Oleh
Winda Sulistya Safitri
NIM 102311101036
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Cidera kepala adalah cidera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak
dan otak. Cidera kepala adalah gangguan neurologic yang paling sering terjadi
dan gangguan neurologik yang serius di antara gangguan neurologik dan
merupakan proporsi epidemik sebagai akibat kecelakaan di jalan raya (Smeltzer &
Bare 2002). Cidera otak sedang atau COS adalah kerusakan fungsi otak akibat
traumatik dengan beberapa manifestasi klinik seperti kehilangan kesadaran,
kehilangan memori sebelum atau sesudah terjadinya insiden. Menurut WHO
cidera otak sedang adalah kerusakan otak akut akibat dari tidak optimalnya suplai
energi ke otak (AANN dan ARN, 2011).
2.
Etiologi
Cidera kepala paling sering akibat dari trauma. Mekanisme terjadinya
Patofisiologi
Trauma yang terjadi pada pasien mempengaruhi cedera yang akan terjadi
pada pasien. Cidera otak primer adalah cidera otak yang terjadi segera cidera
kepala baik akibat impact injury maupun akibat gaya akselerasi-deselerasi (cidera
otak primer ini dapat berlanjut menjadi cidera otak sekunder) jika cidera primer
tidak mendapat penanganan yang baik, maka cidera primer dapat menjadi cidera
sekunder. Cidera otak sekunder yang terjadi akibat dari cidera otak primer yang
tidak mendapat penanganan dengan baik (sehingga terjadi hipoksia) serta adanya
proses metabolisme dan neurotransmiter serta respon inflamasi pada jaringan otak
maka cidera otak primer berubah menjadi otak sekunder yang meliputi edema
serebri, infark serebri, peningkatan tekanan intra kranial.
5.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien cedera kepala antara lain :
Cedera kepala yang disertai dengan robeknya lapisan kulit akan memiliki
resiko terjadinya infeksi, sebagaimana pelukaan di daerah tubuh lainnya.
Infeksi yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya Meningitis, Ensefalitis,
Empyema subdural, Osteomilietis tulang tengkorak, bahkan abses otak.
f. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan salah satu komplikasi cedera kepala yang cukup
sering terjadi, khususnya bila cedera kepala cukup berat.
g.
Dekubitus
Keterbatasan gerak atau tirah baring pada pasien akan menyebabkan klien
tidak dapat bergerak. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan kulit akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang
menutupi tulang yang menonjol akibat penekanan yang lama.
Komplikasi yang dapat terjadi pada cedera kepala menurut Smeltzer &
untuk
membesar
meskipun
peningkatan
volume
oleh
pembengkakan otak akibat trauma. Akibat dari peningkatan TIK dan edema
adalah penyebaran tekanan pada jaringan otak dan struktur internal otak yang
kaku. Bergantung pada area pembengkakan, perubahan posisi ke bawah atau
lateral otak (herniasi) melalui atau terhadap struktur kakau akan
mengakibatkan iskemia, infark, kerusakan otak ireversibel dan kematian.
6. Penatalaksanaan
a.
dan menurunkan secara cepat TIK pada penderita dengan pupil yang telah
berdilatasi. PCO2 harus dipertahankan antara 25-35 mmhg.
b.
Circulation
Hipotensi dan hipoksia adalah merupakan penyebab utama terjadinya
perburukan pada cedera otak sedang. Hipotensi merupakan petunjuk adanya
kehilangan darah yang cukup berat, walaupun tidak tampak. Jika terjadi
hipotensi maka tindakan yang dilakukan adalah menormalkan tekanan darah.
Lakukan pemberian cairan untuk mengganti volume yang hilang sementara
penyebab hipotensi dicari.
c.
7.
a.
Pemeriksaan penunjang
CT Scan mengidentifikasi adanya
hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak
b.
8.
Pathway
Trauma kepala
Risiko
infeksi
Perubahan
Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang, jaringan kulit,
Gangguan
suplai darah
darah
cairan
serebrospinal
Cairan serebrospinal di
Iskemia
Nyeri
akut
lapisan
Hipoksia
Risiko
ketidakefektifan
Edema serebri
Mual
muntah
otak
kekurangan
volume cairan
Pandangan
kabur
Penurunan
fungsi
Imobilisasi
Penumpukan
sekret
perfusi jaringan
Risiko
Mesensefalon
tertekan
Risiko
gangguan
integritas kulit
rangsangan
simpatis
Subdural hygroma
Gangguan
kesadaran
sel
Meningkatkan
subdural
Peningkatan TIK
Kerusakan
otak
Risiko cidera
Meningkatkan
tahanan vaskuler
sistemik dan
tekanan darah
Menurunkan
tekanan
pembuluh darah
pulmonal
Peningkatan
tekanan
hidrostatik
Kebocoran
kapiler
cairan
Oedem paru
Defisit
perawatan
diri
Difusi
O2
terhambat
Ketidakfektifan
bersihan jalan
Ketidakefektifan
nafas
pola nafas
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
b.
diselingi dengan
bradikardia, disritmia).
c) Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya
gangguan otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara,
amnesia
seputar
kejadian,
vertigo,
sinkope,
tinitus,
kehilangan
status
mental
(orientasi,
kewaspadaan,
perhatian,
proyektil),
kembung
dan
mengalami
perubahan
otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan
tonus otot.
f. Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien yang mengalami cidera
otak sedang adalah:
1.
2.
Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan nafas akibat lesi pada
serebrovaskular
3.
Ketidakefektifan
pola
nafas
berhubungan
5.
6.
7.
8.
3.
Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
1. Risiko
ketidakefektifan
perfusi
Tujuan
Kriteria hasil
Ketidakefektifan NOC: Tissue Perfusion:
perfusi jaringan Cerebral
jaringan serebral
risiko
serebral
aneurisma
1. Kaji
dapat Indikator:
1. menunjukkan perfusi
jaringan
dilakukan
TD
tindakan
normal,
keperawatan
4x24 jam
Intervensi
NIC:
Circulatory Precaution
membaik
dalam
batas
tidak
ada
vital
perifer
edema,
CRT,
warna,
dan
suhu
3. Tidak menunjukkan
gangguan
perfusi
meliputi
disorientasi,
kebingungan,
maupun nyeri kepala
3. Hindarkan
cidera
sirkulasi
dan adanya
kondisi
akibat
gangguan
perifer
3. Menghindari
4. Posisi
yang
meningkatkan TIK
5. Hindarkan
untuk
TIK
akan
sehingga
adanya
pada
cidera
trendelenberg
meningkatkan
sirkulasi
meminimalkan luka
minimal
cidera
perifer
status
pada
penekanan
1. Mengetahui
ekstremitas)
atau pembengkakan
stabil
adanya
sirkulasi
Rasional
area
6. Obat-obatan
untuk
6. Pertahankan
cairan
obat-obatan
2.
Bersihan
jalan Bersihan
efektif
dengan
dilakukan
penumpukan
tindakan
dalam
secret;
keperawatan
normal
ketidakmampuan
selama 2 x 24 2. Menunjukkan
sekresi
jam
sesuai
program
NIC : Airway Management
jalan NOC :
berhubungan
mukus,
dan
1. Kaji
setelah Indikator:
1. Frekuensi pernafasan
rentang
fungsi
pernapasan 1. Penurunan
menunjukkan
irama,
akumulasi
kedalaman
dan
bunyi
napas
menunjukkan
sekret
ketidakefektifan
dan
pengeluaran
sekresi
kemampuan
2. Kaji
untuk
mengeluarkan sekret
3. Tidak
terdengar
suara
nafas
tambahan ronkhi
mengeluarkan
sekresi,
catat
volume
karakter,
sputum
dan
adanya
hemoptisis
3. Berikan posisi semi/fowler
tinggi dan bantu pasien
latihan napas dalam dan
batuk yang efektif.
4. Pertahankan asupan cairan
sedikitnya
sangat kental
2500 ml/hari
obstruksi
dan
5. Bersihkan
mulut
sekret
dari
pasien
tidak
mampu
mengeluarkan secret
6. Obat untuk membersihkan jalan
(suction)
6. Kolaborasi pemberian obat
a. Pain control
setelah
b. Pain level
dilakukan
Indikator:
perawatan
a. Mampu
sesuai
dan kortikosteroid.
NIC: Pain management
akan NOC:
agen berkurang
indikasi
1x24 jam
bronkodilator
1. Kaji
karakteristik
nyeri
secara komprehensif
2. Gunakan
mengontrol
bahwa
terapeutik
respon
non
verbal klien
pengalamannya
3. Respon non verbal
ditunjukkan
menggambarkan
4. Evaluasi
ketidakefektifan
dirasakan klien
yang
klien
apa
yang
pendekatan
multidisipliner
untuk
manajemen
nyeri:
penggunaan analgesik
6. Ajarkan tentang teknik
pengontrolan
farmakologis
nyeri
non
bahan
dilakukan
evaluasi
sebagai
agar
tidak
kontrol
nyeri
non
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth
Edition. Mosby Elsevier.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi III. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI.
Moorhead, Sue., et al. Tanpa tahun. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Mosby Elsevier.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2012. Nursing Diagnosis Definitions and Classification. WileyBlackwell.
Price, Sylvia Anderson, dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume II. Edisi VI. Jakarta: EGC.