya aalah hasil dari
faktor genetis dan belajar. Namun kalau diteliti ada juga perbedaan di antara kedua hal
itu.
1) Sikap (attitude) itu berhubungan dengan suatu obyek, sedangkan sifat (trait) tidak. Jadi
sifat umum daripada sifat ialah bahwa sifat itu hampir selalu lebih besar/luas daripada
sikap; dalam kenyataannya makin besar jumlah obyek yang dikenai sikap itu, maka
sikap makin mirip dengan sifat. Sikap dapat berbeda-beda dari yang lebih khusus ke
yang lebih umum, tetapi kalau sifat selalu umum.
2) Sikap biasanya memberikan panilaian (menerima atau menolak) terhadap obyek yang
dihadapi, sedangkan sifat tidak.
b. Sifat (trait) dengan Kebiasaan (habit)

Sifat (trait) dan kebiasaan (habit) kedua-duanya adalah kecenderungan saling berkaitan,
akan tetapi sifat itu lebih umum, baik dalam situasi yang dicocokinya, maupun dalam
response yang terjelma darinya.
c. Sifat (trait) dengan Tipe
Allport membedakan antara sifat dan tipe. Menurut dia orang dapat memiliki sesuatu sifat,
tetapi tidak dapat memiliki sesuatu tipe. Tipe adalah konstruksi ideal si pengamat, dan
seseorang dapat disesuaikan dengan tipe itu tetapi dengan konsekuensi diabaikan sifatsifat khas individualnya. Sifat dapat mencerminkan sifat khas pribadi sedangkan tipe
malah menyembunyikannya. Jadi bagi Allport, tipe menunjukkan perbedaan-perbedaan
buatan yang tak begitu cocok dengan kenyataan, sedangkan sifat adalah refleksi
sebenarnya daripada yang sebenar-benar ada (Suryabrata, 2002).

Anda mungkin juga menyukai