masing, yang semuanya mengarah pada satu tujuan menjadi makhluk manusia dengan organorgan yang tersusun secara serasi.
Perilaku manusia tidak terlepas dari proses pematangan organ-organ tubuh. Menurut Bimo
Walgito (dalam Sunaryo, 2004) perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat
adanya rangsangan (stimulus), baik dalam dirinya (internal) maupun dari luar individu
(eksternal). Pada hakekatnya perilaku individu mencangkup perilaku yang tampak (overt
behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert behavior atau covert behavior). Jadi perilaku
individu timbul sebagai akibat ineraksi antara rangsangan dan organisme (individu).
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan tersebut
adalah secara setimulan. Menurut Abraham Harold Maslow (dalam Sunaryo, 2004), mausia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu :
a. kebutuhan fisiologis atau biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama. Apabila tidak
b.
c.
d.
e.
Memberi hadiah;
Persaingan yang sehat;
Memperjelas tujuan;
Memberi informasi keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan.
a. Perilaku manusia pada saat membesuk orang yang sedang sakit di rumah sakit, berbeda
dengan perilaku pada saat menghadiri resepsi;
b. Perilaku pada saat taziah (melayat) berbeda dengan perilaku pada saat mengikuti pesta;
c. Perilaku manusia akan berbeda pada saat menghadapi orang sedang marah, sedang
bersenang-senag, sedang tertimpa musibah, sedang belajar, mengikuti seminar, dan
sebaginya.
2. Kelangsungan Perilaku
Kelangsungan perilaku artinya antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan perilaku
yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru lalau, dan seterusnya.
Perilaku pada masa lalu merupakan persiapan bagi perilaku kemudian merupakan
kelanjutan perilaku sebelumnya.
Contohnya:
Seorang mahasiswa D-III keperawatan yang setiap hari mengikuti kuliah, akhirnya luus dan
memiliki kepandaian serta keterampilan di bidang keperawatan, kemudian mendapat
pekerjaan, memperoleh penghasilan, berumah tangga, memiliki keturunan, mendapatkan
cucu, dan seterusnya.
3. Orientasi Pada Tugas
Orientasi pada tugas artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi pada
suatu tugas tertentu.
Contohnya :
a. Seorang mahasiswa yang sedang giat-giatnya belajar untuk menghadapi ujian
semester, pada malam hari perlu tidur agar besok paginya badan terasa segar dan
mampu mengerjakan soal denga baik.
b. Seoarang pegawai/pekerja yang seharian bekerja perlu beristirahat dan perlu
berekreasi. Perilaku itu sebenarnya berorientasi pada tugas dan harus dipenuhi dapat
menghimpun tenaga atau energy kembali sehingga dapat bekerja dengan semangat.
4. Usaha dan Perjuangan
Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri, serta tidak
akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan. Jadi, sebenarnya
manusia memiliki cita-cita (aspiration) yang ingin diperjuangkannya, sedangkan hewan
hanya berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang sudah tersedia di alam.
Contohnya:
Seorang mahasiswa yang akan pergi kuliah ke kampus dengan bus. Calon penumpang
pada saat jam-jam pagi sangat banyak sehingga tiap orang harus berusaha dengan susah
payah untuk dapat naik bus. Walaupun banyak bus yang tersedia, mahasiswa tersebut
hanya akan berusaha naik bus yang tersedia, mahasiswa tersebut hanya akan berusaha
naik bus ke jurusan kampus tempat ia kuliah, sedangkan bus-bus ke jurusan lainnya akan
dibiarkan saja, walaupun bus tersebut penumpangnya tidak sepenuh bus yang akan
ditumpangi.
5. Tiap-tiap Individu Manusia Adalah Unik
Unik berarti bahwa manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda dan tidak ada dua
manusia yang sama persis di muka bumi ini, walaupun ia terlahir kembar. Manusia
memiliki
cirri-ciri,
sifat,
watak,
tabiat,
kepribadian,
motivasi
tersendiri
yang
1. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2, H2O,
cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi
ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya kekurangan O2 yang menimbulkan sesak napas
dan kekurangan H2O dan elektro yang menyebabkan dehidrasi.
2. Kebutuhan rasa aman, misalnya:
a. Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan, dan kejahatan lain;
b. Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan peperangan, dan lain-lain;
c. Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit;
d. Rasa aman memperoleh perlindungan hokum.
3. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya:
a. Mendambakan kasih saying/cinta kasih orang lain baik orang tua, saudara, teman,
kekasih dan lain-lain;
b. Ingin dicintai/mencintai orang lain;
c. Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.
4. Kebutuhan harga diri, misalnya:
a. Ingin dihargai dan menghargai orang lain;
b. Adanya respek atau perhatian dari orang lain;
c. Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya:
a. Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain;
b. Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita;
c. Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha, kekayaan dan lainlain.
A. Motivasi
Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik disadari
ataupun tidak disadari (Drs. Sunaryo,M.Kes, 2002:7).
Contoh:
1. Seseorang mahasiswa belajar degan tekun dan giat karena ada motivasi untuk
memperoleh indeks prestasi (IP) 3,5 (motivasi intrinsik);
2. Seorang mahasiswa termotivasi masuk akademi keperawatan karena melihat keberhasilan
saudaranya yang menjadi perawat (motivasi ekstrinsik).
Cara meningkatkan motivasi berperilaku dapat dilakukan 4 cara sebagai berikut:
1. Memberikan hadiah dalam bentuk penghargaan, pujian, piagam, hadiah, promosi
pendidikan, dan jabatan;
2. Kompetensi persaingan yang sehat;
3. Memperjelas tujuan atau menciptakan tujuan;
4. Member informasi keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, untuk mendorong agar
lebih berhasil.
B. Pengaruh Sikap dan Kepercayaan
Menurut
Buku
Psikologi
Untuk
Keperawatan
(2002:8),
sikap
seseorang
sangat
Adalah factor yang merupakan konsepsi dasar atau muda untuk kelanjutan
perkembangan perilaku makhluk hidup tersebut. Factor genetic berasal dari dalam
individu seperti jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan,
dan intelegensi.
2. Faktor eksogen atau factor diluar individu
Adalah factor yang datang dari luar suatu individu. Factor-faktor tersebut meliputi
factor lingkungan, pendidikan, agama, social ekonomi, dan kebudayaan. Adapun faktorfaktor lainnya yang termasuk dalam factor eksogen yaitu susunan saraf pusat, dan emosi.
1.1.5 Prosedur pembentukan Perilaku
Sebelum diuraikan tentang prosedur pembentukan perilaku maka terlebih dahulu
akan diuraikan tentang macam-macam tanggapan. Menurut Notoatmodjo (1997) dalam
buku Psikologi Untuk Keperawatan, ada 2 macam tanggapan yaitu:
1. Responden Respons
merupakan tanggapan yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau stimulus tertentu
yang menimbulkan tanggapan yang relative tetap. Contohnya cahaya kilat halilintar yang
menimbulkan reflex menutup mata.
2. Operant Respons (instrumiental behavior)
Tanggapan ini timbul dan diikuti oleh perangsang tertentu atau penguat dan memperkuat
tanggapan atau perilaku yang telah dilakukan. Contohnya seorang mahasiswa karena
ketekunannya dalam belajar maka memperoleh IP diatas 3,00, kemudian diberi hadiah
oleh kedua orang tuanya. Karena prestasinya baik maka ia akan lebih giat lagi belajar agar
kelak dapat mendapatkan hadiah lagi.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning, menurut Notoatmodjomo
(1997) dalam Buku Psikologi untuk Keperawatan yang diambil dari pendapat Skinner sebagai
berikut:
1. Langkah pertama: Melakukan pengenalan terhadap sesuatu yang merupakan penguat,
yaitu berupa hadiah.
2. Langkah kedua: Melakukan analisis, dipergunakan untuk mengenal bagian-bagian kecil
pembentuk perilaku sesuai yang diinginkan. Selanjutnya bagian-bagian tersebut
disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya perilaku yang
diinginkan.
3. Langkah ketiga: menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, yaitu:
a. Bagian-bagian perilaku ini disusun secara urut dan dipakai untuk tujuan sementara.
b. Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian tadi.
c. Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah tersusun tersebut.
d. Apabila bagian perilaku pertama telah dilakukan hadiah-hadiahnya akan diberikan,
yang mengakibatkan tindakan tersebut akan sering dilakukan.
e. Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua dan seterusnya sampai terbentuk perilaku
yang diharapkan.
1.1.6 Bentuk Perilaku
Secara garis besar bentuk perilaku ada 2 macam yaitu:
1. Perilaku pasif / respon internal
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, dimana perilaku tersebut terjadi di dalam diri
satu individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Contohnya berfikir, berfantasi,
berangan-anga, mengetahui manfaat KB namun tidak mau mengikuti KB.
2. Perilaku aktif/ respon eksternal
Perilaku yang sifatnya terbuka, dimana perilaku tersebut dapat diamati secara
langsung karena berupa tindakan yang nyata. Contohnya membaca buku, mengerjakan
soal ulangan, seseorang yang menganjurkan orang lain untuk berobat jika sakit, hal
tersebut sama seperti yang telah ia lakukan selama ini.
Menurut Notoatmodjo (1997), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan
terdiri dari empat unsure, yaitu: sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan,
makanan, dan lingkungan.(Notoatmodjo dalam Buku Psikologi untuk Keperawatan,
2002:16)
1. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan denga
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Respon
dapat berupa perilaku aktif ataupun pasif.
2. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit
Perilaku seseorang dimana merasakan sakit karena enyakit yang telah menyerang
a.
b.
c.
d.
3.
penggunaan obat-obatan.
4. Perilaku Terhadap Makanan (nutrition behavior)
Perilaku ini adalah respons seseoarang terhadap makanan yang meliputi pengetahuan,
persepsi, sikap dan praktik terhadp makanan serta unsure-unsur yang terkandung
dalam makanan tersebt sesuai dengan kebutuhan tubuh kita.
5. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan (environmental behavior)
Perilaku ini adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai factor penentu
kesehatan manusia.
1.1.7 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Menurut Drs. Sunaryo,M.Kes (2002:18), perilaku kesehatan (health behavior), yaitu
perilaku manusia yang berkaitan dengan health promotion, health prevention, personal
hygiene, memilih makanan, dan sanitasi. Sedangkan perilaku sakit (illness behavior), yaitu
setiap aktivitas yang dilakukan oleh orang sakit untuk mengenai keadaan kesehatan atau
rasa
sakitnya,
pengetahuan
dan
kemampuan
individu
untuk
mengenal
penyakit,
pengetahuan dan kemampuan individu tentang penyebab penyakit, dan usaha-usaha untuk
mencegah penyakit. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas
individu yang sedang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Biasanya seseorang yang sedang sakit akan memiliki perasaan takut misalnya saja
takut akan penyakitnya yang tidak akan sembuh, takut mati, takut mengalami kecacatan
dan takut tidak mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga merasa diisolasi.
1. Perilaku Orang Sakit dan Perilaku Orang Sehat
Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang
sakit agar memperoleh kesembuhan. Sedangkan perilaku sakit menurut Suchman adalah
tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari
timbulnya gejala tertentu. Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatanny, termasuk pencegahan penyakit, perawatan
kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
2. Penyebab perilaku sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa penyebab
sakit itu sebagai berikut:
a. Dikenal dan dirasakannya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
b. Gejala penyakit akan menimbulkan dampak terhadap hubungan dengan keluarga,
hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
A.1 Pengertian
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai cakupan
yang sangat luas. Dari sudut biologis, Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri
(Soekidjo, 1993 dalam Sunaryo, 2004). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Contohnya: Cahaya kilat halilintar menimbulkan reflex menutup mata.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Dari sudut operasional, perilaku adalah suatu respon organism seseorang terhadap
rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, 1993 dalam Sunaryo, 2004).
A.2 Ciri-ciri Perilaku Manusia
1. Kepekaan Sosial artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai
pandangan dan harapan orang lain. Sikap manusia akan berbeda-beda atau berubah sesuai
dengan kondisi yang mendukungnya atau berbeda pula. Contohnya: Perilaku manusia akan
berbeda ketika menghadapi orang yang sedang marah dengan orang yang sedang gembira.
2. Kelangsungan Perilaku artinya perilaku manusia berkesinambungan antara yang satu ada
kaitannya dengan perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru
lalu, begitu seterusnya. Contohnya: manusia lahir kemudian bisa
3. Orientasi pada tugas artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi pada
suatu tugas tertentu. Contohnya: seorang mahasiswa belajar untuk menempuh ujian. Tetapi,
dia butuh istirahat agar keesokan harinya badan dan pikiran tetap segar dan siap untuk
mengahadapi ujian.
4. Usaha dan perjuangan. Usaha dan perjuangan manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri,
serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan
memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan.
A.3 Proses Pembentukan Perilaku
Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis: merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2, H2O, cairan elektrolit,
makanan, dan sel.
b. Kebutuhan rasa aman: Rasa aman untuk terhindar dari rasa sakit, konflik, pencarian dan
memperoleh perlindungan hukum.
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai: mendambakan kasih sayang, ingin dicintai dan ingin
diterima oleh kelompok tempat ia berada.
d. Kebutuhan harga diri: ingin dihargai dan menghargai orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri: ingin dipuja, ingin sukses dan ingin menonjolkan diri lebih dari
orang lain.
A.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
A.4.a Faktor intgenetik
Faktor genetik merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan
perilaku makhluk hidup, seperti ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat
pembawaan, inteligensi.
A.4.b Faktor dari Luar Individu
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan keseluruhan adalah proses total dimana semua komponen terlibat dan
ditandai dengan kelangsungan dan perubahan hubungan antar komponen tersebut.
Lingkungan adalah sesuatu yang aktif dan proses yang berlanjut atas dasar partisipasi
komponennya
dan
dinyatakan
oleh
hubungan
diantaranya
yang
bebas/alami
3. Perilaku
kesehatan
lingkungan
adalah
apabila seseorang
merespon
lingkungan,
baik
analisis
ini
dapat
dilihat
dari
penggunaan
kata
kerja,
seperti
dapat
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyususun,
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan Justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang
telah ditentkan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulasi atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi
yag bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 1993).
Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya : sikap orang terhadap lingkungandapat dilihat dari kesediaan dan perhatian
orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang lingkungan.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban, apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi
menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa
si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi.
Psikomotor
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap
menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan
(Notoatmojo, 19993).
Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoptioan)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah berkembang dengan baik, artinya tindakan
itu sudah di modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tingkat tersebut.
B. TEORI PERILAKU MANUSIA
B.1 Teori Psikoanalitik
Teori ini pertama kali muncul sekitar abad 19, yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939).
Freud saat menangani pasien Neurotik atau pasien yang mempunyai ciri mudah cemas,
disebabkan oleh konflik yang terjadi pada saat seseorang masih amat kecil, kemudian
depresi/ditekan (didorong masuk dari kesadaran kea lam tak sadar). Hal yang diukur adalah
perilaku berasal dari proses yang tidak disadari. Teori ini secara tegas memperhatikan struktur
jiwa manusia. Perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi subsistem dalam kepribadian
manusia.
Contoh: Seorang anak yang melihat orang tuanya selalu bertengkar dan akhirnya berpisah
sehingga anak mengalami deperesi dan tidak bisa memposisikan dirinya terhadap orang tuanya.
Anak mempunyai kebiasaan memukul dan juga memainkan benda-benda tajam. Sebagai
perawat sebaiknya memfasilitasi anak untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan dan
mengajarkan tingkah laku yang sesuai dengan situasi kepada anak tersebut dengan berbagai
cara seperti permainan peran (role playing) dan member kesempatan bagi individu untuk
melatih respon.
B.2 Teori Behavioral
Behaviorisme adalah sebuah aliran yang didirikan John B Watson (1878-1978) pada tahun
1913 yang berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif dalam arti harus
dipelajari sebagaimana ilmu pasti atau ilmu alam. Teori ini terkenal dengan eksperimen operant
conditioning dengan tikus. Aliran behaviorisme menganalisa perilaku yang nampak saja yang
dapat diukur dilukiskan dan diramalkan. Teori ini terkenal dengan teori belajar, karena menurut
mereka perilaku manusia adalah hasil belajar. Efek yang diukur adalah efek lingkungan terhadap
perilaku yang tampakl pada manusia dan binatang. Dasar pemikiran dari pengamatan terhadap
kejadian-kejadian (hubungan stimulus-respon) yang bisa dipelajari secara ilmiah.
Behaviorisme mempersoalkan bagaimana perilaku manusia dikendalikan oleh factor-faktor
lingkungan.
Contoh: Pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pengetahuan ibu
terhadap gizi buruk pada balita.
B.3 Teori Kogntif
Manusia dalam konsepsi psikologi kognitif adalah mahkluk yang aktif mengorganisasikan
dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens). (Sosiawan). Artinya manusia adalah
makhluk yang berpikir dan tidak pasif dalam merespon lingkungannya serta berusaha memahai
lingkungannya. Lebih tegasnya bahwa manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan
bahkan mendistorsi lingkungannya. Dasar pemikirannya adalah perilaku manusia tidak dapat
dipahami secara keseluruhan tanpa mengetahui bagaimana ia memperoleh, menyimpan dan
memproses informasi.
Contoh: Setiap perawat harus melihat setiap saat kondisi pasiennya. Perawat melayani pasien
untuk pemulihan dan kesembuhan kondisi pasien. Dengan menyediakan lingkungan yang bersih
yang bersih, pencahayaan yang cukup sebagai proses penyembuhannya.
B.4 Teori Humanistik
Manusia menurut konsepsi psikologi humanistik adalah mahkluk aktif alam merumuskan
strategi transaksional sengan lingkungannya (homo ludens). Teori ini mempunyai pandangan
bahwa tiap-tiap individu di pengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Efek yang diukur adalah keunikan
pengalaman manusia. Teori ini menyatakan bahwa manusia akan dapat mengaktulisasikan diri
dan percaya diri, manakala kebutuhan akan makanan, kesehatan, rasa aman, dan diterima
dalam suatu kelompok.
B.5 Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
B.6 Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi
dari :
1. Niat
seseorang
untuk
bertindak
sehubungan
dengan
kesehatan
atau
perawatan
3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut
kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik
lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia
B.8 Teori Orem
Menurut
Orem
asuhan
keperawatan
dilakukan
dengan
keyakinan
bahwa
setiap
orang
mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal dengan teori self
care (perawatan diri). Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia
dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Pasien
merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan).
KONSEP DIRI
A.
Dalam hal ini banyak para ahli yang menjelaskan tentang konsep diri. Konsep diri adalah semua
ide,
pikiran,
kepercayaan
dan
pendirian
yang
diketahui
individu
tentang
dirinya
dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998, dalam
duniapsikologi.com/salbiah/konsep-diri.pdf). Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya
secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual, sosial dan spiritual (Willian dan Rawlin, 1986,
dalam duniapsikologi.com/salbiah/konsep-diri.pdf). Sedangkan menurut Suyarno (2004) konsep
diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkutkan fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual. Dari ketiga pengertian konsep diri yang dikemukakan oleh para
ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang
tentang dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis, yang diperoleh melalui
interaksi dengan orang lain. Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan dan konsisten
pada seseorang. Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat kestabilan yang tinggi dan
membangkitkan perasaan negative atau positif yang ditunjukan pada diri. Dan berdasarkan
pengetian-pengertian tersebut, konsep diri adalah kombinasi dinamis yang dibentuk selama
bertahun-tahun dan didasarkan pada hal berikut:
B.
komponen didalamnya. Dimana dalam konsep diri terdapat lima komponen, kelima komponen
tersebut meliputi citra tubuh, harga diri, ideal diri, peran, dan indentitas diri. Penjelasan tentang
kelima komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Citra
tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal.
Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi
oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari
pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).
Citra tubuh berhubungan dengan kepribadian seseorang. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap
dirinya, manerima dan mengukur bagian tubuhnya akan
rasa
cemas
dan
meningkatkan
harga
(Keliat,
1992,
dalam
kesukses
dalam
kehidupan.
Dibawah
ini
ada
beberapa
faktor
dapat
yang
beberapa stresor yang dapat mengganggu citra tubuh. Stresor-stresor tersebut dapat berupa:
1. Operasi.
Operasi dapat mengganggu citra tubuh seseorang karena operasi yang dilakukan pada
orang tersebut dapat mengubah penampilan orang tersebut. misalnya saja amputasi, dimana
suatu individu kehilangan salah satu angota tubuhnya sehingga individu tersebut merasa
tidak sempurna dan minder.
2. Kegagalan fungsi tubuh.
Kegagalan fungsi tubuh yang dimaksud dalam masalah ini yaitu sepertu tuli, bisu, buta,
dan masik banyak lagi. Hal tersebut mengakibatkan depersonlisasi yaitu tidak mengkui atau
asing dengan bagian tubuh, dimana hal tersebut juga sering berkaitan dengan fungsi saraf.
3. Perubahan tubuh berkaitan (tumbuh kembang)
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan
pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya
dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati
perubahan tubuh yang tidak ideal.
4.
Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas,
dan kultur. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat (Sunaryo. 2004). Peran dibagi menjadi dua bagian yaitu
peran yang ditetapkan dan peran yang diterima. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana
seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau
dipilih oleh individu. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Selain itu, dalam peran kita juga bisa mengenal stress
peran. Dimana stress peran terjadi karena adanya konflik peran yang tidak jelas dan peran yang
tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di
lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 (duniapsikologi.com/salbiah/konsep-diri.pdf) adalah :
1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.
2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran.
Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik yang
sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya
disebut dengan transisi peran.
peran yang terjadi pada suatu individu. Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat
ditandai dengan tanda dan gejala, seperti :
1. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran
2. Mengingkari atau menghindari peran
3. Kegagalan trnsisi peran
4. Ketegangan peran
5. Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran
6. Proses berkabung yang tidak berfungsi
7. Kejenuhan pekerjaan.
5. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan
penilaian, sebagai sintesis aspek konsep diri dan menjadi kesatuan yang utuh (Sunaryo, 2004).
Dalam identitas diri ada hal-hal penting yang terkait dengan identitas diri, hal-hal penting
tersebut yaitu:
a. Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri.
b. Individu yang memilki perasaan identitas diri kuat akan memandang dirinya tidak sama
dengan orang lain, unik, dan tidak ada duanya.
c. Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi.
d. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri, kemampuan, dan
pengusaan diri.
e. Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya (Sunaryo, 2004).
Cirri-ciri identitas diri adalah sebagi berikut.
a. Memahami diri sendiri sebagai organism yang utuh, berbeda dan terpisah dari orang lain.
b. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
c. Mengakui jenis kelamin sendiri.
d. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
e. Memandang berbagi aspek dalam diri sebagai sesuatu kerahasian dan kesehatan.
f. Mempunyai tujuan hidup yang berniali dan dapat direalisasikan (Sunaryo, 2004).
C. Stressor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Selye (1956) menyatakan bahwa stress adalah kehilangan dan kerusakan normal dari
kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses
normal dari kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stressor. Stressor konsep diri
adalah segala perubahan nyata atau yang diserap yang mengancam identitas, citra tubuh, harga
diri, atau perilaku peran.
Stressor identitas selama masa remaja mencakup harapan tentang orang lain untuk
persiapan karier dan kemandirian, untuk mengatasi seksualitas seseorang, membuat pilihan
tentang hubungan dan peran; stressor ini dapat menimbulkan kebingungan identitas.
Stressor citra tubuh (gambaran diri) mencakup perubahan dalam penampilan fisik,
struktur atau fungsi yang disebabkan oleh perubahan perkembangan normal atau penyakit.
Stressor harga diri meliputi perubahan perkembangan dan hubungan, penyakit (terutama
penyakit kronik yang melibatkan perubahan dalam aktivitas normal), pembedahan, dan
kecelakaan serta respon individu lain terhadap perubahan individu yang diakibatkan oleh
kejadian ini.
Stressor peran mencakup konflik peran, ambiguitas peran, ketegangan peran, dapat
berasal dari harapan peran yang tidak jelas atau berkonflik dan diperberat oleh efek penyakit
(Potter dan Perry, 2005).
D. Intervensi Keperawatan
Penerimaan perawat terhadap
klien
dengan
perubahan
konsep
diri
membantu
menstimulasi rehabilitasi yang positif. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu
klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan
bawah sadar perawat. Perawat harus mengkaji diri mereka sendiri secara jujur sebelum mereka
dapat mulai memahami bagaimana mereka mempengaruhi klien mereka baik dengan kata-kata
atau tindakan.
Perencanaan dan implementasi intervensi keperawatan untuk klien dengan gangguan
konsep diri dapat dilakukan dengan cara:
Meningkatkan kesadaran diri klien
Mendorong eksplorasi diri klien untuk membantu klien dalam evaluasi diri
Membantu klien merumuskan tujuan dalam upaya adaptasi
Membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Potter dan Perry, 2005)
LA2
TEORI KEPRIBADIAN
1.1
yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsang yang
berassal dari luar maupun dalam. Sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu
kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu. Setiap orang pasti memiliki kepribadian yag
berbeda-beda.
Teori kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain
berkaitan mengenai tingkah laku manusia. Teori kepribadian memiliki fungsi deskriptif dan
prediktif.
Boeree (2005 : 29) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori
kepribadian, yaitu :
1. Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir
sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama;
2. Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua;
3. Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga.
Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu :
Psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis.
a. Teori Psikoanalisis
Teori
Psikoanalisis
dikembangkan
oleh
Sigmund
Freud.
Sebagai
aliran
psikologi,
Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious),
prasadar (preconscious),dan tak sadar (unconscious). Kemudian, Freud juga menyatakan
bahwa struktur kepribadian manusia itu terdiri dari 3 aspek, yaitu Id, Ego dan Super ego.
Teori freud ini menyatakan bahwa individu melewati tahap psikoseksual (fase oral, anal, falik,
laten dan genital).
b. Teori Psikologi Individual
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937).
Menurut Adler, manusia merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial.
Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat
utama
kesehatan
jiwanya.
Berdasarkan
paradigma
tersebut,
kemudian
Adler
Dinamika kepribadian
Kepribadian dan belajar
Hakikat toeri Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru,
menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu dan mampu, dst.
Menurut Skinner, kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan
tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan lingkungannya. Cara yang
efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan
(reinforcement).
e. Teori Kepribadian Humanistik
Tokoh yang memperkenalkan adalah Abraham Maslow.
Pokok-pokok teori:
1. Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai
kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa
dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan dan tiap
bagian akan mempengaruhi bagian yang lain.
2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri.
3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain
dari sebelumnya (becoming).
4. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral.
Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari
lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
5. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi
sebagai berikut (Boeree, 2004)
(1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
(2) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
(3) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
(4) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
(5) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
f. Teori Fritz Kunkel
Fritz berpendapat bahwa dinamika kehidupan jiwa disebabkan adanya dua dorongan pokok
yang saling bertentangan, yaitu:
Dorongan keakuan dan dorongan kekitaan. Dorongan keakuan dan kekitaan pada setiap
individu berbanding terbalik, artinya makin besar dorongan keakuan maka makin kecil
dorongan kekitaannya, begitu juga sebaliknya.
g. Teori Ludwig Klages
Menurutnya, tingkah laku individu terbentuk karena adanya dua kekuatan, yaitu kekuatan
pendukung dan kekuatan penghambat. Dua kekuatan tersebut terwujud dalam temperamen
dan perasaan. Perasaan ada dua, yaitu perasaan afek dan suasana perasaan. Perasaan afek:
senang,
kecewa,
galau,
sedangkan
suasana
perasaan,
misalnya:
sedih,
rindu,dll.
Temperamen dan perasaan akan bisa menjadi kekuatan pendukung ataupun penghambat
bagi setiap individu, tergantung pada individu tersebut bagaimana menyikapi hal yang
sedang dirasakannya.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
1. Menurut Freud, struktur kepribadian manusia terdiri atas aspek
yang sifatnya majemuk dari tanggapan-tanggapan yang kita tunjukkan sebelumnya ( Puji,
2010 ).
Setiap orang berdasarkan teori Kepribadian Jung, memiliki Ego, Persona dan
kompoknen lain dari Psyche, masing-masing dengan karakter kepribadian individual.
Sekalipun demikian, ada kesamaan di antara individu yang berbeda tersebut yang dapat
ditarik benang merahnya untuk membentuk suatu dimensi. Setiap orang memiliki potensi
atas semuanya itu, tetapi dengan derajat atau tingkat yang berbeda-beda. Satu atau dua
unsure bisa jadi merupakan cara yang dominan atau menonjol bagi seseorang dalam
memandang atau menghadapi dunia (luar) nya ( Puji, 2010 ).
3. Teori Adler ( 1870-1937)
Adler adalah bapak individual psykologie. Beberapa catatan penting terkait teori
Adler, yaitu :
a. Bahwa manusia sebagai makhluk sosial, bertingkah laku karena adanya dorongandorongan sosial bukan karena dorongan seksual ( Freud) dab bukan juga karena
dikuasai oleh archetypus yang dibawa sejak lahir ( Jung ).
b. Konsep diri yang kreatif.
c. Keunikan kepribadian individu, yaitu indivisualitas, atrinya adalah bahwa setiap orang
adalah konfigurasi yang unik dari sekap, minat, sifat, dan nilai yang menentukan gaya
hidup berbeda.
d. Kesadaran sebagai pusat kepribadian (Sunaryo, 2004).
Unntuk mengerti kepribadian individu, harus berpedoman pada pengertian tentang
individualitas, finalisme fiktif, rasa rendah diri, superioritas dan kompensasi, gaya hidup,
dan diri yang kreatif.
Teori psikologi individual Adler ini, memang lebih banyak berupaya menyadarkan
manusia, bahwa ia merupakan mahluk yang berdaya dan memiliki rasa sosial yang dalam,
sehingga itu pulalah ia dapat survive dalam menjalani hidup. Teori ini pula, memiliki
kekuatan dalam hal memprediksi perilaku manusia melalui tujuan semu atau akhir dari
perilaku yang diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran dari diri
manusia tersebut. hal ini sangat menarik karena merupakan pandangan yang kami kira
sangat positif dan futureristik, dan hal ini tentunya dapat membangkitkan semangat dan
gaya hidup manusia dalam melakukan aktivitas ( Zulkifli, tidak ada tahun).
4. Teori Fritz Kunkel
Pendapat Fritz Kunkel menyangkut dua dorongan pokok, termometer penilaian diri,
apersepsi bertendensi dan dresat, umfinalisierum, serta lingkarang setan dan proses
pencerahan (Sunaryo, 2004).
a. Dua Dorongan Pokok
Dinamika kehidupan jiwa disebabkan adanya dua dorongan pokok yang saling
bertentangan yaitu :
1) Dorongan keakuan, yaitu dorongan yang mengabdi kepada aku ( diri sendiri).
2) Dorongan kekitaan, yaitu dorongan untuk mengabdi kepada kita ( dunia luar
dirinya-umum).
Disini berbanding terbalik antara besarnya dorongan keakuan dengan dorongan
kekitaan. Jadi bila dorongan keakuannya besar, maka dorongan kekitaanya kecil,
begitu pula sebaliknya.
b. Termometer penilaian
Hubungan antara dua dorongan pokok dalam diri manusia dapat digambarkan dalam
termometer penilaian diri.
c. Apersepsi Bertendensi dan Dresat
Apersepsi bertendensi adalah sebuah pemikiran dimana pemikiran ini akan
mengarahkan seseorang ke arah penyimpangan. Apersepsi betendensi ini lebih
mengarahkan seseorang untuk hidup individualistis, dan bila berkelanjutan akan
mengarah ke dresat. Dresat memandang suatu hal yang tidak dapat di ubah ( di
ganggu
gugat
),
sifatnya
memaksa,
dan
mendorong
seseorang
ke
arah
ketidakberanian.
Contoh :
1. Aku tidak bisa melakukannya
2. Semua laki-laki itu pembohong
d. Umfinalisierung
Perilaku yang tidak semestinya dimana perilaku ini dilakukan bukan utuk
mencapai kesempurnaan tetapi untuk menarik simpati dari orang lain demi
kepentingan akunya. Sebagai contoh seorang anak mencoret-coret tembok rumah
bukan demi melatih kesempurnaan melukis tetapi demi menarik perhatian orang
tuanya.
e. Lingkaran Setan dan Proses Pencerahan
Lingkaran setan adalah suatu rasa takut yang mengikat seseorang dimana
karena tidak memiliki rasa berani, mengakibatkan seseorang rendah diri. Dari sini
akhirnya seseorang memiliki kompensasi yang tinggi terhadap dirinya. Hal ini
menyebbkan tantangan yang harus dia hadapi semakin besar dan semakin sulit.
Proses pencerahan timbul setelah seorang individu menyadari kesalahannya.
Dalam buku Psikologi untuk Perawat (Sunaryo, 2004) Ada tiga fase dalam proses
pencerahan, yaitu sebagai berikut.
1. Fase untuk mendapatkan pengertian yang tentang doro sendiri.
2. Fase berani menghadapi kenyataan hidup yan sewajarnya, fase mengakui
kesesatan diri, fase meniadakan sikap menolak kepada nasib sendiri.
3. Fase berani mengatasi kesukaran hidup secara wajar sehingga terjadi
perubahan radikal dari sikap hidup yang keakuan ke kekitaan.
5. Ludwig Klages
Menurut Ludwig, perilaku manusia terbentuk karena 2 kekuatan yaitu kekuatan
pendorong dan penghambat.
a. Tempramen merupakan sifat dari kepribadian
b. Perasaan
1) Inner activity merupakan kegiatan batin, suara hati, insan kamil. Kekuatan yang
membedakan antara keinginan dari dalam hati ( perasaan).
2) Corak perasaan merupakan taraf-taraf suatu kejelasan.
Perasaan dibedakan menjadi afek, yaitu adanya keinginan yang kuat dalam
perasaan dan suasana perasaan ( stimung), yaitu perasaan yang lebih menonjolkan
warna atau corak tertentu.
Fungsi perasaan ada dua, yaitu fungsi ekspansif arahnya ke luar dan depresif
yang arahnya ke dalam.
Sifat perasaan ada tiga macam yaitu sebagai berikut.
a) Pasif, terdapat rasa terharu dan takjub serta memungkinkan daya
penerimaan yang besar sekali.
b) Aktif, yaitu bekerja adalah
nafsu
kebencian
dan
seksual,
serta
fakta
yang
dapat
Struktur ruang hidup adalah heterogen sehingga antara pribadi dan lingkungan
psikologisnya selalu terdapat diferensiasi yang mencakup pribadi yang diferensiasi,
lingkungan psikologis berdiferensiasi, dan banyaknya daerah (Sunaryo, 2004).
d. Dimensi ruang hidup
Teriri dari dimensi waktu dan dimensi realias-irealitas. Dimensi waktu adalah
keaktualan, dimana yang dapat mempengaruhi tingkah laku masa kini adalah sikap,
perasaan, dan pikiran masa lalu dan masa yang akan datang. Sedangkan dimensi
realitas di dalamnya berisi kebenaran yang nyata, dan dimensi irealitas berisi
kebenaran yang khayal.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1.1
Definisi Kepribadian
a. Suatu organisasi psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan tingkah laku
yang khas ( unik) dari orang tersebut (ALLPORT).
b. Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak
di dalam tingkah lakunya yang unik.
1.2 Tahap Perkembangan Kepribadian Menurut Freud
a. Tahap Oral (mulut)
Tahapan ini berlangsung selama 0-1 tahun. Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua
macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi
banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari
inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah
memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang
mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah
menelan apa saja yang dikatakan orang lain.
b. Tahap Anal
Tahapan ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Kenikmatan akan dialami anak dalam
fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang
bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari. Kepuasan ada pada anal
terutama pada saat eliminasi dasar belajar toilet training. Dari segi kepribadian bila anak
dididik dengan sikap keras maka anak akan menjadi kurang bebas, kurang berani, tertekan.
Apabila anak dididik dengan kasih sayang , dan memuji maka anak akan memperoleh pengertian
yang baik.
c. Tahap Phallic
Tahapan ini berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun. Tahap ini sesuai dengan nama genital
laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak
wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi
penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan
mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua
yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis
kelamin dengannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai
keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan
kenikmatan pada ibunya.
d. Tahap Latent
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap
yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini
seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
e. Tahap Genital
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan
dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini,
sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.
1.3. Perkembangan Kepribadian Menurut Allport
1.3.1 Kanak - Kanak
1. Belum memiliki kepribadian
2. Anak merupakan makhluk yang mempunyai tegangan-tegangan dan perasaan enak atau
tidak enak.
3. Anak telah menunjukkan perbedaan-perbedaan kwalitet. Misal : perbedaan ekspresi
emosional.
4. Anak menunjukkan sifat-sifat yang khas.
1.3.2 Transformasi Kanak-Kanak
1
Manusia adalah organisme yang pada waktu lahir adalah makhluk biologis, lalu
berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang , struktur-struktur sifatnya
meluas dan merupakan inti dari tujuan-tujuan dan aspirasi masa depan.
3.
1.
2.
Self objectification
Filsafat hidup
1.4
perkembangan
terjadi
pada
masa
bayi
(lahir
hingga
12-18
bulan).Bayi
mengembangkan perasaan nyaman pada suatu tempat yang baik dan aman. Perasaan nyaman
secara fisik dan sejumlah harapan yang akan terjadi keesokan harinya atau dikemudian hari.
Pada masa tahapan ini peranan orang tua sangat di butuhkan untuk cepat tanggap dan peka
terhadap setiap kejadian yang di alami si bayi. Jika si bayi sudah merasa nyaman dan aman akan
memiliki rasa percaya kepada dunia luar maupun diri sendiri.
Contoh:
Anak akan menangis saat tau dirinya tidak ada di pelukan ibunya karena ia merasa asing
dengan orang yang menggendongnya.
Anak yang sadar bahwa ibunya tidak ada disampingnya saat ia bangun tidur ia akan
menangis tetapi saat ibunya menggendongnya ia akan kembali tenang, karena ia sudah
merasa terbiasa dengan pelukan ibunya.
2.
Tahap ini menumbuhkan inisiatif anak pada masa awal anak masuk sekolah atau taman kanakkanak (play group), suatu masa untuk mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk
mengatasi tantangan-tantangan dan tanggung jawab. Anak akan lebih kreatif dan secara fisik
akan lebih seimbang maupun kejiwaannya. Ditambah lagi jika orang tua mampu memberikan
dorongan dan mengasah kemampuan dalam berkreativitas atau membantu anak untuk
melaksanakan tugasnya, dan jika orang tua tidak memberikan dorongan atau tidak membantu
anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya ataupun orang tua terlalu keras mendidik dengan
banyak hukuman saat anak sedang berusaha menunjukkan dirinya bahwa ia bisa atau pun ia
ingin, maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah dan tidak ingin mencoba
sesuatu yang baru.
Contoh:
1. Saat anak melihat pensil warna tergeletak ia akan mengambilnya dan mencoret-coret
tembok. Orang tua yang melihatnya langsung memberikan buku gambar agar ia tidak
mencoret-coret tembok dan agar anak terbiasa menggambar di buku gambar.
yang
sering
berkumpul
atau
pun
berorganisasi
padahal
ia
berhal
melakukannya.
5.
6.
untuk
masuk
kedalam
hubungan
yang
menyenangkan
serta
akrab
menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup ( menutup diri ).
dapat
Contoh:
1. Orang yang senang mengikuti organisasi kebanyakan dari mereka lebih mudah
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan mudah, karena ia sudah terbiasa
berkomunikasi ataupun berhadapan dengan orang banyak yang menjadikan ia terbiasa
berbaur dengan sesuatu hal yang baru.
2. Orang yang pendiam bukan berarti tidak dapat berorganisasi tetapi kebanyakan dari
mereka tidak bisa mencairkan suasana dalam suatu suasana, mereka takut di anggap sok
kenal atau jika ingin membaur terkadang tidak tau bagaimana cara yang tepat.
7.
8.
dalam
hidup.
Sedangkan
keputusasaan
tertentu
menghadapi
perubahan-
2. Seorang karyawan suwasta merasa was-was karena ia belum memiliki tunjangan hari tua.
1.5
lain.
badan
yang dominan
Chole
prinsip
Tipe
ciri
Tegangan
Kolerik
tipe
biasanya
tetapi
Hidup
tingkat
keras,
keterbukaannya
Melanchole
Phlegma
sanguinis
lebih
(besar
terbakar,
semangat),
hatinya
mudah
daya
juang
besar, optimis
Mudah kecewa, daya juang
Penegasa
Melankol
Sanguin
Tipe
yang
n rididity
ik
Plastisitas
Phlegma
tipe
tertutup yang sangat
Tidak
tic
diam
(kalem,
ekspansivi
Sanguini
tas
terbuka
haluan, ramh
paling
suka
buru-buru
tenang),
tidak
Kretschmer (1888-1964) dalam Sujanto, 1995 menggolongkan manusia atas dasar bentuk
tubuhnya menjadi empat tipe dengan ciri-ciri kepribadian yang berhubungan dengannya, antara
lain.
1. Piknis, bentuk badanya: agak pendek, dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar, leher
pendek dan kuat, lengan dan kaki sedikit lemah, kepala agak merosot ke muka diantara kedua
bahu sehingga bagian atas dari tulang punggung tampak sedikit melengkung dan banyak
lemak. Seseorang yang yang memiliki sifat ini, cenderung bersifat ekstrovert yaitu suasana
hati yang cenderung buerubah-rubah, suka bergaul dan memiliki banyak teman.
2. Asthenis, bentuk badanya: badan langsing, kurus, rongga dada kecil sempit pipih, tulang rusuk
mudah dihitung, perut kecil, bahu sempit, tengkorak kecil, tulang muka kelihatan jelas, berat
relative kurang, mukanya sempit dan anggota badanya panjang-panjang. Seseorang yang
yang memiliki sifat ini, cenderung bersifat introvert yaitu suasana hati yang cenderung tetap
atau tidak goyah, sukar bergaul dan tidak banyak kawan.
3. Atletis, bentuk badannya: campuran antara piknis dan astenis. Seseorang yang yang memiliki
sifat ini, cenderung bersifat introvert yaitu suasana hati yang cenderung tetap atau tidak
goyah, , sukar bergaul dan tidak banyak kawan.
4. Displastis, bentuk badannya: besar dan tinggisekali atau pendek dan kecil. Seseorang yang
yang memiliki sifat ini, cenderung bersifat introvert yaitu suasana hati yang cenderung tetap
atau tidak goyah, , sukar bergaul dan tidak banyak kawan.
2.3 Perbedaan kepribadian, watak dan Tabiat
Kepribadian, watak dan tabiat ketiganya ini sulit untuk dibedakan namun sebenarnya dari
ketiga kata ini memiliki perbedaan antara lain.
1. Kepribadian (personality)
Kepribadian ialah dimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lain
(Sunaryo, 2004). Dengan kata lain suatu kualitas seseorang yang menyebabkan ia disenangi
atau tidak disenangi oleh orang lain.
2. Watak (karakter)
Watak ialah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan
sehingga orang tersebut bertindak. Jadi dimaksudkan bahwa kepribadian seseorang
menunjukkan tindakan akibat kemauan yang teguh dan kokoh maka seseorang tersebut
dinamakan berwatak.
Menurut Sumadi, 1985 keseluruhan atau totalitas kemungkinan bereaksi secara emosional
dan valisional seseorang terbentuk selama hidupnya oleh unsure dari dalam (keturunan) dan
unsur-unsur dari luar (pendidikan pengalaman).
Menurut Alllport, 1937 bahwa kepribadian dan watak adalah satu dan sama, tetapi
dipandang dari segi berlainan. Apabila seseorang akan mengenakan norma-norma yang
berarti penilaian lebih tepat dipergunakan istilah watak. Apabila tidak mengadakan penilaian
sehingga menggambarkan apa adanya tentang diri seseorang maka itulah kepribadian.
3. Tabiat (temperamen)
Tabiat adalah kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badaniah. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa tabiat adalah konstitusi kejiwaan. Menurut Allprt yang dikutip oleh
Sumadi Suryabrata (1985) temperamen adalah gejala karakteristik dari sifat emosi individu,
termasuk mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan dan kecepatannya bereaksi,
kualitas kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas, serta bergantung pada factor
konstitusional yang karenanya berasal dari keturunan. Jadi temperamen sifatnya turun-temurun
dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Aspek-aspek temperamen antara lain.
a. Motalitas (kegesitan atau kelincahan) ditentukan oleh otot, tulang dan saraf perifer.
Contohnya: -orang bekerja dengan lincah dan gesit
-orang bekerja dengan tenang.
b. Vitalitas (daya hidup) lebih ditentukan oleh hormonal dan syaraf otonom. Contonya: orang
dengan vitalitas tinggi, baru bangun pagi ia sudah penuh gaira dan memiliki rencana.
c. Emosionalitas (daya rasa) lebih ditentukan oleh keadaan neurohormonal dan saraf pusat.
Contohnya: bila ada sesuatu yang menakutkan, seseorang bereaksi sepontan secara
emosional.
SIFAT, SIKAP, KEBIASAAN,TIPE
SIFAT
Sifat didefinisikan sebagai struktur neuropsikis yang memiliki kapasitas untuk menjadi
banyak stimulus ekuivalen secara fungsional, dan memulai serta membimbing tingkah laku
adaptif dan ekspresif yang ekuivalen (yang konsisten dari segi maknanya (Allport, 1951: 347).
Disposisi pribadi atau sifat morfogenik didefinisikan sebagai struktur neuropsikis umum (yang
khas bagi individu) dengan kapasitas menjadikan banyak stimulus secara fungsional ekuivalen
dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk konsisten (ekuivalen) tingkah laku adaptif dan
stilistik.
Dengan kata lain sifat merupakan sesuatu yang telah melekat di dalam diri seseorang dan
merupakan bagian yang khas dari seorang individu. Sifat terbentuk karena dipengaruhi faktor
keturunan, lingkungan, maupun psikis. Dari faktor keturunan, karena individu awal pembentukan
jati diri adalah di dalam keluarga. Semenjak bayi, manusia selalu berusaha untuk menirukan apa
pun yang berada disekitarnya. Figur yang pertama kali dilihat adalah figur ibunya karena ibulah
yang mengandung dan merawat sejak di dalam kandungan. Sehingga menjadikan seorang ibu
memiliki kontak batin yang sangat kuat dengan ibunya, jika ibunya memiliki sifat yang lemah
lembut, maka sifat itu akan menurun kedalam kepribadiannya. Sang anak pun akan memiliki
sifat yang sama dengan ibunya. Jadi sifat seseorang dipengaruhi oleh keturunan. Sedangkan
faktor lingkungan, seorang individu memiliki interaksi dengan lingkungan sosial, setelah anak
mendapat cukup bekal yang baik dari lingkungan keluarga maka saatnya sang anak berinteraksi
dengan dunia di luar lingkungan keluargannya. Anak mulai mengenal berbagai sifat dari temantemannya, dari situ si anak mengadaptasi sifat-sifat yang ada. Jika pondasi kepribadian di dalam
keluarga tidak kuat, maka anak ini akan mengikuti sifat-sifat dari lingkungannya. Dari dimensi
psikis, seorang manusia memiliki kondisi psikis yang berbeda-beda dan tergangtung pada faktorfaktor internal maupun eksternal. Dalam hal ini pengalaman di masa lalu, kondisi lingkungan,
merupakan faktor eksternal. Sedangkan faktor internal disini adalah kondisi di dalam diri
seseorang tersebut (emosional). Faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap
sifat seseorang, karena sifat yang ditampakkan merupakan gambaran atau cerminan kondisi
kejiwaan atau emosional yang terbentuk selama beberapa lama dan ditampakkan sebagai suatu
sifat yang khas oleh orang tersebut.
SIKAP
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi
atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk
merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Sikap diarahkan kepada
benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain. Sikap juga merupakan
sebagian dari output sifat. Kecenderungan sikap terbentuk berdasarkan sifat yang dimiliki oleh
seseorang. Jika sifat bersifat khas, maka sikap juga bersifat khas namun bedanya sikap langsung
berhubungan dengan objek dalam lingkungan yang diajak berinteraksi. Para pakar psikologi
sosial selalu mengkaji sikap sebagai komponen dari sistem yang terdiri atas tiga bagian atau
disebut juga skema triadik yaitu; keyakinan mencerminkan komponen kognitif, sikap merupakan
komponen afektif, dan tindakan mencerminkan komponen perilaku (Atkinson, R, L., Atkinson, R,
C., & Hilgard, E, R., 1983:371).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap:
1. Pengalaman pribadi
Dasar pembentukan sikap berdasarkan pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang
kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional.
2. Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan. Contoh
pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.
3. Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)
Yaitu orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini
kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya: orangtua, pacar,
suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap
yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting.
4. Media massa
Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan, media massa
membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif
yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga membentuk sikap tertentu.
5. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama
Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan
seseorang sehingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.
6. Faktor Emosional
Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi
atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun
menetap (persisten/tahan lama). Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair).
KEBIASAAN
Kebiasaan (habit) adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang mengandung unsur afektif perasaan (Kartono. K., 1996). Artinya kebiasaan
merupakan suatu perilaku seseorang yang dilakukan karena telah melakukan perilaku yang sama
secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Kebiasaan sulit di ubah, karena cenderung
telah melekat di dalam kepribadian seseorang. Kebiasaan dapat dipengaruhi oleh minat terhadap
suatu hal yang disukai dan seseorang tersebut tertarik untuk melakukannya, sehingga timbul
perilaku yang berulang-ulang. Sebagai contoh adalah orang yang memiliki ketertarikan atau
minat di budang seni, maka kebiasaannya adalah menggambar ataupun melukis. Kebiasaan juga
bisa dipengaruhi oleh bakat, bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap individu namun
tidak semua individu mampu mengenali bakatnya sendiri. Seseorang yang memahami bakatnya,
maka akan tertarik untuk mengasah bakatnya tersebut hal ini yang membuatnya menjadi suatu
kebiasaan. Kebiasaan juga dipengaruhi oleh lingkungan, lingkungan yang mendukung adanya
suatu perilaku dapat menunjang seseorang memiliki perilaku yang dilakukan secara berulang
sehingga menimbulkan suatu kebiasaan. Contohnya adalah anak di pinggir pantai yang
lingkungannya mendukung untuk melakukan kegiatan nelayan, akan memiliki kebiasaan untuk
mengangkap ikan.
TIPE
1. Menurut C.G. Jung
Tipe Kepribadian yang paling terkenal dari dimensi ini adalah polaritas introvert dan ekstrovert,
atau kecenderungan kepribadian yang mengarah ke dalam diri dan keluar diri.
Ekstrovert : aktif, sibuk, sosialitasnya sangat tinggi, objektif, pragmatis, bicara banyak, tampil
dengan penuh percaya diri, gampang mengungkapakan diri, senang berada di tangah banyak
orang, objektif. Contohnya adalah orang yang sangat mudah bergaul (supel) dengan lingkungan
yang baru, karena sifatnya yang suka berada di tengah banyak orang dan aktif bergaul dengan
orang-orang baru.
Introvert : refleksif, serius, pendiam, suka menyelidiki, independen, subjektif, punya disiplin diri
yang tinggi, senang sendirian, kadang sulit mengungkapkan diri, hati-hati dan teliti senang
bekerja sendiri, berpikir banyak sebelum memulai sesuatu. Contohnya adalah orang yang
cenderung berdiam diri dan susah berbaur dengan teman-temannya karena dia sangat senang
menyendiri dari lingkungannya.
Ambivert : tipe kepribadian seseorang yang memiliki kedua tipe dasar sehingga sulit untuk
memasukkan ke dalam salah satu tipe (Sunaryo, 2004)
Menurut Jung, terdapat empat fungsi kegiatan mental kepribadian yang berpasangan dan
berlawanan satu sama lain. Yaitu sensation-intuition (pengindera-Intuitif), thinking-feeling
(berpikir-perasa).
a. Pengindera : realistis, pengamat yang baik, punya kesadaran yang tinggi, suka mencoba,
cepat tanggap, sangat dipengaruhi keadaan sekitar, suka meniru, sabar dengan segala
kegiatan rutin.
VS
Intuitif : punya imajinasi yang tinggi, suka meramal, selalu berpikir tentang masa depan,
kadang melamun, seuka berfantasi, acuh terhadap keadaan sekitar, melihat segala
sesuatu mungkin, senang memecahkan persoalan baru, sangat entusias, tidak sabar
dengan hal rutin
b. Berpikir : kurang human, suka berpikir logic, cenderung mengritik, sangat teliti, bersikap
wajar, minat pada bisnis tinggi, jujur, orang yang dingin dan kurang memerhatikan
perasaan orang lain.
VS
Perasa : karakter hangat, punya perhatian dengan sesama, sangat bersahabat,
sentimental, punya perhatian pada orang lain, cenderung setuju, menjauhkan diri dari
pertentangan, sulit menerima kritik, sulit mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara
logis, suka harmoni, baik dengan semua orang, sangat simpatik (Naisaban, tanpa tahun).
2. Menurut Kretschmer
Kretschmer menghubungkan antara konstitusi jasmaniah dan konstitusi kejiwaan
(temperamen), yang akan membentuk kepribadian, maka dibedakan menjadi dua, yaitu
schizothym dan cyclothym.
a. Tipe schizothym
Tipe kepribadian ini sulit kontrak dengan dunia luar dan menutup diri sendiri (autisme).
Bersifat pemalu, banyak fantasi, penyendiri, dan lekas tersinggung. Tipe ini dijumpai pada
kondisi tubuh, seperti:
1) Leptosom (tubuh jangkung)
Sifat khas: badan langsing kurus, rongga dada kecil-sempit pipih, rusuknya mudah
dihitung, perut kecil, bahu sempit, lengan dan kaki kurus, tengkorak kecil, tulang muka
kelihatan jelas, muka bulat telur, dan berat relatif kurang.
2) Athletis (tubuh selaras)
Sifat khas: tulang, otot, dan kult kuat, badan kokoh dan kuat, tinggi cukup, bahu lebar
dan kuat, dad besar dan kuat, perut kuat, panggul dan kaki kuat, tengkorak kuat dan
besar, kepala dan leher tegak, muka bulat telur, dan lebih pendek dari pada tipe
leptosom.
3) Dysplastis
Tipe ini merupakan penyimpangna dari tipe leptosome, athletis, dan piknis.
b. Tipe cycloothim
Tipe kepribadian ini mudah kontak dengan dunia luar, mudah menyesuaikan diri dengan
orang lain, mudah merasakan suka dan duka, dan terbuka. Tipe cycloothim bersifat aktif,
lekas bereaksi dengan emosi yang keras terhadap stimulus dari luar, dan emosi tidak
stabil. Tipe ini dijumpai pada kondisi tubuh piknis atau stenis dengan ciri badan gemuk
dan pendek.
Sifat khas: badan agak pendek, dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar, leher
pendek dan kuat, lengan dan kaki lemah, kepala agak merosot ke bawah, tulang
punggung tampak sedikit melengkung, banyak lemak, serta urat, dan tulang kelihatan
nyata.
3. Menurut G. Heymen
G. Heymen membagi tipe kepribadian seseorang berdasarkan sifat dasar, yaitu:
a. tipe emosionalitas
1) Emosional, mudah tergoyah oleh perasaan sehingga mudah bertindak.
2) Tidak emosional, perasaan sedikit, artinya tidak mudah tergoyah oleh perasaan lain
sehingga tidak mudah bertindak.
b. tipe aktivitas
1) Aktif, dengan dorongan atau motif yang lemah sudah dapat menggerakkan untuk
bertindak.
2) Tidak aktif, dengan dorongan atau motif kuat belum dapat menggerakkan untuk
bertindak.
c. tipe akibat perasaan
1) Primer, respons dan afek hanya bekerja apabila berada pada pusat kesadaran dan
pemikiran.
Sifatnya: banyak bergerak, kurang tekun, tidak tabah, suasana hati berubah-ubah,
daya ingatan kurang, menghamburkan uang, tidak cermat, tidak berprinsip, dan
pendapat berlawanan dengan tindakan.
2) Sekunder, respons dan afek masih tetap bertahan, masa lampau masih tetap
berpengaruh terhadap masa kini, pikiran, perasaan, dan kehendaknya.
Sifatnya: tenang, tekun, suasana hati tetap, bijaksana, ingatan baik, dapat menabung,
suka membantu, menaruh kasian, dapat dipercaya, memiliki pendirian yang tetap,
berkeyakinan, konsekuen, dan konservatif (Sunaryo, 2002).
PERBEDAAN SIFAT DENGAN SIKAP, KEBIASAAN, DAN TIPE KEPRIBADIAN
a. Sifat (trait) dengan Sikap (attitude)
Perbedaan antara pengertian sifat (trait) dan sikap (attitude) sukar diberikan. Bagi Allport
kedua-duanya itu adalah predisposisi untuk berespon, kedua-duanya adalah khas, keduaduanya dapat memulai atau membimbing tingkah laku; kedua-duanya aalah hasil dari
faktor genetis dan belajar. Namun kalau diteliti ada juga perbedaan di antara kedua hal
itu.
1) Sikap (attitude) itu berhubungan dengan suatu obyek, sedangkan sifat (trait) tidak. Jadi
sifat umum daripada sifat ialah bahwa sifat itu hampir selalu lebih besar/luas daripada
sikap; dalam kenyataannya makin besar jumlah obyek yang dikenai sikap itu, maka
sikap makin mirip dengan sifat. Sikap dapat berbeda-beda dari yang lebih khusus ke
yang lebih umum, tetapi kalau sifat selalu umum.
2) Sikap biasanya memberikan panilaian (menerima atau menolak) terhadap obyek yang
dihadapi, sedangkan sifat tidak.
b. Sifat (trait) dengan Kebiasaan (habit)
Sifat (trait) dan kebiasaan (habit) kedua-duanya adalah kecenderungan saling berkaitan,
akan tetapi sifat itu lebih umum, baik dalam situasi yang dicocokinya, maupun dalam
response yang terjelma darinya.
c. Sifat (trait) dengan Tipe
Allport membedakan antara sifat dan tipe. Menurut dia orang dapat memiliki sesuatu sifat,
tetapi tidak dapat memiliki sesuatu tipe. Tipe adalah konstruksi ideal si pengamat, dan
seseorang dapat disesuaikan dengan tipe itu tetapi dengan konsekuensi diabaikan sifatsifat khas individualnya. Sifat dapat mencerminkan sifat khas pribadi sedangkan tipe
malah menyembunyikannya. Jadi bagi Allport, tipe menunjukkan perbedaan-perbedaan
buatan yang tak begitu cocok dengan kenyataan, sedangkan sifat adalah refleksi
sebenarnya daripada yang sebenar-benar ada (Suryabrata, 2002).